Maaf agan-agan semuanya, sama sekali tidak ada niatan McD untuk untuk membuat para agan kesal menunggu... Selamat membaca dan semoga sedikit terhibur...
Bagian-4
<Tenggg...!> <Tenggg...!> <Tenggg...!> <Tenggg...!> <Tenggg...!>
<Tenggg...!> <Tenggg...!> <Tenggg...!> <Tenggg...!> <Tenggg...!>
<Tenggg...!>
Dentang lonceng antik berbunyi 11 kali, bergaung... merambah ke seantero ruangan dalam rumah Dartowan... memecah kesunyian malam.
Setelah selesai... suasana keheningan malam pun pulih kembali...
Dido sudah berada ditempat tidurnya... sendirian... tidak dapat memicingkan matanya... barang sedetik pun! Meringkukkan tubuhnya menghadap kekiri, tak lama kemudian meliukkan tubuhnya berganti arah... kekanan... terus saja berlangsung hal ini hampir 10 menit lamanya. Tiba-tiba Dido melompat turun dari tempat tidurnya. Habis sudah daya tahannya menahan cobaan ini... Que Sera Sera...! Gimana nanti saja... deh...! Dido membuka pintu kamarnya perlahan. Tidak menjinjitkan kakinya... apalagi merundukkan tubuh. Dia tidak mau lagi seandainya ada seseorang memergokinya dan menyindir dia sebagai... 'nyemot' seperti sindiran Dina tadi pagi... cukup sekali saja deh!
(NB: Que Sera Sera = apa yang bakal terjadi, terjadilah)
Sampai sudah... Dido berdiri didepan kamar tamu didalam rumah ini. Memang bu Lestari memilih kamar tamu ini, karena memiliki sebuah spring bed yang sangat besar ukurannya (extra king size).
Dia yakin pintu ini tidak terkunci dari dalam.
Tadi ketika semuanya bersiap-siap untuk tidur dan saat bu Lestari dan anaknya, Naning lengah... dengan sangat cepat Dido segera mengambil anak kunci kamar ini dari lubang kuncinya bagian dalam dan... mengantonginya masuk kedalam saku jeans-nya.
<Uuugh... ukhh!> <Uuugh... ukhh!> Dido berpura-pura batuk-batuk kecil seakan-akan tersedak minum air. "Eehh... heeemmh...", ditutup dengan deheman. Perlahan dia menekan handel pintu kebawah... dan mendorong pintu itu hati-hati. Setelah terbuka sepertiganya, segera Dido melongokkan kepalanya kedalam... kearah tempat tidur. Didalam kamar... diluar dugaan dan harapan Dido sama sekali... disana... dia disambut oleh tatapan Naning... yang memandangi wajah Dido... dengan tersenyum! Ketika Naning melihat wajah Dido yang melongo... jadi lucu saja kelihatannya... hampir saja meledak tawanya Naning... buru-buru saja tangan-tangan lentiknya menutupi rapat mulutnya yang mungil tapi... sexy itu.
Dengan cepat Dido menguasai dirinya kembali... normal seperti sedia kala. Digerakkannya jari-jari tangan kanannya (kecuali ibu-jarinya) memberi kode pada Naning untuk mendekat. Naning yang paham arti kode itu, segera memiringkan tubuhnya yang sintal... untuk bangun. Saat itu Naning hanya mengenakan jubah-tidur yang memang tersedia beberapa stel dalam lemari pakaian dikamar tamu itu, dia memilih warna pink muda. Dan sesuai anjuran mamanya... Naning tidak memakai daleman sama sekali!
Ketika Naning bangun dan ingin turun dari tempat tidur itulah... jubah tidur yang dikenakan Naning terbuka lebar bagian atasnya... terpampang sudah dengan jelas seluruh bagian buahdada yang sekal, sangat montok serta... sekal sekali... mancung kedepan... milik Naning yang berharga dan... indah, yang puting-putingnya dan hampir keseluruhannya persis sama dengan milik bu Lestari... hanya beda ukurannya... setingkat dibawah saja.
Dengan tenang saja Naning merapikan kembali jubah-tidurnya... tidak usah terburu-buru... khawatir membuat Dido, tambatan hatinya menjadi risih perasaannya... Bukankah 'hati'-nya tadi telah disimpan pada diri Dido yang dicintainya ini. Tekadnya sudah bulat membuang jauh-jauh rasa jengahnya... hanya untuk Dido... seorang, sang kekasih hati... sungguh-sungguh... nekat!
Dia mempercayai Dido... 100% tanpa pamrih... apa yang diinginkan Dido akan dilakukan dengan sepenuh hati... sungguh-sungguh... nekat!
Bahkan hubungan Dido dengan mamanya, yang sudah diketahuinya... tidak akan mengusiknya sama sekali... bahkan tidak barang setitik pun! Bagi kedua orang yang dikasihi ini, Naning mempercayai 100% tanpa pamrih! Sungguh-sungguh... nekat!
***
Dido dan Naning sudah keluar dari kamar tamu itu, setelah secara perlahan Dido menutup kembali pintu kamar itu tanpa menimbulkan bunyi, takut mengusik ibunya Naning yang sedang pulas tertidur.
Mungkin kelelahan sehabis membereskan segala sesuatunya dirumah ini, barangkali... lho, pikir Dido dalam hatinya.
"Jubahmu terbuka... sayang", Dido memberitahu Naning... sok santun... mengingat pengalaman 'pahit' yang dialami dalam upaya-nya ingin melihat susunya si Dina... tadi pagi.
"Biarin aja...", jawab Naning tenang dan... pasrah!
Tertegun Dido mendengarnya, seketika itu juga terhenti langkah kakinya. Dido memandang dalam-dalam paras cantik gadis muda ayu dan bertubuh sintal ini... sedangkan yang dipandangi wajahnya, bukannya menunduk eh... malah menengadah memandang Dido dengan mesra dan... pasrah (tinggi tubuh Naning 160 cm, lebih pendek 2 cm dari tinggi tubuh ibunya, bu Lestari yang 162 cm serta tinggi tubuh Dido masih tetap dengan 172 cm).
Tidaklah lama Dido memandang tajam dan dalam... mata jernih dan bersinar milik Naning itu... paling 2 detikan tambah sedikit... dengan pelan tapi pasti... mendekatkan bibirnya pada bibir Naning yang sexy dan... sensual... merekah dan terbuka sedikit...
Terjadilah ciuman ala 'French Kiss', yang seru dan bersemangat. Penuh gairah Dido melakukannya penuh konsentrasi, sedangkan Naning yang baru pertama kali dalam hidupnya merasakan FK itu... megap-megap napasnya, meliuk-liuk tubuhnya seakan-akan tengah sedikit meronta-ronta... Dido yang cepat tanggap, segera menghentikan 'serangan' FK-nya itu.
"Aduh kak... Naning sampai tidak bisa bernapas nih... jadinya!", kata Naning yang masih saja tersengal-sengal napasnya.
"Ohhh... bodohnya kakak ini...! Terlalu egois...! Kan kamu baru pertama kali mengalaminya... sekarang, maafkan kakak ya... sayang", kata Dido sambil mendekatkan lagi wajahnya... kali ini sasarannya adalah... dahi mulus sang gadis jelita ini.
Naning yang tahu gelagat, arah mana bibir milik pria dambaan hatinya ini bakalan didaratkan... langsung saja menjinjitkan ujung jari-jari kedua kakinya setinggi mungkin... bagaikan jinjitan kaki seorang ballerina, maka... bertemu kembali bibir kedua insan remaja yang sedang dimabuk... asmara itu. Terjadilah kecupan mesra dan yang menggetarkan gelora kasih keduanya. Dengan merangkulkan kedua tangannya dengan lembut, Dido agak menekan sedikit tubuh sintal Naning kebawah, agar Naning tidak usah berlama-lama menjinjitkan kakinya yang nantinya akan bisa sangat melelahkannya.
"Mendingan kekamar kakak saja ya... Ning?", kata Dido mengajak Naning dengan suara lembut dan setengah berbisik.
"Terserah kak Dido saja... Naning sih setuju saja...", jawab Naning, juga dengan suara lembut dan setengah berbisik.
"Apa balik lagi... ketempat tidurnya Naning yang tadi...?", seloroh nakal Dido muncul tiba-tiba.
"Boleh juga... malah lebih bagus kan masih sangat lega untuk bertiga kok...", jawab Naning tenang saja... tapi sebenarnya... sangat senang!.
Kaget Dido jadinya dan memandang kembali wajah dara manis ini dalam-dalam sambil menduga-duga... jangan-jangan ini cuma jawaban kelakar saja dari Naning.
Naning yang dipandangi begitu, bertanya pada Dido, "Apa Naning salah ngomong ya kak...? Maafkan Naning ya kak...".
Segera Dido memeluk lembut tubuh Naning, sambil berbisik, "Tidak ada setitik pun yang salah padamu sayang... cuma kakak heran saja, kan... ada mama-mu disana...?".
"Tidak apa-apa kan...? Mama adalah kebahagiaan Naning yang sesungguhnya... sejak Naning dilahirkannya... sampai sekarang...!", jawab Naning pelan tapi penuh keyakinan.
Termangu Dido mendengar jawaban Naning ini, menyesal sekali dia telah mengeluarkan pertanyaan usil tadi yang dimaksudkannya hanyalah untuk menggoda Naning saja... 'Bodohnya aku ini...! Nggak jadi deh... ngalamin yang syur-syur... nikmat dan... menghanyutkan...! Yaaa... nasib!'.
Serentak berdua (Dido dan Naning) berbalik badan, sambil berdekapan mesra menuju ke kamar tamu itu kembali. Setiap langkah kaki Dido yang mengiringi langkah-langkah kakinya Naning yang pelan, setiap kali pula kata-kata penyesalannya Dido membersit di benaknya... 'Yaaa... nasib!', 'Yaaa... nasib!', 'Yaaa... nasib!', 'Yaaa... nasib!', 'Yaaa... nasib!'... memang diperlukan cuma lima langkah untuk sampai dipintu kamar tamu itu.
<Uuugh... ukhh!> <Uuugh... ukhh!> sekarang Naning yang berpura-pura batuk-batuk kecil seakan-akan tersedak minum air, persis sama menirukan apa yang telah dilakukan Dido tadi, lalu disambung dengan deheman yang persis sama pula, "Eehh... heeemmh...".
Dido yang tahu tengah dipermainkan oleh Naning jadi tersenyum malu dan... menowelkan jari telunjuk tangan kanannya pada bungkahan pantat Naning yang bahenol itu. 'Buseeet deh...! Mana nggak pake CD lagi... ohhh...! Yaaa... nasib!'. Nyata sekali terasa lewat jubah sutera yang tipis itu... memang Naning tidak mengenakan CD... kan mengikuti anjuran mamanya yang tercinta...!
Dengan mantap Naning menekan kebawah handel pintu itu serta didorongnya membuka pelan-pelan, setelah keduanya berada didalam kamar, Naning segera menutup kembali pintu kamar itu rapat-rapat.
Diatas tempat tidur extra king size itu telah duduk bersila... bu Lestari yang jelita memang tengah menanti mereka berdua kembali dengan jubah tidurnya yang rapi serta warnanya yang merah menyala itu.
"Kok... cepat sekali siiihhh...!??", tanya bu Lestari sangat heran.
"Begini ma... ya kan kak Dido...?", sambil mengerling dan mengedipkan sebelah matanya yang berbulu lentik itu pada Dido. "Kami memutuskan... sebaiknya dibawah tuntunan mama saja deh... ini kehendak kami berdua lho... iya kan... kak Dido?", kata Naning sembari bertanya pada Dido.
Dido yang sekarang sedang ditanyai Naning... gelagapan... megap-megap langsung menjawab, "Eeehh... iyaaa... beneeer mbak... kami telah berembuk tadi... sewaktu berada diluar kamar pas... depan pintu kok...', dengan gugup Dido menjawabnya.
Tersenyum bu Lestari mendengarkannya... 'Setelah berembuk atau... setelah cipokan tadi... hi-hi-hi...!', bu Lestari tertawa dalam hatinya.
***
"Nah... sekarang kamu Dido harus memandang mbak... dan kamu, Naning harus memandang mama-mu ini sebagai... seorang pelatih-seks... hi-hi-hi...!", kata bu Lestari mengawali sesi-ngeseks ini tapi dia tidak dapat menahan tawanya... habis pertama kali dalam hidupnya dia mengalami situasi seperti ini... ML-trainer...?! Ooohhh...
Akibatnya kedua remaja itu, Dido dan Naning pun, jadi ikut-ikutan tertawa... "He-he-he... Hi-hi-hi...", mereka tertawa spontan secara serempak.
"Huuusssh...! Hentikan tawa kalian! Ini serius...!", seru bu Lestari yang sudah tidak tertawa lagi... yang telah berhasil... menekan dengan susah-payah 'urat-tawa'-nya... "Pelajaran ini hanya sekali...! Dan tidak ada pelajaran susulan... cukup sekali! Tanya-jawab ditiadakan... karena sekarang sudah larut malam... mau berganti hari...!". Benar juga penjelasan bu Lestari, jam dinding dalam kamar tamu itu, jarum-jarumnya telah menunjukkan pukul 23.50 tengah malam.
'Tutor' jelita ini melanjutkan sesi-nya kembali. "Pertama-tama kamu, Naning... ambil selembar selimut tipis yang bergaris-garis... yang ada didalam lemari tempat kamu mengambil jubah tidur tadi. Selimut itu ada dibagian dasarnya lemari itu...".
"Buat... apa sss....", Naning mau bertanya, tapi keburu diselak oleh perkataan Dido. "Sssttt... ambil saja dik... nanti juga akan dijelaskan kegunaannya selimut itu... lagi pula... kan tidak ada tanya-jawab... iya... kan?!", Dido memberitahu Naning dengan berbisik, yang tahu akan kegunaan selimut itu. 'Berarti benar dong... Naning masih perawan ting-ting... mudah-mudahan 'selaput-dara'-nya tidak terlalu tebal...', Dido berharap-harap cemas.
Naning setelah dibisiki oleh sang 'kekasih hati' berkata dengan perlahan, "Iya... kak, maaf... ma...".
Sedangkan bu Lestari, sang 'tutor' jelita, diam saja tidak menanggapi percakapan kecil itu, kalau dijawab... wah... bisa molor deh... urusannya...!
Naning sudah menemukan selimut yang dimaksud oleh ibunya dan menaruhnya diatas tempat tidur itu.
"Langsung naik keatas tempat tidur saja, sayang...", instruksi sang 'tutor' jelita. "Sekalian digelar saja selimut itu... ditengah-tengah tempat tidur ini... lipat-4 ya... bagus... ya begitu...", usai sudah instruksi awal dari sang 'tutor' jelita.
Sekarang kedua remaja itu sudah duduk bersila kembali... meniru sikap duduk sang 'tutor' jelita.
'Sebagai peserta 'kursus kilat ngesek' ini, kedua remaja ini kelihatan serius dan penuh antusias... hi-hi-hi...', tawa bu Lestari dalam hatinya... senang. 'Kalau begini gelagatnya... kayaknya bisa kebagian juga minimal barang satu ronde aja sih...', bu Lestari menyimpulkan dan meyakinkan gejolak hasrat seksnya.
"Eeeehhh... kok bengong aja...? Oooh iya... belum dikasih instruksi lanjutan ya...', kata bu Lestari menyadari keadaan yang tengah berlangsung. "Sekarang lepaskan seluruh pakaian kalian... semuanya...! Yang paling cepat... dia akan akan mendapatkan sertifikat...". 'Hi-hi-hi... biar nggak buang-buang waktu... untukku nanti... hi-hi-hi...", bu Lestari mengikik senang dalam hati.
Naning cukup dengan mengendorkan simpul pada gaun tidurnya serta menjulurkan kedua tangannya agak kebelakang, jubah tidur sutera yang licin itu meluncur kebawah dengan sendirinya dan jatuh diatas tempat tidur... telanjang sudah Naning ini... tubuhnya sintal, mulus dan putih bersih... bak tubuh bidadari muda yang segar... jelita.
"Sayangku...", kata ibu-nya Naning. "Langsung berbaring terlentang... usahakan pantatmu berada diatas lipatan selimut garis-garis itu... nah iya... benar begitu posisinya... aduh mak...! Mulus sekali tubuhmu sayang...", kata bu Lestari menyelusuri seluruh permukaan tubuh mulus anak bungsu kesayangannya ini. Dada mulus seorang dara remaja yang dihiasi sepasang buahdada yang indah dangan puting-puting kecilnya yang berwarna pink-muda menantang tegak keatas. Saat telusuran mata bu Lestari sampai pada perut Naning yang mulus... sangat rata tanpa kerutan sama sekali... terlontarlah kata-kata ibunya seketika, "Mama... ngaku kalah deh... benar kan kata mama, saat tadi dirumah, kamu benar-benar lebih cantik dari mama-mu ini... sungguh mama bahagia dan sangat bangga...". Telusuran mata bu Lestari berlanjut ke bagian bawah, terlihat vagina segaris dan klimis... sama dengan vagina miliknya, bedanya panjang garis vertikal vagina Naning lebih pendek sedikit... dia masih muda usia iya... kan, apa lagi belum pernah diterobos...
Bu Lestari segera menengok kearah Dido, 'Ya ampun... tuh anak... lagi bengong...! Ikut-ikutan memperhatikan tubuh mulus Naning'.
"Ampun biung... deh kamu Do...! Ngapain kamu bengong aja!", seru bu Lestari melihat Dido cuma bertelanjang dada... karena telah melepas T-shirt nya.
"Hi-hi-hi...!", tawa Naning seketika meledak, melihat mata 'tambatan hati'-nya masih melongo saja melihat tubuh telanjang-nya.
Kaget karena tawa keras sang kekasih, menyadarkan Dido yang terkesiap 'siuman' dari bengongnya dan... kembali ke alam nyata.
"Tunggu ya sayang... tenang-tenang berbaring terlentang saja begitu... sebentar mama mengurus Dido yang lelet ini", kata bu Lestari segera mendekati Dido.
Gerakan cepat bu Lestari menyebabkan spring bed extra king size itu... jadi bergoyang-goyang, sedangkan tubuh telanjang Naning super mulus itu jadi mentul-mentul. Tapi goyangan per didalam spring bed yang bagaikan 'lindu lemah' itu masih belum mampu mengombang-ambing payudara remaja milik Naning yang kekenyalan masih murni itu.
"Karena kamu tidak memperhatikan instruksi pelatih dengan seksama maka kamu mendapatkan hukuman yang harus dilaksana sekarang juga!", kata sang 'tutor' jelita dengan tegas. "Dan nggak usah lagi urusin celana pendek jeans-mu lagi...!", kata bu Lestari keki. 'Buang-buang waktu saja...!'.
'Apa...?! Baru melihat tubuh Naning yang mulus... sebentar saja kok...! Yaaa... nasib! Hukumannya apa ya...?', Dido pasrah saja menanti.
Dari luar kamar, terdengar tidak terlalu keras (karena pintu kamar sudah tertutup rapat) bunyi lonceng jam antik berdentang 12 kali. Waktu telah memasuki detik pada hari baru pada dini hari ini.
"Kamu tetap mengenakan celana pendekmu itu... kecuali... bila kamu mampu... dengan hanya menggunakan lidahmu saja... membuat Naning mencapai puncak kenikmatan... yang belum pernah dirasakan-nya... Oke deh... mbak memperingan sedikit hukumanmu... kamu boleh dibantu jari-jarimu... dengan syarat tidak boleh memasukkannya dalam-dalam di memeknya Naning... mengerti...?!".
'Kirain sih... hukuman apa begitu...?! Mbak belum tahu saja sih... mbak juga nanti akan Dido buat mendapatkan orgasme dengan cunnilingus... lihat saja nanti...!', kata Dido dalam hati dengan keki... merasa telah diremehkan oleh 'tutor' yang jelita ini.
(NB: cunnilingus = oral seks pada vagina)
"Hei... Dido! Boleh jawab...!", instruksi sang 'tutor' tegas.
"Oh-oh... iya mbak!", jawab Dido pendek saja.
"Apa perlu mbak ajari caranya...?", tanya sang 'tutor' kembali.
"Ti-tidak usah mbak, kayaknya Dido sudah tahu kok...", jawab Dido lagi.
"Ya... buktikan kemampuanmu itu sekarang...!", kata sang 'tutor' bernada menantang.
(Bersambung ke Bagian-5)