Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ketika Birahi Berdesir update Part 08

Otta

Semprot Lover
Daftar
9 Jan 2021
Post
225
Like diterima
40.193
Bimabet



Index :
Part 01 --------------------------- page 01
Part 02 --------------------------- page 06
Part 03 --------------------------- page 09
Part 04 --------------------------- page 15
Part 05 --------------------------- page 19
Part 06 --------------------------- page 25
Part 07 --------------------------- page 29






































Part 01


A
ku masih ingat benar, ketika aku sedang belajar berbisnis, aku berjumpa dengan Teh Nining yang usianya sudah 36 tahun, sementara aku baru 18 tahun. Jadi usia Teh Nining 2 kali lipat usiaku.

Aku menganggap Teh Nining itu guru sekaligus teman bisnisku. Karena aku mulai dari nol, sampai akhirnya mengerti seluk bisnis, berkat arahan Teh Nining.

Teh Nining pun cukup bijak. Kalau bisnis yang sedang dijalani belum pecah, biaya untuk segala kebutuhan dijamin olehnya. Lalu diperhitungkan setelah transaksi terlaksana.

Jatah fee buatku selalu memuaskan. Dan selalu kusimpan di tabunganku. Karena itu aku sangat hormat kepada Teh Nining, yang kuanggap sebagai bossku dalam setiap langkah bisnis serabutan ini.

Yang menyenangkan, Teh Nining itu punya sedan merah maroon metalic. Pada awalnya dia selalu nyetir sendiri. Lama kelamaan aku mengusulkan untuk gantian nyetir. Karena aku sudah lancar nyetir dan sudah punya SIM A. Sengaja aku belajar nyetir dan berusaha punya SIM, karena tadinya aku berniat jadi sopir angkot daripada nganggur.

Setelah aku ditest nyetir mobilnya, Teh Nining berkata, “Wah, ternyata Edo sudah bagus nyetirnya ya. Malah lebih halus daripada teteh. Kalau gitu sih Edo aja yang nyetir mulai sekarang sih. “

“Siap Teh, “ sahutku, “aku malah gak enak terus – terusan disetirin sama Teh Nining. “

“Nyetir ke luar kota sanggup ?” tanyanya.

“Sanggup deh. Aku pernah nyetir sampai Semarang segala Teh. “

“Baguslah. Sebentar lagi ada objek di Kota X. Ada pabrik bangkrut yang mau dijual besinya. “

“Banyak besi tuanya Teh ? ”

“Katanya sih lebih dari seribu ton. “

“Berarti besar juga pabriknya ya. “

“Memang besar. Pemiliknya kabur, pulang ke negaranya. Lalu pabriknya disita oleh bank. “

“Jadi yang mau menjual besi tuanya itu pihak bank ?”

“Iya. Makanya teteh bisa mendapat penawaran dari teman lama yang bekerja di bank itu. Kalau bukan lewat bank sih, sulit mendapatkan besi tua. Pasti keduluan sama para pemain besi tua. “

“Yang tukang bongkar dan tukang timbangnya sudah ada ?” tanyaku.

“Sudah. Orang Kota X semua yang sudah biasa kerja sama teteh. “

Beberapa hari kemudian aku dan Teh Nining berangkat ke Kota X. Untuk mensurvey pabrik bangkrut itu. Tentu saja pengecekan besi – besi yang akan dijual itu diteliti dulu oleh orang kepercayaan Teh Nining, yang sudah ahli dalam menaksir kuantitas dan kualitas besi tua di pabrik yang sudah disita oleh bank itu.

Bisnis di Kota X itu sukses. Tapi aku dan Teh Nining harus berada di Kota X selama lebih dari seminggu.

Karena itu aku dan Teh Nining menginap di hotel yang termasuk dekat dengan lokasi pabrik bangkrut itu. Menginap sekamar dengan Teh Nining di hotel itu, memang menimbulkan perasaan risih. Sehingga di malam pertama aku tidak langsung berada di dalam kamar. Dengan alasan ingin merokok, aku nongkrong di lobby hotel yang ada smoking areanya. Dengan hanya mengenakan celana training hitam dan kaus oblong putih.

Setelah hampir tengah malam, barulah aku masuk ke dalam kamar. Kulihat Teh Nining sudah terbaring miring membelakangi pintu dan memeluk bantal guling, tanpa mengenakan selimut.

Di kamar ini tersedia 2 bed ukuran medium. Tentu saja aku akan tidur di bed yang kosong. Tapi ketika aku baru mau merebahkan diri di atas bed yang kosong itu, tiba – tiba terdengar suara Teh Nining, “Jatah fee mau dibelikan apa nanti ? Mau beli mobil ?”

Aku kaget. Ternyata Teh Nining sudah duduk di atas bed, sambil membetulkan rambutnya yang terurai ke depan wajah cantiknya.

“Wah, aku sih gak mikir mobil segala. Yang selalu menjadi cita – citaku, cuma ingin kuliah Teh. “

“Jadi jatah feenya mau dipakai untuk kuliah ? ” tanyanya.

“Iya Teh, “ sahutku.

“Sini duduknya, jangan jauhan gitu. Biar gak usah keras – keras ngomongnya, “ kata Teh Nining sambil menepuk kasur di sampingnya.

Aku pun melangkah ke bed yang sedang dipakai oleh Teh Nining.

Darahku berdesir ketika melihat paha Teh Nining yang putih mulus dan terpamerkan lewat belahan kimononya. Tapi peristiwa 2 tahun yang lalu membuatku trauma. Maka aku mengalihkan pandangan ke arah lain.

Ya, 2 tahun yang lalu, ketika aku baru berusia 16 tahun, aku pernah mengalami kisah yang membuatku trauma. Saat itu aku masuk ke dalam kamar ibu tiriku yang biasa kupanggil Mama itu. Tujuanku saat itu mau meminta uang untuk ujian akhirku. Karena saat itu aku masih duduk di bangku kelas 3 SMA.

Saat itu kulihat Mama sedang menungging di lantai, untuk mengambil handphonenya yang terjatuh ke kolong tempat tidurnya. Yang membuatku terkejut, adalah saat itu Mama menungging, sehingga bokong dan memeknya terbuka total, karena Mama tak mengenakan celana dalam. Sementara Mama yang sedang menjulurkan tangan ke bawah tempat tidurnya, tidak menyadari kalau aku berada di dalam kamarnya. Dan tengah menyaksikan pemandangan yang luar biasa itu ... yang membuat si dede terbangun ... !

Lalu entah kenapa, saat itu aku mendadak nakal. Dan mencolek memek ibu tiriku sambil ketawa cekikikan, “Hihihiiii ... Mama lagi ngapain ?”

Mama tersentak. Berdiri dan menampar pipiku ... plaaaaak !

“Kamu sudah belajar kurang ajar ya ?! “ bentak Mama sambil bertolak pinggang.

Aku menunduk sambil merasakan panasnya pipiku bekas ditampar oleh Mama barusan. “Maaf Mam ... barusan aku ... aku salah ... “ ucapku sambil melangkah mundur. Lalu bergegas meninggalkan kamar Mama.

Terus terang, peristiwa itu membuatku jadi trauma. Tak berani lagi mengganggu wanita mana pun yang usianya lebih tua dariku. Takut ditampar lagi. Meski tamparan Mama tidak sakit, namun sakitnya di hatiku ini.

Bahkan sejak saat itu aku tidak berani mendekati ibu tiriku. Aku jadi jaga jarak dan tak pernah memikirkan yang bukan – bukan lagi.

Pada saat melihat putih dan mulusnya paha Teh Nining pun aku masih traumatis, masih teringat benar betapa marahnya ibu tiriku yang biasanya baik – baik saja itu.

“Apakah Edo bisa membagi waktu kuliah dengan bisnis nanti ?” tanya Teh Nining sambil memijat – mijat lututku yang masih mengenakan celana training.

“Akan kuusahakan agar bisa membagi waktu. Karena bisnis juga gak boleh dilupakan, “ sahutku.

“Bagus, “ ucap Teh Nining sambil mengusap usap punggungku yang masih memakai kaus oblong. “Tapi kita pasti lebih dari seminggu harus tinggal di sini. Pabrik itu harus dibongkar dulu, lalu besinya dipisahkan. Kemudian ditimbang semuanya. Terakhir, kita harus mengirimkan besi yang sudah ditimbang ke pabrik peleburan. “

“Kalau semuanya sudah sukses, sebaiknya Teh Nining menyediakan rumah untuk basis grup kita. Soalnya rumah Pak Hendra kan mau dijual. Lantas di mana grup kita bisa ketemuan ?”

“Rumah teteh kan ada dua. Nanti rumah yang kecil bisa dijadikan basis grup kita, “ kata Teh Nining.

Aku mengangguk sambil tersenyum. Sambil agak bingung, karena aku belum tahu seperti apa rumah – rumah Teh Nining itu, karena memang belum pernah tmenginjak rumahnya. Setiap kali bertemu dengannya, selalu di rumah Pak Hendra atau janjian ketemu di foodcourt sebuah mall.

“Soal tempat untuk basis grup, kita pikirkan belakangan. Sekarang sih teteh lagi pengen hiburan yang paling menyenangkan. Agar kita jangan stress menunggu lama – lama di kota ini. “

“Mau hiburan apa Teh ? Mau karaokean atau nonton bioskop ?” tanyaku yang tetap menghindari pandangan ke arah paha Teh Nining.

“Ih, ngapain jauh – jauh nyari hiburannya ? Di kamar ini juga kita bisa mendapatkan sesuatu yang menghibur. “

“Mmm ... mau maen catur di sini ?” tanyaku masih bernada bodoh. Karena tidak berani menebak secara “cerdas”.

“Iiiih, masa maen catur ?” Teh Nining menutupi mulutnya seperti menahan tawanya.

“Kan Teteh tau, sama aku sih harus yang jelas ngomongnya. “

“Mau yang jelas ?” tanyanya sambil mengapit sepasang pipiku dengan kedua tangannya.

“Iya Teh. Hiburan apa yang Teteh maksud ?” tanyaku sambil memberanikan diri menatap sepasang matanya yang bening itu.

Lalu Teh Nining menyahut, “Teteh mau ngajak berbagi rasa. Belum jelas juga ?”

“Masih samar – samar teh. “

Tiba – tiba Teh Nining memegang celana trainingku, tepat pada bagian yang menutupi si dede. Dan meremasnya dengan lembut. “Kalau Edo mau ... kita wikwik aja yok. “

Aku tersentak kaget dan tidak berani menjawabnya. Karena ajakan Teh Nining itu di luar dugaanku. Selama ini aku menganggapnya sebagai wanita yang kuhormati. Tak pernah memikirkannya dari sudut yang bukan – bukan. Lagipula aku takut kejadian 2 tahun yang lalu itu terulang kembali.

“Kenapa diem ? Gak mau ? Gak suka sama teteh ?” tanyanya sambil menyelinapkan tangannya ke dalam celana trainingku lewat bagian perut yang elastis.

“Bu ... bukan tidak suka ... bukan tidak mau ... aaa ... aku hanya masih kaget aja Teh, “ sahutku tergagap. Karena Teh Nining sudah memegang kontolku yang sudah mulai menegang ini ... !

Lalu aku berusaha menenangkan diri. Berusaha memastikan bahwa ini bukan bercanda atau pun sesuatu yang bersifat semu. Terasa jelas bahwa Teh Nining membutuhkan kelelakianku. Lalu kenapa aku masih merasa trauma ?

Teh Nining bukan ibu tiriku. Lalu kenapa aku tidak segera menyambut ajakannya dengan bersikap sehangat mungkin ?

Lalu, ketika Teh Nining masih menggenggam kontolku yang masih bersembunyi di balik celana trainingku, aku memberanikan diri mengelus paha Teh Nining yang putih mulus itu sambil bertanya, “Teteh serius mau ngajak wikwik ?”

“Serius lah, masa bercanda. Teteh kan udah tiga tahun hidup menjanda. Padahal usia teteh sekarang baru tigapuluhenam. Sedang butuh – butuhnya sentuhan lelaki. Edo mau kan memuasi teteh ?” tanyanya sambil mengeluarkan tangannya dari dalam celana trainingku.

“Mau Teh. Tapi aku sama sekali belum punya pengalaman. Jadi harus diajari sama Teteh nanti ... “

“Haaa .... ?! Beneran Edo sama sekali belum pernah wikwik sama cewek ?”

“Belum Teteh. Aku benar – benar belum pernah mengalaminya. “

“Jadi Edo masih bujang asli ?”

“Iya Teh. Disumpah apa juga aku mau. Aku memang belum pernah begituan. “

“Teteh percaya kok sama Edo. Tapi Edo udah siap untuk melepaskan kebujangannya di dalam memek teteh ?”

“Siii ... siap Teh. Aku memang sudah ingin merasakan sesuatu yang kata orang – orang nikmat sekali itu Teh. “

Teh Nining tersenyum. Lalu berlutut di atas bed sambil menanggalkan kimononya. Membuatku terlongong. Karena tinggal celana dalam yang masih melekat di tubuh putih mulusnya itu. Ternyata sejak tadi Teh Nining tak mengenakan beha di balik kimononya. Mungkin karena ia sudah mau tidur awalnya.

Lalu Teh Nining menelentang sambil berkata, “Ayo... lepasin dulu pakaian Edo, lantas gumuli teteh sini ... “

“Iii ... iya Teh, “ sahutku tergagap, karena baru sekali inilah aku melihat wanita nyaris telanjang begitu.

Bahkan ketika aku melepaskan kaus oblong dan celana trainingku, Teh Nining pun sudah melepaskan celana dalamnya. Sehingga tubuh tinggi montok itu sudah full telanjang. Dalam keadaan telanjang itulah Teh Nining bangkit lagi, menyambutku yang sudah telanjang juga. Dengan menggenggam kontolku sambil bertanya, “Kenapa punya Edo gede banget gini ? Diapain ?”

“Nggak diapa – apain Teh. Udah dari sononya aja begini, “ sahutku sambil memberanikan diri mengusap – usap memek Teh Nining yang berjembut di bagian atasnya itu.

Karena masih trauma, aku melihat ekspresi wajah Teh Nining bagaimana ? Apakah seperti ibu tiriku yang marah sekali sampai menampar pipiku ?

Ternyata sebaliknya. Teh Nining malah berkata, “Walau pun sudah punya anak, memek teteh masih legit lho ... “

“Masa sih ... “ cetusku terputus di tengah jalan, karena tanganku diraih oleh Teh Nining, sehingga dadaku terhempas ke sepasang toketnya yang montok – montok. Sementara salah satu tangan Teh Nining memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini.

Lalu terasa kepala kontolku dicolek – colekkan ke memeknya, ke bagian yang licin dan hangat.

Aku hanya terdiam karena belum tahu apa yang harus kulakukan. Maklum aku sama sekali belum berpengalaman dalam soal yang beginian.

Namun Teh Nining mulai memagut bibirku, lalu mencium dan melumat bibirku dengan lahapnya.

Sampai pada suatu saat, Teh Nining menepuk pantatku sambil berkata, “Ayo dorong Do ... “

Mendengar instruksi itu aku pun mendorong kontolku. Dan terasa kontolku mulai membenam ke dalam liang memek Teh Nining yang hangat dan licin.

O, ini sesuatu yang istimewa bagiku. Bahwa untuk pertama kalinya kontolku dimasukkan ke dalam liang kemaluan perempuan.

Setelah kontolku cukup dalam membenam ke dalam liang memek Teh Nining, aku pun mengikuti instruksinya, “Tarik dulu pelan – pelan, tapi jangan sampai lepas. “

“Begini Teh ?” tanyaku sambil menarik kontolku pelan – pelan dan jangan sampai lepas seperti yang diinstruksikan oleh Teh Nining.

“Sekarang dorong lagi sedalam mungkin ... “ ucap Teh Nining yang kuikuti dengan mendorong kontolku sedalam mungkin seperti yang diinstruksikan oleh Teh Nining.

“Nah gitu terus ya ... nanti kalau sudah terasa tidak seret lagi, entotannya boleh dipercepat, “ kata Teh Nining sambil merangkul leherku ke dalam pelukannya. Lalu dengan lahapnya Teh Nining mencium dan melumat bibirku.

Aku memang baru pertama ini merasakan bersetubuh dengan lawan jenisku. Tapi aku pernah beberapa kali nonton video bokep. Karena itu aku tahu apa yang harus dilakukan oleh kontolku yang sedang berada di dalam liang memek Teh Nining ini. Maka dalam tempo singkat saja aku mulai lancar mengentot wanita yang sangat kuhormati ini. Maka mulai pulalah aku merasakan nikmatnya bersetubuh ini. Nikmat yang terasa mengalir dari ujung kaki sampai ke ubun – ubun kepalaku.

“Memek teteh enak nggak ?” tanya Teh Nining sambil meringis – ringis.

“Eee ... eenaak seee ...sekaliiii Teh ... ooooh ... rasanya seperti bermimpi bisa wikwik sama Teteh ...uuuu ... uuuuuhhhh ... gak nyangka Teh ... uuuuuuuh .... “ sahutku terengah – engah.

Lalu terdengar suara Teh Nining di dekat telingaku, “Teteh juga gak nyangka kontol Edo begini panjang gedenya gini ... jadi terasa sekali gesekannya ... oooooohhh ... Edooo ... teteh semakin sayang sama Edo ... oooooooohhhh ... oooooo ... ooooohhh ... Edooooo ... ooooooooh ... “

Namun entah kenapa, tiba – tiba saja aku mengelojot. Lalu menancapkan kontolku sedalam mungkin, karena terasa ada “sesuatu” yang mau meletus dari kontolku.

Lalu ... oooh .... ternyata aku sedang memuntahkan air maniku ... !

Crettttt ... cooooooooooooooooottttttt ... croooooooottttttttt ... croooooooooootttttt ... !

Teh Nining malah memperketat pelukannya sambil bertanya, “Udah ngecrot ?”

“Iiii ... iyaaaa Teh ... ternyata gak bisa lama ya mainnya, “ sahutku.

“Nggak apa – apa. Biasanya begitu kalau baru pertama kali merasakan bersetubuh sih. Biarin aja jangan dicabut kontolnya. Siapa tau nanti bisa ngaceng lagi,” kata Teh Nining sambil mendekap pinggangku erat – erat.

“Iya Teh ... “ sahutku lirih. Sementara kurasakan kontolku mulai lemas. Tapi masih dijepit oleh liang memek Teh Nining yang merapatkan kedua pahanya. Mungkin agar kontolku tetap berada di dalam liang memeknya.

“Edo boleh emut pentil toket teteh, boleh jilatin leher teteh ... bahkan menjilati ketiak teteh juga boleh ... supaya teteh juga makin merassakan enaknya disetubuhi oleh Edo, ‘ kata Teh Nining sambil menunjuk ke pentil toket gedenya, ke leher dan ke ketiaknya.

“Iya Teh ... tadi aku tenggelam dalam kenikmatan yang baru pertama kali aku rasakan. Nanti ajarin aja apa lagi yang harus kulakukan. Karena dalam buku yang pernah kupelajari, hubungan seks itu harus take and give. Berarti aku harus merasakan nikmatnya sekujur tubuh Teteh, tapi aku juga harus bisa membuat Teteh puas, “ sahutku.

“Nah, baguslah kalau Edo sudah mempelajari bukunya segala gitu. Tinggal prakteknya yang belum kan. “

“Iya Teh. “

Lalu Teh Nining mulai mengajarkan bagaimana caranya mengemut puting toket gedenya. Bahwa aku harus menjepit pentilnya dengan bibirku, sementara ujung lidahku harus menjilati pentil toket itu.

Teh Nining juga mengajari bagaimana cara meremas toketnya. Jangan terlalu kuat, tapi jangan terlalu pelan remasnya. Kalau terlalu kuat, Teh Nining bisa kesakitan. Kalau terlalu pelan, malah gak kerasa apa – apa, katanya.

Tiba – tiba Teh Nining berkata, “Nah ... kontol Edo udah ngaceng lagi nih .... “

“Iya Teh. Lanjutin lagi kayak tadi ?” tanyaku.

“Ya iyalah. Edo udah ngecrot tadi. Sedangkan teteh belum apa – apa. Yang kedua kalinya ini pasti Edo lebih tahan lama. Ayo entotin lagi Do ... “ kata Teh Nining dengan nada bersemangat.

Aku mengiyakan sambil mengayun kembali kontolku yang sudah ngaceng lagi ini. Dengan harapan, semoga kali ini aku bisa “main” lebih lama.

Kali ini Teh Nining pun tidak berdiam pasif. Bokong semoknya mulai bergoyang – goyang erotis. Bergeol – geol mengikuti irama entotanku. Sambil merintih – rintih pula, “Edooo .... ooooohhhh ... Edooooo ... oooooh ... ini mulai enak Doooo ... entot terus Dooo ... enak sekaliiiii ... oooooooh ... kontolmu ini gede banget ... makanya terasa sekali gesekannya ... ooooohhhh .... Doooooooo .... entot terus Dooo ... “

Teh Nining merintih dan merintih terus. Sementara aku merasa bahwa kali ini aku bakal normal. Bakal bisa mengentot Teh Nining dalam waktu yang cukup lama. Ini prediksiku. Dan kenyataannya memang begitu. Cukup lama aku mengayun kontolku sambil mengemut pentil toket kiri Teh Nining, sementara tangan kiriku bisa digunakan untuk meremas toket kanannya.

Aku ingin mempraktekkan semua petunjuk Teh Nining tadi. Setelah “kenyang” mengemut dan meremas toket Teh Nining, mulutku pindah sasaran, untuk menjilati lehernya yang jenjang dan harum. Teh Nining semakin merintih dan mendesah. Dan aku sudah pernah juga membaca buku ilmu seksual di bagian rintihan wanita itu. Bahwa konon sulit membedakan wanita yang sedang merintih kesakitan dengan merintih ketika merasakan nikmatnya disetubuhi.

Karena itu aku semakin bergairah mengayun kontolku di tengah rintihan – rintihan histeris Teh Nining. Bahkan aku mulai menjilati ketiak Teh Nining yang harum deodoran itu. Sementara tanganku asyik meremas – remas toket gedenya.

O, betapa nikmatnya melampiaskan nafsu birahi ini. Aku merasa seolah sedang berada di langit ketujuh, langit yang menaburkan segala kenikmatan surgawi ini.

Tubuh telanjangku sudah mulai bermandikan keringat. Bercampur aduk dengan keringat Teh Nining.

Sampai pada suatu saat Teh Nining berkata terengah, “Edooo ... ooooh ... teteh udah mau lepas Dooo ... usahakan Edo juga lepas bareng ... biar nikmat Doo ... “

Mendengar ucapan Teh Nining itu aku bingung sendiri. Karena bagaimana caranya supaya bisa barengan seperti yang Teh Nining inginkan ?

Namun sebenarnya aku pun sedang merasakan seperti mau ngecrot lagi. Karena itu secara alamiah saja kupercepat entotanku, sementara Teh Nining semakin gila – gilaan menggeol – geolkan bokongnya.

Lalu Teh Nining klepek – klepek sambil merintih, “Aaaaaaaaaahhhhh .... aaaaaaah .... lepasiiiin Doooo .... lepasiiiiinnn ... “

Teh Nining gedebak gedebuk, sementara aku pun memang merasa sudah mau ngecroit. Maka kubenamkan kontolku sedalam mungkin, berbarengan dengan mengejangnya sekujur tubuh telanjang Teh Nining.

Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Yang jelas, ketika Teh Nining masih memejamkan matanya dengan mulut ternganga, kontolku memuntahkan air maniku di dalam jepitan liang memek Teh Nining.

Crettttttt ... croooooooooooootttttt ... croooooooooooooootttt ... crettttttcretttttttttttttttttttttttt ... crooooooooooooootttttt ... croooooooooooooooooooooooooootttttt .... !

Lalu aku terkapar di atas perut Teh Nining. Lalu wanita itu membuka kelopak matanya. Menatapku dengan sorot jinak. Dan berkata, “Terima kasih ya Do. Ini sesuatu banget buat teteh. Sesuatu yang akan tetap kukenang sepanjang masa. “

“Terima kasih juga Teh. Karena Teteh telah memberikan suatu pengalaman yang takkan kulupakan. “

“Jadi sekarang Edo gak bujang lagi ya ?”

“Iya. Aku menjadi seorang manusia dewasa, tepat di hari ulang tahunku yang kedelapanbelas ini. “

“Haaa .... ?! Memangnya hari ini hari ulang tahun Edo ?”

“Iya Teh ... ulangtahun yang kedelapanbelas, “ sahutku sambil menarik kontolku sampai terlepas dari liang memek Teh Nining.

“Sebentar ... teteh mau bersih – bersih dulu ya, “ Teh Nining turun dari bed dan bergegas menuju kamar mandi.

Aku pun mengambil kertas tissue untuk menyeka batang kontolku yang berlepotan lendir. Lalu kukenakan kembali celana training dan kaus oblongku.

Tak lama kemudian Teh Nining muncul lagi dalam kimono yang dikenakannya tadi. Lalu ia menjabat tanganku sambil berkata, “Selamat ulang tahun ya Edo Sayang ... semoga panjang umur, banyak rejeki dan bahagia. “

“Amiin ... terima kasih Teh Ning, “ sahutku dengan perasaan bercampur aduk. Karena biasanya kalau sedang berulang tahun, aku suka berkumpul dengan teman – teman karibku.

“Edo mau makan – makan di mana buat merayakan ulang tahunnya ? Ayo teteh yang traktir nanti. “

“Gak usah Teh Ning. Mendingan menikmati ini lagi, rasanya jauh lebih nikmat daripada segala makanan yang ada di dunia ini, “ kataku sambil menyelinapkan tanganku ke balik kimono Teh Nining. Dan memegang kewanitaannya yang belum mengenakan celana dalam.

Teh Nining tersenyum manis. Mencium bibirku dengan mesra. Lalu berkata, “Memek teteh sih memang sudah menjadi milik Edo. Mulai saat ini hanya Edo yang boleh memakainya. “

Lalu di hari yang sudah lewat tengah malam itu, kami bergumul lagi dengan hangatnya.

Teh Nining seolah melatihku tentang posisi – posisi dalam hubungan seks. Sehingga aku mulai bisa melakukannya dengan baik. Menyetubuhi Teh Nining dalam posisi WOT, doggy, rebah miring dan bahkan setelah aku ngecrot, Teh Nining mengajakku mandi bareng. Lalu di kamar mandi Teh Nining mengajakku bersetubuh sambil berdiri.

Aku mulai trampil melakukan semuanya itu. Dan setelah aku ngecrot, kami bilas tubuh kami sampai bersih. Kemudian kami tidur sambil berpelukan.

Selama seminggu kami saling lampiaskan hasrat birahi kami di hotel yang letaknya tidak jauh dari lokasi pabrik bangkrut itu. Sehingga aku tak bisa menghitung lagi berapa kali aku melakukannya bersama Teh Nining.

Tapi di hari ke 9, Teh Nining datang bulan. Sehingga kami tak bisa melakukannya lagi. Lalu kami fokus ke bisnis yang sedang kami kerjakan. Mengirimkan besi tua bertruk – truk itu ke pabrik peleburan besi.

Pada hari ke 12, besi tua di pabrik bangkrut itu sudah habis. Pembayaran dari pabrik peleburan pun sudah selesai.

Teh Nining membagi dua fee yang diterima itu denganku. Padahal tadinya janji Teh Nining hanya akan memberiku 20% dari fee yang jumlahnya luar biasa banyak menurut levelku yang masih belajar berbisnis ini. Tapi ternyata pikiran Teh Nining berubah. Fee itu dibagi dua, 50% untukku dan 50% untuk Teh Nining sendiri.

“Teh Ning ... kok jatahku jadi banyak gini ? “ tanyaku waktu menerima 3 lembar chek tunai itu.

“Kan Edo mau kuliah. Selain daripada itu, teteh ingin agar Edo punya mobil. Supaya gerakan kita jadi lebih cepat. Tapi ... teteh ada permintaan sama Edo, “ kata Teh Nining.

“Permintaan apa Teh ?” tanyaku.

“Edo mau jadi suami teteh gak ?” tanyanya sambil mengusap – usap punggung tanganku yang sedang dipegangnya.

Aku tersentak kaget. Tapi dengan cepat aku menanggapinya, “Mau Teh. “

“Serius mau jadi suami teteh ?”

“Serius. Aku mau jadi suami Teteh. “

“Tapi bagaimana kalau orang tua Edo gak setuju ?”

“Laki – laki kan gak butuh wali Teh. “

“Iya juga sih. Tapi usia teteh dua kali lebih tua dari usia Edo, “ ucap Teh Nining sambil menunduk.

“Biarin, “ sahutku, “Meski usia Teteh lebih tua dariku, tapi Teteh sangat cantik di mataku. “

“Terima kasih, “ Teh Nining tersenyum manis lagi.

Kemudian kami berangkat ke bank, untuk mencairkan semua cek itu dan memindahkannya ke rekening tabungan kami.

Dalam perjalanan pulang ke kota kami, Teh Nining berkata, “Ini untuk pertama kalinya Edo bisa menginjak rumah teteh. Nanti jangan kaget ya. Anak teteh malah setahun lebih tua dari Edo. “

“Gak apa – apa. Di zaman sekarang menikah dengan wanita yang lebih tua itu sudah tidak aneh lagi. Ada juga cewek yang menikah dengan lelaki yang jauh lebih tua. Tidak membuat publik gempar. Biasa – biasa aja. “

“Kalau Edo sudah menikah dengan teteh, semua biaya kuliah Edo biar teteh yang nanggung. Belikan sebagian dari uang itu untuk beli mobil. Sisanya untuk keperluan sehari – hari Edo nanti. “

“Nanti aku pikirkan dulu sematang mungkin Teh. Soalnya aku belum benar – benar membutuhkan mobil. “

“Terus uangnya mau dipakai apa ?”

“Ada bisnis yang membutuhkan modal, tapi anak SD pun bisa mengelolanya. “

“Bisnis apa ?”

“Kos – kosan, “ sahutku.

“Ooooh ... itu bagus Do. Teteh setuju. Tapi kalau bisa, rumah kosnya jangan jauh dari rumah teteh. Kan kalau kita sudah menikah nanti, Edo harus tinggal di rumah teteh. “

“Siap Teh. “

“Mmmm ... teteh jadi semakin cinta sama Edo ... emwuaaaah, “ Teh Nining mencium pipiku.

“Ohya ... kapan Teteh bersih ?”

“Sabar yaaa ... mungkin lima hari lagi juga bersih. Teteh kalau mens suka sepuluh hari. Edo udah kangen ya ?”

“Iya. Kan sudah lima hari istirahatnya. “

“Sabar ya sayang, “ Teh Nining mengusap – usap rambutku, “Nanti kalau udah bersih, mau sehari tiga kali juga teteh kasih. “

Perjalanan yang memakan waktu lebih dari 2 jam itu akhirnya selesai. Tiba di depan sebuah rumah yang sangat megah di mataku.

Meski sudah mengenal Teh Nining lebih dari setahun, baru kali inilah aku menginjak rumahnya. Karena selama ini aku hanya ketemuan dengan Teh Nining di rumah Pak Hendra, atau janjian untuk ketemuan di food court sebuah mall.

Tapi kali ini aku diajak ke rumahnya. Mungkin karena hubunganku dengan Teh Nining akan berubah. Bukan sekadar rekan bisnis semata. Karena Teh Nining sudah menjadi calon istriku.

Dalam hal terbaru itu. aku seolah memutuskannya dengan tergesa – gesa. Menerima ajakan menikah Teh Nining itu. Tapi aku sudah merasakan beberapa unsur positifnya. Lagipula Teh Nining itu seksi abis di mataku. Teh Nining punya wajah cantik, mirip artis NS. Teh Nining juga tak pernah hitungan dalam soal duit, sehingga sejak aku berkenalan dengannya, dompetku tak pernah tipis lagi. Terlebih setelah mendapatkan jatah fee di kota yang baru kutinggalkan itu, aku yakin bisa membangun sebuah rumah besar dengan “jatah” yang sudah kuendapkan di rekening tabunganku itu.

Sudah lama aku ingin punya rumah kos – kosan. Karena bisnis rumah kos itu bisa dijalankan tanpa harus memutar otak. Dan kelihatannya cita – cita lamaku itu sudah bakal terwujud .......

Sebenarnya ini pelanggaran, karena menghidangkan thread di siang hari. Hal ini untuk menghibur readers yang sudah rindu pada lanjutan Pejantan Perkasa.
Sambil menunggu lanjutan PP yang sedang kukerjakan, ini dihidangkan thread baru. Semoga tidak kalah seru kalau dibandingkan dengan karyaku yang lain.
Dan terpaksa thread ini dihidangkan siang, karena nanti malam mau ke luar kota dulu. Semoga suhu - suhu terhibur adanya.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd