Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Wah saya penggemar tulisan suhu, semoga lancar suhu.. Sama cerita muthi please posting lagi suhu
 
udah buka nih hu.........................
 
BUNGA

NOMOR 1




Tok tok tok



‘masuuk’ suara dari dalam



Sambil mengucap namaNya aku memegang gagang pintu dan mendorongnya ke dalam, karena di depannya ada tulisan terbaca jelas ‘DORONG’. Aku lalu melebarkan tatapan mataku melihat ke kesekitar ruangan itu mencari orang yang aku cari, Pak Hakim.



Setelah menemukan sosok yang aku cari, aku melangkahkan kaki ke bilik dosen itu.



‘Nadia ya?’



‘betul pak?’



‘oiya... silakan duduk nad’



‘terima kasih pak’



‘jadi begini nad, to the point saja ya. Tadi pagi saya mendapat pesan dari bagian administrasi, pesannya mengenai anak asuh saya disini yang memiliki tunggakkan cicilan semesternya, disini tertulis kamu sudah telat selama 6 hari. Apakah data ini benar?’ tanya beliau.



‘ehm... betul pak...’



‘hemmm... baiklah, ada alasan yang ingin kamu sampaikan?’



‘jadi begini pak, keadaan ekonomi keluarga kami sedang sulit, bisnis ayah saya sedang mengalami kerugian yang lumayan banyak’



‘oalah saya turut prihatin, mungkin itu nanti saya sampaikan kepada pihak administrasi, mungkin nanti saya coba mendelay tenggang waktunya ya, dan saya berharap kamu segera menemukan solusinya’



‘terima kasih banyak pak’



‘yasudah, tetap fokus belajar ya. Saya lihat nilai-nilai kamu juga bagus, mungkin akan menjadi pertimbangan agar kamu dapat keringanan nantinya’



‘baik pak, saya ucapkan terima kasih banyak sekali lagi’



‘iya, sama-sama nadia. Silakan kalau mau ada kegiatan lain, saya sudah selesai’



‘baik pak, terima kasih. Assalamualaikum’ lalu dibalas dengan salam oleh pak hakim.



Kepalaku langsung terasa pusing dan sakit, hatiku merasa khawatir akan masalah ini, lalu dalam pikiranku berkeliaran bayangan kalau aku bisa saja dikeluarkan dari kampus ini. Namun, ketika aku hendak membuka gagang pintu.



‘nad... kesini sebentar’



‘iya pak..’ aku kembali melangkahkan kaki ke arah bilik dosen pak hakim.



‘duduk dulu’ pintanya, dan aku melakukannya, pak hakim berdiri dan mengintip ke arah bilik lain seperti mencari seseorang.



‘jadi gini nad... hem saya minta percakapan ini dirahasiakan ya?’



‘iya pak, ada apa?’



‘saya mengerti kamu memerlukan uang banyak, sa... saya akan memberikannya ke kamu di angka 15... dan saya rasa kamu paham apa yang saya mau sebagai imbalannya...’ wajahnya sedikit menunduk.



Aku juga menunduk malu mendengarkan kalimat itu, ternyata benar apa yang dikatakan husna bahwa pak hakim orang yang mesum. Aku menundukkan kepala seakan malu seperti perempuan yang menjadi pelacur yang sedang ditawar harganya.



‘tapi nad saya gak maksa... maaf banget ya saya kurang ajar... ehm saya paham jika kamu menolak... tolong jangan beritahu siapa pun kalo saya mengatakan hal seperti ini’ pintanya seperti tulus sekali.



‘baik pak akan saya rahasiakan, tapi mohon maaf saya menolaknya’



‘iya saya paham nad.. maaf ya saya mengatakan ini, saya hanya mau nolong’



Nolong? Memintaku menjadi pelacur sudah jelas, dalam hatiku.



‘iya pak... kalau begitu saya pamit...’ aku mencoba segera mungkin ingin keluar dari ruangan itu karena merasa risih dia menjamah tubuhku dengan matanya, aku segera melangkah ke arah pintu keluar.



‘nad... sekali lagi tawarannya akan terus ada sampai kapanpun... mungkin kamu nanti menemukan jalan buntu... ehh maaf’



Aku terhenti di depan pintu sambil mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya, namun aku tak membalas ataupun melirik padanya, aku langsung keluar sambil mengucap doa-doa perlindungan dan keselamatan.



Sambil berjalan menuju arah masjid utama kampusku aku terus terbayang kejadian barusan, 15 juta? Itukan besar sekali? Apakah memang sebesar itu harga diri seorang perempuan? Apa perempuan yang suka menjajakan dirinya di pinggir jalan juga semahal itu? Pertanyaan aneh mulai merasuki pikiranku.



15 juta loh nadia, itu bisa menutupi biaya kuliah kamu 2 semester dan biaya hidup kamu. Tapi kan caranya haram nad, jangan ambil jalan itu, DIA pasti memberi kamu jalan terbaik nanti jangan mengambil jalan pintas yang tidak DIA sukai nad.



Lamunanku terus berputar, sampai aku tak sadar sudah sampai teras masjid tempat tujuanku. Disana sedang ada kajian pra-nikah yang diadakan oleh lembaga kampus, aku pun segera melepas sepatuku dan berjalan ke kerumunan temanku yang sedang membagikan makanan ke audien.



Tak lupa sebelum aku ikut membantu panitia, aku mengisi presensi kedatangan, aku mencari namaku disana. ‘Bunga Nadia’ lalu aku menuliskan jam kedatangan dan tanda tangan disana.



Penuh syukur hari itu kegiatanku dan teman-teman membuat para audien dan undangan sangat antusias, sangat penuh ilmu yang bisa aku gunakan ketika nanti aku sudah menikah, siapa kah imamku nanti?



Sorenya aku membimbing tim dari akhwat melakukan evaluasi, sedangkan tim ikhwan di ketuai oleh riki.






Aku pulang kerumah tanteku yang memang dekat dengan kampus, hanya sekitar 300 meter saja. Sehingga untuk ke kampus aku tidak perlu mengeluarkan biaya transfortasi, karena sejak masuk kuliah aku sudah tinggal bersama tanteku dan suaminya.



Dirumah tanteku malam setelah isya diadakan pengajian rutin bulanan bersama para ibu-ibu kompleks perumahan tersebut. Semua bermula karena tanteku menjadi guru ngaji para anak komplek tersebut, kemudian berkembang menjadi ada pengajiian ibu-ibu juga.



Tanteku juga seorang aktivis dakwah yang organisasinya cukup terkenal di kota bandung, sedangkan suaminya seorang teknisi di perusahaan kereta api.



Sudah menjadi rutinitasku membantu tanteku setiap akhir bulan menyiapkan makanan dan minuman untuk para tamu. Malam itu pengajian di pimpin oleh ustaz lukman teman dari pamanku. Dia memang seorang ahli teknis yang bekerja dengan pamanku juga, namun ilmu agamanya juga cukup bagus sehingga dia diundang malam ini.



Malam setelah itu aku terpikir bagaimana cara melunasi biaya kuliahku, aku sangat menghindari pertimbangan dari pak hakim tadi dalam pikiranku. Rasanya tidak mungkin juga meminjam dari tanteku, karena keluarga tanteku juga hidup pas-pasan dengan biaya cicilan rumahnya ini yang belum lunas, dan aku tidak mau merepotkannya lagi, karena biasa masuk kuliah setahun lalu sebanyak 10 juta juga belum terbayar.



‘haaahhhhh’



Aku membuang nafas panjang, lalu berdoa kepadaNya agar diberikan jalan terbaik.






Disepertiga malam aku bangun meminta jalan terbaik dari DIA agar segera diberikan jalan keluar dari masalah ini. Aku membaca setiap doa yang aku tahu dan membaca kitab suci sampai mataku terasa perih, lalu tanpa sadar aku ketiduran ketika mengistirahatkan mataku itu.



Lalu alam bawah sadarku memproyeksikan sebuah mimpi, aku sedang ada di sebuah sungai dan melihat air mengali begitu deras dan kuat.



Lalu aku terbangun karena ketukan dari luar, itu adalah ketukan dari pintu oleh tante, berarti sudah memasuki subuh. Aku lalu bangun lalu mandi dan beribadah.






Pagi ini, setelah sarapan aku pamit ke kampus dan izin akan pulang malam karena akan ada ospek jurusan dimana aku menjadi panitianya.



Pagi sampai siang, waktuku habis dengan mata kuliah yang sangat membuat kepala pusing dengan puluhan angka yang menhujam logika agar menerimanya masuk ke dalam pikiranku, karena tak muat masuk semua aku menuliskannya dalam buku coretan kuliahku, barulah setelah duhur aku ke perpustakaan. Sambil membaca novel, aku menyalin kembali coretanku tadi ke buku catatan agar aku lebih paham lagi.



Hal itu aku lakukan sampai sore.



Acara ospek jurusan dimulai setelah magrib, para peserta sudah memenuhi aula dengan pakaian khusus yang sudah disyaratkan panitia acara. Aku mendapat tugas membimbing grup 11 untuk berkeliling mencari pos untuk mereka lewati.



Setiap kelompok berisi 10 orang dan 1 orang pembimbing.



‘haloo... assalamualaikum, nama kakak Bunga Nadia... kalian bisa panggil bunga atau nadia atau nad juga boleh...’ aku memperkenalkan diri.



Kemudian aku menunjuk seorang peserta lelaki yang melihatku sejak pertama kali aku memperkenalkan diri, matanya tak lepas memandangku walaupun banyak orang lalu lalang, pandangnnya tak teralihkan.



‘itu, ade paling pojok silakan perkenalan diri’



‘saya kak..?’ tanya dia





‘iyaa... kamuu’ kataku



‘baik kak... halo semua nama saya Fajar Senja, kalian bisa panggil saya fajar’



‘hemmm... nama belakannya benar senja?’ tanyaku



‘iiiya kak...’



‘hemm oke’ aku memang cukup aneh mendengar mana lelaki seperti itu, seperti nama anak indie.



Kemudian perkenalan dilanjutkan dengan anggota kelompok lainnya, setelah itu aku menunggu komando dari tim koorlap untuk memulai tour pos. Sepanjang jalan menuju pos 1 fajar terus ada disampingku sambil menanyakan banyak hal, aku jawab sebisa mungkin dengan suara agak tegas. Fajar juga menawarkan diri menjadi ketua kelompok ketika aku bertanya siapa yang mau menjadi ketuanya, aku menangkap gerak gerik mecari perhatian dari dia kepadaku.



Namun aku mencoba sebisa mungkin menghindari pertanyaan yang aneh darinya, ternyata walaupun lelaki dia sangat bawel dan banyak pertanyaan.



Kami lalu sampai di pos pertama, dan disana mereka dibimbing bermain game yang sudah di sediakan oleh panitia, sepanjang mereka bermain game, aku melihat fajar selalu melihat ke arahku dengan senyuman yang mulai membuat aku suka melihatnya.



Pos 1 selesai setelah 20 menit berlalu, lalu kami diizinkan panitia berjalan ke pos selanjutnya.



‘kak, kakak kan bercadar kok bisa diizinin keluar malam seperti ini’ tanya fajar



‘kalau tujuannya jelas, tante saya izinin kok, dan jangan dikira kalo akhwat cadaran pasti kegiatanya bolak masjid aja ya, banyak yang jadi anggota lab. Juga tau.



‘oalah... kakak aktif club apa aja?’



‘Banyak... dulu karate... bem... tapi ditolak haha... seni puisi... duh udah lupa deh..’



‘LDK juga kak...?’



‘iya dong’ kami berbincang sambil terus berjalan menuju lorong pos 2.



Karena aku mengenakan gamis serba hitam membuat husna kaget ketika aku datang.



‘hayyyy...’ kataku menepuk pundah husna dari belakang’



‘astagfirullah bunga, ngagetin aja’ kata dia sambil mengelus dada



‘pos 2 kan?’ tanyaku



‘iya...’



Anggota kelompokku lalu diambil alih untuk melakukan kegiatan selanjutnya, seperti tadi lagi, fajar tetap menatap diriku ketika ada kesempatan.



Kemudian setelah selesai kami melanjutkan perjalan ke pos 3, kami saling menyapa ketika bertemu dengan anggota kelompok lain dalam perjalanan. Fajar tak berhenti mengoceh mengomentari kegiatan tadi, sementara anggota kelompok di belakang mengobrol juga. Karena aku dan fajar bejalan berdampingan sesekali tangan fajar menyentuh tangaku, aku lalu mencoba lebih berhati-hati lagi namun tangannya tetap saja kena. Aku pikir dia sengaja melakukannya.



Kami terus tour sampai pos 6, setelah semuanya usai aku meminta mereka duduk melingkar di lapangan.



‘jadi untuk malam ini kegiatannya sampai disini ya, semoga kalian mendapat manfaat dari tour ini’ kataku



‘iyaaa kakak’ jawab mereka kompak.



‘oiya... kakak minta dibuatkan grup ya pak ketua fajar’ kataku melihat dia, dan disaat bersamaan dia juga sedang menatapku, aku lalu menundukkan mataku.



‘kakak masuk grup juga?’ tanya fajar



‘iya... dek’



‘boleh minta nomor kakaknya’ aduh dia mencari kesempatan sepertinya, pikirku, namun aku tetap memberikan karena ini untuk grup, sebagai sarana komunikasi kami nanti.






Setelah semua selesai kami berpisah dan pulang ke rumah masing-masing, tanpa aku sadari fajar ada disampingku.



‘kakak tinggal dimana?’ tanya dia.



‘didekat sini’



‘mau aku antar?’ tanya dia



Aku berhenti melangkah, aku menghadap dia dengan mata agak membulat.



‘oiya... maaf kak... aku paham maksudnya’ dia paham maksudnya tak sepatutnya aku berduaan dengan dia. Dia lalu mengucap salam dan lari ke parkiran, sedangkan aku berjalan keluar dari gerbang kampus dan berjalan ke rumah tanteku.



Aku masuk dan mengucap salam, disana sedang ada tante dan pamanku sedang mengobrol dengan ustaz lukman, dipinggir ustaz itu juga ada wanita bercadar, aku kira itu mungkin istrinya. Setelah aku salaman kepadanya, aku pamit ke kamar dan segera tidur karena sudah lelah dengan kegiatan hari ini.



Di sepertiga malam aku terbangun, aku mengambil ponsel dan melihat pukul berapa.



02.40



Kemudian aku melihat notif yang masuk ke hpku, ada pesan di wasap dengan nomor tak bernama.



‘assalamualakum kakak, ini saya fajar’ deg, aduh pertanda inimah, dalam hatiku berbicara, aku harus menjaga jarak dan hati darinya, nasihat ke atas diriku sendiri.



Aku hanya membalas salamnya, dan meletakan ponselku kembali dan mengambil air wudhu. Setelah wudhu dan hendak ke kamar, aku mendegar suara aneh.



Sebenarnya aku takut, karena ruang tengah dengan keadaan lampu yang gelap, aku takut itu hantu dalam pikirku.



Namun suara itu fluktuatif, kadang besar kadang kecil, lalu telingaku menangkap itu dari arah kamar tante dan pamanku.



Suara itu....



Suara desahan perempuan...



Aku lalu tersenyum entah kenapa mendengar desahan tanteku, mungkin karena aku tahu ini jumat dini hari dan mereka sedang melakukan sunnah, bersetubuh. Aku lalu menutup telinga dan masuk ke kamarku, sepelan mungkin aku menutup pintu agar mereka tak tertanggu.



Di dalam kamar, aku berusaha sekhusyu mungkin, namun tetap suara desahan itu terdengar. Entah hanya dalam pikiranku mengulang memori yang tadi atau memang suara mereka mendesah memang sekeras itu.



Baru pertama kali memang aku mendengar suara desahan seperti itu sejak pertama aku tinggal di rumah ini satu tahun lalu. Sebelumnya tak pernah aku mendengar desahan seperti itu, ini pertama kalinya dalam hidup aku mendengar desahan 2 manusia berbeda kelamin yang sedang menikmati pertemuan kelamin mereka yang saling bertemu.



Entah kenapa suara itu masih ada dalam kepalaku, lalu aku memastikan suara itu hanya di kepalaku atau memang suara desahan mereka.



Perlahan aku membuka pintu kamar, sesenyap mungkin, lalu keluar. Beberapa langkah ke arah kanan ke depan pintu kamar tanteku, langkahku ku lakukan sepelan mungkin.



Sampai di depan pintu, dapat aku pastikan itu memang suara mereka yang sedang bercumbu. Aku termenung diam disana beberapa saat, apakah kalau aku menikah nanti juga akan seperti ini? Aku berharap tidak, kalau iya aku akan malu suaraku mungkin bisa di dengar orang lain seperti ini.



Aku lalu mencukupkan hal itu karena sudah pasti, namun entah kenapa rasanya aku masih ingin tetap disana, penasaran akan berakhir seperti apa, padahal aku tak melihat apapun, hanya mendengarkan suara desahan.



Yasudah ayo masuk kamar saja bunga, biarkan mereka menikmati hak mereka. Ketika aku hendak masuk ke kamarku, aku diam. Lalu duduk di sana, karena aku rasa aku mau mendengar desahan terakhir tanteku. Apakah aku mesum?



Namun beberapa saat kemudia, terdengar lolongan lebih keras.



‘ahhhhhh... ahhhhhhhhhhhh. Uuhhhhhhh..... keluaaaaar’



Setelah itu tak terdengar lagi desahan, aku lalu buru-buru masuk ke kamar, takut tanteku keluar untuk ke toilet. Buru-buru aku memejamkan mata agar cepat tidur.



Tok tok tok



‘iya bi niiii, bunga udah bangun’ aku menyaut dari dalam kamar.



Entah kenapa aku merasa kikuk ketika akan keluar dari kamar, malu takut melihat wajah tanteku yang semalam aku dengarkan desahannya, taku dia tahu kalau aku menguping tadi malam, padahal itu tidak mungkin.



Aku lalu mandi dan setelah itu beribadah untuk meminta jalan terbaik dari DIA agar aku dikuatkan menghadapi rintangan hidup.



Tiba waktunya sarapan.



‘om han kemana bi?’ tanyaku pada tanteku yang sedang makan sayur bening.



‘hemm... om han tugas malam kan, mungkin baru pulang nanti siang’



‘oiya?’



‘iya... tadi malam dia berangkat jam 10’



‘hahhh’ deg aku kaget, terus tadi tanteku bersetubuh dengan siapa?



‘kamu kenapa sih bunga?’ tanya bi nisa.



‘eh... gapapa’



Lalu aku berangkat ke kampus menjalani rutinitas sepeti biasa dengan perasaan curiga yang sangat dalam.



Tadi malam tanteku bersenggama dengan siapa?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd