Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Foolish Love (Those Were The Days)[ 2019]

Mantap surantap Om Boski,
Spesialis Cerita yang menyayat hati
:sendirian:


Semoga sukses Om
 
huhu:hua:huhhuuu dejavu keluarga pak Surya...
sori:Peace: bang boss iky..baru sempet hadir.. mau baca saja mesti keganggu..
:((:((

Ngomongin:kacamata: kembar putra-putri kalau ditempat ane kudu dipisah pengasuhan nya. entah kenapa selalu begitu setiap ane saksikan.
konon yang dipercayai dimasyarakat menghawatirkan terjadi perasaan menyukai saudara nya sendiri.
tak tau mitos dari mana koq seperti rasa takut akan percintaan kembar sekandung cerit anak Adam kembali terulang yaa..

padahal unik lho kembar identik cowo-cewe gitu..​
 
Diperjalanan Anissa mulai melupakan kegalauan hatinya, ia terhibur oleh Ardi yang selalu bercerita. Akhirnya Anissa pun mulai bercerita tentang dirinya yang saat ini hubungan dengan keluarganya mulai renggang, ditambah Ahmad yang sudah tak menyentuhya. Ardi mendengarkan dengan penuh perhatian, kadang diselingi dengan candaan-candaan agar Anissa tak terlalu terlarut akan masalahnya.



“Yang sabar ya Teh, mungkin kang Ahmad lagi sedang masa titik jenuh saja!!” ujar Ardi tersenyum diakhir pembicaraan, tangannya langsung memegang tangan Anissa dengan hangat.



Kedua insan itu sejenak saling berpandangan, dan saling melempar senyum. Saat memandang wajah Ardi, Anissa merasakan ada getaran dalam hatinya. Rasa haus akan kehangatan yang ia tak dapatkan dari Ahmad, mulai ia temukan dalam diri Ardi. Ardi yang begitu perhatian dan tak berani macam-macam membuat dirinya jatuh hati padanya. Meskipun usia Ardi jauh di bawahnya, tetapi sikap yang dewasa dan jantan membuat hatinya sedikit berpaling padanya.



“Sudah sampe, Teh.” ujar Ardi menyadarkan lamunan Anissa.



Mereka tiba di sebuah villa yang jauh dari keramaian penduduk. Terlihat Christin dan Dini keluar untuk menyambut mereka.



Sebelum turun dari mobil…



“Di, besok siang antarkan aku yah menjemput anakku, bisa?” ujar Anissa.



“Hmmm, kita liat besok aja Teh!!” jawabnya sedikit bercanda.



“Eh kok gitu sih?” Anissa sedikit cemberut.



“Iya iya aku antar.. ayo turun, tuh yang lain dah nyambut kita!!” ajak Ardi.



“Duhhh yang lagi pedekate, keliatannya mesra banget sampe gandeng tangan.” ledek Dini, tanpa sadar Anissa saat berjalan menggandeng lengan Ardi, dengan wajah malu Anissa pun melepas dekapannya.



“Apaan sih, rese.” timpal Anissa.



“Udah udah… kita ngumpul di dalam yuk, yang lain juga udah pada datang tuh.” ajak Christin, mereka pun masuk ke dalam villa.



Saat sampai di dalam villa, telah berkumpul Ratna dan Nina ditambah 1 orang wanita muda yang tak dikenalnya, ditambah 3 orang lelaki, diantaranya dua orang yang terlihat lebih tua darinya.

“Kenalin nih Nis, ini Pak Prapto, dia pejabat yang bantuin proyekan suami Dini lho… dan ini Pak Robert pengusaha garment.” Ratna yang menggandeng lelaki setengah baya itu memperkenalkan pada Anissa.



“Nis, duduk sini.” ajak Nina yang sedang bermesraan dengan lelaki muda.



“Chis, kamar dimana? Aku pengen istirahat dulu, kalian lanjut aja asik-asiknya.” ujar Anissa sedikit menolak secara halus. Anissa tahu apa yang akan dilakukan oleh teman-temannya, tetapi dirinya masih tetap menjaga jarak, ia tak ingin seperti yang lainnya. Anissa pun berlalu menuju kamar yang ditunjuk Christin. Direbahkan tubuhnya di atas ranjang, pikirannya kembali memikirkan rasa bersalah pada putrinya hingga akhirnya Anissa tertidur lelap.



Malam pun tiba dan Anissa pun terbangun. Saat Anissa membuka matanya Ardi tengah berbaring di sisinya dengan wajah yang lembut memandanginya, sesekali tangannya mengusap kepala Anissa.



“Bener kata orang, jika melihat kecantikan wajah wanita adalah saat dia bangun tidur.” ucapnya sambil tersenyum.



“Apaan sih, Ar?” Anissa tersipu malu.



“Eh kok kamu bisa masuk sih..!! Jam berapa ini terus yang lain pada kemana?” tanya Anissa, merasa suasana Villa sepi.



“Jam 8, yang lain pada karaokean semua, gak dikunci kok.” jawab Ardi.



“Terus kenapa kamu gak ikut?” tanya Anissa.



“Aku pengen nemenin kamu disini.” jawab Ardi dengan lembut, sambil tangannya menyibakan rambut Anissa, keduanya terdiam saling memandang, entah siapa yang memulai wajah mereka saling mendekat dan kedua bibir mereka bertemu.



“Mmmmhhhh.” saat bibir bawahnya dilumat lembut oleh Ardi.



“Aku mencintaimu, Teh.” ujar Ardi, Anissa tak mampu berkata-kata dan hanya bisa memandang dengan pasrah menerima perlakuan Ardi, Ardi pun mencium bibir Anissa kembali.



Tak tahan atas perlakuan mesra Ardi, Anissa pun membalas ciuman pemuda itu, dia mulai melumat bibir Ardi. Merasa mendapat respon dari Anissa, Ardi pun semakin agresif, ciumannya mulai menjalar ke leher Anissa, Anissa mengelinjang kegelian. Tangan Ardi pun mulai mengusap dan menyelusuri lengan Anissa hingga ke dada Anissa. Anissa semakin mendesah saat Ardi meremas payudaranya.



“Arrrrr…” menikmati remasan di payudaranya.

Tangan Ardi pun mulai menyelusup kedalam pakaian terusan Anissa dari bawah, dengan perlahan pakaian Anissa mulai terangkat oleh lengannya hingga kedua bongkahan daging di balik bra hitam dan CD hitam terlihat sangat kotras dengan kulitnya. Ciuman Ardi pun mulai turun ke arah dadanya. Dijilatinya bongkahan daging dengan pelan, tanpa terasa bra yang dikenakan Anissa pun terbuka, terpampanglah payudara yang tak begitu besar beserta puting yang kecil dan kecoklatan dihadapan wajah Ardi.



“Teh…” ucap Ardi seperti meminta izin pada Anissa untuk menciuminya. Anissa yang sudah naik birahinya menyodorkan dadanya pada bibir Ardi sambil membuka pakaiannya hingga tersisa pakaian dalamnya saja, dikulumnya puting Anissa sesekali digigitnya perlahan.



“Arrrr… hhhisap yang kkkuat..” dengan meremas rambut Ardi, Anissa pun makin tenggelam dalam cumbuan Ardi, tangan Ardi pun tak ketinggalan mulai memeras payudara yang lainnya. Anissa mulai mengelinjang kencang.



Dengan perlahan jilatan Ardi mulai turun ke perut Anissa, perut Anissa yang masih ramping dengan sedikit lemak, tak menampakan dirinya telah melahirkan dua orang Anak. Ardi terus menjilati dan menciumi perut Anissa, tangannya mulai mengelus selangkangan Anissa yang masih terbungkus CD hitam. Digesekannya jari tangannya ke sela-sela belahan selangkangannya, celana dalamnya Anissa pun muai lembab, tercium aroma khas oleh Ardi.



Jilatan Ardi mulai turun, seiring itu tangan Ardi mulai menarik celana dalam Anissa, hingga terpampanglah vagina yang berbulu rapih yang telah basah. Disibakan bulu rambut vagina terlihat belahan vagina yang merah merekah dengan klit yang tak terlalu besar, dijulurkankan lidah Ardi lalu disapu klit dengan lidahnya.



“Arrrrr agggrrrhhh eeenaaakkk..” lenguh Anissa.



Haus akan nafsu birahinya yang lama tak tersalurkan seakan tercurah saat itu juga. Paha Anissa mulai mengangkang memberi ruang seakan meminta agar dipuaskan, dan tangan Anissa dengan meremas rambut Ardi mulai menekan kepalanya seperti tak ingin lepas dari cumbuan Ardi. Lidah Ardi pun mulai menjorok ke dalam lubang peranakannya, sesekali dihisapnya kuat klitoris dan labia vagina Anissa di sela jemari Ardi yang ikut memainkan lubang vagina Anisa. Anissa pun semakin menggelinjang kencang, lubang vaginanya pun semakin basah. Melihat Anissa yang semakin bernafsu, kedua tangan Ardi langsung mulai meremas kedua payudara tanpa melepas kuluman pada vagina Anissa.



“Aarrrrrrr.. Tetehh maaaauooo.” Anissa merasa akan mencapai puncaknya.



Seeerrrrrr!!!



Semburan cairan dari lubang vaginanya membasahi wajah Ardi, Ardi pun semakin beringas menjilati dan menghisap vagina Anissa. Setelah puas mengeksplore vagina Anissa, Ardi lalu bangun dan membuka seluruh pakaiannya hingga terpampang penis hitamnya yang sudah tegang. Ardi mendekatkan penisnya kemulut Anissa. Anissa yang mengerti maunya Ardi, ia memegang penis itu dan menciumi palkonnya, dijulurkanrkan lidahnya lalu disapukannya pada lubang kencingnya, lantas jilatannya mulai menjalar kebatang penisnya. Sesekali tangannya mengocok penis Ardi.



“Ttteeeeeeehhh.. “ Ardi dengan mata yang merem-melek menikmati jilatan Anissa pada batang kemaluannya.



Dikulumnya batang penis Ardi lalu dihisap pelan-pelan, lidahnya mulai menari mengelitik kulit dari batang penis dan mulai mengocok dengan mulutnya. Ardi yang semakin terangsang menekan pinggulnya kuat membuat batang penis nya terbenam dalam mulut Anissa.



Anissa mendorong pinggul Ardi hingga terlepas penis dari mulutnya.



“Huuukhuukkk..” tersedak akibat sundulan kepala penis pada tenggorokannya.



“Jaahatt kamuu..” ujarnya sedkit manja dengan mata yang berair dengan sedikit meremas peler Ardi, ia merasa gemas karena perlakuan Ardi.



“Aawww… sakit Teh… hehehe abisnya sedotan Teteh enak sih, maaf yah!!” sambil mengelus kepala Anissa.



Ardi pun lalu turun dan dibukanya paha Anisa hingga mengangkang, lubang vaginanya terlihat menganga. Ardi memposisikan penisnya di hadapan lubang vagina Anissa, dengan perlahan pinggul Ardi menekan agar penisnya menyeruak masuk kedalam vagina Anissa.



Bleeessss..



“Arrr … mmaaasssukkkk…..” Anissa melenguh saat penis Ardi terbenam di vaginanya.



Dengan perlahan ardi mulai mengoyangkan pinggulnya semakin lama semakin cepat.



“Aah..ahhh… ahhhh eeeenaakkk Ar, ttteteh daahhh lama taak mainnn ama kaang Ahmad.. teruss yang cepat ahhh.. ahhh ahhh.” desah Anissa dengan kaki yang mengapit tubuh Ardi.



Anissa menggoyangkan pinggulnya menambah kenikmatan pada batang penis Ardi, kocokan penis Ardi pun semakin cepat dan liar, bibir Anissa pun tak lepas dari lumatan bibirnya.



Plok..plokkk..plook… tak berhenti Ardi terus menggenjot vagiina Anissa.



Aroma persetubuhan pun mulai tercium dalam kamar… saat akan mencapai puncak, Ardi mencabut penisnya, lalu tangannya mengarahkan tubuh Anissa agar berbalik. Anissa pun mengerti lalu dirinya berbalik dan menunging memunggungi Ardi. Ardi pun langsung memasukan kembali penisnya dan mulai menggenjot kembali.



Plaakk.. plaaakkk..





Kedua tangan Ardi meremas payudara Anissa, lalu diangkatnya tubuh Anissa hingga punggungnya menempel pada dada Ardi. Anissa yang pasrah menikmati genjotan Ardi hanya menengadahkan kepalanya pada bahu kanan Ardi.



“Aahh.. ahhh.. yang keeeraassss.” desah Anissa saat tangan Ardi ikut meremas payudaranya. Remasan tangan Ardi pada payudara makin kuat seiiring itu juga genjotan penisnya makin cepat, bibirnya menciumi leher jenjang Anissa, menambah kenikmatan birahi Anissa.



“Aarrrr Teeeteeeh ssukkaaa ahh ahah..” erang Anissa yang ikut memaju-mundurkan pinggulnya mengikuti genjotan Ardi.



Setelah puas dengan gaya itu, disuruhnya Anissa dengan posisi sebelumnya dan mulai menggenjot kembali.



Semakin lama nafas Ardi dan Anissa semakin berat, genjotan Ardi pun semakin cepat.



“Ar teeeteeehh mooo keluuarrr.”



“Bbenntarr Teeeehhh.. Arrdddiii jjugggaaa.”



“Aaarrrr .. ooorrghhhhh.” Anissa pun meraih puncak kenikmatan, semprotran cairannya memancar dari dalam vaginanya, membasahi perut Ardi. Tubuh Anissa pun lemas tak bertenaga, Ardi yang masih menggenjot vaginanya tak lama kemudia mengerang panjang.



“Teeeeehhh, Arrrddiii jjuuuggaaaa sssmmmmpeeee.” Ardi mengerang keras dan genjotannya semakin liar.



Crooot croott..



Lima kali tembakan sperma Ardi dalam vagina Anissa.



“haaah haaah…haaah…” nafas terengah-engah keduanya terdenger, namun juga tersungging senyum kepuasan pada bibir mereka. Tubuh Ardi pun ambruk di samping Anissa, dengan tubuh penuh peluh Ardi memeluk mesra tubuh Anissa, Anissa masih mengatur nafasnya hanya diam menikmati persetubuhannya.



“Terima kasih Teh, impian Ardi sekarang dah tercapai bisa tidur dengan Teteh.” ujar Ardi.



“Ar.. ini pengalaman teteh yang pertama disetubuhi selain suami teteh.” pandangan menerawang ke langit.



“Tapi teteh puas, sudah lama teteh gak merasakan kepuasan ini.” sambil menoleh pada Ardi, Ardi pun tersenyum.



Malam pun semakin larut, entah berapa ronde mereka meraup kenikmatan terlarang hingga akhirnya mereka pun terlelap dalam mimpi indah.





Keesokan harinya saaat mereka keluar dari kamar.



“Duh ini yang lagi asiik malam pertama sampe lupa keluar, gimana servicenya Ardi puas kan?” Christin pun meledek saat Anissa dan Ardi keluar kamar, diikuti sorakan yang lainnya.



Anissa hanya tersipu malu tak menjawab.



Lama mereka bercakap-cakap hingga tak terasa waktu telah siang.



“Arrrr, duh teteh lupa, antarkan teteh jemput Ninda tapi antarkan dulu teteh kerumah.” mulai teringat terlalu lama dia disini, padahal sebelumnya dia merencanakan ingin menyusul putrinya, setelah berpamitan dengan yang lain Anissa langsung buru-buru pulang diantar Ardi.



Setiba di rumah Anissa terkejut anak dan suaminya telah ada di rumah.



“Kang, kok udah pulang? Ninda, ibu tadinya mo menyusul kesana.” sedikit kaku saat dirinya dipandangi oleh keluarganya, tanpa menjawab Ninda malahan melengos meninggalkan Anisa, membuat Anisa merasa tak enak hati pada Aninda. Nanda pun keluar dari kamarnya wajahnya terlihat sinis padanya.



“Darimana kamu?” tanya Ahmad.



“Aanuu kang dari rumah Christin, maaf aku lupa.” jawab Anissa sambil menunduk.



Ahmad hanya menghembuskan nafasnya tak bertanya lagi lalu beranjak ke kamar meninggalkan Anissa, teringat Ardi yang menunggu diluar Anissa pun kembali keluar.



“Ar, kamu gak jadi antar sekarang lebih baik kamu cepat pulang suamiku ada dirumah.” pinta Anissa, Ardi pun mengerti. Sebelum meninggalkan Anissa, Ardi mencium bibir Anissa membuat Anissa kelabakan takut aksi Ardi diketahui orang rumah, dengan senyum bahagia Ardi meninggalkan Anissa kembali ke villa.



*

*

*



Semenjak itu, hubungan antara Anissa dan Ardi pun semakin erat layaknya suami istri. Ardi pun dengan seiizin Christin mulai mengurangi pelayanan sex untuk dirinya, hampir tiap minggu Ardi menggauli dan menyemprotkan spermanya dalam vagina Anissa.



Hingga dua bulan berikutnya saat Anissa sendirian di rumah…



“Huuueekkk.. hueekkk…” mulut Anissa merasakan mual dan tak enak badan.

“Kenapa yah kok aku ngerasa mual.” ujar anissa sambil mengelap mulutnya.



“Perasaan bulan lalu aku masih datang bulan, atau jangan jangan… ah aku mesti periksa ke dokter?” Anissa mulai menyadari bahwa minggu-minggu ini ia tidak datang bulan. Dengan perasaan bimbang Anissa pun pergi bergegas ke dokter untuk memeriksa keadaan dirinya.



“Selamat bu, ibu tengah mengandung 6 minggu saat ini.” ujar dokter sesudah memeriksanya



Jeedaaarr… seperti tersambar petir perasaaan Anissa saat mengetahui kondisinya yang sekarang sedang berbadan dua. Apa yang musti ia katakan pada Ahmad dengan kehamilannya ini, padahal dirinya sudah lama tak digauli oleh Ahmad.



Anissa pun menelepon Ardi untuk ketemuan di villa pertama kali bertemu untuk mengabarkan, saat disana Ardi menyambut dengan hangat langsung mencumbunya, Ardi merasa tak bosan jika berada dekat wanita impiannya semenjak dulu berbeda jika menggauli yang lainnya.



“Arrr, bentarrrr aakkkhhhhh.” Anissa pun mulai terangsang ketika tangan Ardi meraba dan meremas dadanya.



“Akkuu kangen Teh, tak bosan-bosannya aku menyetubuhi kamu…. ” cumbuan Ardi membuat Anissa pun lupa akan maksud kedatangannya.



“Tehh kita ke kamar yuuk.” ucap Ardi sambil memangku tubuh Anissa ke dalam kamar.



Sementara itu dibalik jendela, 2 pasang mata sedang mengintip pergumulan Anissa dan Ardi, dengan mata terbelalak tak percaya melihat wanita yang dikenalnya melakukan yang tak semestinya dia lakukan, sedari keberangkatan Anissa dari rumah mereka terus membuntuti Anissa.



Salah seorang hanya bisa menangis terduduk bersandar di dinding bangunan tak percaya apa yang tengah terjadi, sedangkan yang satunya hanya mengepalkan tangannya menahan amarah diraihnya handphone lalu mengirim pesan WA kepada seseorang. Diketiknya handphone dan mengirim lokasi dimana dia berada sekarang.



“YAH, TOLONG DATANG KESINI SECEPATNYA!”


---oo0oo--​


Setelah kejadian penggerebekan, Anissa langsung kembali kerumah dan menunggu kedatangan suaminya Ahmad.



Di Ruang tamu kediaman Ahmad.



“Kang maafkan Nissa huuuhuuuu..” Anissa yang bersujud bersimpuh di kaki Ahmad memohon ampun. Sepulang dari pengerebekan, Anissa langsung kembali pulang tanpa Ardi, sebelumnya dia menyempatkan diri ke rumah sakit untuk mengetahui kabar Ninda tapi dilarang oleh Ahmad untuk menemuinya. Perih rasanya hati Anissa dimaki oleh anak kandungnya tapi dia hanya bisa menerima kenyataan karena kelakuannya.



Ahmad terus melangkah tak perdulikan Anissa yang terus memeluk betisnya.



“Kaaannng.. huhuhu… Nisssaaa … mooohooom ampun..huhu.. “ terus memohon ampun.



Ahmad lalu terdiam dan berkata lirih, “Dulu kau yang memintaku agar mengikuti impian kamu, tapi kau sendiri yang menghancurkannya.” dengan sedikit menghentakan kakinya pelukan Anissa pun terlepas.



Ahmad pun pergi kedalam kamar Ninda untuk mengambil pakaiannya. Ditinggalkannya Anissa yang sedang meringkuk menangis dilantai. Ahmad pun kembali dengan membawa tas pakaian Ninda.



“Selama ini aku diam bukan karena mengalah, aku lakukan karena rasa sayangku padamu dan semua itu juga untuk menjaga sumpah kamu dulu, sering kali aku mengingatkan kamu tapi kamu selalu mengidahkannya, aku sebenernya menyesali diri kenapa aku tak bisa menjaga kamu yang selalu percaya dengan semua keperkataanmu dulu, aku tak ingin semua ketakutan aku padamu akan merendahkanmu. Selama ini aku tau apa yang kamu lakukan dibelakangku tapi aku hanya bisa diam, kututupi semua itu aku tak mau anak-anak mengetahuinya. Dengan diamku aku harap kau mengerti tapi kenyataannya membuat aku tak mengerti. Dan yang aku takutkan ternyata terjadi anak-anak telah mengetahui apa yang kamu lakukan selama ini.”



Ahmad melempar sebuah buku diary berwarna merah pada Anissa yang masih bersimpuh menangis di lantai.



“Aku tak tau harus bagaimana, jadi pikirkanlah baik-baik!!” dan Ahmad pun meninggalkan Anissa seorang diri.



Sepeninggal Ahmad, Anissa meraih buku diary tertulis “Tam Tam” yang ternyata itu adalah buku diary milik Ninda putri bungsunya, dengan tangan yang bergetar dan tangis Anissa membaca lembar demi lembar setiap halaman hingga dia terkejut saat membaca tulisan putrinya.







Dijatuhkannya buku harian putrinya, tubuhnya bergetar dan kembali menangis dalam penyesalan, ternyata awal pertama dirinya berhubungan dengan Ardi telah diketahui oleh putra putrinya. Akhirnya Anissa mengerti sekembalinya dari villa waktu itu Ninda dan Nanda seperti jijik dan enggan berbicara lagi padanya. Seribu sesal terus datang menerpa ingin rasanya seperti dulu tapi waktu tak bisa diputar kembali, Anissa hanya bisa meratapi dirinya.



Beberapa hari kemudian…



Anissa yang hanya bisa menunggu cemas akan suami dan putra putrinya di rumah, entah apa yang sekarang akan Anissa rasakan dalam hatinya, dimatanya masih terlihat sembab setiap hari dirinya hanyalah bisa menangis menyesali akan kebodohannya, ditambah rasa bersalah akan perselingkuhannya yang telah terbongkar saat itu yang mengakibatkan putri bungsunya yang sekarang sedang dirawat dirumah sakit dikarenakan mengalami geger otak ringan yang disebabkan oleh dirinya. Sudah dua hari suaminya beserta anak sulungnya tak pulang ke rumah mereka menemani Ninda di rumah sakit.



Setelah sadar apa yang dilakukannya dirinya selama ini membuat Nissa tak berani menjenguk atau pun menemani putrinya yang berada di rumah sakit hanya pasrah dengan nasibnya sekarang.



Masih untung kasus penggerebekan pada dirinya tak dimuat dalam masuk kabar berita multimedia, hingga nama baik Anissa beserta keluarga masih bisa terjaga oleh kelakuan bejatnya.







Dengan pikiran yang berkecamuk Anissa lalu duduk di sofa tengah lalu diraihnya remote tivi dinyalakannya. Anissa yang tak bergairah saat menonton matanya terlihat kosong hingga tiba tiba matanya terbelalak pada suatu berita breakingnews, sekelompok orang yang dia kenal sedang digiring oleh petugas keamanan, tertulis dilayar kaca penangkapan komplotan mafia proyek pemerintah dan beberapa pejabat yang telah melakukan penyuapan, penyelewengan dana serta pencucian uang RAPBD.



Meskipun para tersangka mencoba menutupi wajahnya dengan tangan mereka tapi Anissa mengenali sosok itu, salah satunya adalah Bu Christin dibelakangnya dikuti Bu Cindi dan…

“Arrrdiii….” Ucapnya saat mengetahui sosok lelaki yang telah menjerumuskan dia dalam perselingkuhan hingga dirinya sekarang telah berbadan dua. Diapun mendekati layar tivi ingin mengetahui dengan jelas apa yang sedang terjadi.



Dengan seksama Anissa mendengarkan berita hingga akhirnya dia sadar bahwa proyek yang mereka garap adalah proyek yang dinaungi oleh komisi yang dipegang suaminya.



“Arrrrrrrrgghhhh.. brengsseeekkk kaliannn semua huuuuhuuuu.. kalian mencoba memperalat akuuu huuuuhuu… brengsseekk kauuu Arrdiii kaau telah menghancurkan hidupku.. huuuhuuu.” Anissa menjerit menangis seorang diri, akhirnya Anissa tersadar bahwa orang yang selama ini baik dimatanya ternyata tujuan mereka adalah hanya memanfaatkan dan menjerumuskan dirinya ke jurang kenistaan.



Saking tak kuasa menahan amarah dilemparnya remot itu ke tivi hingga hancur berantakan. Anissa menjerit keras dan menangis didepan TV meluapkan penyesalannya.



Beberapa jam kemudian…



Anissa yang mematung dihadapan figura dirinya bersama keluarga kecilnya, bibirnya tersempil senyum dalam tangis penyesalan, saat ini dia telah bulat mengambil keputusan yang akan dia ambil.

“Kang, maafkan Nissa ternyata Nissa gak bisa menjaga kepercayaan akang seandainya dulu Nissa menuruti apa kata akang mungkin ini semua tak akan terjadi hiikss…………. Nissa terlalu bodoh dan percaya diri tetapi kenyataannya Nissa lah yang hikks……… (menghela napas tak menamatkan ucapannya)…………. (dengan senyum dipaksakan) Dan juga Maafkan Nissa yang gak bisa menemuimu beserta anak anak, Nissa rasa Nissa sudah gak pantas menemui dan berpamitan dengan kalian, Nissa tahu bahwa kelakuan Nissa gak akan pernah bisa dimaafkan, Nissa harap Akang bisa menemukan pengganti yang lebih baik dari Nissa dan bersama sama dia membesarkan Nanda dan Ninda hiiksss….. sesuai sumpahku dulu……….. (tak menamatkan pikirannya kembali menerawang akan sumpahnya dulu)……………….. Nissa akan pergi meninggalkan akang, semoga akang bersama anak anak bahagia hiikkss ” lirih Anissa sambil mengusap pigura, dicopotnya cincin dijari manisnya dan diletakkan diatas meja dibawah figura dan dengan tas travel usang Anissa pun pergi tanpa pamit meninggalkan keluarga kecilnya.



Sepeninggal Anissa…



“Kamu masih pusing gak sayang?” ujar Ahmad hendak menggendong Ninda saat turun dari mobil dikuti Nanda turun setelahnya, Ninda yang sudah diperbolehkan pulang setelah dirawat

“Dah enggak yah, udah dong malu turunin Ninda malu tau dari rumah sakit same sekarang digendong lagi malu ama tetangga, lagian Ninda kan berat dah gede dah smp bisa jalan sendiri ” Ninda dengan cemberut manja dengan kening masih diperban sambil meronta ronta tubuhnya menolak tawaran ayahnya menggendong dirinya.



“Biarin gak berat kok lagian ayah yang pengen gendong kamu, lagian dimata ayah, Ninda masih putri kecil ayah.” Ahmad makin tak gemas.



“Huuup.” Ahmad pun menggendong Ninda



“Tuh kan ayah masih kuat lagian gak berat putri kecil ayah ini..” ujar Ahmad ceria



“Basa-basi kamu mah Nin, padahal pengennya digendong ayah.” ledek Nanda, Ninda hanya cengengesan lalu memeluk leher Ahmad menutupi wajah malunya.



“Tuhh kan diledek Kak Nanda.” manjanya.



Ahmad hanya bisa tersenyum melihat kelakuan putra putrinya yang masih bisa tertawa walaupun dengan luka dalam hati mereka, tapi senyum itu menghilang seketika saat pandangannya mengarah ke pintu rumah dalam pikirannya entah apa yang akan terjadi dan yang akan dilakukannya didalam rumah jika bertemu dengan Anissa disana.



“Yaaahhh..” Nanda melihat ekspresi perubahan ayahnya saat melihat rumah dihadapannya. Ninda pun tergugah lalu mengarahkan pandangannya kearah rumah.



Ahmad lalu memandangi putra putrinya lalu mengangguk dan tersenyum seakan memberi kekuatan pada dirinya untuk masuk kedalam rumah. Nanda pun tersenyum dan mendahului ayahnya. Saat hendak membuka kunci pintu Nanda tertegun seperti ada yang aneh pada pintu, perlahan Nanda membuka pintu dan ternyata tak terkunci. Nanda pun dengan berjalan perlahan mengamati setiap sudut ruangan diikuti Ahmad yang mengikutinya dengan penuh hati hati. Ninda pun turun dari gendongan Ahmad, sambil memegang ujung baju Ahmad mengikuti perlahan.



Saat diruang tengah sontak mereka pun kaget saat melihat kadaan TV yang telah hancur berantakan. Melihat kondisi yang janggal Ahmad pun langsung berlari ke setiap ruangan dalam rumah begitu juga Nanda langsung tergopoh gopoh keluar memanggil sopir agar cepat membantu ayahnya karena takut ada pencuri yang masuk ke dalam rumah dan kembali kedalam memeriksa kedalam ke setiap kamar tidur. Sang sopir pun langsung bergegas kehalaman belakang untuk memeriksa.



Beberapa saat kemudian…



“Pak gak ada siap siapa.” sang sopir melapor pada Ahmad, dijawabnya dengan anggukan lalu sopir pun kembali untuk memeriksa disekeliling rumah.



“Yaaahh..” Ninda depan Figura keluarga memanggil Ahmad sambil menunjuk kearah atas meja. Ahmad pun mendekati lalu meraih benda diatas meja, lalu diam termenung seperti memikirkan sesuatu.



“Yah, Nanda rasa gak ada orang masuk, semua masih rapi” ujar Nanda yang telah memeriksa kamar tidur, tanpa menjawab Ahmad pun langsung bergegas kedalam kamar memeriksa setiap lemari diikuti oleh kedua anaknya.



“Gak ada yang hilang yah, surat surat penting dan perhiasan ibu masih kumplit” Ujar Nanda dan Ninda yang masih memeriksa isi lemari.



“Pak pintu gudang samping terbuka tapi saya periksa gak ada yang hilang” sang sopir kembali melapor pada Ahmad dan membuat ahmad kembali bergegas kearah gudang sepertinya Ahmad telah mencurigai sesuatu.



Dan setelah memeriksa barang barang dalam gudang, tubuh Ahmad langsung tersandar lemas disudut gudang hingga terduduk, kedua tangannya menutupi wajahnya tak lama terdengar isak tangis dari mulut Ahmad.



“Kenaapaa Nis.. kenapa kita gak bicara baik baik dahulu, apa yang kamu lakukan semua ini belum cukup menyakiti semua ..” lirihnya.



Nanda Ninda yang telah memeriksa lemari orang tuanya lalu menyusul Ahmad ke gudang, mereka pun melihat Ahmad yang duduk sambil menopang tangan dilututnya tertunduk menangis.



“Yaaahh kenapa nangis, ada apa?” Ninda merasa ada sesuatu yang salah pada ayahnya, langsung duduk disamping ayahnya dan memeluknya, Nanda pun hanya jongkok dihadapan ayahnya.

Tanpa mengangkat kepalanya…



“Nnaanda.. Ninndaa maafkan ayah mu ini, yang tak mampu membimbing dan melindungi ibu.. hingga semuanya terjadi” ujar Ahmad yang tak mampu menahan penyesalan yang mendalam.



“Ada apa sih yah?, kenapa ? apa Ibu buat masalah lagi?” Ujar Nanda sedikit geram mendengar bahwa Ibunya Anissa disebut oleh Ahmad.



“Tidak nak, ibu kalian sudah pergi … dia telah pergi jauh meninggalkan kita.. maafkan ayah…” lirihnya lalu terdiam, Nanda dan Ninda pun hanya terdiam tak mampu berkata kata meskipun ada rasa marah tapi jauh dari dalam lubuk hati mereka ada rasa sesal dan mengkhawatirkannya.








13 tahun kemudian…

Dipagi hari disebuah desa yang masih asri di kaki bukit pinggiran pantai selatan gak jauh dari perbatasan propinsi jabar banten, tampak sebuah rumah kecil yang menghadap kearah pantai yang sangat berbeda dengan rumah disekitarnya, walau Nampak kecil bermodelkan rumah modern tetapi bernuansa natural minimalis memiliki halaman luas yang ditanami beraneka tanaman buah buahan serta Bunga bunga yang menambah keasrian. Seorang wanita setengah baya berjalan menuju sebuah bangunan toko disamping halaman rumahnya.

“Neng, gimana pesanan ibu kemarin dah dikirim belum ama gudang pusat?” Tanya wanita itu pada seorang pegawai yang sedang mengulak minyak goring di depan took.

“Belum bu.. katanya masih dalam perjalanan mungkin sebentar lagi” jawab pegawai itu lalu dia memberhentikan kerjanya lalu mendekati wanita itu lalu mencium tangannya.
“Ya sudah ibu mau masuk dulu ke dalam mau cek catatan stok barang kita?” jawabnya

Anisa Puji Astuti 47 nama wanita setengah baya, 13 tahun yang lalu dia sebagai warga baru di desa ini. Dilingkungan yang sangat asing tak seorang pun ada yang dia kenal dia datang seorang diri tanpa seorang pun yang mengantar. Untungnya beberapa tokoh masyarakat sangat berbaik hati salah satunya adalah memberi bantuan menampung sementara waktu hingga Anissa mendapatkan tempat tinggal sendiri. Hanya beberapa hari saja pak lurah menawarkan sebuah rumah kecil diatas bukit dengan harga yang sangat miring, dan yang Anissa merasa senang dan langsung membelinya yaitu lokasi rumahnya yang merupakan impiannya sedari dulu, sebuah rumah kecil diatas bukit yang menghadap kea rah pantai.
Anissa dapat membeli rumah dari uang hasil tabungan dia semenjak menikah yang ia sisihkan yang dulu direncanakan untuk pergi haji bersama ahmad tapi ternyata itu hanyalah angan dan sekarang uang yang dikumpulkan selama ini digunakan untuk membeli rumah untuk tinggal bersama anak yang dikandungnya saat meningalkan suaminya.

6 jam berlalu anissa disibukan melayani para pelanggan.

“Bu , ini udah jam 12 mungkin sebentar lagi anak anak akan pulang..!!” ujar Eneng pegawai yang paling dipercaya olehnya.

“Ya udah ibu pulang dulu, ntar tolong neng cek lagi barang yang stoknya kosong, supaya kita langsung order ke pusat agar bisa secepatnya dikirim.”

“Baik bu.” jawab Neng.

Anissa pun kembali pulang kerumah, tanpa disadari oleh dirinya dua orang anak kecil mengikuti dibelakangnya. Ketika Anissa hendak membuka pagar rumah.

“DUUUAAARRR!” salah seorang dari anak itu mengagetkan Anissa.

Anissa yang terkejut langsung berbalik menangkap anak itu.

“Kamu nakal yah mengangetkan ibu sih, kalo ibu jantungan ntar kalian repot sendiri, awas ibu balas” Ujar Anissa sambil mengilitik kedua anak itu.

“Hahhaha.. ampun bu.. bagas nyerah bu.. ampun hahaha” kata anak itu, yang bernama Bagas Cendikiawan 12th meronta ronta melepaskan diri.

“Hihi, rasain tuh makanya jangan godain ibu” timpal salah satunya yang ternyata seorang gadis cilik.

Chika Anissa Putri 12 nama gadis cilik tersebut. Bagas dan Chika adalah anak kembar dari Anissa, 12 tahun sudah Anissa membesarkan kedua putra putrinya seorang diri. Hampir seluruh warga tak mengetahui jati diri Anissa yang sebenarnya mereka hanya tahu bahwa Anissa adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya dan tak memiliki orang tua serta sanak saudara.

“Bu, Bagas dan Chika tadi dipanggil kepala sekolah, katanya bagas dan Chika dapet beasiswa pendidikan untuk biaya ke smp, malahan lagi kalo Bagas ama Chika nilaiya bagus mau diajukan untuk beasiswa sampe kuliah!!” Ujar bagas memberikan selembar kertas pemberitahuan.

“Iya bu.” Chika hanya menyahut peryataan kakak kembarnya.

“Alhamdulillah, ibu seneng deh dengernya dari awal sekolah hingga sekarang bagas ama chika selalu dapet bea siswa, emang siapa yang memberikan?” balik bertanya, sambil membuka lembaran kertas tadi.

“PT Cahaya Nurani.. heemm sebentar ibu merasa tak asing ama nama perusahaan ini” Anissa merasa tak asing denga gambar Logo perusahaan itu.

“Ya sudah kalian ganti baju dulu gih terus makan siang.” perintah Anissa.

“Ya bu..” jawab mereka.

Anissa pun masuk kekamar lalu membuka laci lemari dan mengambil beberapa berkas kertas. Dibacanya satu persatu, hingga dia menemukan sesuatu dari beberapa berkas.

“Kok ini perasaan logo perusahaan nya mirip yah dengan yang selama ini memberi beasiswa untuk anak anakku, heem ini akta jual beli waktu aku membeli rumah ini dengan harga murah pemiliknya … kok sama logonya, dan ini koperasi yang membantu memasok barang juga mirip, apa ini dari perusahaan yang sama?, apa ini orang kenal aku? Tapi siapa? Aku kesini tak seorang pun tau!!” Gumam Anissa, beberapa lembar kertas dari berbagai perusahaan yang selama ini membantu segala kebutuhannya disetiap kop suratnya memiliki logo yang sama. Otaknya terus berputar mencari jawaban dari semua ini.

Tok..tok..

Terdengar ketukan pintu depan membuyarkan pikirannya, Anissa pun langsung merapihkan berkas berkasnya dan menyimpan kembali kedalam laci lemari, lalu dia bergegas ke pintu depan. Setelah dibukanya pintu kini dihadapannya seorang wanita cantik sambil menggandeng seorang anak kecil.

“Dengan ibu Anissa?” Sapa Wanita itu sambil tersenyum manis.

“Yah dengan saya sendiri, Mbak siapa yah ? Ada keperluan apa mencari saya?” jawabnya
“kebetulan saya ada sedikit keperluan dengan mbak, Bolehkah saya masuk?” jawab wanita itu.

“Ehhh ohh maaf jadi lupa saya mempersilahkan, mari mbak duduk!!” Anissa pun mempersilahkan wanita itu masuk .

“Apa yang bisa saya bantu mbak?” Tanya Anissa sambil duduk dihadapan, wanita itu lalu mengeluarkan sesuau dari dalam tasnya, sepucuk amplop undangan berwarna Hijau. Lalu disodorkannya diatas meja dihadapan Anissa.

“Apa ini?” Anisa yang masih bertanda Tanya.

“Bacalah dulu Mbak” jawabnya sambil tersenyum. Anissa pun membuka amplop dan membacanya hatinya lalu berdetak kencang dengan apa yang tertulis di dalam kertas undangan itu. Tak terasa air matanya menetes dipipi tubuhnya bergetar lemas, tak mengira orang yang tertulis disana telah mengundangnya apalagi dia mengetahui dimana tinggal. Penyesalan yang telah ia kubur dalam hatinya kita telah terbuka kembali dimana Anissa telah merusak semua impiannya dan meninggalkan kebahagiaannya bersama orang yang dia sayangi.

Setelah membacanya Anissa pun kembali memasukan kertas undangan, sambil mengusap air matanya.

“Makasih mbak sudah mengantarkan ini, tapi bisa kah aku menitip pesan pada Nanda mohon maaf aku tak bisa hadir dipernikahannya, aku…” ujarnya dengan senyum dipaksakan.

“Dia mengharapkan kehadiran mbak disana” jawab wanita membujuk Anissa.

“Aku masih pantas untuk hadir disana..” lirihnya.

“Pantas gak pantas.. dia itu anak kandung mbak, buang perasaan bersalah itu mbak, ikatan seorang ibu dengan anak kandungnya itu sangatlah kuat, tak peduli yang terjadi ikatan itu tetap masih ada” jawab wanita itu sambil menyodorkan sepucuk surat lagi pada Anissa.
Anissa pun membuka dan membaca surat itu.



Anissa hanya terdiam setelah membaca isi surat, dalam hatinya berkecamuk antara rasa rindu pada Nanda dan Ninda serta rasa penyesalan yang tak ingin menemui mereka.

“Bunda…. Kok lama sih, kalila kan kesel nunggu di mobil” tiba tiba dari luar masuk gadis cilik.

“Kalila salim dulu ke ibu Anissa, Mbak kenalkan ini putri bungsu saya namanya Kalila Dwi Anugerah.” Wanita itu meraih gadis cilik dan memperkenalkan pada Anissa.
“Kalo boleh tau Mbak itu siapa dan hubungannya dengan Nanda putra saya apa” Tanya Anissa sambil menyalami Kalila.

“Oh yah maaf mbak saya belum memperkenalkan diri saya Resti Septiani ..emmmm.. “jawab Wanita itu tapi seperti ragu melanjutkan jawabannya, Anissa hanya menatap seperti meminta penjelasan pada Resti.

“Emmm.. saya ibu tirinya Nanda.. istrinya mas Ahmad.” lirihnya pelan.

“Ehhh…. ” Anissa terkejut mengetahui siapa yang ada dihadapannya ini,
“Aku mohon mbak Resti meninggalkan tempat ini, dan tolong pada mereka jangan mencariku lagi” ucapnya tegas lalu dia berdiri seperti hendak meninggalkan Resti, sesaat akan memasuki kamar.

“Sebentar mbak aku mohon pergi, dengarkan penjelasanku dulu… aku mohon sedikit waktu untuk menjelaskan..” Resti pun berdiri dan menahan lengan Anissa. Anissa hanya diam mematung memunggungi Resti.

“mbak, aku kesini dengan maksud baik atas permintaan mas Ahmad, Nanda serta Ninda untuk menemui mbak Anissa. Mereka tau kalo mereka yang datang mbak pasti akan menghindar akhirnya mereka menyuruh aku untuk menemui Mbak” jelas Resti, Anissa hanya diam tubuhnya mulai bergetar kembali menahan tangis.

“Jika mbak gak memang tidak menerima aku disini aku minta maaf, tapi aku mau sampaikan bahwa Nanda dan Ninda masih menunggu mbak disana. Begitu juga Mas Ahmad didalam hatinya masih menunggu mbak untuk kembali padanya…. Cuma itu yang aku sampaikan mbak, maaf kalo kehadiran resti membuat mbak gak nyaman, aku mohon pamit… Kalila ayo nak kita pulang” Lanjut Resti langsung mengajak Kalila pergi.

Bagas dan Chika pun muncul dari arah dapur melihat ibunya berdiri menangis mereka pun berdua memeluk Anisa.

“Bu kenapa menangis..” Tanya Chika, Anissa hanya membalas pelukan Chika dan Bagas.
“Gak papa nak.. ibu cuma sedikit lelah” dengan senyum menenangkan kedua anak kembarnya ini.

“Mbak, Nanda dan Ninda pun merindukan pelukan hangat dari seorang ibu kandungnya seperti yang mbak lakukan pada kedua putra putri mbak ini untuk menenangkan perasaannya, tolong mengertilah mbak buang rasa bersalah mbak jangan siksa perasaan mereka” ujar Resti yang ternyata belum meningalkan ruangan dan akhirnya Resti pun meninggalkan Anissa
Dan Anissa pun menangis makin menjadi-jadi.



---oo0oo---​







dikota besar ujung timur pulau jawa, sebuah mobil berhenti disebuah parkiran gedung pernikahan terlihat tak begitu mencolok dibandingkan mobil mobil tamu lainnya yang terlihat mewah, mobil itu didalamnya membawa Anisa beserta kedua putra putrinya, Anissa memang sengaja menyewa mobil milik tetangganya untuk hadir memenuhi undangan pernikahan. Sebenarnya dirinya enggan menghadiri undangan itu, karena rasa malu, sesal dan bersalahnya kembali muncul tetapi didalam surat undangan terselip selembar kertas tulisan anaknya Nanda yang mengharapkan dirinya hadir dipernikahannya membuat Anissa mengesampingkan semua itu. Apapun yang terjadi nanti dengan berat hati Anissa pun mengajak kedua anak kembarnya untuk hadir.

“bu ini gak salah tempatnya yakin ini, mewah banget pestanya emang siapa sih yang ngundang dari kemarin ibu gak mau jawab


Pov anisa

Dengan berat ku melangkah memasuki Gedung pernikahan, tertegun saat meihat putraku yang sedang melaksanakan prosesi upacara pernikahan militer, dengan langkah tegap menggandeng seorang wanita cantik berkerudung, yah dia menantuku istri dari anakku yang lahir dari rahimku..

Lalu aku mencari tempat dimana aku dapat melihat kebahagian putraku tanpa diketahui olehnya.. disuatu sudut gedung tertutup oleh para tamu, dan disana mataku terus tak lepas melihat putraku , prosesi demi prosesi pernikahan telah dilaluinya terpancar jelas diwajahnya kebahagiaan. Saatnya mereka menaiki pelaminan, dikuti oleh….

“Kang….” Mataku melihat kang Ahmad menaiki pelaminan dengan resti disampingnya, Tak kuasa aku meneteskan air mata, entah apa yang ku tangisi apa ini kebahagiaan atau penyesalan.

“Sungguh beruntungnya kamu Nak, mendapatkan Istri yang cantik..!!” aku mengagumi kecantikan wanita disamping putraku

“Bu.. bu.. stand makanannya dah dibuka boleh Chika kesana mencicipnya!!” terdengar Chika menarik tanganku.

“ehh.. Chika.. bentar..” dengan mengusap Air mataku agar tak diketahui Chika

“Kok ibu nangis kenapa, ada yang salah ama pengantinnya bu??” chika mengetahui aku yang menangis.

“Gak kok nak, ibu menangis membayangkan jika nanti kamu menikah, ibu ingin kamu seperti seperti pengantin wanita itu, Chika pasti bahagia dan ibu pun sangat bahagia nak” jawabku mengalihkan perhatiannya

“Ah ibu, Chika kan masih kelas 6 sd masih jauh dah kepikiran kesana!, dah akh bu itu keliatannya enak!!” jawabnya dengan manja sambil menunjuk sebuah stand.

“Eh Kakak kamu kemana?!” aku mulai tersadar Bagus sudah tak berada disisiku, tapi chika sudah berlari meninggalkan ku.



“KEPADA KELUARGA MEMPELAI PRIA DIHARAP MENAIKI PELAMINAN, KITA AKAN ABADIKAN HARI KEBAHAGIAAN INI, KEPADA BAPAK AHMAD DAN IBU RESTI BESERTA PARA ADIK DARI MEMPELAI PRIA KAMI PERSILAHKAN MENGAMBIL POSISI YANG TELAH DIATUR OLEH KRU” terdengar MC berbicara, membuyarkan pencarian Bagus, aku pun kembali memandang pelaminan, terlihat Kang Ahmad tertawa bahagia diikuti Rizki memeluknya, begitu pula Resti yang telah menggantikan posisiku disamping Kang Ahmad, seorang anak gadis kira kira seusia Chika menggandeng bocah kecil berjalan menaiki pelaminan dan dikuti seorang gadis cantik dibelakangnya



DEGGG



Berdetuk kencang hati ku saat tau bahwa gadis cantiik itu adalah Aninda putriku, dengan anggun berjalan mendekati kedua mempelai bercipika cipiki dengan keduanya terlihat mulutnya seperti mengucapkan selamat dan lalu mengambil posisi berdiri disamping Resti. Lalu mereka pun berfoto bersama mengabadikan hari kebahagiaan ini



Perih hati ini melihat disaat mereka berdiri dipelaminan di hari kebahagiaan putraku, seharusnya itu aku yang berada disana yang menikmati semua ini bukan resti, ya allah aku bener benar bodoh telah menghancurkan kebahagiaan aku sendiri oleh kebodohan ku yang terbius oleh nafsu dunia. Aku sangat… sangat menyesali semuanya harus aku lalui.

Tak terasa air mata ini menetes dengan deras dan tak kuasa tubuhku bergetar ingin ku berteriak meluapkan perasaan ini.

“Buuu… kenapa ibu menangis!!” tiba tiba Bagus menyadarkanku. Terlihat ditangannya memegang hp yang dia pinjam dari ku

“Nak kita pulang saja yuk…!! Mana Chika” sambil menarik lengan Bagus lalu kau mencari cari chika dan akhirnya chika pun kutemui sedang menikmati sebuah hidangan, tanpa banyak bicara akupun menariknya.

“Chika ayo kita pulang nak”

“Tapi bu chika belum mencicipi semua hidangannya”

“Iya bagus juga malahan belum makan..!!” Ada penolakan dari mereka saat ku menarik lengan mereka, tapi…

“Ntar kita makan yang lebih enak dijalan dan setelah itu kita sebelum pulang kita singgah dulu dikota Y, kalian belum pernah kesana kan, entar keburu kemalaman disana” bujukku agar kedua anakku mengerti

“Assyiikk bener nih bu..!! kalo gitu ayo kak, chika pengen cepet kesana pengen liat candi yang megah itu ” chika pun tersenyum bahagia rasa kecewanya terobati malahan dia yang menarik cepat lenganku.

Saat hendak melangkah keluar di pintu gerbang terdengar MC berbicara

“SEGENAP KRU MANDIRI WEDDING ORGANIZER MENGUCAPKAN SELAMAT BERBAHAGIA KEPADA BAPAK AKHMAD DARMAWAN SELAKU PEMILIK PT CAHAYA ANUGERAH, BESERTA KELUARGA DAN TAK LUPA JUGA SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU KEPADA KEDUA MEMPELAI PENGANTIN”



Deggg.. kakiku terhenti melangkah

Hatiku tersentak saat mengetahui pemilik dari nama perusahaan yang selalu tak henti hentinya memberikan bantuan kepadaku selama 12 tahun ini telah disebut oleh MC tadi,

“Kang, apakah selama ini kamu..!!” aku menoleh kearah pelaminan dan disaat itu juga kang Ahmad pun menatap tajam ke arahku. Aku pun langsung memalingkan wajah engan keberadaanku ini di ketahui olehnya, dengan air mata yang tak henti menetes aku bergegas pergi meninggalkan gedung pernikahan ini



….



….



….



Dalam perjalanan aku hanya diam, otakku terus berputar mencari jawaban dari semua ini mulai dari kepindahan ku, pembelian rumahku yang dinilai sangat murah, dan beasiswa yang diterima oleh bagus dan chika hingga kuliah nanti.



“Bu, bagus pengen deh kayak kakak tadi, dengan seragam militer dia terlihat ganteng dan gagah disana!!” bagus memulai percakapan sambil memperlihatkan foto yang dia ambil di hp ku.

“Iya kak, chika juga pengen kayak mempelai wanitanya .. dia anggun cantik dengan hijabnya.. tuh liat” ikut nimbrung melihat foto yang diambil kakaknya.

“Bagus.. chika, jikalau dah besar kamu harus mesti seperti mereka, contoh mereka, mereka itu sedari kecil giat belajar untuk mencapai cita cita, makanya mereka terlihat sangat bahagia karena cita cita mereka telah tercapai, apalagi kamu bagus kamu seorang lelaki kamu harus bisa jadi pemimpin kayak kakak yang tadi menikah” aku memberi nasihat pada kedua anakku.

“Kok ibu tau sih mereka giat belajar apa ibu mengenal mereka” Tanya Chika curiga

“Iya sih bu siapa sih mereka, eehh ibu tau gak kenapa bagus memfoto mereka, tadi pas bagus melihat dari dekat kok tiba tiba ada perasaan pengantin prianya seperti ada hubungannya dengan bagus bu, makanya bagus foto mereka supaya bisa menanyakan ke ibu??” bagus pun bertanya,

Ingin ku jawab pertanyaan kedua anakku ini tapi mulut ini seakan berat untuk berbicara, hanya air mata yang kembali menetes dan segukan kecil yang keluar dari mulutku, rasa bersalah yang aku kubur kembali terkuak dalam hatiku ini, aku tak ingin kedua anakku ini terluka jika mengetahui kebenaran yang terjadi, yah aku gak mau mereka menjadi korban seperti kedua kakak mereka akibat kebodohan ku ini.

Mungkin nanti jika saatnya kelak mereka akan mengetahui segalanya akan aku terima semua penilaian mereka pada diriku ini, biar sang waktu yang menjawab.

Tak kuduga kedua anakku memelukku erat

“jika ibu gak mau menjawabnya tak mengapa bu, kita gak akan bertanya lagi, lagian mereka gak ada hubungannya dengan kita” ujar mereka, membuat luka di hati ini makin teriris, isak tangisku pun semakin menjadi.

Dalam tangisku aku hanya bisa membalas pelukan mereka tanpa sepatah katapun terucap.

Entah apa yang nanti akan terjadi jika kedua anakku ini mengetahui kebenaran yang terjadi, tapi yang jelas sekarang ini aku hanya bisa mendidik dan membimbing mereka agar bisa seperti kakak-kakaknya kelak, dalam hati aku berjanji, akan curahkan segalanya untuk kedua anakku ini, aku ingin semua anakku yang lahir dari rahimku menjadi orang yang sukses dunia akhirat, aku ingin mereka selalu bahagia semasa hidupnya dan yang pasti aku ingin membekali mereka dengan iman yang kuat agar mereka tak seperti aku yang terlena akan indahnya duniawi dan menyianyiakan semuanya hanya karena kepuasan nafsu sesaat.

Yang sekarang aku pikirkan adalah setelah sampai dirumah aku akan kembali pindah menjauhi dari kang Ahmad dan Anak anaku hingga mereka tak ada yang tahu dimana aku tinggal

“Bagas Chika nanti sampe rumah kita beres beres yah, kita pindah rumah rasanya ibu gak betah lagi disana, pak nanti saya nambah satu hari untuk sewa mobilnya” ujar Anissa membuat kedua putra kembarnya kembali bingung dibuatnya.















Pov Ahmad

Satu jam sebelumnya dipesta pernikahan

“KEPADA KELUARGA MEMPELAI PRIA DIHARAP MENAIKI PELAMINAN, KITA AKAN ABADIKAN HARI KEBAHAGIAAN INI, KEPADA BAPAK AHMAD DAN IBU RESTI BESERTA PARA ADIK DARI MEMPELAI PRIA KAMI PERSILAHKAN MENGAMBIL POSISI YANG TELAH DIATUR OLEH KRU”

“Pah ayo kita foto dulu ntar menyambutnya didepan juga nanti bisa” Resti mengajakku saat aku sedang menyambut tamu.

“Iyaa bun, …pak bu maaf aku naik dulu nanti disambung kembali “ aku pun berpamitan pada para tamu yang menyapaku tadi.

Aku pun naik kepelaminan sambil menggandeng Resti

“Kamu sungguh cantik bun dengan kebaya ini” aku memuji kecantikan Resti,

“Ih papah bisanya ngegombalin Bunda aja” bisik resti manja sambil menggandeng lenganku Resti mencubit pinggangku.

Dulu resti adalah istri dari Aiptu Bagja anggota polisi sahabat dekatnyanya tak jarang dia membantu seperti saat penggerebekan istrinya Anissa, dia telah dibunuh oleh mengungkap sebuah kasus penggelapan dana yang melibatkan banyak pejabat di pemerintah pusat, meskipun kasus itu telah terungkap dan orang orang yang terlibat telah ditangkap tapi musti dibayar dengan mahal yaitu nyawanya. Nyawa Bagja tak tertolong saat dirawat di rs setelah dirinya ditembak oleh orang orang suruhan dalam perjalanan pulang. Bagja telah berpulang dengan meninggalkan seorang istri dan seorang putri. Sebelum kejadian tersebut bagja menelepon diriku dia berbicara bahwa semua bukti yang terlibat dalam kasus ini telah kumplit dan semua pelakunya akan ditangkap, tapi diakhir percakapan Bagja berkelakar jika apapun yang terjadi pada dirinya dia meminta ku untuk menjaga dan melindungi istri dan putrinya kalo bisa aku harus menggantikan posisi dia disamping isrinya dan menjadi ayah dari putrinya, aku hanya menanggapi dengan tawa. Tapi ternyata Aku tak mengira bahwa candaan dari perkataan bagja tadi adalah nyata dari insting bagja bahwa dirinya memang tengah terancam.

3bulan semenjak kematian Bagja aku pun berkata pada Resti untuk meminangnya, entah apa yang ada dibenak Resti dia hanya mengangguk menerima pinangan ku, butuh waktu dua tahun aku mulai menerima dan menyayangi Resti sepenuh hati hingga Kalila Putriku bersama dirinya lahir ke dunia ini. Akupun tak menyangka akan mendapatkan Resti pengganti Anissa, seorang istri yang cantik sholehah.

“Aninda, Karina, Azka ayo cepat kesini itu ademu Kalila gandeng” ucap Resti menyadarkan lamunanku akan Resti.

“Kak selamat yah.. dan untuk kak Sissil selamat datang di keluarga kami, semoga kalian menjadi keluarga yang bahagia” ucap Aninda sambil bercipika cipiki.

“Ninda, Azka sini berdiri samping bunda” ajak Resti memanggil Aninda yang telah berdiri disamping Rizki, akupun beranjak berdiri disamping Sissil menantuku lalu mengajak karina dan menggendong kalila putri bungsuku.

Kami pun berpose untuk mengabadikan momen kebahagiaan ini. Tiba tiba dihadapan ku sesosok bocah seumuran Azka mencoba mengabadikan kami, yah seseorang bocah wajahnya sangat ku kenal. pandanganku pun lalu mencari sosok yang bersama bocah itu.

“Pak.. liat kesini .. jangan kemana mana” tegur fotografer melihat mataku kesana kemari, akhirnya aku pun mengikuti permintaan fotografer.



Setelah di foto aku mencari sosok bocah tadi, dan ternyata dia sudah tak ada dihadapanku. Aku pun terus mencari sosok yang ku cari

“SEGENAP KRU MANDIRI WEDDING ORGANIZER MENGUCAPKAN SELAMAT BERBAHAGIA KEPADA BAPAK AKHMAD DARMAWAN SELAKU PEMILIK PT CAHAYA ANUGERAH, BESERTA KELUARGA DAN TAK LUPA JUGA SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU KEPADA KEDUA MEMPELAI PENGANTIN” terdengar MC mengucapkan selamat

Tatapanku tertuju pada sosok wanita berjilbab yang tergesa gesa meninggalkan gedung di pintu masuk gedung hingga akhirnya dirinya pun menoleh. Kami pun perpandangan sejenak



“Anissa..!!” gumam ku saat mengetahui siapa wanita itu, dengan cepat anissa memalingkan wajahnya lalu meninggakan gedung,

Entah apa yang ada dibenakku, saat anissa memalingkan pandangannya tanpa disadari reflek aku hendak mengejarnya tapi Resti menahanku lalu menyuruhku untuk duduk dipelaminan,

“Bun.. Dddia datang buun.. aaaku haruss mengejarnya” aku terbata bata tak kuasa meneteskan airmata.

“Pah bukan bunda menghalangi papah untuk mengejarnya, tapi papah liat sendirikan dirinya masih penuh dengan penyesalan yang akhirnya dia meninggalkan kita kembali, aku tau itu bukan rasa cemburu tapi rasa bersalah yang amat sangat pada papah dan anak anak, jika papah menemuinya pasti akan menyakiti perasaannya, tolong papah mengerti, jika aku dalam posisi itu pun aku bakalan kayak mbak Anissa, bunda harap papah bersabar ada waktunya mbak Anissa kembali ke keluarga kita”

“ttapi bun.. dia ibunya Nanda, dia pun harus ikut berbahagia dipernikahan dia” sanggahku

“liat pah apa, apa Nanda dan Ninda tak ingin bertemu dengannya” ucapnya dan dimata beningnya mulai tergenang airmata, lalu akupun berpaling pada Nanda, terlihat Nanda yang menangis sambil menenangkan Ninda dipelukannya, ternyata kedua putra putriku pun tau kehadiran ibu mereka.

“Aku tau pah papah masih mencintainya, aku pun tau selama ini papah membantu mereka diam diam tanpa sepengatahuan kami, pah apa papah ingin tau kenapa bunda menerima pinangan papah dulu” ucap Resti membuat aku memandang wajahnya.

“Karena papah masih mencintai mbak Anissa dan selalu menyanyangi dia meskipun dia telah melakukan kehilafan terbesarnya. Tapi papah masih bisa memaafkan dalam hati papah sosok mbak Anissa selalu ada meskipun dia telah pergi meninggalkan papah, semuanya itu membuat aku ingin menjadi salah satu bagian dalam hati papah, seperti bunda saat ini dalam hati bunda mas Bagja selalu masih ada dan tetap hidup meskipun papah hadir dalam hati ini” ujar Resti dengan berderai air mata.

Teringat perkataanku saat aku meminang Resti

“Res, bolehkah aku menjadi pemimpin dalam hidupmu menggantikan suamimu Bagja,.. maukah kamu mengantikan Anissa menjadi istriku disaat dirinya tak ada disampingku, tapi aku berjanji aku pun tak akan meninggalkanmu, aku akan selalu menjadi pemimpin, menjaga kamu, mencintai kamu serta melindungi kamu, jika sewaktu saat Anissa kembali kepadaku. Aku memang tak seperti almarhum suami mu Bagja tapi aku akan melakukan yang terbaik, aku tak ingin kejadian Anisa terulang lagi pada dirimu yang membuat diriku seakan menjadi pecundang, itu sumpahku jika kamu menerima lamaranku ini, Res aku melakukan ini bukan karena amanat Bagja suamimu yang telah berpesan untukku agar menggantikannya disamping kamu, tapi aku melihat ketulusanmu ke ikhlasanmu saat Bagja meninggalkan kamu perjuangan kamu akan semua ini membuat aku yakin bahwa kamu adalah wanita yang akan berada disampingaku selain Anissa, apa kamu terima lamaranku ini” ujarku.

Akhirnya aku mengerti alasan Resti tanpa ragu menerima lamaranku, bukan harta bukan jabatan yang menjadi alasannya tapi melihat besarnya rasa cintaku pada Anissa membuat dirinya pun ingin mendapatkan cintaku untuknya



“Maafkan Papah Bun, papah menyakiti perasaan kamu” aku mengusap airmata dipipinya

“Tidak pah, seperti yang bunda katakan apapun yang terjadi, papah adalah pemimpin bunda , dan itu selalu sampai salah satu kita tutup usia, bunda akan selalu ada untuk papah” jawab Resti sambil memegang tanganku yang berada dipipinya.

“Sudah pah malu diliat ama tamu, untung tadi mc mengumumkan dikira kita menangis karena bahagia hihi” Ujar Resti lalu berdiri mengambil posisi untuk mengabadikan kembali momen bahagia ini. Aku berpaling pada rizki dan ninda ternyata mereka pun sedari tadi memperhatikan kami berdua.

Mereka pun tersenyum dan mengangguk padaku seperti memberi semangat pada diriku meskipun aku tau dalam hati mereka merasakan kepedihan tak bisa membagi hari kebahagiaan ini bersama ibu mereka.

Lalu aku berdiri mengambil posisi dengan pandangan kearah pintu masuk

Dalam hati berkata

“Anissa maafkan kang Ahmad yang mengajak kamu pada dunia yang penuh kemunafikan ini, sehingga membuat kamu terlena akan nafsu sesaat, dan maafkan akang yang tak bisa mengingatkan kamu tak bisa menjadi pemimpin yang melindungi kamu dari semua godaan itu, akang hanya bisa diam, tapi ternyata kamu musti melalui ini. Anissa kembalilah akang ingin kamu kembali pada akang dan berkumpul kembali bersama keluarga kecil kita, tak peduli akan semua kesalahan yang kau perbuat aku tetap memaafkan kamu, tak terbersit dalam hati ini untuk meninggalkan kamu ataupun menceraikan kamu disaat kamu terpuruk, kamu tetap selalu menjadi istriku seumur hidupku. meskipun telah ada Resti disamping aku, tapi kamu tak usah khawatir akan itu Resti pun akan menerima mu kita bina lagi dari awal keluarga kecil kita bersama Resti. Aku mohon kembalilah padaku, pintu hatiku masih selalu terbuka untukmu, aku yakin disuatu hari nanti kamu pasti akan kembali padaku”.





--End--













asik nii kalo ada lanjutannya.... biar kayak cerita2 drama laennya
 
Suhu, aku mbrebes mili hiksss ..
:hua:

Di wajah itu ia menuai getir
Saat kutanya mengapa
Ia menjawab dengan mata berair
"sebab aku menolak lupa pada nestapa"

Ah, hidup hanya sekedar
Setajam apapun kenyataan menikam
Suka duka sudah ditakar
Kembangkan layar, ikuti arus agar tak tenggelam
keren makna puisinya,

"tanpa melupakan kenangan pahit hidup mesti terus berjalan seiring waktu"

makasih kakak dah singgah..!!
 
Keren bgt hu ceritanya ane sampe sedih bacanya :((
Good luck hu semoga kelak nubitol bisa buat cerita spt ini...
 
Foolish Love



Aku tidak akan pernah mengalami cinta lain seperti ini

Karena Aku seorang yang naif dengan banyak penyesalan

Setiap lembaran yang melekat

Jangan memikirkannya dan pergi begitu saja

Bagimu itu adalah cinta yang tidak terpenuhi



Setiap kali ku merindu

Ku selalu mencari kabar

Meskipun ku tahu kau tak kan menjawab, kumasih tetap mencobanya

ku tak tahu apa yang sangat ku rindukan dari cinta yang sudah berakhir

Seseorang yang hidup setiap hari dalam air mata

Aku bukan Siapa-siapa lagi

Tempat kamu mencintaiku

Sekarang aku ditinggal sendiri di sana

Tidak dapat memegangmu, tidak dapat membiarkanmu pergi

ku terus memanggil namamu berulang kali

ku terus berjalan tak henti

Jika ini adalah harus berakhir, kita seharusnya tak pernah saling mencintai

Kita seharusnya tidak memulai hal seperti itu dan hanya menjalani hidup kita sendiri

ku seharusnya tidak pernah mulai berbicara cinta dengan mu saat itu

Seharusnya aku menahan diri dari cinta yang dialami semua orang





Hal yang paling bodoh di dunia ini adalah memiliki rasa penyesalan

Hal paling bodoh kedua adalah cinta

Dan hal paling bodoh ketiga adalah manusia

Aku seseorang yang penuh dengan penyesalan karena cinta

kau katakan padaku bahwa kau hanya mencintaiku

kau bilang tidak bisa hidup tanpa aku

Aku ingin mengambil bintang dari langit dan memberikannya kepadamu

Tapi sebaliknya aku menunjukkan air mata seterang bintang

Aku mencoba memegang kau dengan caraku ini

Dan ku mencoba berpegangan seperti itu

kau berkata kepadaku, “Seorang wanita yang berpisah denganmu

Apa yang kau harapkan darinya? ”

Oh, cinta bodoh ini yang terus memelukmu



ku menangis dan menangis dan mencoba memelukmu

Tapi waktu telah habis, semuanya sudah berakhir

Meskipun aku menangis dan menangis dan bergandengan denganmu seratus kali

Saya masih mengharapkan bahwa Kamu setidaknya akan melanjutkan dan menjalani kehidupan yang baik

Saya menangis dan menangis dan mencoba memegang Anda

Tapi waktu habis, semuanya sudah berakhir

Meskipun aku menangis dan menangis dan berpegangan padamu seribu kali

Mulai sekarang aku akan menjalani hidupku dari kebalikanmu



Aku tidak akan pernah mengalami cinta lain seperti ini

Karena Aku seorang yang naif dengan banyak penyesalan

Setiap lembaran yang melekat

Jangan memikirkannya dan pergi begitu saja

Bagi kamu, itu adalah cinta yang tidak terpenuhi



maafkan aku

Ini adalah yang terakhir dari air mata yang jatuh

Bahkan ketika aku mulai merindukanmu seperti orang gila

Sama seperti sekarang, di tempat yang tidak begitu jauh

hanya akan meninggalkan rasa sakit ini dan menghapus yang lainnya ...





-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




Makasih untuk semua yang sudah sempat nengok di thread ini

En

Makasih juga buat juri, temen temen, dan para bapers yang udah nyuport Ane

Mohon maaf jika ceritanya tak berkenan, dan terkesan terburu buru hehehe
so......... make me tink.........deep...........
tankyou for the story bro..........
is so... different from the other.......is so deep.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd