Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN

Siapa profil perempuan yang anda favoritkan dalam cerita ini hingga Chapter 16 terakhir?

  • 1. Merry

    Votes: 33 19,5%
  • 2. Mirna

    Votes: 66 39,1%
  • 3. Rachma

    Votes: 55 32,5%
  • 4. Winda

    Votes: 15 8,9%

  • Total voters
    169
KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN
Oleh:
ReynalWriter

29033240bfb519e5498f79b42a305dc4a973846d.jpg

(Ilustrasi MIRNA, yang mendekati)​
Chapter 15
POV MIRNA Lanjutan


Terus terang aku gundah.

Tapi ketika kujajaki rasa hatiku, entah mengapa tidak ada sisi hatiku yang marah dengan tatap mata Jacky seperti itu. Bahkan, dengan rasa jengah dan malu, aku mengakui jika jauh di lubuk hati terdalam, bahkan aku merasa senang dengan apa yang kutemukan malam itu.

Sesuatu yang dahulu tak pernah kubayangkan, hanya sekedar menjadi bahan lucu-lucuan gila-gilaan dengan Merry, Winda dan Rachma, entah mengapa tak kusadari justru berakar jauh disana.

“Astaga, apakah aku serendah ini..... “? rutukku dalam hati.

Bukan apa-apa, ketulusan Jacky membantu suamiku dan sebaliknya, adalah sesuatu yang menjadi panutanku. Jacky tak pernah ragu menolong pada saat dibutuhkan, begitu juga dengan suamiku, Mas Pram.

Semua bayangan dan spekulasi di benakku menghilang dan berubah menjadi antusiasme yang lain ketika bocah-bocah lucu yang kulahirkan ke dunia ini, pada lari menyambutku dengan teriakan senang,

“Mami pulang, mami pulang....... “

Semua kepenatanku langsung sirna, dan pembantu yang merangkap sekaligus sebagai pengawas anak-anakku segera berpamitan istirahat. Meski tidak lama, namun bermain dengan buah hatiku, membawa pengaruh positif yang sangat penting buat coping mechanism. Buat pengobatan atas luka-luka yang sedang bertumbuh dan yang lama bersarang di dada.

Satu jam bersama kedua buah hatiku benar-benar membuatku lupa dengan apa saja, dengan banyak hal. Satu jam lebih kutemani mereka sampai akhirnya dua duanya mengatuk dan kutemani mereka sampai akhirnya tertidur.

Repotnya adalah, ketika kembali aku terguling sendirian di ranjangku karena Mas Pram kembali pulang malam, dan sudah menjadi kebiasaannya selama beberapa bulan terakhir, mau tidak mau, persoalan-persoalan yang sempat tadi tertunda, kembali satu persatu membayang. Satu persatu, persis seperti video yang diputar kembali, meski hanya di alam anganku belaka.

“Accccch, masa siy dia memiliki gairah seperti itu terhadapku.... “? desisku agak bingung mengingat kelakuan Jacky tadi.

"Acccch, aku gak yakin. Itu sesaat saja..... " desisku, perang batin terjadi.

Tetapi kenyataan tadimau tak mau membuatku meraba buah dadaku. Memang masih kencang dan terus terang ini menjadi salah satu kebanggaanku. Orang bilang, aku memiliki buah dada yang proporsional, sangat ngepas dan mampu meningkatkan daya sensualitasku. Itu menurut orang-orang, memang benar juga sebab ada begitu banyak pria yang dengan mata nyalang suka curi pandang ke dua bukit kembar yang menjulang indah itu.

Tanpa sadar aku menyentuh dua bukit kembarku, daerah yang tadi menjadi sasaran lirikan Jacky. Bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali. Jika hanya sekali, aku maklum, pasti itu karena tidak sengaja. Akan tetapi, ini terjadi berkali-kali, berulang-ulang, dan belakangan kuketahui, jika kecepatan mobil juga berkurang saat dia melirikku.

“Acccccch, dia memang sengaja tadi..... “ desisku lirih, sendirian. Dan karena itu, aku jadi merinding sendiri. Erotisisme terhadapnya, terus terang tak pernah satu kalipun kuijinkan muncul dan bertumbuh mengingat hubungan kami selama ini. Sekali lagi, hanya sekedar gagah-gagahan dan sok tidak alim di tengah gunjing dan ributnya ketiga staf kami, berboncang soal pesona Jacky.

Tak sengaja kembali kuremas buah dadaku, dan ada rasa aneh dari sana. Tapi jadi aneh dan aku menjadi awkward sendiri, karena untuk pertama kalinya aku membayangkan Jacky dengan pandangan bergairahnya ketika melirik dan tadi berkali-kali menikmati buah dadaku yang secara tak sengaja terekspose di mata dan pandangannya.

Sungguh, sangat jarang hal seperti itu terjadi. Menyadari keindahan buah dada dan daerah dadaku, maka aku selalu saja memakai pakaian yang tertutup, itu untuk mengurangi lirikan nakal dan iseng lelaki lainnya. Rak kusangka, jika hari ini, justru aku memberikan, meski secara tak sengaja, pemandangan indahku ini kepada mata lahap Jacky.

“Accccch, apa tanggapannya ya.... ? jangan-jangan dia menilaiku jelek karena kejadian di mobil tadi..... “? desisku, agak ragu dan malu.

Tapi, sejenak kemudian,

“Ach, persetan. Toch tak kusengaja..... :

Akupun mempersetankannya, dan sekali lagi meyakinkan diriku bahwa aku tak bersalah sama sekali. Meskipun, aku anehnya merasa tidak marah dengan tatap dan lirikan Jacky tadi. Anehnya, meski ini coba kutolak dengan beragam alasan da pembenaran diri adalah,

“Jangan-jangan akupun menikmati lirikannya itu..... “? desisku ragu. Terutama, karena kusadari bahwa aku senang saja ternyata menerima lirikannya tadi.

“Buktinya, aku tidak mencoba merubah posisiku, dan tetap saja celah di dadaku kusajikan untuk santapan matanya selama beberapa menit..... “?

“Hhhhhhhh..... “ Aku benar-benar galau, tetapi terus terang justru membuatku jadi agak sange. Untuk pertama kalinya sambil meremas dadaku aku mengingat wajah orang lain. Biasanya, wajah bintang film kegemaranku, Bradd Pitt yang baru main di film Ocean Eleven. Atau Keanu Reeves yang main di film Matrix. Ini pilihan fantasiku selama ini.

“Loh kok dia..... “? desisku gundah namun tegang ketika justru yang muncul dan terpampang di alam fantasiku adalah dia, Jacky.

Terutama dengan lirikan mautnya ketika menelanjangi dadaku di balik BHku tadi ketika mengantarku pulang.

“Bukankah itu bukan pertama kalinya dia mengantarku ? bukankah itu sudah yang kesekian kalinya dan susah dihitung..... ? mengapa..... “?

Aku mendesis, tetapi semakin bersemangat membelai dan meremasi buah dada yang tadi kusajikan beberapa menit untuk dipandangi Jacky. Dan kubayangkan, kini kusajikan bulat-bulat, tanpa BH kepadanya, dan membayangkan dia mulai membelai dan mulai melepaskan kaitan BH ku.

Kubayangkan dia melepas kaitan BH ku, dan memperlakukanku dengan lembut, ini kuyakin. Aku sangat yakin bahwa dia akan memperlakukanku bagaikan ratu baginya, dan akan membelaiku, menelisik sekujur tubuhku dan memberikanku sejumlah ciuman dan kemotan ringan di mana-mana. Dan akan membelai buah dadaku dan melambungkanku ke langit ketujuh (jika ada). Dan pasti akan bersedia untuk memesrasi buah dada indahku ini dengan lidah dan mulutnya.

“Ouuucccchhhhhhh, Jack..... “ desahku gelisah, dan justru nafsuku yang melonjak dengan membayangkannya.

Sungguh aku sangat bergairah karenanya.

Aku menggelinjang liar sendirian di ranjangku. Sambil bermimpi dan berkhayal tengah dimesrai oleh Jacky bosku sendiri. Sahabat suamiku sendiri, Mas Pram.

“Astaga, berani-beraninya aku...... “ desahku kaget.

Tapi, saat teringat Mas Pram, entah mengapa hatiku sedikit gelisah. Membuatku terhempas di bumi. Karena entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Membuat aku tak mampu dan malah kehilangan selera melanjutkan olahraga malam self serviceku. Aku kaget dan merasa rendah diri mengingat tadi membayangkan Jacky, figur yang sangatlah kuhormati dan sangat dekat dengan suamiku.

“Ada apa denganmu Mas..... “? desisku pada saat berbaring dan mengenangkan kembali masalahku dengan suamiku akhir-akhir ini.

“Benarkah engkau selingkuh..... “? desisku ragu, namun masih tak pernah dapat kupastikan, karena buktinya tidak ada.

Jika benar suamiku, Mas Pram, selingkuh maka dia pasti akan meninggalkan jejak, karena dia terkadang agak ceroboh. Tetapi, dia sama sekali tidak memiliki jejak jika dia selingkuh. Kecuali fakta bahwa dia sering pulang malam, tengah malam, dan berbohong dengan alasannya.

“Konon menurut orang, ini tanda-tanda selingkuh..... “

Tapi persetan dengan kata orang. Karena menurutku, aku yang paling mengenal suamiku dan bukannya orang lain.

“Tidak mungkin...... “

“Tapi, ada apakah..... “?

Akupun tertidur dalam kebingungan. Tetapi, keesokan paginya aku kaget, karena justru yang muncul dalam mimpiku adalah,

“Jacky..... “? desisku dalam hati.

Untung dalam hati belaka, karena suamiku terbaring nyenyak disampingku.


POV MERRY


29033310607d6d32126307fa80c59f9175d45322.jpg

(Ilustrasi MERRY, yang mendekati)

Beberapa hari ini aku merasa agak senang dan malah terkesan euforia. Setelah percintaan yang sangat menyita tenaga dan hatiku beberapa waktu lalu, semua yang kulakukan terasa sangat menyenangkan. Semangatku selalu penuh, dan pekerjaan yang berat sekalipun kuhadapi dan kutangani dengan energy yang memadai. Dan hasilnya, aku memperoleh pujian dari dari managerku, hal ini tentu sangat menyenangkan.

Benarlah kata orang. Situasi dan suasana hati, menentukan banyak hal dalam bekerja dan menangani pekerjaan. Ini benar terbukti.

Akan tetapi, selama beberapa hari ini, pak Jacky yang kini telah resmi menjadi kekasihku, justru tidak bisa bertemu dan juga kencan. Karena secara tiba-tiba dia menjadi sedemikian sibuknya. Dan ketika kukonfirmasi ke kak Mirna, benar, karena memang ternyata ada proyek besar yang sedang dikebutnya. Hal itulah yang membuatnya sedemikian sibuknya di kantor. Meskipun memang, kontak dan sms an dengannya, bahkan yang sangat erotis sekalipun, tetap saja kami lakukan. Tetap diladeninya dengan semangat.

Meski sudah pindah kantor, akan tetapi dengan kak Mirna, aku memang tidaklah putus kontak dan komunikasi. Bahkanpun, juga dengan Winda dan Rachma. Kami masih suka saling kontak, meski paling sering dengan kak Mirna. Karena dia memang kakak yang begitu perhatian dan yang paling mengenalku. Dia juga termasuk tempat konsultasi saat aku akan memutuskan pindah demi Dodo. Hanya dia seorang yang tahu alasanku. Alasan yang kini entah kutangisi atau kusyukuri. Entahlah, aku memilih tidak memikirkannya.

Dua hari lalu, tepatnya hari kamis dia yang memberitahuku soal undangan Dewi dan akhirnya justru Dewi langsung tilpon hari kamis kemaren di kantorku. Dewi memang salah satu kawan beda divisi yang dekat denganku. Sering sama-sama makan di kantin jika aku tidak dengan gang fantastic four dulu. Tetapi, sayang tidak ada komunikasi dengan Jacky soal undangan itu. Padahal, Dewi sekantor dengannya meski berbeda divisi. Bahkan sudah menilponku secara langsung agar aku datang ke resepsinya.

Karena itu aku sedikit agak dongkol, tapi saat diberitahu Mirna apa yang sedang mereka kerjakan, dongkolku hilang seketika.

Saat aku akan mengkonfirmasinya jumat malam setelah kak Mirna sms ke aku bahwa dia sudah d rumah, tiba-tiba justru Jacky menilponku,

“Hai yang...... “ begitu mesra suara itu, dan semua kegalauanku langsung sirna tak berbekas. Entah kemana menghilangnya. Semua perlengkapan untuk mau mencecarnya, langsung raib entah kemana perginya. Huruf-huruf yang tersusun dalam kata dan kalimat untuk meminta penjelasannya, jatuh begitu saja dari kepalaku, hilang dan raib.

“Yang, kamu dimana... “? meskipun aku tahu dia baru saja menurunkan Mirna, sebab kak Mirna sudah sms aku tadi. Tentu saja tanpa Kak Mirna tahu, jika aku sudah punya hubungan khusus dengan Jacky. Hal yang memang kusepakati dengan Jacky untuk tidak diumbar keluar dulu. Aku memang menghormati apa yang disepakati dengan pak Jacky dan berkomitmen untuk tidak sembarangan membuka rahasia kami berdua.

“Barusan menuju rumah, baru kuantarkan Mirna karena lembur tadi. Kan sudah ku sms tadi yang..... “

“Yeeeeee, gak tahu kalau aku kangen ya..... “? bukan menceramahinya, justru kata dan kalimatku berubah menjadi merajuk, minta dimanjakan dan minta untuk disayangi.

“Bodoh amat kalau aku gak tahu itu yang..... “ gila, dia memang tahu dan paham bagaimana melambungkan perasaanku.

“Terus.... “? kejarku

“Aku pengen tidur disana yang, tapi ternyata besok ada pesta. Jadi, main dengan anak-anak kubuat pagi hari nantinya. Biar malam sampai pagi besoknya aku bisa dengan kamu. Gimana.... “?

“Gak...... “ tegasku pura-pura.

“Loh ? yang.... “? suaranya kaget

“Pokoknya tidak..... “ tegasku

“Eccch, kamu gak suka ya ? maaf yang.... “

“Iya NGGAK mungkin kutolak. Hikhikhikhik..... “ aku tertawa puas karena bisa juga aku mengerjainya sekali ini. Mana berani dan mana pernah aku ngerjain kekasihku ini semasa bekerja bersama di kantornya? Tetapi sekarang, aku bisa dan bebas berlaku dan mengerjainya untuk mengutarakan rasa cinta dan rasa sayangku kepadanya.

“Aduuuuuuh aku lupa kalau sedang jatuh cinta dengan anak remaja..... “ desis Jacky dengan suara yang dibuat terdenagr agak lucu.

“Awas ya, tadi bilang apa.... “?

“Gak kok, slip of tongue aja..... “

“Tadi bilang apa.... “? suaraku pura-pura kubikin seram

“Pengen menciummu yang, kangen banget..... muaccccch.... “

“Gak, tadi bilang apa yang.... “

“Sudah lupa tuch.... “ bisiknya aleman.

“Awas ya kalau masih anggap kekasihmu ini anak remaja.... “ ancamku dengan suara pura pura marah. Padahal mana bisa aku marah. Juga, mana bisa aku disebut remaja padahal kami sudah seperti suami-istri, bergaul sebegitu dekat dan berlaku layaknya suami istri ? tentu saja tak tepat aku masih disebut remaja olehnya bukan ?

“Mana bisa masih remaja sementara kita sudah.....ehm, ehm.... “

“Sudah apa.... “? ancamku lagi.

“Sudah gede.... hahahahaha.... “

Akhirnya kami tertawa bersama.

“Yang.... “ desisnya tiba-tiba

“Besok yang cantik ya.... “ desisnya serius, dan dari nada suaranya, aku percaya bahwa ini sangat serius.

“Demi sayangku, pasti aku akan tampil secantik mungkin..... “

“Pake BH hitam ya.... “

“Kok.... “? heran aku.

“Aku suka kamu dengan BH hitam yang.... “

“Kita kan pesta yang, bukannya mau ngentot.... “ jadi jorok bicaraku, maklumlah, akupun tiba-tiba horny. Sudah beberapa hari ini aku menginginkan untuk kembali dia menyentuhku, membelaiku dan menyodok memekku.

“Pokoknya pake BH hitam.... “ desaknya

“Iya dech, yang. Ntar kupakai BH hitamku..... “

“CD juga yang.... “ bisiknya tambah membuatku horny.

“Yang, please.... kamu membuatku horny..... “ desahku gelisah

“Biar.... supaya besok semua bisa tumpah ruah.... “ desisnya tetap mencumbuku melalui saluran tilpon. Dan dia sukses melakukannya,

“Acccch, yang.... kamu jahat.... “

“Besok biar kubayar. Lunas dengan bunganya sekalian.... “

“Nggggg, yang.... cium aku yang..... “

“Muacccccch...... “

“Kurang...... “

“Muacccchhhhh...... “

Sekali ini malah dengan suara seakan menyedot lidahku.

“Sudah yang, aku ntar lagi masuk rumah. Kamu tidur yang nyenyak ya ? ada yang mesti disiapkan malam ini meski larut, biar minggu kita bisa agak bebas. Tinggal editing malamnya.... “

Aku sebenarnya masih belum puas, tapi alasannya membuatku harus mendarat kebumi dan menunda hasratku yang malam ini begitu memuncak. Masih untung aku bisa menahannya. Dan entah kenapa, tak ada lagi niatku mengundang dan untuk bertemu Dodo. Sementara Dodo sendiripun sudah jarang mengontakku, dan tak kupersoalkan lagi.

Emangnya gue pikirin ?

Hari sabtu, kuberitahu ayah ibuku kalau tidak akan pulang karena resepsi teman di Jakarta. Tepatnya di Ball Room Gran Melia Hotel yang terhitung agak mewah di Jakarta pada saat itu. Maklum, karena ayah calon suami Dewi ternyata adalah seorang pejabat di Departemen Keuangan. Bagian pajak pula. Maka wajarlah jika pernikahan mereka di salah satu Ball Room Mewah di Jakarta. Entah bagaimana caranya seorang pejabat pegawai negeri bisa melakukannya. Tapi, apa itu tak kupahami ya ?

Sejak pagi aku sudah siap-siap dan tentu saja menyiapkan semua permintaan Jacky semalam. Dia sudah dengan senang memberitahuku dan memintaku sesuai dengan preferensinya. Maka, akupun mesti menjawab karena memang sudah menyetujuinya semalam.

“Jadi dia suka aku dengan BH dan CD hitam... “ desisku senang karena memang aku punya cukup banyak koleksi pakaian dalam berwarna hitam. Senang karena punya dan antusias menunggu akan seperti apa pertemuan kami nanti ? terus terang, meski aku bukan maniak, tetapi menunggu bertemu Jacky, kekasihku, amatlah membiusku kini. Its not just for sex for sure..... tetapi segalanya, karena aku merasa nyaman bersamanya.

Aku merasa benar-benar menjadi perempuan bersamanya. Dihargai, disayangi dan didengarkan apa pikiranku, apa kemauanku dan bebas berdebat atau malah berdiskusi untuk hal-hal yang selama ini terkesan tabu.

Karena itulah kupilih yang paling seksi dan yang sesuai dengan tubuhku, ukuran yang pas, termasuk BH 34B berwarna hitam. Tetapi, karena mengenakan dress untuk pesta, maka kupilih yang tali BH tipis tak berenda. Dan juga dengan dress senada, yakni yang berwarna hitam. Sekali ini, aku tidak mengenakan stocking, sehingga bisa menonjolkan keindahan tubuhku. Inipun memang kusengaja, tak terasa nyaman dalam pesta mengenakan stocking kurasa. Selain ada alasan yang lain, alasan praktis !!!!

Bahkan ketika aku kemudian keluar dari rumah kost karena pak Jacky sudah menjemputku, kawan-kawan kost ku yang sedang sama-sama siap bermalam minggu sama-sama memujiku.

“Cantik dan elegan.... “ puji mereka.

Tentu saja aku bangga mendenagrnya. Bukan apa-apa, Jacky berkali-kali bilang padaku bahwa, bukan kecantikanku yang membuatku istimewa. Tetapi, paduan yang serasi dan harmonis dari beberapa kelebihanku yang tak terdapat pada kebanyakan orang dan perempuan.

Jadilah, sebelum jam 17.30 Jacky sudah menjemputku. Meskipun, sayangnya, aku turun duluan sebelum pesta dimulai, yakni jam 18.20. Sesuai jadwal, pesta atau resepsi Dewi akan dimulai jam 18.30 – dan direncanakan makan malam sudah dimulai jam 19.00.

Setelah menurunkanku, Jacky langsung menuju ke parkiran mobil di bawah dan setelah itu diapun menghilang. Aku sama sekali tidak paham dan tidak tahu dia kemana setelah itu. Karena baru setengah jam kemudian, saat resepsi sudah sedang dimulai barulah dia muncul.

Saat dia muncul aku mau tak mau memujinya yang juga tampil elegan. Barulah terlihat kegagahannya yang tadi kurang jelas di mobil. Rapih, gagah dan jelas menonjolkan kepercayaan dirinya yang tinggi. Apalagi dengan posisinya di saat ini, dia tentu saja mendapatkan tempat yang exclusive di kursi undangan. Dan bahkan bersebelahan meja dengan pejabat-pejabat Departemen Keuangan.

Tentunya juga deretan dari direksi dan owner perusahaan dimana Dewi Bekerja, yakni Bangun Persada Corp. Bahkan bos besar terlihat berada disana, dan juga beberapa perempuan nan cantik menarik, meski usia mereka rata-rata di atas usiaku, bahkan di atas usia kak Mirna. Mereka rasanya sudah dekat usia 40 tahunan, tetapi tentu saja terlihat menawan dan mewah.

Tokoh-tokoh utama Bangun Persada Corp yang jarang kulihat, jikapun bisa atau sempat kulihat, biasanya hanya satu atau dua orang nampak beberapa hadir di resepsi ini. Meskipun tidak semua, akan tetapi sekali ini nyaris semua muncul disini. Dan mereka menyapa dan terlihat jelas sangat menghargai keberadaan dan kehadiran pak Jacky. Akan tetapi, gaya bicara, juga sikap tindakan Jacky, tak jauh berbeda dengan menghadapi kami.

Hanya saja, jelas dia lebih formal dan berbicara dengan lawan bicara yang saat setingkat atau malah lebih darinya. Jadi wajar dia terlihat formal.

Akan tetapi, yang kukagumi adalah, dia tidak terlihat rendah diri dan sebaliknya dia terlihat sangat percaya diri. Dia sedang berada di lingkungan para pembesar perusahaan dimana dia bekerja, tetapi dia tidak munduk-munduk. Tetapi tampil percaya dan dan tidak menjilat. Sebaliknya, dia tersenyum dan tertawa bersama mereka, meski tentu tertawa formal dan terukur.

Bahkan bos besar, Pak Hendra dan istrinya yang masih muda, pasangan yang hanya bisa kusaksikan di televisi saja, juga hadir dalam resepsi ini. Dan mereka menempati kursi yang terhitung eksklusive. Kulihat Jacky mendatangi mereka dan memberi mereka salam dan hormat. Sempat kulihat Pak Hendra berbisik ke telinga Jacky, dan kemudian keduanya sama-sama tersenyum. Entah apa yang mereka percakapkan waktu itu.

Yang jelas, setelahnya, Jacky berjalan ke kursinya kembali dengan wajah cerah dan terlihat semakin mempesona. Akan tetapi tidak lama dia di kursi terhormat bersama barisan para direktur utama yang berkantor di kantor yang sama itu. Karena beberapa saat kemudian kulihat dia mulai mencari-cari, dan jelas dia sedang mencari posisi kami.

Sebagaimana dugaanku, dia tidak akan lama disana. Karena setelah 15 menit disana, diapun kemudian minta diri dan menyapa kenalan-kenalan dan pekerja kantor dari divisi lainnya. Tapi, tentu saja yang pertama dia datangi adalah kami berenam. Mirna dan suaminya, Rachma dan pacarnya, Winda dan aku yang memilih tetap berdiri. Apalagi, karena sudah saatnya resepsi makan malam dimulai, sementara yang lainnya mulai beriringan menuju pelaminan.

Tentunya mereka yang ke pelaminan untuk mengucapkan selamat.

“Jack, kemana istrimu..... “? desis Mas Pram, sementara kak Mirna kulihat agak sedikit berubah wajahnya. Entah kenapa atau entah apa alasannnya.

“Mas Pram, you look tired and kurusan. Terlalu serius kerjaan Mas Pram jika tak keliru kulihat.... “? desis Jacky dan langsung saja berpelukan menandakan jika mereka memang sangat akrab.

”Iya, lagi terlampau banyak beban kerja sekarang Jack..... btw, dimana Priska ? kok gak kelihatan.... “ desah Mas Pram.

“Lagi ke LN Mas, biasalah.... “ desis Jacky ringan, tetapi tetap sangat akrab dengan Mas Pram.

Masih berlanjut mereka bercakap, dengan kak Mirna yang sesekali menyela, tapi jelas terlihat memang jika Jacky dan Mas Pram memiliki hubungan yang sangat akrab satu dengan yang lain.

“Ok, next kita liburan ke Bali ya..... “ desis Mas Pram pada akhirnya, dan mereka kemudian berpisah, karena sepertinya Mas Pram bertemu dengan relasi lainnya dan harus putus percakapan dengan Jacky.

Jacky kemudian bercakap dengan kami selama beberapa menit, tertawa secara bersama dan bincang-bincang hal yang ringan. Terasa jika itu memang sekedar upayanya menyapa kami di arena pesta. Dan tak lama kemudian Jacky terlihat memisahkan diri sambil melirikku seakan memberi kode. Dan dilain waktu, diapun sudah beramah tamah dengan teman-teman kantornya dari divisi yang lain. Tapi, itupun tidaklah lama, karena kemudian kulihat dengan ekor mataku dia berjalan ke kamar kecil. Aku segera saja paham.

“Ini maksud kode Jacky tadi nampaknya.... “ desisku dalam hati, langsung saja aku mengikutinya, terlebih karena Kak Mirna sibuk dengan Mas Pram sementara Rachma dan Winda, juga sibuk hal lain. Dan bahkan bisik-bisik satu dengan yang lain, berencana ke pelaminan untuk menyalami penganten.

“Kak Mir, Rachma, Winda, aku ke kamar kecil sebentar.... “ akupun minta ijin dari teman-temanku setelah pak Jacky menghilang dari pandangan kami.

Dengan was-was karena takut Winda bisa tiba-tiba minta ikut atau menemani, aku langsung saja bergerak. Itu tanpa menunggu persetujuan mereka. Akupun perlahan-lahan dengan tidak menyolok, segera berjalan ke pintu masuk. Karena memang toilet untuk tamu, tersedia di pintu keluar masuk. Tetapi, belum lagi aku memasuki toilet, kulihat Jacky sudah berada dekat lobby yang memang terlihat dari pintu masuk. Dia memberiku kode dengan menunjuk tas pestaku. Dan aku segera sadar maksudnya.

Karena HP ku ada disitu memang.

Segera saja aku membuka tas kecil itu, dan mengambil hp ku, benar saja. Ada pesan masuk meski tak terdengar, karena memang sengaja ku silent agar tidak jadi mengganggu selama aku berada di pesta nikah tadi. Kubuka dan terbaca di hp pesan dari Jacky,

“Naik lewat eskalator dan kutunggu di pintu lift..... “

Saat melirik ke arah Jacky tadi, dia ternyata tidak lagi berada di tempatnya. Dan kurasa dia sudah naik eskalator dan menunggu di pintu lift. Karena itu, akupun bergegas menuju ke tempat yang ditunjukkannya melalui pesan, dengan tentu saja berhati-hati jangan sampai ada teman kantor kami yang tahu. Sejauh ini tak ada tanda-tanda mereka menguntit.

Sesampai di atas, aku sedikit bingung. Tapi, cepat aku bertanya ke para pelayan resto yang terlihat berlalu lalang karena tamunya sangat sedikit. Merekapun dengan ramah menunjukkan dimana adanya lift yang ternyata berada dibalik dari restoran yang sepi pengunjung malam itu. Hanya ada beberapa orang belaka disana, sepertinya pertemuan-pertemuan kecil dari para pebisnis. Maklum, hotel ini memang terhitung mewah pada jamannya.

Benar saja, ketika aku menemukan lift itu, ternyata dia sudah menunggu di pintu lift. Dan begitu aku tiba, dia menunjuk ke arah toilet, yang pada saat itu sedang sepi, sambil tersenyum nakal. Toilet hotel disini memang sepi, maklum, sebab di ball room sendiri memang terdapat banyak sekali toilet. Tak mungkin para tamu akan berebut datang kemari hanya untuk sekedar ke toilet.

“Thank you my angel, you area so cute and really beuatifull tonight.... “ bisiknya mesra dan memelukku dengan hangat. Aku senang tentu saja. Hatiku berbunga-bunga karena memang sudah merindukan keakraban dan terus terang saja kehangatan dan sekaligus sentuhannya ini.

“Yang, kamu serius.... “? bisikku mesra dan merasa sangat tersanjung dengan perkataan dan juga perlakuannya.

“You told me that you are miss me extremely and wanna hug me. I miss you also and can hardly wait.....hmmmm, ingin kulakukan segera..... “ senyumnya sambil memandangku nakal. Seperti tadi.

“Really.... ? are you sure.... “? kaget dan senang aku. Meskipun berdebar tegang pada waktu itu. Bagaimana tidak, meski situasinya sepi, tetapi tetap saja kami berada di ruangan terbuka. Jika ada yang memergoki, coba ?

“Pastilah, masak tidak yang.... “? ternyata dia serius, dan sepertinya dia cukup mengenal situasi dan keadaan di hotel ini. Belakangan baru aku tahu kalau di hotel ini ada kantor mereka juga, menyewa di salah satu lantai, atau tepatnya di lantai 17. Kantor konsultan milik mereka berlima. Dan salah satu kawannya, juga menjadi GM di hotel ini.

“Yang tapi disini..... “? kaget dan ngeri juga aku melihatnya menunjukkan toilet yang memang sedang sepi saat itu. Belum lagi memikirkan teman-teman kami yang menunggu di ruang pesta.

“It is, and we could make it quickly honey.... “? bisiknya dengan nada lembut namun sangat membius dan membuatku tidak bisa menolak. Tapi, mana bisa kutolak jika hal itu sudah kuinginkan sejak semalam ? meski juga dengan rasa cemas karena di tempat umum.

“Kalau ketahuan gimana.... “? desisku ragu dalam hati, meski sesungguhnya aku sangat menginginkannya. Jujur. Bahkan sejak semalam aku sudah merindukan dan menginginkannya. Sungguh. Beda dengan pacaran sebelumnya, sekali ini, aku malah suka merindukan ngentot. Terlebih sesudah kami melakukannya dengan penuh rasa sebelumnya.

Aneh sesungguhnya. Sejak pertama kali dengan Dodo, aku tidaklah terlampau ingin dan tak antusias melakukannya kembali. Hanya jika kami bersama dan jika aku horny, maka kami melakukannya. Kebanyakan jika Dodo memintanya, justru aku yang sering menolaknya. Kurang mood. Atau mungkin juga dikarenakan si Dodo belakangan merasa butuh cari yang lain.

Tapi persetan.

Akan tetapi, bersama atau dengan Jacky, terus terang baru 3 atau 4 hari lewat kami berdua menghabiskan malam dalam persetubuhan seru dan menghabiskan banyak energy, setelahnya itu terbayang-bayang. Itu membuatku rindu dan juga ingin melakukannya kembali. Bukan dengan Dodo, tetapi dengan Jacky. Ini aneh memang. Tapi aku tak peduli,

Karena akupun tahu, meski sangat menginginkannya, tetapi yang juga tak kalah kurindukan adalah kebersamaan dengannya. Bercakap, bercanda dan sekalian juga bermesraan. Semua itu paket lengkap yang sangat kurindukan darinya dan tak kurasakan dalam hubunganku sebelumnya. Aku rindu bertemu, seakan ingin selalu bertemu, bukan soal melepas nafsu belaka, tetapi keseluruhan jumpa dan pertemuan, adalah paket lengkap yang kurindukan.

Hanya, sekali ini melakukan kemesraan di toilet ini ? benar-benar membuatku kecut. Akan tetapi, kulihat dia malah senyam senyum saja.

“Ayo, tinggal pilih di tolet pria atau wanita..... “

“Wanita, harus..... “ putusku tiba-tiba, karena aku gak nyaman harus berjalan memasuki toilet laki-laki.

“Baik, jika begitu kamu yang duluan dan beri kode kalau aman.... “ bisiknya tetap lembut tapi nakal dan kemudian diapun melepaskan aku yang berjalan jadi ragu untuk menuju ke toilet perempuan.

Toiletnya sendiri pintu masuknya sama, tetapi kemudian bercabang, karena toilet perempuan belok kekiri sedangkan laki-laki terus kedepan.

Ketika memasuki toilet itu kami masih sama-sama dan kemudian diapun berhenti sementara aku berjalan ragu belok kekiri. Aku menjadi agak shock karena pada saat itu kebetulan berpapasan dengan seorang perempuan, namun sepertinya di dalam sedang agak sepi. Aku maklum, karena tadi memang sedang agak sepi di lobby dan di resepsionis, otomatis toilet juga jadi sepi.

Bergegas aku balik melongok sedikit ke belakang dan memberinya kode untuk segera mengikutiku. Melihatnya melangkah pasti, akupun segera memasuki sebuah toilet yang pintunya terbuka, alias kosong. Untungnya lagi, sepertinya belum digunakan dan masih sangat bersih. Maklum, hotel bintang lima seperti ini mesti selalu memperhatikan kebersihan. Kebersihannyapun, kelasnya berbeda, karena memang selalu didatangi orang dari kelas atas.

Sedang aku kebingungan melihat suasanyanya, tiba-tiba tubuhnya memepetku dan langsung saja menutup pintu toilet. Bukan hanya itu, dia langsung memeluk tubuhku dari belakang, dan tanpa basa-basi sudah meremas buah dadaku yang terbungkus dress lengkap, dan tentu saja dengan BH ku yang warnanya juga merupakan pesanannya semalam. Tetapi, meskipun dia begitu tergesa, tidaklah terasa keras dan kasar perlakuannya.

“Yang, aku kangen.... “ desisnya tepat di lubang telinga kananku, dan serentak saat itu juga semua keraguan dalam hatiku menguap. Aku tak ingat dan tidak mau ingat lagi kami berada dimana, yang kutahu, orang yang kumimpikan dan sangat kuinginkan sedang memelukku.

Bukan apa-apa, karena sekali lagi, ini juga sudah kutunggu dan amat kuinginkan. Sungguh, aku sudah menantikannya sangat.... sejak semalam, ketika kami saling berkirim sms erotis, aku sudah sangat terbakar dan menunggu waktu ini untuk bisa menyalurkan hasrat dan rasaku.

Maka, tanpa menunggu lebih lama, akupun segera berusaha berbalik. Tetapi, dia justru mengunci tubuhku dan mendekapku dari belakang. Bukan hanya itu, tadi kupikir hanya aku yang antusias bercumbu, ternyata dia tidak kalah antusias dan tak kalah “nafsu” dan “butuh” dibandingkan aku.

Terbukti dari bagaimana dia itu dengan cepat berusaha untuk menjamah, serta meremas dan mencumbuku. Malahan bisa kurasakan amat menuntut dan sedikit keras sekali ini, meski tidak sampai kurasa menyakitkan bagi tubuhku dan buah dadaku. Tidak terasa kasar, akan tetapi terasa lebih dari bagaimana dia pertama kali membelai, mencumbu buah dadaku.

Tentu saja memang terkesan tergesa dan sedikit keras. Kupastikan karena dia juga sangat menginginkannya. Untungnya masih mampu kutahan dan ini masih dapat ditolerir. Apalagi, karena akupun dengan sangat cepat terangsang hebat, langsung naik dan merasa kepanasan. Dan aku tahu, dengan cepat memekku basah, mengeluarkan cairan pelumas oleh perbuatannya yang menggemaskan pada malam ini.

Kejutan, karena dia yang demikian antusias dan bahkan terkesan sangatlah bergairah dalam percumbuan kami ini. Bukan ebrarti aku tidak. Jangan salah, aku juga sangat menginginkannya. Sangat.

Kedua belah lengannya kini memeluk sambil meremas kedua buah dadaku, dan bibirnya kini menyusuri tengkuk hingga ke telinga. Bisa dibayangkan aku jadi amat hot dan semakin naik saja nafsuku. Belum lagi, remasan dan belaian di dada atau tepatnya buah dadaku, benar-benar lihay dan memabukkan. Benar benar membuatku kebakaran dan membuatku menggelinjang dan menggeliat karena butuh ruang dan udara lebih.

Sesungguhnya aku menggeliat juga karena memang sangat butuh kesempatan untuk dapat ikutan mencumbunya, tetapi terus saja dikuncinya untuk memberiku kenikmatan. Setelah beberapa lama, iramanya mulai dapat, elusan, belaian dan remasannya semakin membaukkan.

Cepat, satu lengannya merambah kebawah, dan langsung saja kemudian bisa menemukan memekku dari balik dress dan CD ku. Akan tetapi, tanpa berpikir panjang, lengannya itu menarik dressku ke atas, dan bahkan langsung saja dia menarik hingga ke atas, meski tidak melepasnya.

Dan selanjutnya, lengan satunya menyusupi CD hitamku dan menemukan goa yang sudah basah disana. Sementara lengan satunya sudah menyusup masuk dan mencumbui buah dada sebelah kiriku, memilin putingnya, meraba dan membelai dengan sedikit gemas dan sesekali berubah lembut. Sementara bibirnya tak pernah berhenti.

“Yang, sudah basah..... “ desisnya lirih dengan sedikit mengerang menahan nikmat, sangat nikmat memang.

“Shhhhhh, iya yang..... shhhhh.... “ desahku nikmat.

Semua ini membuatku melambung ke puncak nafsu, dan kutahu semakin basah kuyuplah memekku. Bahkan aku mulai menggeliat-geliat lebih sering dan lebih keras karena menginginkan dia memasukiku. Segera jika bisa. Akan tetapi, dia ternyata masih belum berniat melakukannya. Karena itu, sebagai balasannya, akupun menggerakkan lenganku ke belakang, dan berusaha meraih batang kemaluannya, kontolnya.

Dan, dapat.

Langsung kuremas batang yang juga sudah tegak itu. Sudah sangat keras dan kupastikan sudah nyaris optimal tegak berdiri dan keras. Sebagaimana aku, dia juga ternyata sudah sangat bernafsu. Jelas diapun sudah siap, dan sama-sama kami tidak memusingkan dimana kami berada. Untungnya, toilet di jam begini ternyata memang agak sepi.

“Sayangnya tak bisa kuoral saat ini.... “ desisku gemas.

Dengan cepat aku berusaha membuka gesper dan celana panjangnya, untuk itu aku berusaha sama cepat dengan dia mencumbuku.

“Harus cepat.... “ pikirku.

Karena itu maka meski membelakangi, aku mampu cepat menemukan cara sebagaimana biasa membukakan perkakas pelindung kontol kekasihku ini. Dan dapat. Akan tetapi tiba-tiba dia memegang lenganku, melepasnya dari memekku dan buah dadaku. Untuk kemudian mendorongku perlahan. Tetapi, dengan cepat, bukannya dapat kulepas CD nya, dia justru dengan cepat memelorotkan CD ku ke bawah. Hal ini dilakukannya cepat dan tepat, sehingga kini aku telanjang bagian bawah tubuhku meski itu tak kuperdulikan.

Bahkan aku tak ingat bagaimana letak CD ku itu. Belakangan baru aku tahu dimana teronggokkan. Mana mampu kukontrol lagi hal-hal kecil seperti itu sementara aku sibuk menikmati kenikmatan mendera yang dihasilkan oleh cumbuan kekasihnya yang amat lihay ini.

Akan tetapi, tiba-tiba dia mendekap tubuhku. Dan aku sadar, karena terdengar ada suara orang memasuki toilet. Otomatis kami sama-sama terdiam, dan aku setengah mati harus menahan nafsuku, menahan lenguhanku. Harus, karena jika bisa, kami sangat mungkin ketahuan orang lain.

Karena interupsi itu, kelihatannya nafsunya terinterupsi. Akan tetapi bukannya berarti hilang. Bukan. Justru kami kini melakukannya secara perlahan dan lebih berusaha rileks. Ternyata nafsunya tidak hilang, tetapi irama dirubah karena tak mau ketahuan jika ada kami sedang adu alat kelamin dalam toilet. Kami agak melambat memang, akan tetapi tetap saling membelai, saling meremas, dan aku jadi punya kesempatanku karenanya.

Perlahan akupun memelorotkan CD miliknya, dan kini kami bisa berpandangan dalam sinar mata sama-sama HAUS. Haus untuk menuntaskan hasrat. Nafsunya tercetak jelas dari sinar matanya, kurasa sama belaka dengan sinar mataku yang sama hasunya dengan dia.

“Jangan bersuara yang…. “ desisnya di telingaku

“Ngggggg….. “ rintihku super halus

Aku melenguh karena kini sadar, sama-sama memek dan kontol kami sudah siap tempur, karena sudah terlepas dari kandangnya. Karena tahu begitu, aku perlahan menurunkan lenganku lagi ke bawah, kemudian memegang kontolnya perlahan. Mengelusnya dan membuat matanya terpejam dan mulutnya sedikit mendesis namun suaranya dia tahan sekuatnya. Menahan nafsu dalam posisi dan kondisi seperti ini memang sangatlah sulit.

Dalam keadaan itu, aku coba memposisikan tubuhku untuk dapat menampung tusukan kontol itu. Akan tetapi susah jika posisi tubuhnya tegak, jelas sangatlah susah jika aku mesti berjinjit. Maklum, tinggi kami berbeda meskipun aku pada saat ini mengenakan high heel. Pasti begitu masuk akan langsung terlepas lagi dan susah mempertahankan posisi yang pas nantinya. Jelas itu kutahu, tetapi kami tak bisa bergerak banyak, karena memang ada orang lain di luar. Kami berpotensi ketahuan jika banyak bergerak dan bersuara.

Untungnya, aku tak perlu menunggu, karena tiba-tiba saja Jacky mendorongku lembut kebelakang sampai aku bersandar di dinding toilet. Dalam posisi itu, dia kemudian mengangkangkan satu kakiku dan kemudian kontolnya perlahan coba maju dan menyentuh bibir memekku.

“Accccch…. “ desisku.

Akan tetapi tetap saja super halus, meski aku tahu dan sadar bahwa hal itu akan sangat sulit kulakukan saat kontol keras tegak itu memasukiku. Aku bekerja amat keras untuk tidak bersuara. Maklum aku biasanya ribut dan bahkan bisa sampai menjerit jika dikuasai oleh nafsu.

(Bersambung)
 
Membaca kisah ini sampai jelang tamat Part I, tak berlebihan jika disebut salah satu yang terbaik.

SS tidak langsung hajar, tapi ada conditioning dan permainan emosi.

Penulisan juga rapih, sedikit sekali eror typo. Enak mengikuti.

Salah satu yg selalu kutunggu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd