Kisah ini adalah curhat dari seorang gadis, yang newbie ceritakan kembali pada pembaca, utamanya para semproter, dengan tokoh utama DIANA.
Newbie menyadari bahwa gaya penulisan dan penyajian cerita masih jauh dari kata sempurna, maklumlah newbie masih cetek pengetahuannya. Arahan, kritik maupun saran dari para suhu sangat newbie harapkan, agar newbie bisa lebih baik.
[size=+2]KISAH DIANA[/size]
By; Rangga75
Brengsek ! mau jadi apa kamu ? Hah ?,
PLAK !
aduh,,, hik,,,hik,,, ampuuuuun....
Sebuah tubuh terlempar, jatuh terduduk diteras rumah. Pakaiannya nampak lusuh dan sobek. Rambutnya yang panjang terurai acak-acakan. Airmata yang terus mengalir membasahi baju bagian atasnya.
Mau jadi wanita apa kamu, Diana ? hah ? bentak seorang laki-laki yang keluar dari dalam rumah. Tangannya memegang sebuah kayu panjang yang diacungkannya ke arah Diana. Nampaknya dialah yang telah membuat tubuh diana terlempar ke teras tadi.
ampun om, ampuni Diana, Diana tak melakukan itu om....hik...hik... rengek Diana sambil menatap wajah laki-laki di depannya penuh pengharapan. Pria dewasa itu menatap Diana dengan geram, tangannya nampak gemetaran, wajahnya memerah menahan emosi yang meluap-luap.
Kau telah membuat aib besar bagi keluarga ini Dianaaa...! Pria yang merupakan om Diana itu berteriak lantang sambil menghentakkan kakinya dilantai keramik teras rumah.
Diana semakin menggigil menahan rasa takut sekaligus sakit disekujur tubuhnya akibat pukulan om Dirman. Hanya airmata yang terus mengalir dari matanya yang semakin sembab.
sudahlah bang, kasihan Diana... seorang wanita paruh baya keluar menenangkan hati Om Dirman. Wanita itu langsung memeluk tubuh Diana. Didekapnya tubuh Diana yang terus sesenggukan.
Bawa Diana masuk ! bentak Om Dirman. Kurung dalam kamar, jangan sekali-kali bolehkan dia keluar rumah !
Ya sudah, tenangkan dulu hatimu, jangan terlalu emosi. Aku akan bawa Diana masuk. Wanita itu berusaha menenangkan hati Om Dirman. Dibelainya kepala Diana, Gadis itu memeluk tubuh wanita yang tengah memeluknya, dibenamkan wajahnya ke dada wanita itu.
Sana, masuk kamar...! bentak Om Dirman
Ayo, Diana. Masuk kamarmu bujuk wanita yang merupakan isteri Om Dirman. Tante Hetty.
Diana berdiri. Tubuhnya dipapah tante Hetty. Dengan tertatih-tatih dia melangkah, masuk kamar.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Wajah Gadis itu sayu. Matanya sembab, airmata terus meleleh dari kedua matanya yang bening. Dipeluknya guling erat-erat, seakan hendak menumpahkan segala keluh kesahnya. Terbayang kejadian tadi siang, yang membuat Om Dirman murka. Beribu penyesalan melanda hatinya. Dia sama sekali tak membenci Om Dirman yang tadi telah memukulinya laksana pencuri yang tertangkap basah. Semua salahnya, dia pantas menerima itu. Semua yang dilakukan Om Dirman dimaklumi Diana. Semua itu karena Om Dirman menyayangi Diana dan menginginkan yang terbaik buat Diana. Om Dirman ingin Diana menjadi seperti yang diinginkan orangtuanya yang merupakan kakak Om Dirman, maka ketika Diana melakukan kesalahan besar, wajarlah kalau Om Dirman marah besar.
Diana mengutuk dirinya habis-habisan. Entah mengapa dengan mudahnya dia menyerah pada rayuan Dion. Padahal Dion bukanlah pacarnya.
Rekam jejak
Diana..................................................................................................................
Usianya baru menginjak 19 Tahun. Rambutnya panjang, jika dibiarkan tergerai akan sampai dibetis. Kulitnya putih mulus tanpa cacat. Mata yang bening nan teduh sanggup meruntuhkan kerasnya hati pria manapun diperindah dengan alis yang indah bak semut beriringan. Bibir seksi, merah merekah, menjadikannya merdu jika keluar suara dari bibir itu. Bodynya ramping dengan dada montok, serta pinggul dan pantat yang bikin pria manapun berhayal hal-hal jorok.
Terlalu banyak keistimewaan yang dimiliki Diana. Namun tak pernah digunakannya untuk memikat hati lawan jenisnya dengan tujuan tertentu apalagi yang sifatnya negatif. Sifatnya yang supel dan pandai bergaul membuat Diana sangat disukai teman-temannya.
Sudah enam tahun lamanya Diana tinggal bersama Om Dirman. Dia berasal dari salah satu daerah yang ada di Sulawesi. Enam tahun yang lalu Om Dirman mengajak Diana ikut Om Dirman. Keinginannya yang sangat kuat untuk melanjutkan sekolah membuat Diana rela meninggalkan kampung halamannya, meninggalkan rumahnya yang penuh dengan kenangan manis. Bapak dan ibu diana sudah lama meninggal. Dia tinggal bersama kakak perempuannya. Ketika hendak melanjutkan ke SMP, kakaknya tak sanggup membiayai sekolahnya. Untunglah Om Dirman datang dan mengajak Diana ikut dengan janji akan disekolahkan.
Om Dirman adalah sosok pekerja keras. Beliau membuka usaha butik dan taylor dengan karyawan hanya satu orang dibantu Tante Hetty dan Diana sendiri. Dengan usaha itulah beliau menyekolahkan Diana. Om Dirman lama baru dikaruniai seorang anak. Saat pernikahan mereka memasuki tahun ke sebelas, barulah tante Hetty hamil. Nyaris mereka bercerai lantaran Om Dirman mengira tante Hetty mandul. Kini, Anak laki-laki yang kini berusia 4 tahun itu yang kembali merekatkan pernikahan mereka.
------------------------------------------------------------------------------------------
Enam tahun sudah berlalu, dan Diana telah menamatkan sekolahnya di tingkat SMA. Ada keinginan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi, namun keinginan itu dipendamnya mengingat keadaan ekonomi Om Dirman yang masih belum stabil karena usaha butik dan Taylornya belum begitu maju.
Diana bertekad hendak membantu Om Dirman, minimal tak lagi bergantung pada Om Dirman. Diana melamar bekerja disebuah perusahaan Kayu Lapis yang ada di daerah itu. Pabrik Kayu Lapis itu tak jauh dari rumahnya, sekitar 15 menit dari rumahnya jika jalan kaki.
Syukurlah, dengan ijazah SMA dia diterima bekerja di Pabrik itu, meskipun hanya sebagai pekerja dengan status Karyawan Lepas, namun ada rasa bangga dihatinya, sudah bisa membiayai dirinya sendiri. Setelah 4 bulan masa uji coba, Diana dinaikkan statusnya dari Karyawan Lepas menjadi Karyawan Tetap, apalagi saat itu system alih daya[/] dihilangkan. Seluruh Karyawan kontrak diangkat menjadi karyawan tetap.
Seringkali diana bekerja lembur, jam 9 malam barulah dia pulang rumah. Sesampai di rumah pun Diana masih menyempatkan diri membantu Om Dirman dan Tante Hetty menyelesaikan pesanan pelanggan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan ini sangat melelahkan, apalagi harus bekerja sambil berdiri sepanjang hari, dilanjutkan lembur hingga jam 9 malam. Sungguh sangat melelahkan, namun bagi Diana malah mengasyikkan. Diana sebenarnya tak terlalu capek, setelah perubahan status menjadi karyawan tetap, pekerjaan Diana sudah agak ringan. Pekerjaannya dulu dibagian soumel. Kayu gelondongan dimasukkan kedalam mesin soumel untuk dijadikan lembaran-lembaran tipis sebagai bahan pembentuk kayu lapis atau tripleks. Pekerjaan ini sangat melelahkan, seharian berdiri saja. Namun kini Diana ditempatkan di bagian yang sudah agak sedikit ringan, meskipun masih dalam bagian produksi. Yang agak berat jika Diana harus menggantikan karyawan yang tidak masuk di bagian piercing.
Diana sekarang hanya bekerja sebagai karyawan yang menangani cheking pack, juga mengecek kadar air dilembaran yang hendak dijadikan kayu lapis. Sesekali dia diminta bagian adm untuk membantu, karena ketrampilannya menggunakan komputer.
Banyak hal yang membuat Diana sangat menyukai pekerjaannya, banyak hal manis yang dialaminya, hingga hal manis yang membuat Om Dirman murka padanya...
Di Pabrik itu Diana memiliki teman-teman yang sangat baik padanya, perhatian, dan sangat mengerti perasaannya. Disana juga ada seseorang yang membuat Diana ingin berlama-lama dalam pabrik, hingga yang menjadi salah satu alasannya untuk lembur.
Dion, seorang pemuda tampan yang selalu perhatian padanya. Dionlah yang selalu menggantikan posisi Diana ketika Diana capek dan ingin tidur siang. Tempat yang selalu Diana gunakan untuk tidur adalah mushollah yang ada didalam pabrik itu.
Dion benar-benar seorang pemuda yang menjadi sosok dambaan tiap karyawati di pabrik itu termasuk Diana. Satu perasaan aneh muncul di hati Diana. Ingin rasanya dia mengutarakan perasaannya kepada Dion, namun adat ketimuran masih terlalu kuat menghalangi semua itu, terlebih lagi Dion adalah tetangga Diana, rumah mereka hanyalah bersebelahan dibatasi pagar. Jadi, setiap hari pasti ketemu.
Malam itu,,,,,
Malam minggu, malam santai, malam wakuncar kata anak muda sekarang. Diana tak kemana-mana. Tak ada agenda malam mingguan, karena memang mau malam mingguan sama siapa ? pacarpun tak punya.
Diana yang rupawan tak mungkin tak diincar oleh para pria, namun entah mengapa tak ada seorangpun yang mampu menaklukkan hatinya. Banyak teman-teman prianya yang mengutarakan hasrat padanya, namun semuanya ditolak mentah-mentah.
Dengan hanya memakai pakaian santai, Diana duduk diteras rumah. Sesekali matanya diarahkan ke rumah Dion, berharap Dion keluar rumah dan menemaninya duduk diteras yang agak gelap itu. Mereka saling curhat sambil Dion menggenggam tangannya, menatap wajahnya dan.......
ga malam mingguan nih, kok duduk menyendiri ? sebuah suara tiba-tiba membuyarkan lamunan Diana.
E-eh, Kak Dion. Nggak Kak, ternyata Dion. Diana agak sedikit gugup. Untunglah jarak mereka agak jauh, dibatasi pagar, sehingga Dion tak melihat kegugupan itu.
Kalau begitu kesinilah, duduk sama aku disini. Aku juga sepi nih tawar Dion.
Sepi ? papa mama kemana ?
Pergi. Kerumah Om, ada kawinan disana jawab Dion. Sini dong Diana, aku punya buah enak nih. Tadi dikasih duren sama teman. Mau ga ?
Mau...mau..., aku kesitu deh.
Diana berjalan kerumah Dion.
Mana durennya, kok ga ada ? mata diana melihat kesana kemari mencari buah duren yang dibilang Dion.
ada, dalam kamar aku. Ambil sendiri kalau mau
Agak ragu Diana memasuki kamar Dion. Dia menyalakan sakelar lampu kamar Dion. Kamar itu agak luas, tak seperti kamarnya yang sempit, hanya muat satu ranjang dan satu lemari pakaian plus meja rias kecil. Kamar Dion lega, ranjangnya besar, muat untuk tidur berempat.
Diana mencari-cari dimana duren itu ditaruh. Semua sudut sudah dilihatnya, tak ada. Baunyapun tak tercium. Mana mungkin duren tak ada baunya ?
Diana..... sebuah bisikan lembut terdengar membuat Diana kaget.
Kak Dion ? durennya mana ? tanya Diana
Dion tak menjawab, malah dengan tenang dia menutup pintu kamar, lalu melangkah menekati Diana yang kebingungan dengan sikap Dion.
Duduklah dulu. Ada yang mau aku omongin.
Ta..Tapi.. disini ? ucap Diana gugup.
Iya, disini. Keberatan ? Diana menggeleng. Dengan agak sedikit canggung dia lalu duduk ditepi ranjang.
Diana.... ucap dion lirih. Diana makin tak menentu. Dadanya berdebar kencang. temani aku ngobrol. Aku sendirian, kamu mau kan ? Diana mengangguk pelan.
Tapi jangan kelamaan ngobrolnya ya kak. Aku takut Om Dirman nyari aku ucap Diana penuh kekhawatiran apalagi ngobrolnya dalam kamar gini,,,
nggak kok. Sebentar aja. Lagian Om Dirman ga bakalan nyari kamu, Om Dirman kan pergi sama papa
terus, Kak Dion mau ngobrolin tentang apa ?
tentang kita
tentang kita ? maksud kak Dion apa ?
kamu udah punya pacar Diana ? Diana menatap Dion. Tak mengerti apa maksud Dion dengan pertanyaan itu.
Belum Kak, emang kenapa kak ? tanya Diana
Pernah kiss ? Dion kembali bertanya tanpa peduli pada pertanyaan Diana
Diana hanya menggeleng.
Mau aku ajarin ?
Maksud kak Dion ?......
Dion tak menjawab pertanyaan Diana. Wajahnya dirapatkan kewajah Diana. Hembusan nafas Dion didekat telinga Diana membuat diana bergidik. Ada perasaan takut dihati Diana, namun entah mengapa tubuhnya seakan merespon apa yang dilakukan Dion. Tubuhnya seperti kaku, tak bisa digerakkan. Tangan Dion melingkar ke pinggangnya menciptakan rasa aneh dalam dirinya. Ingin rasanya Diana mendorong tubuh Dion menjauh, namun seperti sejuta tangan gaib menahan tangannya melakukan itu. Perlahan matanya terpejam, merasakan sensasi aneh yang menjalar ditubuhnya. Sebuah kecupan mendarat dibibirnya, nafasnya seakan berhenti. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, inilah pertama kali dia merasakan hangat bibir seorang pria.
hmmmm,,, Kak Dion,,, erangan lirih keluar dari bibirnya ketika Dion menjilati bibir seksinya.
Dion makin berani. Diselipkannya tangannya dibalik baju Diana. Tangan itu merayap lembut, membuat bulu roma Diana merinding. Tak ada ucapan lain yang keluar dari bibirnya selain erangan lembut. Entah kenapa tubuhnya seakan lemas tak bertenaga. Rasa lemas itu semakin menjadi, bahkan seperti ada kabel listrik yang melilit tubuhnya mengalirkan tegangan beribu volt ketika tangan Dion semakin merayap mendekati tungkup branya.
Ughhh,,, hmmm,,, erangan lirih terdengar lagi dibibir Diana.
Kak Dion, hmmmmm,,,, kak...
Tangan Dion akhirnya berhasil menyusup masuk ke balik tungkup bra milik Diana. Seonggok daging kenyal dibalik bra itu diremasnya perlahan.
Dioooon....., buka pintunya....!
Newbie menyadari bahwa gaya penulisan dan penyajian cerita masih jauh dari kata sempurna, maklumlah newbie masih cetek pengetahuannya. Arahan, kritik maupun saran dari para suhu sangat newbie harapkan, agar newbie bisa lebih baik.
[size=+2]KISAH DIANA[/size]
By; Rangga75
Brengsek ! mau jadi apa kamu ? Hah ?,
PLAK !
aduh,,, hik,,,hik,,, ampuuuuun....
Sebuah tubuh terlempar, jatuh terduduk diteras rumah. Pakaiannya nampak lusuh dan sobek. Rambutnya yang panjang terurai acak-acakan. Airmata yang terus mengalir membasahi baju bagian atasnya.
Mau jadi wanita apa kamu, Diana ? hah ? bentak seorang laki-laki yang keluar dari dalam rumah. Tangannya memegang sebuah kayu panjang yang diacungkannya ke arah Diana. Nampaknya dialah yang telah membuat tubuh diana terlempar ke teras tadi.
ampun om, ampuni Diana, Diana tak melakukan itu om....hik...hik... rengek Diana sambil menatap wajah laki-laki di depannya penuh pengharapan. Pria dewasa itu menatap Diana dengan geram, tangannya nampak gemetaran, wajahnya memerah menahan emosi yang meluap-luap.
Kau telah membuat aib besar bagi keluarga ini Dianaaa...! Pria yang merupakan om Diana itu berteriak lantang sambil menghentakkan kakinya dilantai keramik teras rumah.
Diana semakin menggigil menahan rasa takut sekaligus sakit disekujur tubuhnya akibat pukulan om Dirman. Hanya airmata yang terus mengalir dari matanya yang semakin sembab.
sudahlah bang, kasihan Diana... seorang wanita paruh baya keluar menenangkan hati Om Dirman. Wanita itu langsung memeluk tubuh Diana. Didekapnya tubuh Diana yang terus sesenggukan.
Bawa Diana masuk ! bentak Om Dirman. Kurung dalam kamar, jangan sekali-kali bolehkan dia keluar rumah !
Ya sudah, tenangkan dulu hatimu, jangan terlalu emosi. Aku akan bawa Diana masuk. Wanita itu berusaha menenangkan hati Om Dirman. Dibelainya kepala Diana, Gadis itu memeluk tubuh wanita yang tengah memeluknya, dibenamkan wajahnya ke dada wanita itu.
Sana, masuk kamar...! bentak Om Dirman
Ayo, Diana. Masuk kamarmu bujuk wanita yang merupakan isteri Om Dirman. Tante Hetty.
Diana berdiri. Tubuhnya dipapah tante Hetty. Dengan tertatih-tatih dia melangkah, masuk kamar.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Wajah Gadis itu sayu. Matanya sembab, airmata terus meleleh dari kedua matanya yang bening. Dipeluknya guling erat-erat, seakan hendak menumpahkan segala keluh kesahnya. Terbayang kejadian tadi siang, yang membuat Om Dirman murka. Beribu penyesalan melanda hatinya. Dia sama sekali tak membenci Om Dirman yang tadi telah memukulinya laksana pencuri yang tertangkap basah. Semua salahnya, dia pantas menerima itu. Semua yang dilakukan Om Dirman dimaklumi Diana. Semua itu karena Om Dirman menyayangi Diana dan menginginkan yang terbaik buat Diana. Om Dirman ingin Diana menjadi seperti yang diinginkan orangtuanya yang merupakan kakak Om Dirman, maka ketika Diana melakukan kesalahan besar, wajarlah kalau Om Dirman marah besar.
Diana mengutuk dirinya habis-habisan. Entah mengapa dengan mudahnya dia menyerah pada rayuan Dion. Padahal Dion bukanlah pacarnya.
Rekam jejak
Diana..................................................................................................................
Usianya baru menginjak 19 Tahun. Rambutnya panjang, jika dibiarkan tergerai akan sampai dibetis. Kulitnya putih mulus tanpa cacat. Mata yang bening nan teduh sanggup meruntuhkan kerasnya hati pria manapun diperindah dengan alis yang indah bak semut beriringan. Bibir seksi, merah merekah, menjadikannya merdu jika keluar suara dari bibir itu. Bodynya ramping dengan dada montok, serta pinggul dan pantat yang bikin pria manapun berhayal hal-hal jorok.
Terlalu banyak keistimewaan yang dimiliki Diana. Namun tak pernah digunakannya untuk memikat hati lawan jenisnya dengan tujuan tertentu apalagi yang sifatnya negatif. Sifatnya yang supel dan pandai bergaul membuat Diana sangat disukai teman-temannya.
Sudah enam tahun lamanya Diana tinggal bersama Om Dirman. Dia berasal dari salah satu daerah yang ada di Sulawesi. Enam tahun yang lalu Om Dirman mengajak Diana ikut Om Dirman. Keinginannya yang sangat kuat untuk melanjutkan sekolah membuat Diana rela meninggalkan kampung halamannya, meninggalkan rumahnya yang penuh dengan kenangan manis. Bapak dan ibu diana sudah lama meninggal. Dia tinggal bersama kakak perempuannya. Ketika hendak melanjutkan ke SMP, kakaknya tak sanggup membiayai sekolahnya. Untunglah Om Dirman datang dan mengajak Diana ikut dengan janji akan disekolahkan.
Om Dirman adalah sosok pekerja keras. Beliau membuka usaha butik dan taylor dengan karyawan hanya satu orang dibantu Tante Hetty dan Diana sendiri. Dengan usaha itulah beliau menyekolahkan Diana. Om Dirman lama baru dikaruniai seorang anak. Saat pernikahan mereka memasuki tahun ke sebelas, barulah tante Hetty hamil. Nyaris mereka bercerai lantaran Om Dirman mengira tante Hetty mandul. Kini, Anak laki-laki yang kini berusia 4 tahun itu yang kembali merekatkan pernikahan mereka.
------------------------------------------------------------------------------------------
Enam tahun sudah berlalu, dan Diana telah menamatkan sekolahnya di tingkat SMA. Ada keinginan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi, namun keinginan itu dipendamnya mengingat keadaan ekonomi Om Dirman yang masih belum stabil karena usaha butik dan Taylornya belum begitu maju.
Diana bertekad hendak membantu Om Dirman, minimal tak lagi bergantung pada Om Dirman. Diana melamar bekerja disebuah perusahaan Kayu Lapis yang ada di daerah itu. Pabrik Kayu Lapis itu tak jauh dari rumahnya, sekitar 15 menit dari rumahnya jika jalan kaki.
Syukurlah, dengan ijazah SMA dia diterima bekerja di Pabrik itu, meskipun hanya sebagai pekerja dengan status Karyawan Lepas, namun ada rasa bangga dihatinya, sudah bisa membiayai dirinya sendiri. Setelah 4 bulan masa uji coba, Diana dinaikkan statusnya dari Karyawan Lepas menjadi Karyawan Tetap, apalagi saat itu system alih daya[/] dihilangkan. Seluruh Karyawan kontrak diangkat menjadi karyawan tetap.
Seringkali diana bekerja lembur, jam 9 malam barulah dia pulang rumah. Sesampai di rumah pun Diana masih menyempatkan diri membantu Om Dirman dan Tante Hetty menyelesaikan pesanan pelanggan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan ini sangat melelahkan, apalagi harus bekerja sambil berdiri sepanjang hari, dilanjutkan lembur hingga jam 9 malam. Sungguh sangat melelahkan, namun bagi Diana malah mengasyikkan. Diana sebenarnya tak terlalu capek, setelah perubahan status menjadi karyawan tetap, pekerjaan Diana sudah agak ringan. Pekerjaannya dulu dibagian soumel. Kayu gelondongan dimasukkan kedalam mesin soumel untuk dijadikan lembaran-lembaran tipis sebagai bahan pembentuk kayu lapis atau tripleks. Pekerjaan ini sangat melelahkan, seharian berdiri saja. Namun kini Diana ditempatkan di bagian yang sudah agak sedikit ringan, meskipun masih dalam bagian produksi. Yang agak berat jika Diana harus menggantikan karyawan yang tidak masuk di bagian piercing.
Diana sekarang hanya bekerja sebagai karyawan yang menangani cheking pack, juga mengecek kadar air dilembaran yang hendak dijadikan kayu lapis. Sesekali dia diminta bagian adm untuk membantu, karena ketrampilannya menggunakan komputer.
Banyak hal yang membuat Diana sangat menyukai pekerjaannya, banyak hal manis yang dialaminya, hingga hal manis yang membuat Om Dirman murka padanya...
Di Pabrik itu Diana memiliki teman-teman yang sangat baik padanya, perhatian, dan sangat mengerti perasaannya. Disana juga ada seseorang yang membuat Diana ingin berlama-lama dalam pabrik, hingga yang menjadi salah satu alasannya untuk lembur.
Dion, seorang pemuda tampan yang selalu perhatian padanya. Dionlah yang selalu menggantikan posisi Diana ketika Diana capek dan ingin tidur siang. Tempat yang selalu Diana gunakan untuk tidur adalah mushollah yang ada didalam pabrik itu.
Dion benar-benar seorang pemuda yang menjadi sosok dambaan tiap karyawati di pabrik itu termasuk Diana. Satu perasaan aneh muncul di hati Diana. Ingin rasanya dia mengutarakan perasaannya kepada Dion, namun adat ketimuran masih terlalu kuat menghalangi semua itu, terlebih lagi Dion adalah tetangga Diana, rumah mereka hanyalah bersebelahan dibatasi pagar. Jadi, setiap hari pasti ketemu.
Malam itu,,,,,
Malam minggu, malam santai, malam wakuncar kata anak muda sekarang. Diana tak kemana-mana. Tak ada agenda malam mingguan, karena memang mau malam mingguan sama siapa ? pacarpun tak punya.
Diana yang rupawan tak mungkin tak diincar oleh para pria, namun entah mengapa tak ada seorangpun yang mampu menaklukkan hatinya. Banyak teman-teman prianya yang mengutarakan hasrat padanya, namun semuanya ditolak mentah-mentah.
Dengan hanya memakai pakaian santai, Diana duduk diteras rumah. Sesekali matanya diarahkan ke rumah Dion, berharap Dion keluar rumah dan menemaninya duduk diteras yang agak gelap itu. Mereka saling curhat sambil Dion menggenggam tangannya, menatap wajahnya dan.......
ga malam mingguan nih, kok duduk menyendiri ? sebuah suara tiba-tiba membuyarkan lamunan Diana.
E-eh, Kak Dion. Nggak Kak, ternyata Dion. Diana agak sedikit gugup. Untunglah jarak mereka agak jauh, dibatasi pagar, sehingga Dion tak melihat kegugupan itu.
Kalau begitu kesinilah, duduk sama aku disini. Aku juga sepi nih tawar Dion.
Sepi ? papa mama kemana ?
Pergi. Kerumah Om, ada kawinan disana jawab Dion. Sini dong Diana, aku punya buah enak nih. Tadi dikasih duren sama teman. Mau ga ?
Mau...mau..., aku kesitu deh.
Diana berjalan kerumah Dion.
Mana durennya, kok ga ada ? mata diana melihat kesana kemari mencari buah duren yang dibilang Dion.
ada, dalam kamar aku. Ambil sendiri kalau mau
Agak ragu Diana memasuki kamar Dion. Dia menyalakan sakelar lampu kamar Dion. Kamar itu agak luas, tak seperti kamarnya yang sempit, hanya muat satu ranjang dan satu lemari pakaian plus meja rias kecil. Kamar Dion lega, ranjangnya besar, muat untuk tidur berempat.
Diana mencari-cari dimana duren itu ditaruh. Semua sudut sudah dilihatnya, tak ada. Baunyapun tak tercium. Mana mungkin duren tak ada baunya ?
Diana..... sebuah bisikan lembut terdengar membuat Diana kaget.
Kak Dion ? durennya mana ? tanya Diana
Dion tak menjawab, malah dengan tenang dia menutup pintu kamar, lalu melangkah menekati Diana yang kebingungan dengan sikap Dion.
Duduklah dulu. Ada yang mau aku omongin.
Ta..Tapi.. disini ? ucap Diana gugup.
Iya, disini. Keberatan ? Diana menggeleng. Dengan agak sedikit canggung dia lalu duduk ditepi ranjang.
Diana.... ucap dion lirih. Diana makin tak menentu. Dadanya berdebar kencang. temani aku ngobrol. Aku sendirian, kamu mau kan ? Diana mengangguk pelan.
Tapi jangan kelamaan ngobrolnya ya kak. Aku takut Om Dirman nyari aku ucap Diana penuh kekhawatiran apalagi ngobrolnya dalam kamar gini,,,
nggak kok. Sebentar aja. Lagian Om Dirman ga bakalan nyari kamu, Om Dirman kan pergi sama papa
terus, Kak Dion mau ngobrolin tentang apa ?
tentang kita
tentang kita ? maksud kak Dion apa ?
kamu udah punya pacar Diana ? Diana menatap Dion. Tak mengerti apa maksud Dion dengan pertanyaan itu.
Belum Kak, emang kenapa kak ? tanya Diana
Pernah kiss ? Dion kembali bertanya tanpa peduli pada pertanyaan Diana
Diana hanya menggeleng.
Mau aku ajarin ?
Maksud kak Dion ?......
Dion tak menjawab pertanyaan Diana. Wajahnya dirapatkan kewajah Diana. Hembusan nafas Dion didekat telinga Diana membuat diana bergidik. Ada perasaan takut dihati Diana, namun entah mengapa tubuhnya seakan merespon apa yang dilakukan Dion. Tubuhnya seperti kaku, tak bisa digerakkan. Tangan Dion melingkar ke pinggangnya menciptakan rasa aneh dalam dirinya. Ingin rasanya Diana mendorong tubuh Dion menjauh, namun seperti sejuta tangan gaib menahan tangannya melakukan itu. Perlahan matanya terpejam, merasakan sensasi aneh yang menjalar ditubuhnya. Sebuah kecupan mendarat dibibirnya, nafasnya seakan berhenti. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, inilah pertama kali dia merasakan hangat bibir seorang pria.
hmmmm,,, Kak Dion,,, erangan lirih keluar dari bibirnya ketika Dion menjilati bibir seksinya.
Dion makin berani. Diselipkannya tangannya dibalik baju Diana. Tangan itu merayap lembut, membuat bulu roma Diana merinding. Tak ada ucapan lain yang keluar dari bibirnya selain erangan lembut. Entah kenapa tubuhnya seakan lemas tak bertenaga. Rasa lemas itu semakin menjadi, bahkan seperti ada kabel listrik yang melilit tubuhnya mengalirkan tegangan beribu volt ketika tangan Dion semakin merayap mendekati tungkup branya.
Ughhh,,, hmmm,,, erangan lirih terdengar lagi dibibir Diana.
Kak Dion, hmmmmm,,,, kak...
Tangan Dion akhirnya berhasil menyusup masuk ke balik tungkup bra milik Diana. Seonggok daging kenyal dibalik bra itu diremasnya perlahan.
Dioooon....., buka pintunya....!
Terakhir diubah oleh moderator: