Pecah Utak
Pertapa Semprot
-------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------
Cerita 238 – Kost-ku Surgaku..!
[Eps. 2.1] – Poker
Kalian pernah main poker kan..!? Baik dengan taruhan uang mau pun sekedar main saja.
Nah.. apa yang ingin kuceritain berikut ini pernah aku alami beberapa tahun lalu.. ketika aku baru saja masuk kuliah.
Kejadiannya jauh sebelum aku kenal Vonny. –Sudah baca kan..!?–
Yang ngajak main poker itu adalah mbak-mbak kakak angkatanku. Taruhannya tau nggak..?
Baca deh cerita berikut.
-------ooOoo-------
Ketika pertamakali masuk kuliah.. bapakku menitipkan aku kepada seorang temannya di kota tempatku kuliah.
Uniknya.. om Warsito –panggil saja begitu..– teman bapakku itu punya kost-kostan. Tapi untuk putri.
Aku sendiri mendapat kamar di paling belakang.. menghadap ke taman belakang.
Yang memang sengaja aku pilih sendiri.. karena tempatnya yang paling tenang.
Om Warsito ini seorang pengusaha yang cukup sukses. Dia jarang sekali berada di rumah.
Begitu juga Tante Sri.. di rumah hanya 2 atau 3 hari dalam seminggu.
Selainnya itu berada di Surabaya dan Denpasar.. untuk mengurus bisnis suvenirnya yang maju pesat.
Yang di rumah hanyalah Ivonne yang kala itu berusia belum genap delapanbelas tahun.
Dia baru saja merayakan sweet seventeen-nya beberapa bulan lalu.
Kemudan Gilbert.. masih berumur 10 tahun.. serta dua orang pembantu yang sudah tua.
Kost-kost Om Warsito mempunyai 7 kamar.. dengan tarif 450 ribu Rupiah sebulan.
Untuk ukuran kotaku tarif ini mahal sekali.
Nah.. dari enam cewek yang kost.. ternyata beberapa minggu setelah aku berada di sana..
ketauan ternyata yang 3 orang adalah kakak angkatanku. –Satu jurusan denganku..–
Dan yang lainnya nggak jelas kuliah atau apa. Yang jelas mereka jarang berada di kost.
Paling-paling malam banget datang terus pagi sekali sudah nggak ada.
Sedangkan yang 3 orang ini.. Ana.. Inggit dan Endah kebalikannya.
Mereka selalu ada di rumah.. jarang kuliah. Meski mereka juga belum pada punya pacar.
Ana yang paling tinggi di antara mereka. Dia juga yang paling cantik.. tetapi bentuk tubuhnya yang terjelek.
Payudaranya lumayan.. tetapi pantatnya lebar dan datar. Kulitnya halus dan mulus.
Dia juga yang tertua di antara ketiga kakak angkatanku itu.
Inggit yang termungil.. tetapi tubuhnya yang terbagus menurutku. Pantatku indah dan tampak penuh.
Payudaranya meski nggak besar.. tetapi bentuknya merangsang. Putingnya lancip.. kelihatannya..
Karena dia jarang pakai beha ketika ada di kost. Jadi kadang-kadang kelihatan olehku tercetak di bajunya.
Sedangkan dari ketiga kakak angkatanku itu.. Endahlah yang paling proporsional.
Tingginya cukup.. tidak setinggi Anna.. tetapi juga tidak semungil Inggit. Pantatnya penuh dan merangsang.
Payudaranya besar.. kulitnya putih dan mulus.. dianugerahi dengan rambutnya hitam panjang.
Dan yang paling kusuka dari mbak Endah ini:
Adalah kebiasaannya selalu mengenakan celana pendek ketat balap warna putih bila berada di rumah.
Kuperhatikan.. bagian selangkangannya selalu tampak menggunduk seperti sabun gif..
Dan kadang-kadang tampak sekali bibir-bibir labianya..
membentuk gundukan-gundukan yang tidak rata di bagian selangkangannya.
Tau tidak.. hanya dalam sebulan berada di rumah Om Warsito.. frekuensi ngocokku naik hampir 4 kali lipat.
Jika waktu SMA aku melakukannya seminggu sekali.. itu aja kalo lagi nggak kuat banget.
Sekarang.. pingin nggak pingin.. asal sudah berada di kamar dan lagi nganggur, bawaannya pingin ngocok terus..!
Biasanya frekuensi ngocok paling sering justru terjadi di hari Minggu pagi.. ketika semua berada di kost.
Bagaimana tidak.. pagi-pagi sekali mereka sudah berkicau di depan kamarku..
Dan bisa ditebak.. mereka dengan cantiknya mengenakan pakaian ‘kebanggaannya’ masing-masing.
Mbak Endah dengan celana ketat putih bergunduknya. Mbak Inggit dengan kaos tanpa beha-nya.
Dan mbak Ana dengan rok panjang terusannya.. yang menerawang. Sambil ngerumpi.
–Apalagi kalo nggak masalah cowok. Maklum.. pada belum punya pacar semua..–
Sementara itu posisi duduknya mereka sangat nggak beraturan.. dan seenaknya sendiri..!! Wadaww..!
Aku hanya bisa mengamati dari dalam kamar sambil kadang-kadang.. lha ini yang enak banget.. ngocok..!!
Dan enaknya mereka nggak tau aku lagi ngapain.. karena kaca jendelaku yang gelap.
Dan bagi mereka aku hanyalah ‘anak kecil’..
Sampai suatu ketika mereka aku yakini menjadikan aku salahsatu bahan rumpian mereka.
Ketika itu hujan turun.. Ivonne dan Gilbert ikut mamanya ke Surabaya. Eh iya.. aku lupa ceritain tentang Ivonne.
Meski doi baru tujuhbelasan tahun.. tapi tau nggak.. bodinya udah kebentuk sempurna. Perfecto..!
Apalagi doi tergolong bongsor. Jadi meski kecil.. kadang-kadang aku ngaceng juga melihatnya.
Tapi karena doi adalah putri Om Warsito.. jadi ya nggak masuk dalam koleksi lamunanku.
Hujan nggak berhenti dari pagi sampai malam hari.. padahal aku lapar banget. Tadi pagi siang udah makan.
Tapi mau masuk ke dalam rumah kok nggak enak.
Apalagi pembantu-pembantu Om Warsito kayaknya nggak suka aku ada di rumah itu.
Mungkin diam-diam mereka mengamati tingkah lakuku..
Dan kejadian ketika aku melotot menelanjangi Ivonne.. ketika doi sedang senam di belakang rumah.
Belum pukul 7.00 malam mereka sudah nggak kelihatan.. udah tidur.
Aku tiduran di kamar sambil nonton TV.. acaranya nggak ada yang bagus.
Sambil berbaring tergeletak mendengarkan rintikan hujan yang nggak henti-hentinya..
aku mulai membayangkan tiga dara yang ada di situ.
Nggak terasa kontolku tegang.. bagian ujungnya tampak membesar keras.
–Kalian udah tau kan kalo kontolku itu kepalanya besar seperti pemukul bedug..
Kalo belum, baca deh cerita Vonny di Episode sebelumnya..–
Nah.. ketika ‘nyawaku’ sedang melayang ke mana-mana.. tok tokk..! Tau-tau pintu kamarku diketuk.
"Mas Rudi..!” Terdengar suara memanggil namaku. Aku segera bangkit dan merapikan celana pendekku.
Sial.. aku nggak pake celana dalam..! Sehingga tampak sekali sesuatu mencuat di bagian selangkanganku.
Belum siap aku.. pintu udah terbuka. "Mas, ikutan yuk main poker di kamar Inggit. Kita kekurangan pemain nih..!”
Mbak Inggit memandangi sesuatu yang janggal di bagian selangkanganku. Aku gelagapan.
Sambil berusaha menutupi aku menjawab: "Sebentar.. aku nanti ke sana..!"
"Ditunggu ya..!?” Mbak Inggit menutup pintu.. kemudian berlalu.
Aku segera melepas celana pendekku.. lantas memakai celana dalam.. kemudian memakai celana pendek lagi.
Wah.. kesempatan nih mengamati dari dekat mereka-mereka itu.
Aku lalu mengunci pintu kamarku.. kemudian berjalan perlahan ke kamar mbak Inggit.
Sampai di dekat pintu kamarnya aku berhenti dan mendengarkan sedikit kata-kata dan obrolan mereka.
"Gila An.. si Rudi nggak pake celana dalam.. dan tau nggak, lagi ngaceng dia..!"
"Yang bener Nggit..? Emang kamu pernah ngliat cowok ngaceng..?"
"Ya.. tadi itu.."
"Huuu.. semprul..!!"
"Tapi bener kok. Kalo nggak.. terus yang tadi kelihatan banget ngganjel di celananya itu apa, hayoo..?"
Sunyi sejenak.. aku terdiam. Akhirnya mereka membicarakan diriku. Aku mau mengetuk pintu.. tapi ragu-ragu.
Tak lama kemudian terdengar lagi percakapan mereka:
"Eh.. ngomong-ngomong, gedhe nggak..?" Suara Ana terdengar agak pelan.
"Apanya..?"
"Ya.. itunya bego..!"
"Oh.. kelihatannya sih gedhe..!
Ah udah udah.. nggak usah dibicarain.. sebentar lagi doi ke sini.. kamu amati sendiri aja deh..!"
"Eh.. bagaimana kalo nanti taruhan pokernya .. ehhh.. yang kalah telanjang satu per satu.
Kalo menang boleh pake pakaiannya lagi.. gimana..?” Suara Endah terdengar.
"Gila kamu Ndah.. emang kamu berani..?"
"Kita khan udah jagoan main poker.. tak jamin dia pasti telanjang bulat nanti.."
"Eh.. ehmmm.. kalo ternyata dia jagoan poker bagaimana..?"
"Ya nasib..!"
"Dasar eksibisionis kamu Ndah..!"
"Eh.. pikirkan keuntungannya my friends..!"
Sunyi sejenak lagi.
"Kok lama banget ya..?" Suara Ana.
"Ngocok kali..!" Suara Endah menohokku.
"Jadi aku tadi ngganggu hajatan orang nih..?” Suara Inggit.
"Kita tunggu aja deh..!"
Mendengar obrolan mereka itu aku bukannya mengetuk pintu kamar mbak Inggit.
Secara tiba-tiba saja aku menemukan ide entah darimana. Aku lantas balik ke kamarku.
Sesampainya di kamar.. tanpa ragu aku kemudian kembali melepas celana dalamku.
Memakai lagi celana pendekku dan segera bergegas ke kamar mbak Inggit..
Ya.. sebelum kontolku ngaceng lagi. Hehehe..
Tok tok tok..! Aku mengetuk pintu kamar mbak Inggit. "Masuk Rud..!"
Aku lantas masuk kamar..
Dan mereka bertiga serentak memandangku sambil sesekali mencuri pandang ke bagian selangkanganku.
Aku segera duduk di samping mereka.. sebelum doi –kontolku..– berontak dan tegang.
"Katanya poker, mana mbak..?" Ujarku pura-pura bertanya alasan kenapa aku datang ke situ.
"Ehhh.. anu.. Rud.. ada peraturan khusus di lingkungan kita tentang permainan poker.."
Kembali aku pura-pura tidak tau, dan bertanya.. "Apa itu mbak..?"
"Jelasin An..!"
"Begini dik Rudi.. poker kita taruhannya bukan uang tapi .. pakaian..!"
"Ehmm.. maksud mbak, kalo kalah taruhannya baju gitu..?
Emang buat apa baju cowok buat mbak-mbak ini..?" Lagi.. aku pura-pura bego.
"Hihihi.. maksudnya begini lho Rud .. biar lebih tegang, setiapkali kamu kalah kartu..
maka kamu harus melepas baju kamu satu per satu.
Kalo kamu menang, kamu boleh pake lagi itu baju. Bagaimana..? Pasti seru khan..!?"
"Ihhh.. mbak-mbak ini genit deh..!" Sergahku seolah malu-malu sambil meledek.
Aku masih pura-pura bego.. meski akhirnya kontolku nggak bisa pura-pura lagi.
Tak bisa kutahan.. doi memanjang.. membesar dan mengeras di depan mereka-mereka ini.
Jadi bisa dibayangin nggak sih, betapa anehnya perasaanku saat itu..?
Di satu sisi.. aku gelagapan dengan ide ini.
Di sisi lain.. kontolku terasa enak.. karena ngaceng di depan cewek-cewek ini.
Dan nggak bisa sama sekali kututupi dari pandangan mereka..
Yang sesekali mengamati bentuk sosisku yang tercetak di celana pendekku.
Sempat aku mengutuki keputusanku melepas celana dalam tadi.
Suasana jadi nggak enak.. karena mereka jadi belingsatan sendiri.. terutama Endah.
Suara nafasnya yang panjang-panjang terdengar sesekali.
Terlihat sekali bahwa dia kesulitan mengendalikan perasaannya. Yang tenang malah mbak Ana.
"Ayo kita mulai, gimana Rud..? Berani nggak..?"
"Boleh deh. Tapi kalo nanti Rudi kalah sampai telanjang bulat, jangan diapa-apain ya. Cukup diliatin aja..!"
"Oke Rud.. ini khan hanya permainan..!"
Mulailah permainan poker maut ini. Sesekali aku mengejan.. sehingga batang kontolku bergerak-gerak sendiri.
Mbak Endah udah nggak mencuri-curi pandang lagi..
Tapi udah ngeliatin langsung dengan tajam..! Sambil berusaha mengendalikan irama nafasnya.
Aku menunduk .. brengsek.. di bagian kepalanya tercetak noda basah. Keluar juga pelumasnya. Erghh..!
Merasa udah kepalang.. aku malah secara atraktif dan dengan cuek sesekali memegang batang kontolku..
Kemudian 'mengolah' untuk menyamankan posisinya di bawah tatapan mereka.
Kartu dibagikan.. pada putaran pertama aku bersemangat banget karena yang kalah mbak Endah.
–Karena dia nggak konsentrasi..– Dia perlahan melepas kaosnya dan .. brengsek.. masih pake kaos singlet.
Tetapi payudaranya sudah kelihatan sebagian. Wah.. kontolku semakin mengeras dan berkedut-kedut.
Demikian juga putaran kedua. Wah.. lagi-lagi keberuntunganku.
Mbak Endah terpaksa harus melepas singletnya. Sehingga dia hanya pake beha sekarang.
Wao.. tampak gundukan yang besar dari daging payudaranya melotot memenuhi beha-nya.
Putaran ketiga.. Inggit yang kena..! Lagi-lagi keberuntunganku.. dia melepas sweaternya.
Dan.. oh my God..!! Payudara mungil nan indah.. dengan puting yang mencuat indah. Terpampang sudah.
Kontolku mulai nggak kompromi lagi.
Kedutan-kedutannya terasa seperti mengocok-ngocok terasa nikmat sekali.
Cairan bening yang menodai celana pendeknya semakin meluas.
Inggit berusaha menutupi dadanya.. sehingga praktis putingnya tertutup kedua tangannya.
"Wah mbak Inggit curang..!” Tiba-tiba saja suaraku keluar spontan.
"Curang apa Rud..?" Katanya sengit.
"Itu..! Ditutupin.. dibuka dong..!" Protesku.
"Lho.. khan peraturannya melepas baju, bukan memamerkan tubuh..!" Doi ngeles.. tetap kekeuh.
"Tapi khan ..?" Aku masih berusaha memprotes.
"Iya bener Rud..!” Suara mbak Ana yang sampai saat ini masih stabil memecah kesunyiannya.
Ia menengahi ‘pertengkaranku dengan mbak Inggit. Aku jadi terdiam dan menyerah.
Kebalikan dari Inggit.. Endah malah secara demonstratif membuka seluruh bagian yang terbuka itu..
Tanpa berusaha sedikit pun untuk menutupinya.
Errrgghhhh..!! Kontan saja batang kontolku semakin berkedut-kedut dan keras sekali..
Terutama bagian kepalanya yang besar.. tercetak dengan jelas di celana pendekku.
Putaran berikutnya aku yang kena.. dan terpaksa aku melepas kaosku dan menyisakan singlet.
Tidak ada kejadian apa-apa.. pikirku demikian. Sedangkan pemenangnya adalah mbak Ana..
Sehingga tidak ada kejadian apa-apa.. karena dia masih berpakaian lengkap.
Putaran berikutnya aku lagi yang kena..
Dan mbak Ana lagi yang menang dan terpaksa harus melepas singletku.
Aku harus berusaha lebih keras dan tidak kehilangan konsentrasi.
Kartu dibagikan dan dimainkan. Horeeee.. Endah terkena. Dia melepas beha-nya dan .. toing..!!
Payudara besar itu terbesar dari kungkungannya dan menggantung dengan indah.
Puting ditengah bulatannya tampak mancung dan berwarna coklat tua.
Aku mulai gelagapan dengan irama nafasku.
Tapi karena mengejar target untuk melihat mereka-mereka telanjang bulat.. aku terus konsentrasi penuh.
Dan hasilnya.. dalam tiga putaran berikutnya Inggit dan Endah sudah telanjang bulat.
Rinciannya.. duakali Inggit untuk celana panjang dan celana dalamnya..
Dan satu untuk celana pendek ketat putih milik mbak Endah. Dia ternyata tidak bercelana dalam..!
–Ini menjelaskan kenapa kadang-kadang gundukannya tampak bergelombang.
Karena bibir-bibir labianya yang ternyata memang tebal..–
Sementara mbak Ana sendiri sangat piawai bermain poker..
Sehingga dia masih berpakaian lengkap sampai saat ini.
Sedangkan aku sendiri tinggal menyisakan satu untuk menjadi telanjang bulat.
Kontolku mulai berontak berat. Kedutan-kedutannya seperti memompa sesuatu untuk keluar.
Tapi aku tahan-tahan. Dalam keadaan seperti itu.. justru sekarang akulah yang tidak berkonsentrasi.
Gimana bisa konsentrasi.. jika sesekali Endah membuka kakinya..
Sehingga tampak gundukan yang terawat rapi dengan jembut yang dicukur rapi dan indah modelnya.
Klitorisnya tak mampu tertutupi oleh gundukan itu.
Begitu juga bibir-bibir labianya tampak menggelambir merah basah.
Dan ini yang membuat aku nggak kuat.
Sesekali dia menggerakkan pinggulnya ke karpet yang berakibat pada bergeseknya vaginanya ke karpet.
Terdengar nafas tertahan yang tak mampu ditutupinya. Gila bener..! Makin kacau konsentrasiku.
Sedangkan si Inggit sudah menghilangkan minatku kepadanya.. karena dia menutup kakinya rapat-rapat.
Begitu juga posisi tangannya yang menyilang menutupi kedua buah putingnya.
Sedangkan mbak Ana.. sudah hilang tadi-tadi dari sasaran birahiku sementara ini.
Keasikan mengamati mereka.. membuat putaran kali ini menjadi awal dari hilangnya keperjakaanku.
Ya. Aku kalah pada putaran itu.. dan terpaksa harus melepas celana pendekku..!
Aku lantas berdiri dan membuka celana pendekku.. sehingga batang kontolku yang tadi terkungkung..
tiba-tiba menyentak ke depan dengan cepat..
hingga membuat kepalanya yang besar tampak seperti pemukul bedug.
Ketiga cewek itu menahan nafas ketika batang kontolku tampak menegang penuh dan mengacung ke depan.
Terutama mbak Endah. Dia sudah bukan lagi menahan nafas.. tetapi sudah terdengar melenguh..
Karena.. bersamaan dengan telanjang bulatnya aku..
dia menggerakkan pinggulnya cepat.. sehingga menggesekkan klitorisnya ke karpet.
Aku kemudian duduk lagi.. dan kami beberapa saat tidak berkata apa-apa.
Hanya saling memandang masing-masing dengan pandangan yang aneh.
Tiba-tiba.. "Rud, ikut mbak .. ke kamar mandi .. yuk..!?” Suara mbak Endah perlahan sekali nyaris berbisik.
Aku seperti kerbau dicucuk hidungnya.. lalu mengikuti mbak Endah masuk ke kamar mandi di kamar Inggit.
Di bawah tatapan Inggit dan Ana.. yang masih terdiam dan tak sanggup berkata apa-apa.
Mbak Endah masuk.. dan setelah aku masuk juga dia mengunci pintu kemudian memandangiku.
Terus tiba-tiba saja aku dipeluknya erat..
Dan aku merasakan tangannya memegang batang kontolku dengan lembut.
"Do something.. Rud..!” Suaranya nyaris berbisik.
Mbak Endah duduk di pinggiran bak kamar mandi dan perlahan membuka kedua pahanya..
Sehingga sekarang tampak jelas semua bagian vaginanya. Aku udah nggak ingat apa-apa.
Yang kutau.. tiba-tiba saja ada tangan memegang batang kontolku..
kemudian mengarahkannya ke tumpukan daging-daging berwarna merah basah dan mengkilat itu.
Kemudian.. yang terasa seperti ada jepitan yang kuat di kontolku.
Terutama di sekujur kepalanya yang tampak keras sekali.
CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------
Cerita 238 – Kost-ku Surgaku..!
[Eps. 2.1] – Poker
Kalian pernah main poker kan..!? Baik dengan taruhan uang mau pun sekedar main saja.
Nah.. apa yang ingin kuceritain berikut ini pernah aku alami beberapa tahun lalu.. ketika aku baru saja masuk kuliah.
Kejadiannya jauh sebelum aku kenal Vonny. –Sudah baca kan..!?–
Yang ngajak main poker itu adalah mbak-mbak kakak angkatanku. Taruhannya tau nggak..?
Baca deh cerita berikut.
-------ooOoo-------
Ketika pertamakali masuk kuliah.. bapakku menitipkan aku kepada seorang temannya di kota tempatku kuliah.
Uniknya.. om Warsito –panggil saja begitu..– teman bapakku itu punya kost-kostan. Tapi untuk putri.
Aku sendiri mendapat kamar di paling belakang.. menghadap ke taman belakang.
Yang memang sengaja aku pilih sendiri.. karena tempatnya yang paling tenang.
Om Warsito ini seorang pengusaha yang cukup sukses. Dia jarang sekali berada di rumah.
Begitu juga Tante Sri.. di rumah hanya 2 atau 3 hari dalam seminggu.
Selainnya itu berada di Surabaya dan Denpasar.. untuk mengurus bisnis suvenirnya yang maju pesat.
Yang di rumah hanyalah Ivonne yang kala itu berusia belum genap delapanbelas tahun.
Dia baru saja merayakan sweet seventeen-nya beberapa bulan lalu.
Kemudan Gilbert.. masih berumur 10 tahun.. serta dua orang pembantu yang sudah tua.
Kost-kost Om Warsito mempunyai 7 kamar.. dengan tarif 450 ribu Rupiah sebulan.
Untuk ukuran kotaku tarif ini mahal sekali.
Nah.. dari enam cewek yang kost.. ternyata beberapa minggu setelah aku berada di sana..
ketauan ternyata yang 3 orang adalah kakak angkatanku. –Satu jurusan denganku..–
Dan yang lainnya nggak jelas kuliah atau apa. Yang jelas mereka jarang berada di kost.
Paling-paling malam banget datang terus pagi sekali sudah nggak ada.
Sedangkan yang 3 orang ini.. Ana.. Inggit dan Endah kebalikannya.
Mereka selalu ada di rumah.. jarang kuliah. Meski mereka juga belum pada punya pacar.
Ana yang paling tinggi di antara mereka. Dia juga yang paling cantik.. tetapi bentuk tubuhnya yang terjelek.
Payudaranya lumayan.. tetapi pantatnya lebar dan datar. Kulitnya halus dan mulus.
Dia juga yang tertua di antara ketiga kakak angkatanku itu.
Inggit yang termungil.. tetapi tubuhnya yang terbagus menurutku. Pantatku indah dan tampak penuh.
Payudaranya meski nggak besar.. tetapi bentuknya merangsang. Putingnya lancip.. kelihatannya..
Karena dia jarang pakai beha ketika ada di kost. Jadi kadang-kadang kelihatan olehku tercetak di bajunya.
Sedangkan dari ketiga kakak angkatanku itu.. Endahlah yang paling proporsional.
Tingginya cukup.. tidak setinggi Anna.. tetapi juga tidak semungil Inggit. Pantatnya penuh dan merangsang.
Payudaranya besar.. kulitnya putih dan mulus.. dianugerahi dengan rambutnya hitam panjang.
Dan yang paling kusuka dari mbak Endah ini:
Adalah kebiasaannya selalu mengenakan celana pendek ketat balap warna putih bila berada di rumah.
Kuperhatikan.. bagian selangkangannya selalu tampak menggunduk seperti sabun gif..
Dan kadang-kadang tampak sekali bibir-bibir labianya..
membentuk gundukan-gundukan yang tidak rata di bagian selangkangannya.
Tau tidak.. hanya dalam sebulan berada di rumah Om Warsito.. frekuensi ngocokku naik hampir 4 kali lipat.
Jika waktu SMA aku melakukannya seminggu sekali.. itu aja kalo lagi nggak kuat banget.
Sekarang.. pingin nggak pingin.. asal sudah berada di kamar dan lagi nganggur, bawaannya pingin ngocok terus..!
Biasanya frekuensi ngocok paling sering justru terjadi di hari Minggu pagi.. ketika semua berada di kost.
Bagaimana tidak.. pagi-pagi sekali mereka sudah berkicau di depan kamarku..
Dan bisa ditebak.. mereka dengan cantiknya mengenakan pakaian ‘kebanggaannya’ masing-masing.
Mbak Endah dengan celana ketat putih bergunduknya. Mbak Inggit dengan kaos tanpa beha-nya.
Dan mbak Ana dengan rok panjang terusannya.. yang menerawang. Sambil ngerumpi.
–Apalagi kalo nggak masalah cowok. Maklum.. pada belum punya pacar semua..–
Sementara itu posisi duduknya mereka sangat nggak beraturan.. dan seenaknya sendiri..!! Wadaww..!
Aku hanya bisa mengamati dari dalam kamar sambil kadang-kadang.. lha ini yang enak banget.. ngocok..!!
Dan enaknya mereka nggak tau aku lagi ngapain.. karena kaca jendelaku yang gelap.
Dan bagi mereka aku hanyalah ‘anak kecil’..
Sampai suatu ketika mereka aku yakini menjadikan aku salahsatu bahan rumpian mereka.
Ketika itu hujan turun.. Ivonne dan Gilbert ikut mamanya ke Surabaya. Eh iya.. aku lupa ceritain tentang Ivonne.
Meski doi baru tujuhbelasan tahun.. tapi tau nggak.. bodinya udah kebentuk sempurna. Perfecto..!
Apalagi doi tergolong bongsor. Jadi meski kecil.. kadang-kadang aku ngaceng juga melihatnya.
Tapi karena doi adalah putri Om Warsito.. jadi ya nggak masuk dalam koleksi lamunanku.
Hujan nggak berhenti dari pagi sampai malam hari.. padahal aku lapar banget. Tadi pagi siang udah makan.
Tapi mau masuk ke dalam rumah kok nggak enak.
Apalagi pembantu-pembantu Om Warsito kayaknya nggak suka aku ada di rumah itu.
Mungkin diam-diam mereka mengamati tingkah lakuku..
Dan kejadian ketika aku melotot menelanjangi Ivonne.. ketika doi sedang senam di belakang rumah.
Belum pukul 7.00 malam mereka sudah nggak kelihatan.. udah tidur.
Aku tiduran di kamar sambil nonton TV.. acaranya nggak ada yang bagus.
Sambil berbaring tergeletak mendengarkan rintikan hujan yang nggak henti-hentinya..
aku mulai membayangkan tiga dara yang ada di situ.
Nggak terasa kontolku tegang.. bagian ujungnya tampak membesar keras.
–Kalian udah tau kan kalo kontolku itu kepalanya besar seperti pemukul bedug..
Kalo belum, baca deh cerita Vonny di Episode sebelumnya..–
Nah.. ketika ‘nyawaku’ sedang melayang ke mana-mana.. tok tokk..! Tau-tau pintu kamarku diketuk.
"Mas Rudi..!” Terdengar suara memanggil namaku. Aku segera bangkit dan merapikan celana pendekku.
Sial.. aku nggak pake celana dalam..! Sehingga tampak sekali sesuatu mencuat di bagian selangkanganku.
Belum siap aku.. pintu udah terbuka. "Mas, ikutan yuk main poker di kamar Inggit. Kita kekurangan pemain nih..!”
Mbak Inggit memandangi sesuatu yang janggal di bagian selangkanganku. Aku gelagapan.
Sambil berusaha menutupi aku menjawab: "Sebentar.. aku nanti ke sana..!"
"Ditunggu ya..!?” Mbak Inggit menutup pintu.. kemudian berlalu.
Aku segera melepas celana pendekku.. lantas memakai celana dalam.. kemudian memakai celana pendek lagi.
Wah.. kesempatan nih mengamati dari dekat mereka-mereka itu.
Aku lalu mengunci pintu kamarku.. kemudian berjalan perlahan ke kamar mbak Inggit.
Sampai di dekat pintu kamarnya aku berhenti dan mendengarkan sedikit kata-kata dan obrolan mereka.
"Gila An.. si Rudi nggak pake celana dalam.. dan tau nggak, lagi ngaceng dia..!"
"Yang bener Nggit..? Emang kamu pernah ngliat cowok ngaceng..?"
"Ya.. tadi itu.."
"Huuu.. semprul..!!"
"Tapi bener kok. Kalo nggak.. terus yang tadi kelihatan banget ngganjel di celananya itu apa, hayoo..?"
Sunyi sejenak.. aku terdiam. Akhirnya mereka membicarakan diriku. Aku mau mengetuk pintu.. tapi ragu-ragu.
Tak lama kemudian terdengar lagi percakapan mereka:
"Eh.. ngomong-ngomong, gedhe nggak..?" Suara Ana terdengar agak pelan.
"Apanya..?"
"Ya.. itunya bego..!"
"Oh.. kelihatannya sih gedhe..!
Ah udah udah.. nggak usah dibicarain.. sebentar lagi doi ke sini.. kamu amati sendiri aja deh..!"
"Eh.. bagaimana kalo nanti taruhan pokernya .. ehhh.. yang kalah telanjang satu per satu.
Kalo menang boleh pake pakaiannya lagi.. gimana..?” Suara Endah terdengar.
"Gila kamu Ndah.. emang kamu berani..?"
"Kita khan udah jagoan main poker.. tak jamin dia pasti telanjang bulat nanti.."
"Eh.. ehmmm.. kalo ternyata dia jagoan poker bagaimana..?"
"Ya nasib..!"
"Dasar eksibisionis kamu Ndah..!"
"Eh.. pikirkan keuntungannya my friends..!"
Sunyi sejenak lagi.
"Kok lama banget ya..?" Suara Ana.
"Ngocok kali..!" Suara Endah menohokku.
"Jadi aku tadi ngganggu hajatan orang nih..?” Suara Inggit.
"Kita tunggu aja deh..!"
Mendengar obrolan mereka itu aku bukannya mengetuk pintu kamar mbak Inggit.
Secara tiba-tiba saja aku menemukan ide entah darimana. Aku lantas balik ke kamarku.
Sesampainya di kamar.. tanpa ragu aku kemudian kembali melepas celana dalamku.
Memakai lagi celana pendekku dan segera bergegas ke kamar mbak Inggit..
Ya.. sebelum kontolku ngaceng lagi. Hehehe..
Tok tok tok..! Aku mengetuk pintu kamar mbak Inggit. "Masuk Rud..!"
Aku lantas masuk kamar..
Dan mereka bertiga serentak memandangku sambil sesekali mencuri pandang ke bagian selangkanganku.
Aku segera duduk di samping mereka.. sebelum doi –kontolku..– berontak dan tegang.
"Katanya poker, mana mbak..?" Ujarku pura-pura bertanya alasan kenapa aku datang ke situ.
"Ehhh.. anu.. Rud.. ada peraturan khusus di lingkungan kita tentang permainan poker.."
Kembali aku pura-pura tidak tau, dan bertanya.. "Apa itu mbak..?"
"Jelasin An..!"
"Begini dik Rudi.. poker kita taruhannya bukan uang tapi .. pakaian..!"
"Ehmm.. maksud mbak, kalo kalah taruhannya baju gitu..?
Emang buat apa baju cowok buat mbak-mbak ini..?" Lagi.. aku pura-pura bego.
"Hihihi.. maksudnya begini lho Rud .. biar lebih tegang, setiapkali kamu kalah kartu..
maka kamu harus melepas baju kamu satu per satu.
Kalo kamu menang, kamu boleh pake lagi itu baju. Bagaimana..? Pasti seru khan..!?"
"Ihhh.. mbak-mbak ini genit deh..!" Sergahku seolah malu-malu sambil meledek.
Aku masih pura-pura bego.. meski akhirnya kontolku nggak bisa pura-pura lagi.
Tak bisa kutahan.. doi memanjang.. membesar dan mengeras di depan mereka-mereka ini.
Jadi bisa dibayangin nggak sih, betapa anehnya perasaanku saat itu..?
Di satu sisi.. aku gelagapan dengan ide ini.
Di sisi lain.. kontolku terasa enak.. karena ngaceng di depan cewek-cewek ini.
Dan nggak bisa sama sekali kututupi dari pandangan mereka..
Yang sesekali mengamati bentuk sosisku yang tercetak di celana pendekku.
Sempat aku mengutuki keputusanku melepas celana dalam tadi.
Suasana jadi nggak enak.. karena mereka jadi belingsatan sendiri.. terutama Endah.
Suara nafasnya yang panjang-panjang terdengar sesekali.
Terlihat sekali bahwa dia kesulitan mengendalikan perasaannya. Yang tenang malah mbak Ana.
"Ayo kita mulai, gimana Rud..? Berani nggak..?"
"Boleh deh. Tapi kalo nanti Rudi kalah sampai telanjang bulat, jangan diapa-apain ya. Cukup diliatin aja..!"
"Oke Rud.. ini khan hanya permainan..!"
Mulailah permainan poker maut ini. Sesekali aku mengejan.. sehingga batang kontolku bergerak-gerak sendiri.
Mbak Endah udah nggak mencuri-curi pandang lagi..
Tapi udah ngeliatin langsung dengan tajam..! Sambil berusaha mengendalikan irama nafasnya.
Aku menunduk .. brengsek.. di bagian kepalanya tercetak noda basah. Keluar juga pelumasnya. Erghh..!
Merasa udah kepalang.. aku malah secara atraktif dan dengan cuek sesekali memegang batang kontolku..
Kemudian 'mengolah' untuk menyamankan posisinya di bawah tatapan mereka.
Kartu dibagikan.. pada putaran pertama aku bersemangat banget karena yang kalah mbak Endah.
–Karena dia nggak konsentrasi..– Dia perlahan melepas kaosnya dan .. brengsek.. masih pake kaos singlet.
Tetapi payudaranya sudah kelihatan sebagian. Wah.. kontolku semakin mengeras dan berkedut-kedut.
Demikian juga putaran kedua. Wah.. lagi-lagi keberuntunganku.
Mbak Endah terpaksa harus melepas singletnya. Sehingga dia hanya pake beha sekarang.
Wao.. tampak gundukan yang besar dari daging payudaranya melotot memenuhi beha-nya.
Putaran ketiga.. Inggit yang kena..! Lagi-lagi keberuntunganku.. dia melepas sweaternya.
Dan.. oh my God..!! Payudara mungil nan indah.. dengan puting yang mencuat indah. Terpampang sudah.
Kontolku mulai nggak kompromi lagi.
Kedutan-kedutannya terasa seperti mengocok-ngocok terasa nikmat sekali.
Cairan bening yang menodai celana pendeknya semakin meluas.
Inggit berusaha menutupi dadanya.. sehingga praktis putingnya tertutup kedua tangannya.
"Wah mbak Inggit curang..!” Tiba-tiba saja suaraku keluar spontan.
"Curang apa Rud..?" Katanya sengit.
"Itu..! Ditutupin.. dibuka dong..!" Protesku.
"Lho.. khan peraturannya melepas baju, bukan memamerkan tubuh..!" Doi ngeles.. tetap kekeuh.
"Tapi khan ..?" Aku masih berusaha memprotes.
"Iya bener Rud..!” Suara mbak Ana yang sampai saat ini masih stabil memecah kesunyiannya.
Ia menengahi ‘pertengkaranku dengan mbak Inggit. Aku jadi terdiam dan menyerah.
Kebalikan dari Inggit.. Endah malah secara demonstratif membuka seluruh bagian yang terbuka itu..
Tanpa berusaha sedikit pun untuk menutupinya.
Errrgghhhh..!! Kontan saja batang kontolku semakin berkedut-kedut dan keras sekali..
Terutama bagian kepalanya yang besar.. tercetak dengan jelas di celana pendekku.
Putaran berikutnya aku yang kena.. dan terpaksa aku melepas kaosku dan menyisakan singlet.
Tidak ada kejadian apa-apa.. pikirku demikian. Sedangkan pemenangnya adalah mbak Ana..
Sehingga tidak ada kejadian apa-apa.. karena dia masih berpakaian lengkap.
Putaran berikutnya aku lagi yang kena..
Dan mbak Ana lagi yang menang dan terpaksa harus melepas singletku.
Aku harus berusaha lebih keras dan tidak kehilangan konsentrasi.
Kartu dibagikan dan dimainkan. Horeeee.. Endah terkena. Dia melepas beha-nya dan .. toing..!!
Payudara besar itu terbesar dari kungkungannya dan menggantung dengan indah.
Puting ditengah bulatannya tampak mancung dan berwarna coklat tua.
Aku mulai gelagapan dengan irama nafasku.
Tapi karena mengejar target untuk melihat mereka-mereka telanjang bulat.. aku terus konsentrasi penuh.
Dan hasilnya.. dalam tiga putaran berikutnya Inggit dan Endah sudah telanjang bulat.
Rinciannya.. duakali Inggit untuk celana panjang dan celana dalamnya..
Dan satu untuk celana pendek ketat putih milik mbak Endah. Dia ternyata tidak bercelana dalam..!
–Ini menjelaskan kenapa kadang-kadang gundukannya tampak bergelombang.
Karena bibir-bibir labianya yang ternyata memang tebal..–
Sementara mbak Ana sendiri sangat piawai bermain poker..
Sehingga dia masih berpakaian lengkap sampai saat ini.
Sedangkan aku sendiri tinggal menyisakan satu untuk menjadi telanjang bulat.
Kontolku mulai berontak berat. Kedutan-kedutannya seperti memompa sesuatu untuk keluar.
Tapi aku tahan-tahan. Dalam keadaan seperti itu.. justru sekarang akulah yang tidak berkonsentrasi.
Gimana bisa konsentrasi.. jika sesekali Endah membuka kakinya..
Sehingga tampak gundukan yang terawat rapi dengan jembut yang dicukur rapi dan indah modelnya.
Klitorisnya tak mampu tertutupi oleh gundukan itu.
Begitu juga bibir-bibir labianya tampak menggelambir merah basah.
Dan ini yang membuat aku nggak kuat.
Sesekali dia menggerakkan pinggulnya ke karpet yang berakibat pada bergeseknya vaginanya ke karpet.
Terdengar nafas tertahan yang tak mampu ditutupinya. Gila bener..! Makin kacau konsentrasiku.
Sedangkan si Inggit sudah menghilangkan minatku kepadanya.. karena dia menutup kakinya rapat-rapat.
Begitu juga posisi tangannya yang menyilang menutupi kedua buah putingnya.
Sedangkan mbak Ana.. sudah hilang tadi-tadi dari sasaran birahiku sementara ini.
Keasikan mengamati mereka.. membuat putaran kali ini menjadi awal dari hilangnya keperjakaanku.
Ya. Aku kalah pada putaran itu.. dan terpaksa harus melepas celana pendekku..!
Aku lantas berdiri dan membuka celana pendekku.. sehingga batang kontolku yang tadi terkungkung..
tiba-tiba menyentak ke depan dengan cepat..
hingga membuat kepalanya yang besar tampak seperti pemukul bedug.
Ketiga cewek itu menahan nafas ketika batang kontolku tampak menegang penuh dan mengacung ke depan.
Terutama mbak Endah. Dia sudah bukan lagi menahan nafas.. tetapi sudah terdengar melenguh..
Karena.. bersamaan dengan telanjang bulatnya aku..
dia menggerakkan pinggulnya cepat.. sehingga menggesekkan klitorisnya ke karpet.
Aku kemudian duduk lagi.. dan kami beberapa saat tidak berkata apa-apa.
Hanya saling memandang masing-masing dengan pandangan yang aneh.
Tiba-tiba.. "Rud, ikut mbak .. ke kamar mandi .. yuk..!?” Suara mbak Endah perlahan sekali nyaris berbisik.
Aku seperti kerbau dicucuk hidungnya.. lalu mengikuti mbak Endah masuk ke kamar mandi di kamar Inggit.
Di bawah tatapan Inggit dan Ana.. yang masih terdiam dan tak sanggup berkata apa-apa.
Mbak Endah masuk.. dan setelah aku masuk juga dia mengunci pintu kemudian memandangiku.
Terus tiba-tiba saja aku dipeluknya erat..
Dan aku merasakan tangannya memegang batang kontolku dengan lembut.
"Do something.. Rud..!” Suaranya nyaris berbisik.
Mbak Endah duduk di pinggiran bak kamar mandi dan perlahan membuka kedua pahanya..
Sehingga sekarang tampak jelas semua bagian vaginanya. Aku udah nggak ingat apa-apa.
Yang kutau.. tiba-tiba saja ada tangan memegang batang kontolku..
kemudian mengarahkannya ke tumpukan daging-daging berwarna merah basah dan mengkilat itu.
Kemudian.. yang terasa seperti ada jepitan yang kuat di kontolku.
Terutama di sekujur kepalanya yang tampak keras sekali.
CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------