Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisah di Desa itu

Status
Please reply by conversation.
Desanya jauh banget Ampe kagak sempet nerusin nulis
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Maaf Sementara cerita budak sepupuku skip dulu.

Awal di desa itu

Setelah hubungan dengan sepupuku ketahuan, rumor tak menyenangkan mulai menyebar, bahkan sampai ke dalam partai yang dinaungi bokap. Setelah rumor-rumor itu meyebar, tak butuh waktu lama bagi bokap untuk mengusirku, dengan alasan agar aku mandiri dan belajar tentang kerasnya hidup, padahal aku dengar sendiri dari mulut bokap ketika bertengkar dengan ibuku bahwa dia sangat malu dengan kejadian ini. Bahkan bokap sampai berani nampar ibuku karena membelaku.

Dengan kesadaran sendiri dan emosi karena bokap, aku pergi dari rumah dengan modal duit yang aku tabung untuk beli laptop gaming, kalau tak salah 12 jutaan, dan sepeda motor mio.

Salahnya, aku ambil keputusan tanpa berpikir, aku tak ada tempat menginap aku mencoba menghubungi teman-teman hampir semua menolak. Otakku benar-benar nggak bisa ngerti kenapa mereka menolak ?, apa karena hanya aku tidur dengan sepupuku ?, padahal mereka bercerita tentang tidur dengan pacarnya biasa biasa aja dan tak ada masalah. Mungkin mereka berpikir kalau aku udah tak ada gunanya lagi, dimana mereka pasti minta traktir kalau sedang nongkrong bersamaku

Setelah cukup lama aku berada dicafe untuk mencari tempat tinggal sementara, akhirnya ada beberapa yang mau. Tapi setelah tinggal beberapa hari aku kurang nyaman tinggal bersamanya, tiba-tiba berteman dengannya tak mengasyikkan lagi.

Aku memutuskan mencari kontrakan, mencari yang benar-benar jauh dari hiruk pikuk kota, apalagi aku sedang dilanda stress, paling nggak aku berharap suasana yang sedikit sunyi bisa menenangkan hati sedikit. Lagian saat itu aku semester akhir dan sedang menggarap skripsi, jadi tak harus kekampus setiap hari, paling nggak kalau mood ngerjain skripsi baru datang untuk konsultasi.

Aku lajukan motor tanpa arah, kemana saja, sekalian cari angin, ada setidaknya aku mengisi bensin hampir 2 kali dengan tangki penuh untuk berkelilingi jogja tanpa arah, selama diperjalanan otak Cuma berpikir dampak tentang kejadian ini.

Dan sampai lah aku di suatu tempat di kulonprogo, tempatnya lumayan sejuk, siang haripun masih banyak pohon-pohon yang menutupi jalan dari matahari.

Aku berhentikan motorku dan bertanya kepada seseorang yang sedang menyiram tanaman dihalaman rumahnya

“Misi pak, apa daerah sini ada rumah dikontrakan ya?”

“Masnya keluarga atau sendiri ?” Tanya balik bapak itu

“Saya sendiri pak”

“Kalau rumah yang itu bagaimana dek?, sewanya Cuma 3 juta pertahun, itu punya saudara saya yang mendadak pindah ikut suaminya, Cuma 1 kamar dan FULL PERABOTAN mas”

Rasa tertarik mulai menghantui, apalagi sepertinya tetangga sini orangnya ramah, terlihat saat aku melempar senyum mereka membalas dengan senyuman juga.

Bapak tersebut membawaku untuk melihat lihat rumah tersebut, yang katanya FULL PERABOTAN ternyata hanya ada 1 kasur dikamar tanpa lemari, 2 kursi tanpa meja diruang tamu, dan 1 meja besar diruang tengah tanpa kursi. Sedikit kecewa memang, tapi lumayan karena aku keluar rumah hanya membawa uang, motor dan beberapa baju.

Karena merasa suasana yang nyaman, aku putuskan ambil kontrakan ini selama 1 tahun. aku meminta untuk membayar saat pindah ke sini, jadi aku minta waktu 2 hari. Selama dikota aku siapkan semua keperluanku, dari baju, makanan instan dan lain-lain. Tak lupa aku membeli buah tangan saat nanti akan berkenalan dengan tetangga. Aku berpikir, paling nggak kalau aku mati disana ada yang mengangkat mayatku, haha…

Barangku diantar teman menuju kontrakan dengan mobil karena bawaan yang cukup banyak. Sedangkan aku sendirian mengendarai motor.

Sesampai disana aku menemui bapak yang menawari kontrakan ini, yang ternyata beliau adalah ketua RT disini, namanya pak Bambang. Aku membayar cash rumah itu sebesar 3 juta. Setelah kontrak selesai, aku kembali kerumah dan merebahkan diri dikasur, itung-itung membiasakan diri disini, lagian juga masih siang, aku berencana menemui tetangga saat sore hari. Aku melihat HP, sudah ratusan kali mungkin Ibu ku mencoba menghubungi, dan tak aku gubris

Didesa ini kira-kira ada 30an KK, aku memutuskan untuk mengantar buah tangan sekalian berkenalan dari tetangga yang paling jauh, karena aku berencana ngobrol lama dengan tetangga kanan kiri dan depan rumah.

Sementara skip dulu tetangga yang lain, aku memperkenalkan tetangga yang berada diseberang rumahku, mereka adalah 1 keluarga yang awalnya menurutku bahagia, namanya pak Joko, dia adalah kepala keluarga, dan istrinya mak ijah, aku tak tau nama panjangnya, tapi orang-orang disekitar memanggilnya seperti itu. Mereka memiliki 3 orang anak, mas Bayu anak pertama, Ika istri mas Bayu, Dedi anak kedua, aku lebih tua 1 tahun darinya, dan yang terakhir Reni, anak terakhir mereka yang saat itu sedang duduk di kelas 2 SMP.

Aku cukup lama mengobrol lama dengan mereka, yang aku tau, Pak Joko kerja sebagai kuli bangunan yang ikut dengan kontraktor besar, saat ada proyek dikota ataupun luar kota, maka Pak Joko pasti tidak dirumah, sama hal dengan anak yang pertama mas Bayu, dia ikut jejak bapaknya. Mas Bayu tinggal dengan istrinya di Bantul, agak jauh dari desa itu. Kebetulan saat aku silahturahmi, mas Bayu sedang datang bersama istrinya mengunjungi ortunya.

Cukup lumayan menurutku disini, apalagi tetangga benar benar ramah, dan ada dikios kecil yang dikelola mak ijah menjual bahan kebutuhan sehari-hari, dari beras, sabun, sampo dll.

3 hari aku tinggal disitu, aku mulai sadar kesusahan dengan mencari makanan sehat, 3 hari itu aku Cuma makan mie instan. Dan setelah stok mie habis, aku membelinya di kios mak ijah. Hampir kira-kira 2 minggu aku makan mie instan yang aku beli dikios, Reni datang tiba-tiba masuk ke rumah, Reni anaknya ceria, walau memang agak ngeselin

{Percakapan Reni dalam bahasa jawa ditranslate ke bahasa indonesia)

“Mas, dipanggil ibu kerumah, disuruh makan” Ucap Reni

Jelas dalam hati aku menolak, karena aku tak begitu dekat dengan mereka

“Aku udah makan dek, kapan-kapan aja ya” Jawabku dengan tersenyum

“OK” jawabnya singkat dan pergi meninggalkan rumah

Tak berselang lama dia kembali dengan wajah sedikit ketus

“Mas dipanggil ibu tuh, disuruh maksa aku” Kata Reni lagi

“Aku beneran udah makan tadi dek, serius”

“Mangsamu aku ora kesel opo pie mas, balak balik mrene, ndang teko nang omah” balas reni dengan nada sedikit tinggi

Tak enak hati, aku akhrinya datang kerumah mak ijah, disana aku dipaksa makan dengan nasi, sayur bayam, ikan goreng dan tempe. Karena tak bisa menolak akhirnya aku memakannya, sambil makan, mak ijah mencoba mengulik tentangku dan kenapa aku pindah kesini, tapi saat itu aku belum bisa terbuka.

Kira-kira sudah sebulan aku tinggal disitu, aku menjadi akrab dengan keluarga mak ijah, meski tidak tiap hari aku makan disitu, tapi paksaan makan datang setiap hari, aku mulai nongkrong di rumah mak ijah karena ada TV, aku juga sudah dekat dengan Dedi dan Reni, saat aku ada waktu kosong, mak ijah minta tolong untuk menjemput Reni dari sekolahan, dan itu terjadi hampir setiap hari, karena pagi dia diantar oleh Dedi. Dan untuk masalah jemput, Dedi tidak begitu bisa diandalkan, karena sering pergi bersama teman2annya. Maklum, dia pengangguran.

Hampir tiap malam aku berada dirumah mak ijah, bercanda dengan keluarga mereka, saling ejek becanda, diskusi keluargaku pun aku ikut dilibatkan. Dahulu mak ijah yang memanggilku “mas”, sekarang menjadi “le” atau tole, yang berarti anak laki laki

Rumah mak ijah cukup besar, punya 2 kamar, saat kebelakang rumah, ada dapur dan sumur yang dikelilingi oleh anyaman bambu dengan atap masih seng, dan tidak terbuat dari batu bata. Tak ada sekat sama sekali antara dapur dan sumur. Untuk BAB, mereka masih harus ke sungai yang ada dibelakang rumah yang juga ditutupi dengan anyaman bambu.

Tak bisa kupungkiri, bahwa badan mak ijah masih cukup bagus meski saat itu usia beliau 49 tahun, badan yang montok dengan dada yang terbilang besar. Tiap hari saat mau mandi atau nyuci baju, beliau harus mengangkat air dari sumur minimal 3 ember besar. Jadi wajar jika badan beliau masih cukup bagus

Ada sebuah cerita saat aku habis kembali dari rumah teman dikota, saat itu sore hari, habis memakir motor di kontrakan, aku langsung menuju rumah mak ijah, dan mengambil sebatang rokok di kios lalu masuk ke rumah

“Mak, aku ambil rokok di kios” kataku sedikit teriak agar mak ijah dengar

“Iyaa” Teriak mak dari arah dapur

Terdengar suara siraman air dari arah dapur

“Wes to mak, loro sirahku” Terdengar suara nada merintih

Tapi aku acuhkan lirihan itu dan mengganti siaran TV sambil merokok

“Le, ambilkan sampo lifeboy dikios” Teriak mak ijah dari arah dapur

“Berapa mak?” Responku

“4 sekalian” Balas mak Ijah

Aku pergi ke kios dan mengambil sampo lalu berjalan kearah dapur, saat kubuka pintu, sangat terkejut aku saat melihat mak ijah dan Reni sedang mandi. Bisa terlihat jelas bentuk badan mereka, tubuh mak walau sedikit kendur dan montok tapi menggoda, dada yang besar dengan puting bewarna hitam pekat bergoyang saat menggaruk-garuk rambut yang sedang menyampo Reni, lipatan perut mak ijah terlihat jelas, wajar saja karena mengandung 3 anak, tak luput dari pandangan mata, bulu-bulu disekitaran vaginanya sangat lebat, seperti tak terawat
Tak luput juga badan Reni, walau masih kelas 2 SMP, dia mempunyai payudara yang cukup besar untuk anak seumurannya, puting susu berwarna coklat belum tumbuh karena memang dia masih dibawah umur, badannya terlihat sangat kencang, sama halnya dengan bulu-bulu vagina Reni, masih sedikit terlihat disekitaran vaginanya
Saat itu aku gugup bukan maen, tapi berjalan sewajar mungkin agar tak terlihat gugup, aku dekati mak Ijah dan memberikan samponya.

“Wess tooo maaaakkk” Berontak Reni ke mak ijah

“Sek to nduk, rambutmu lengket kabeh ki lho” Tegur mak ijah Ke Reni

Agar menghilangkan gugupku aku berusaha juga bercanda

“Dibotak ae mak” Kataku sambil menatap ke rambut Reni, walau sesekali aku menatap ke badan mereka berdua

“Enak aja, kamu aja sana mas botak, habis itu aku tentang kayak bola” Jawab Reni sambil sedikit merintih

Aku sengaja menghabiskan waktu disana sambil mengejek Reni dimana membuat mak ijah tertawa melihat melihat tingkah laku kami berdua. Penisku dari tadi sudah berdiri tegak menyaksikan badan mereka walau aku harus curi-curi pandang untuk melihatnya

Tak lama aku mendengar suara dari arah depan rumah, aku pun pergi melihat, dan ternyata Dedi pulang habis bermain, dia melihatku keluar dari arah dapur, lalu dia menuju dapur, tak lama dia keluar lagi dan berbicara kepadaku

“Nggak sopan mas kalau kayak gini” Ucap Dedi terlihat marah ke arahku

Bersambung….
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd