Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Bimabet
-------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------

Cerita 238 – Kost-ku Surgaku..!

[Eps. 2.1] – Poker

Kalian pernah main poker kan..!?
Baik dengan taruhan uang mau pun sekedar main saja.
Nah.. apa yang ingin kuceritain berikut ini pernah aku alami beberapa tahun lalu.. ketika aku baru saja masuk kuliah.

Kejadiannya jauh sebelum aku kenal Vonny. –Sudah baca kan..!?–
Yang ngajak main poker itu adalah mbak-mbak kakak angkatanku. Taruhannya tau nggak..?
Baca deh cerita berikut.
-------ooOoo-------

Ketika pertamakali masuk kuliah.. bapakku menitipkan aku kepada seorang temannya di kota tempatku kuliah.
Uniknya.. om Warsito –panggil saja begitu..– teman bapakku itu punya kost-kostan. Tapi untuk putri.

Aku sendiri mendapat kamar di paling belakang.. menghadap ke taman belakang.
Yang memang sengaja aku pilih sendiri.. karena tempatnya yang paling tenang.

Om Warsito ini seorang pengusaha yang cukup sukses. Dia jarang sekali berada di rumah.
Begitu juga Tante Sri.. di rumah hanya 2 atau 3 hari dalam seminggu.
Selainnya itu berada di Surabaya dan Denpasar.. untuk mengurus bisnis suvenirnya yang maju pesat.

Yang di rumah hanyalah Ivonne yang kala itu berusia belum genap delapanbelas tahun.
Dia baru saja merayakan sweet seventeen-nya beberapa bulan lalu.
Kemudan Gilbert.. masih berumur 10 tahun.. serta dua orang pembantu yang sudah tua.

Kost-kost Om Warsito mempunyai 7 kamar.. dengan tarif 450 ribu Rupiah sebulan.
Untuk ukuran kotaku tarif ini mahal sekali.

Nah.. dari enam cewek yang kost.. ternyata beberapa minggu setelah aku berada di sana..
ketauan ternyata yang 3 orang adalah kakak angkatanku. –Satu jurusan denganku..–

Dan yang lainnya nggak jelas kuliah atau apa. Yang jelas mereka jarang berada di kost.
Paling-paling malam banget datang terus pagi sekali sudah nggak ada.

Sedangkan yang 3 orang ini.. Ana.. Inggit dan Endah kebalikannya.
Mereka selalu ada di rumah.. jarang kuliah. Meski mereka juga belum pada punya pacar.

Ana yang paling tinggi di antara mereka. Dia juga yang paling cantik.. tetapi bentuk tubuhnya yang terjelek.
Payudaranya lumayan.. tetapi pantatnya lebar dan datar. Kulitnya halus dan mulus.
Dia juga yang tertua di antara ketiga kakak angkatanku itu.

Inggit yang termungil.. tetapi tubuhnya yang terbagus menurutku. Pantatku indah dan tampak penuh.
Payudaranya meski nggak besar.. tetapi bentuknya merangsang. Putingnya lancip.. kelihatannya..
Karena dia jarang pakai beha ketika ada di kost. Jadi kadang-kadang kelihatan olehku tercetak di bajunya.

Sedangkan dari ketiga kakak angkatanku itu.. Endahlah yang paling proporsional.
Tingginya cukup.. tidak setinggi Anna.. tetapi juga tidak semungil Inggit. Pantatnya penuh dan merangsang.

Payudaranya besar.. kulitnya putih dan mulus.. dianugerahi dengan rambutnya hitam panjang.
Dan yang paling kusuka dari mbak Endah ini:
Adalah kebiasaannya selalu mengenakan celana pendek ketat balap warna putih bila berada di rumah.

Kuperhatikan.. bagian selangkangannya selalu tampak menggunduk seperti sabun gif..
Dan kadang-kadang tampak sekali bibir-bibir labianya..
membentuk gundukan-gundukan yang tidak rata di bagian selangkangannya.

Tau tidak.. hanya dalam sebulan berada di rumah Om Warsito.. frekuensi ngocokku naik hampir 4 kali lipat.
Jika waktu SMA aku melakukannya seminggu sekali.. itu aja kalo lagi nggak kuat banget.

Sekarang.. pingin nggak pingin.. asal sudah berada di kamar dan lagi nganggur, bawaannya pingin ngocok terus..!
Biasanya frekuensi ngocok paling sering justru terjadi di hari Minggu pagi.. ketika semua berada di kost.

Bagaimana tidak.. pagi-pagi sekali mereka sudah berkicau di depan kamarku..
Dan bisa ditebak.. mereka dengan cantiknya mengenakan pakaian ‘kebanggaannya’ masing-masing.

Mbak Endah dengan celana ketat putih bergunduknya. Mbak Inggit dengan kaos tanpa beha-nya.
Dan mbak Ana dengan rok panjang terusannya.. yang menerawang. Sambil ngerumpi.
–Apalagi kalo nggak masalah cowok. Maklum.. pada belum punya pacar semua..–

Sementara itu posisi duduknya mereka sangat nggak beraturan.. dan seenaknya sendiri..!! Wadaww..!
Aku hanya bisa mengamati dari dalam kamar sambil kadang-kadang.. lha ini yang enak banget.. ngocok..!!

Dan enaknya mereka nggak tau aku lagi ngapain.. karena kaca jendelaku yang gelap.
Dan bagi mereka aku hanyalah ‘anak kecil’..
Sampai suatu ketika mereka aku yakini menjadikan aku salahsatu bahan rumpian mereka.

Ketika itu hujan turun.. Ivonne dan Gilbert ikut mamanya ke Surabaya. Eh iya.. aku lupa ceritain tentang Ivonne.
Meski doi baru tujuhbelasan tahun.. tapi tau nggak.. bodinya udah kebentuk sempurna. Perfecto..!

Apalagi doi tergolong bongsor. Jadi meski kecil.. kadang-kadang aku ngaceng juga melihatnya.
Tapi karena doi adalah putri Om Warsito.. jadi ya nggak masuk dalam koleksi lamunanku.

Hujan nggak berhenti dari pagi sampai malam hari.. padahal aku lapar banget. Tadi pagi siang udah makan.
Tapi mau masuk ke dalam rumah kok nggak enak.

Apalagi pembantu-pembantu Om Warsito kayaknya nggak suka aku ada di rumah itu.
Mungkin diam-diam mereka mengamati tingkah lakuku..

Dan kejadian ketika aku melotot menelanjangi Ivonne.. ketika doi sedang senam di belakang rumah.
Belum pukul 7.00 malam mereka sudah nggak kelihatan.. udah tidur.

Aku tiduran di kamar sambil nonton TV.. acaranya nggak ada yang bagus.
Sambil berbaring tergeletak mendengarkan rintikan hujan yang nggak henti-hentinya..
aku mulai membayangkan tiga dara yang ada di situ.

Nggak terasa kontolku tegang.. bagian ujungnya tampak membesar keras.
–Kalian udah tau kan kalo kontolku itu kepalanya besar seperti pemukul bedug..
Kalo belum, baca deh cerita Vonny di Episode sebelumnya..–

Nah.. ketika ‘nyawaku’ sedang melayang ke mana-mana.. tok tokk..! Tau-tau pintu kamarku diketuk.
"Mas Rudi..!” Terdengar suara memanggil namaku. Aku segera bangkit dan merapikan celana pendekku.

Sial.. aku nggak pake celana dalam..! Sehingga tampak sekali sesuatu mencuat di bagian selangkanganku.
Belum siap aku.. pintu udah terbuka. "Mas, ikutan yuk main poker di kamar Inggit. Kita kekurangan pemain nih..!”

Mbak Inggit memandangi sesuatu yang janggal di bagian selangkanganku. Aku gelagapan.
Sambil berusaha menutupi aku menjawab: "Sebentar.. aku nanti ke sana..!"
"Ditunggu ya..!?” Mbak Inggit menutup pintu.. kemudian berlalu.

Aku segera melepas celana pendekku.. lantas memakai celana dalam.. kemudian memakai celana pendek lagi.
Wah.. kesempatan nih mengamati dari dekat mereka-mereka itu.

Aku lalu mengunci pintu kamarku.. kemudian berjalan perlahan ke kamar mbak Inggit.
Sampai di dekat pintu kamarnya aku berhenti dan mendengarkan sedikit kata-kata dan obrolan mereka.

"Gila An.. si Rudi nggak pake celana dalam.. dan tau nggak, lagi ngaceng dia..!"
"Yang bener Nggit..? Emang kamu pernah ngliat cowok ngaceng..?"
"Ya.. tadi itu.."
"Huuu.. semprul..!!"

"Tapi bener kok. Kalo nggak.. terus yang tadi kelihatan banget ngganjel di celananya itu apa, hayoo..?"
Sunyi sejenak.. aku terdiam. Akhirnya mereka membicarakan diriku. Aku mau mengetuk pintu.. tapi ragu-ragu.

Tak lama kemudian terdengar lagi percakapan mereka:
"Eh.. ngomong-ngomong, gedhe nggak..?" Suara Ana terdengar agak pelan.
"Apanya..?"
"Ya.. itunya bego..!"
"Oh.. kelihatannya sih gedhe..!
Ah udah udah.. nggak usah dibicarain.. sebentar lagi doi ke sini.. kamu amati sendiri aja deh..!"

"Eh.. bagaimana kalo nanti taruhan pokernya .. ehhh.. yang kalah telanjang satu per satu.
Kalo menang boleh pake pakaiannya lagi.. gimana..?” Suara Endah terdengar.

"Gila kamu Ndah.. emang kamu berani..?"
"Kita khan udah jagoan main poker.. tak jamin dia pasti telanjang bulat nanti.."
"Eh.. ehmmm.. kalo ternyata dia jagoan poker bagaimana..?"
"Ya nasib..!"

"Dasar eksibisionis kamu Ndah..!"
"Eh.. pikirkan keuntungannya my friends..!"
Sunyi sejenak lagi.

"Kok lama banget ya..?" Suara Ana.
"Ngocok kali..!" Suara Endah menohokku.
"Jadi aku tadi ngganggu hajatan orang nih..?” Suara Inggit.
"Kita tunggu aja deh..!"

Mendengar obrolan mereka itu aku bukannya mengetuk pintu kamar mbak Inggit.
Secara tiba-tiba saja aku menemukan ide entah darimana. Aku lantas balik ke kamarku.

Sesampainya di kamar.. tanpa ragu aku kemudian kembali melepas celana dalamku.
Memakai lagi celana pendekku dan segera bergegas ke kamar mbak Inggit..
Ya.. sebelum kontolku ngaceng lagi. Hehehe..

Tok tok tok..! Aku mengetuk pintu kamar mbak Inggit. "Masuk Rud..!"
Aku lantas masuk kamar..
Dan mereka bertiga serentak memandangku sambil sesekali mencuri pandang ke bagian selangkanganku.

Aku segera duduk di samping mereka.. sebelum doi –kontolku..– berontak dan tegang.
"Katanya poker, mana mbak..?" Ujarku pura-pura bertanya alasan kenapa aku datang ke situ.

"Ehhh.. anu.. Rud.. ada peraturan khusus di lingkungan kita tentang permainan poker.."
Kembali aku pura-pura tidak tau, dan bertanya.. "Apa itu mbak..?"

"Jelasin An..!"
"Begini dik Rudi.. poker kita taruhannya bukan uang tapi .. pakaian..!"

"Ehmm.. maksud mbak, kalo kalah taruhannya baju gitu..?
Emang buat apa baju cowok buat mbak-mbak ini..?" Lagi.. aku pura-pura bego.

"Hihihi.. maksudnya begini lho Rud .. biar lebih tegang, setiapkali kamu kalah kartu..
maka kamu harus melepas baju kamu satu per satu.
Kalo kamu menang, kamu boleh pake lagi itu baju. Bagaimana..? Pasti seru khan..!?"

"Ihhh.. mbak-mbak ini genit deh..!" Sergahku seolah malu-malu sambil meledek.
Aku masih pura-pura bego.. meski akhirnya kontolku nggak bisa pura-pura lagi.

Tak bisa kutahan.. doi memanjang.. membesar dan mengeras di depan mereka-mereka ini.
Jadi bisa dibayangin nggak sih, betapa anehnya perasaanku saat itu..?

Di satu sisi.. aku gelagapan dengan ide ini.
Di sisi lain.. kontolku terasa enak.. karena ngaceng di depan cewek-cewek ini.

Dan nggak bisa sama sekali kututupi dari pandangan mereka..
Yang sesekali mengamati bentuk sosisku yang tercetak di celana pendekku.
Sempat aku mengutuki keputusanku melepas celana dalam tadi.

Suasana jadi nggak enak.. karena mereka jadi belingsatan sendiri.. terutama Endah.
Suara nafasnya yang panjang-panjang terdengar sesekali.
Terlihat sekali bahwa dia kesulitan mengendalikan perasaannya. Yang tenang malah mbak Ana.

"Ayo kita mulai, gimana Rud..? Berani nggak..?"
"Boleh deh. Tapi kalo nanti Rudi kalah sampai telanjang bulat, jangan diapa-apain ya. Cukup diliatin aja..!"
"Oke Rud.. ini khan hanya permainan..!"

Mulailah permainan poker maut ini. Sesekali aku mengejan.. sehingga batang kontolku bergerak-gerak sendiri.
Mbak Endah udah nggak mencuri-curi pandang lagi..
Tapi udah ngeliatin langsung dengan tajam..! Sambil berusaha mengendalikan irama nafasnya.

Aku menunduk .. brengsek.. di bagian kepalanya tercetak noda basah. Keluar juga pelumasnya. Erghh..!
Merasa udah kepalang.. aku malah secara atraktif dan dengan cuek sesekali memegang batang kontolku..
Kemudian 'mengolah' untuk menyamankan posisinya di bawah tatapan mereka.

Kartu dibagikan.. pada putaran pertama aku bersemangat banget karena yang kalah mbak Endah.
–Karena dia nggak konsentrasi..– Dia perlahan melepas kaosnya dan .. brengsek.. masih pake kaos singlet.
Tetapi payudaranya sudah kelihatan sebagian. Wah.. kontolku semakin mengeras dan berkedut-kedut.

Demikian juga putaran kedua. Wah.. lagi-lagi keberuntunganku.
Mbak Endah terpaksa harus melepas singletnya. Sehingga dia hanya pake beha sekarang.
Wao.. tampak gundukan yang besar dari daging payudaranya melotot memenuhi beha-nya.

Putaran ketiga.. Inggit yang kena..! Lagi-lagi keberuntunganku.. dia melepas sweaternya.
Dan.. oh my God..!! Payudara mungil nan indah.. dengan puting yang mencuat indah. Terpampang sudah.

Kontolku mulai nggak kompromi lagi.
Kedutan-kedutannya terasa seperti mengocok-ngocok terasa nikmat sekali.

Cairan bening yang menodai celana pendeknya semakin meluas.
Inggit berusaha menutupi dadanya.. sehingga praktis putingnya tertutup kedua tangannya.

"Wah mbak Inggit curang..!” Tiba-tiba saja suaraku keluar spontan.
"Curang apa Rud..?" Katanya sengit.
"Itu..! Ditutupin.. dibuka dong..!" Protesku.

"Lho.. khan peraturannya melepas baju, bukan memamerkan tubuh..!" Doi ngeles.. tetap kekeuh.
"Tapi khan ..?" Aku masih berusaha memprotes.

"Iya bener Rud..!” Suara mbak Ana yang sampai saat ini masih stabil memecah kesunyiannya.
Ia menengahi ‘pertengkaranku dengan mbak Inggit. Aku jadi terdiam dan menyerah.

Kebalikan dari Inggit.. Endah malah secara demonstratif membuka seluruh bagian yang terbuka itu..
Tanpa berusaha sedikit pun untuk menutupinya.

Errrgghhhh..!! Kontan saja batang kontolku semakin berkedut-kedut dan keras sekali..
Terutama bagian kepalanya yang besar.. tercetak dengan jelas di celana pendekku.

Putaran berikutnya aku yang kena.. dan terpaksa aku melepas kaosku dan menyisakan singlet.
Tidak ada kejadian apa-apa.. pikirku demikian. Sedangkan pemenangnya adalah mbak Ana..
Sehingga tidak ada kejadian apa-apa.. karena dia masih berpakaian lengkap.

Putaran berikutnya aku lagi yang kena..
Dan mbak Ana lagi yang menang dan terpaksa harus melepas singletku.
Aku harus berusaha lebih keras dan tidak kehilangan konsentrasi.

Kartu dibagikan dan dimainkan. Horeeee.. Endah terkena. Dia melepas beha-nya dan .. toing..!!
Payudara besar itu terbesar dari kungkungannya dan menggantung dengan indah.
Puting ditengah bulatannya tampak mancung dan berwarna coklat tua.

Aku mulai gelagapan dengan irama nafasku.
Tapi karena mengejar target untuk melihat mereka-mereka telanjang bulat.. aku terus konsentrasi penuh.

Dan hasilnya.. dalam tiga putaran berikutnya Inggit dan Endah sudah telanjang bulat.
Rinciannya.. duakali Inggit untuk celana panjang dan celana dalamnya..

Dan satu untuk celana pendek ketat putih milik mbak Endah. Dia ternyata tidak bercelana dalam..!
–Ini menjelaskan kenapa kadang-kadang gundukannya tampak bergelombang.
Karena bibir-bibir labianya yang ternyata memang tebal..–

Sementara mbak Ana sendiri sangat piawai bermain poker..
Sehingga dia masih berpakaian lengkap sampai saat ini.
Sedangkan aku sendiri tinggal menyisakan satu untuk menjadi telanjang bulat.

Kontolku mulai berontak berat. Kedutan-kedutannya seperti memompa sesuatu untuk keluar.
Tapi aku tahan-tahan. Dalam keadaan seperti itu.. justru sekarang akulah yang tidak berkonsentrasi.

Gimana bisa konsentrasi.. jika sesekali Endah membuka kakinya..
Sehingga tampak gundukan yang terawat rapi dengan jembut yang dicukur rapi dan indah modelnya.

Klitorisnya tak mampu tertutupi oleh gundukan itu.
Begitu juga bibir-bibir labianya tampak menggelambir merah basah.

Dan ini yang membuat aku nggak kuat.
Sesekali dia menggerakkan pinggulnya ke karpet yang berakibat pada bergeseknya vaginanya ke karpet.
Terdengar nafas tertahan yang tak mampu ditutupinya. Gila bener..! Makin kacau konsentrasiku.

Sedangkan si Inggit sudah menghilangkan minatku kepadanya.. karena dia menutup kakinya rapat-rapat.
Begitu juga posisi tangannya yang menyilang menutupi kedua buah putingnya.
Sedangkan mbak Ana.. sudah hilang tadi-tadi dari sasaran birahiku sementara ini.

Keasikan mengamati mereka.. membuat putaran kali ini menjadi awal dari hilangnya keperjakaanku.
Ya. Aku kalah pada putaran itu.. dan terpaksa harus melepas celana pendekku..!

Aku lantas berdiri dan membuka celana pendekku.. sehingga batang kontolku yang tadi terkungkung..
tiba-tiba menyentak ke depan dengan cepat..
hingga membuat kepalanya yang besar tampak seperti pemukul bedug.

Ketiga cewek itu menahan nafas ketika batang kontolku tampak menegang penuh dan mengacung ke depan.
Terutama mbak Endah. Dia sudah bukan lagi menahan nafas.. tetapi sudah terdengar melenguh..

Karena.. bersamaan dengan telanjang bulatnya aku..
dia menggerakkan pinggulnya cepat.. sehingga menggesekkan klitorisnya ke karpet.

Aku kemudian duduk lagi.. dan kami beberapa saat tidak berkata apa-apa.
Hanya saling memandang masing-masing dengan pandangan yang aneh.

Tiba-tiba.. "Rud, ikut mbak .. ke kamar mandi .. yuk..!?” Suara mbak Endah perlahan sekali nyaris berbisik.
Aku seperti kerbau dicucuk hidungnya.. lalu mengikuti mbak Endah masuk ke kamar mandi di kamar Inggit.

Di bawah tatapan Inggit dan Ana.. yang masih terdiam dan tak sanggup berkata apa-apa.
Mbak Endah masuk.. dan setelah aku masuk juga dia mengunci pintu kemudian memandangiku.

Terus tiba-tiba saja aku dipeluknya erat..
Dan aku merasakan tangannya memegang batang kontolku dengan lembut.
"Do something.. Rud..!” Suaranya nyaris berbisik.

Mbak Endah duduk di pinggiran bak kamar mandi dan perlahan membuka kedua pahanya..
Sehingga sekarang tampak jelas semua bagian vaginanya. Aku udah nggak ingat apa-apa.

Yang kutau.. tiba-tiba saja ada tangan memegang batang kontolku..
kemudian mengarahkannya ke tumpukan daging-daging berwarna merah basah dan mengkilat itu.

Kemudian.. yang terasa seperti ada jepitan yang kuat di kontolku.
Terutama di sekujur kepalanya yang tampak keras sekali.

CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------
 
walah kentang, wkkkk
 
menarik ceritanya
 
-------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------

Cerita 238 – Kost-ku Surgaku..!

[Eps. 2.2] – Poker

“Nghhhhh..!!”
Saat itlah aku mendengarkan suara desahan yang keras.
Aku nggak tau apakah mbak Endah masih perawan atau tidak.
Aku juga tidak memperhatikan apa ada darah yang keluar atau tidak.

Yang paling kuingat adalah: Ketika aku menusuk-nusukkan batangku dengan cepat..
diiringi oleh suara lenguhan yang cepat..
kemudian diakhiri oleh jeritan yang panjang yang keluar dari mulut Mbak Endah.

Dan aku merasakan keluarnya spermaku.. diiringi oleh rasa nikmat yang amat sangat..!!
Jauh lebih enak dibandingkan dengan ngocok swalayan.

Sampai beberapa saat ketika aku sadar.. aku tiba-tiba merasa malu..
karena telanjang bulat di kamar kost orang lain, cewek lagi.

Sampai sekarang aku masih ingat sekali kejadian hilangnya keperjakaanku itu.
Dan tau tidak siapa di antara mereka..
Yang setelah kejadian itu justru yang rutin mengunjungi kamarku dan belajar bersama tentang seks.
----------ooOoo----------

Begitulah.. setelah kejadian malam itu..
Di antara mereka bertiga.. justru aku merasa paling nggak enak sama mbak Inggit.
Penyebabnya.. ialah bahwa aku melakukan itu di kamarnya di depan matanya.

Sebenarnya aku nggak tau persis apakah mbak Inggit marah atau tidak.
Yang jelas.. setiap ketemu dia selalu ada perasaan canggung yang luar biasa.

Dengan mbak Endah malah tidak ada apa-apa.
Ia malah tidak terlihat pernah mengalami kejadian yang luar biasa denganku.

Demikian juga dengan mbak Ana. Aku malah sering membantunya mengetik atau mengerjakan tugasnya.
Aku menduga mungkin karena aku telah melihat tubuhnya telanjang bulat..
yang mungkin menyebabkan mbak Inggit agak canggung menghadapiku.

Sampai beberapa hari setelah malam itu.. kontolku terasa linu.
Dan setelah kuamati.. ada bagian yang lecet.. yang terasa perih ketika tergesek.

Oleh karena itulah.. sampai beberapa hari itu aku puasa ngocok.
Lagian rasa nikmat dari menyenggamai mbak Endah masih terngiang-ngiang sampai beberapa hari.
Cuman ya.. sayangnya aku nggak ingat lagi bagaimana prosesnya.

Yang kuingat hanya cengkeraman yang berdenyut-denyut dari dinding-dinding lubang vagina mbak Endah..
yang menjepit erat batang kontolku..
Dan semprotan pejuku yang diiringi rasa nikmat yang amat sangat ke dalam liang nikmatnya itu.

Sampai beberapa hari.. hanya mbak Endah yang bertegur sapa denganku.
Itu pun paling-paling hanya sepatah dua patah kata basa basi tanpa arti.

Dan itu berlalu sampai hampir dua minggu. Bersamaan dengan waktu selama itu..
lecet di batang kontolku telah sembuh dan sudah nggak mengganggu lagi.

Sampai suatu ketika.. aku temukan diary mbak Inggit ada di dekat pintu pagar luar.
Mungkin terjatuh atau apa aku nggak tau.

Ketika pulang dari kuliah.. aku melihat sebuah Diary manis..
bersampul warna hijau muda bermotif daun.. tergeletak di sisi luar pagar.
Aku berpikir mungkin itu milik salahsatu dari mbak-mbak yang kos.

Aku lalu membukanya.. dan di halaman pertama tertulis nama Inggit Prilie Hasrini.
Aku berniat mengembalikannya ke kamarnya.. tetapi dia tidak ada. Jadi aku bawa dulu.

Setelah ganti baju dan celana pendek –seperti biasa aku selalu nggak seneng pake celana dalam..– aku tiduran.
Mau makan malas. Aku sebenarnya tidak berniat membuka diary itu.
Lagian diary khan rahasia pemiliknya. Jadi aku letakkan saja diary itu di meja dan kupandangi.

Lama kelamaan.. hilang juga niatku itu. Aku mulai membukanya perlahan-lahan dan lantas membacanya.
Halaman-halaman awal tidak ada yang menarik. Paling-paling hanya keluh kesah.. lagi kesel..
Lagi seneng.. atau apa saja.. ya layaknya rutinitas keseharian biasa.

Nah.. di hampir 10 halaman terakhir inilah yang menarik.
Sehingga.. sore itu juga aku akhirnya ngocok untuk yang pertamakali sejak keperjakaanku hilang.

Untuk lebih jelasnya aku cuplikkan sebagian isinya untuk kalian bagian itu.
Dimulai dari tanggal 2 Oktober 1996. Yang berarti itu dua hari setelah kejadian di kamarnya itu.

Simak baik-baik ya..!
---------------

2 Okt. 1996, 23.15 WIB

Diary .. Aku kesel bener deh sama Endah dan Rudi. Masa’ sih tega-teganya mereka begituan di kamar mandiku..?
Di depanku lagi. Udah gitu nggak dibersiin lagi. Masa’.. banyak bener tuh cairan lengket-lengket di mana-mana.
Brengsek bener..!

Udah gitu lagi Rudi udah ngliat aku telanjang bulat. Malu sih nggak, cuman jadinya khan nggak enak.
Iya kalo dia nggak cerita-cerita, kalo cerita-cerita ke temen-temennya. Bisa cemar nih namaku.

Ini salah si Ana juga sih.. masa’ ide kaya gitu dilaksanain juga. Pokoknya.. sebeeeellll.. deh..!!!
NB: Punya Rudi gedhe juga ya..!
----------------

3 Okt. 1996, 19.43 WIB

Diary .. Aku nggak bisa konsen belajar nih..!! Kena apa aku ya..?
Masa’ cuman ngeliat barang kayak gitu aja jadi mikir nih..! Omong-omong.. rasanya gimana ya begituan..?

Kayaknya sih Endah enjoy banget.. dia udah sering ngkali ya..!? Eh.. anunya Rudi lucu ya.
Bentuknya kayak gimana gitu. Kepalanya gedhe banget, jadi kayak microphone.

Sama itu loh.. ototnya banyak banget. Sampe kayak binaragawan. Sering disenam ngkali ya..? Hi.. hi..
Iiih nglantur..! Ayo dong diary.. bantuin. Biar aku kayak dulu lagi..!

Kayaknya aku udah mulai pingin nih ngerasain yang begituan.
Rasanya emm.. gimana ya..? Belum pernah sih. Lagian kalo hamil gimana coba..?

Tapi kalo sama Rudi bisa nggak ya..? Khan punya dia gedhe kayak gitu.
Apa bisa masuk..? Khan punyaku kecil. Jari aja susah masuknya..!

NB: brengsek si Endah, cengar cengir melulu..!
----------------

Sampai di sini.. kontolku telah tegang berat. Bayangin.. diomongin cewek di diarynya.
Diomongin kontolnya lagi. Apa nggak luar biasa itu..?
Aku mulai mengelus-elus batangku itu dan semakin bersemangat membaca kelanjutan isi diarynya.

Dua hari.. yaitu tanggal 4 dan 5 tidak ada isinya. Tanggal 6 ada lagi. Isinya kayak gini:
----------------

6 Okt. 1996, 20.33 WIB

Diaryku .. Tau nggak, aku barusan 'masturbasi'.
Habis.. nggak kuat sih ngebayangi si Rudi dengan pemukul kenthongannya.

Aku bayangin aja dia lagi nggesekin itunya ke itilku. Terus aku gosok-gosok sampai rasanya enak banget.
Hampir njerit lho aku tadi. Iiih .. seneng deh..! Coba kalo dia yang bener-bener nggituin aku.
Pasti waoh.. killing me cockly..!

Tadi seharian kok nggak liat dia ya..? Ke mana ya..?
Eh.. aku seneng banget lho kalo ngeliat dia pake celana pendek.

Tau nggak.. dia itu pasti jarang pake CD. Habis keliatan banget menonjolnya.
Itu mungkin ya yang bikin barangnya itu jadi gedhe.

Ceritanya sih.. orang Arab itu barangnya gedhe-gedhe karena mereka nggak kenal CD. Ahhhh..!
Kapan ya dia mau ke sini lagi..? Jadi kangen nih. Pokoknya kalo dia ke sini lagi, dia milikku.

Aku udah bertekad bulat nyerahin itu ke dia.
Gengsi dong.. masa’ udah 23 tahun masih perawan sih..!?
Tapi jangan cerita-cerita ke mama dan papa ya..!? Awas..!!!

NB: Habis masturbasi jadi enteng lho..! Perlu digiatkan nih..!!
----------------

Nah.. para pembaca.. aku udah nggak kuat lagi mbaca kelanjutannya.
Aku ambil baby oil kesayanganku dan mengunci pintu terus membuka celana pendekku.

Si doi udah tegang banget. Aku olesi tangan kiriku dengan baby oil..
Terus aku lumurkan merata ke seluruh bagian batang kontolku dan terus .. nggocook bok..!!

Wih.. setelah dua minggu nggak ngocok, rasanya enak banget lho..!
Bener.. rasanya sudah terkumpul selama itu rasa nikmat yang siap dikonsumsi.
Tapi ya itu .. belum 5 menit udah keluar.

Dan yang keluar kali ini banyak bener..! Nggak percaya deh aku.. banyak banget tuh sperma.
Habis ngocok aku tertidur pulas sampai hampir jam 08.00 malam.

Bangun tidur aku terus mandi dan makan di dalam rumah. Ivonne nggak keliatan, Gilbert juga udah tidur.
Jadi tinggal mbok Narsih yang melayaniku dengan agak ketus. Aku cuek saja..!

Habis itu aku terus berniat ngembalikin diary mbak Inggit. Aku ketuk pintu kamarnya perlahan.
"Eh.. kamu Rud, masuk..!" Aku masuk perlahan dengan perasaan agak canggung.

"Ini.. mbak, mau ngasihin diary ini. Tadi aku temuin di luar gerbang. Mungkin jatuh..!"
"Oh.. ya .. makasih ya..! Tapi nggak kamu baca-baca khan..!?" Tanya mba Inggit tajam.
Sambil menatapnya tajam, aku menggelengkan kepala.

"Kamu jahat Rud.. ini khan rahasia..!” mbak Inggit langsung menebaknya dan benar.
"Sorry mbak. Habis.. nggak kuat untuk nggak ngliatinnya. Tapi nggak tak ceritain ke siapa-siapa kok.."

"Jadi kamu baca juga halaman-halaman terakhir..!?"
"Sorry mbak.."
"Rudi, kamu jahat bener deh..!!!” Cetusnya seperti mau nangis.
"Tapi bener nggak sih mbak yang ketulis itu..? Kalo iya.. ini aku udah di sini nih..” ujarku nekat.

Aku bergerak mendekati mbak Inggit yang duduk di pinggir ranjangnya. Dia menunduk beberapa lama.
Aku memegang pundaknya perlahan, dia tidak berontak. Wah.. kesempatan nih..!

"Tutup dulu pintunya Rud..!" Ujar mba Inggit pelan sekali.. hampir tak terdengar.
Aku segara berdiri dan melihat keluar, memastikan keadaan. Tidak ada siapa-siapa. Aman.

Terus aku tutup pintu kamar mbak Inggit.
Eh.. dia udah berbaring di tempat tidur dan memandangku dengan tatapan yang syahdu.

Aku lantas duduk di sebelahnya memandangi wajahnya.
Tangannya memegang tanganku dan meletakkannya di atas payudaranya.

Aku merasakan segumpal daging empuk dengan sesuatu yang terasa keras di atasnya.
Putingnya udah tegang tuh. Aku meremasnya perlahan sekali takut nanti dia kesakitan.

Baru digituin aja, dia udah menggeliat. Aku jadi nafsu berat.
Dengan cepat sekali kontolku menjadi tegang dan membesar memenuhi celana dalamku.

Aku terus meremas-remasnya.. dan sesekali putingnya aku jepit pakai ibu jari dan telunjuk..
Lantas memilin-milinnya. Tanganku satunya aku telusupin ke dalam sweaternya..
Kemudian merasakan perut yang hangat.. dan meremas-remas payudaranya satunya dari dalam.

Wajahnya udah nggak karuan.
Gila.. baru diremas-remas gitu aja udah kelihatan kayak habis disenggamain berjam-jam.

Aku kemudian mengalihkan tanganku ke bagian perutnya dan mengelus-elusnya perlahan.
Terus aku perlahan sekali membuka ritsleting celananya. Dia diam saja.

Jadi aku terusin.. tidak saja membuka ritsletingnya.. tetapi menarik celana panjangnya itu..
hingga dia tinggal memakai celana dalam warna putih saja.

Terlihat noktah basah di bagian selangkangannya. Woww.. cepet banget cing..!
Sekalian aku menarik lepas celana dalamnya itu.. dan menyaksikan pemandangan indah itu dari dekat.

Jembutnya tidak terlalu lebat.. malah cenderung jarang-jarang. Rambutnya pun nggak besar-besar.
Jadi terasa lembut ketika kuelus perlahan bukit venusnya.

Mbak Inggit udah nggak lagi cuman menggeliat..
tetapi sudah terdengar desahan nafas tertahan yang keluar.

Aku menguak bibir-bibir vaginanya yang lembut.. dan tercium bau yang khas yang baru kali itu aku rasakan.
Terlihat bertumpuk bibir-bibir labianya yang berwarna merah cerah dan licin.

Klitorisnya tampak mungil tertutup oleh kulup yang menutupinya sebagian.
Aku mengelus-elus klitorisnya perlahan nyaris tak terasa.. tetapi akibatnya luar biasa..!
Pahanya menutup dengan cepat.. untung tertahan oleh bahuku.

Dengan bersemangat aku mulai meneruskan gosokan-gosokanku ke bagian itu.. sampai sebentar saja..
mbak Inggit udah mengeluarkan suara jeritan perlahan.. dibarengi gerakan mengejang dari pahanya.

Gila.. masa’ udah orgasme..?
Aku liatin wajahnya dan nggak tahan, aku cium bibirnya perlahan.. sampai nafasnya normal lagi.
Sampai beberapa lama aku membiarkannya merasakan orgasmenya tadi.

Aku kemudian melepas celana pendek dan celana dalamku.. sehingga bagian bawahku telanjang bulat.
Dan batang kontolku mencuat keluar tegak mengacung. Kepalanya terlihat mengkilat.

Segera aku mengambil posisi di antara kedua pahanya..
Kemudian perlahan mengarahkan kepala batangku itu ke bagian lubang vaginanya.

"Pelan-pelan ya Rud, kamu udah tau khan kalo aku masih perawan.." mbak Inggit berkata nyaris berbisik.
Tak menjawab. Aku hanya menganggukkan kepala.

Lantas dengan perlahan dan lembut kutempelkan ujung kontolku di belahan bibir luar veginya.
Slebb.. clebbb..! Dengan sedikit tenaga mulai kusodokkan kepala batangku ke bibir-bibir labianya itu.

Wuahhhhh..!! Ternyata susah banget, kayak mentok.
Aku lalu menggerak-gerakkan kepala batangku ke kiri dan ke kanan.. sambil pinggulku terus menekan.

Emfffhhh..!! Bibir dalamnya mulai menguak perlahan.. karena gerakan mengucek yang kontolku lakukan.
Perlahan sekali aku terus menekankan kepala batangku ke dalam.

Slebbbb.. blessss..! Dengan pelan tapi pasti.. bibir dalamnya mulai menguak.. melingkupi kepala batangku.
Slebb.. clebbb..! Aku terus menekan.. sehingga beberapa saat kemudian.. clebb..!

Terasa kepala batangku telah masuk. Ughhhh..!
Aku merasakan jepitan yang ketat sekali di sekujur kepala kontolku.

Ufffttthh..!! Aku berhenti sejenak dan mengambil nafas.
Aku lihat wajahnya yang syahdu gabungan antara nikmat dan sakit.

Slebbb.. clebbb..! Aku mulai menekan lagi.. kali ini agak lebih mudah daripada tadi.
Kepala batangku terus masuk.. diiringi oleh suara lenguhan perlahan dari mbak Inggit.

Ketika baru kepalanya saja yang terbenam.. ughhhh..!! "Nghhh..!" Mbak Inggit melenguh lirih.
Aku merasakan lagi sesuatu yang menahan kepala batangku untuk terus masuk.

Wah.. ini pasti selaput daranya. Kalo aku terusin menyodok lagi pasti robeknya akan pelan-pelan..
Dan itu pasti akan terasa lebih sakit bagi mbak Inggit. Sleppp..! Aku tarik lagi kepala batangku..

Kemudian slebbb.. terus menekannya lagi perlahan. Ehmmmm..!!
Jepitannya masih ketat.. meski dinding-dindingnya terasa licin. Clebb.. clebb.. clebb.. clebb..!!

Terus aku gerakin lagi kepala batangku keluar masuk pada ke dalaman itu.
“Nghhh.. ahhh ahhhh ahhh..!” Mbak Inggit mulai mendesah-desah tertahan.

Ketika ia mulai terbuai oleh rasa nikmat itu..
pada tusukan kesekian aku menyodoknya dengan lebih keras dan dalam.

Clebb.. jelbbb.. blessseeph..! Kkrrrrrttt..!
"Hhhhhhhhh.. Rud.. aduh..!!” Pekik kecil mbak Inggit terdengar.

Yess..! Aku sukses menembus selaput daranya..! Dan saking kerasnya aku menyodok..
Batangku kontoku itu mentok sampai buah pelirku menyentuh bibir labia mayoranya.

Wah.. dalam juga punya dia..! Duhhh.. mbak Inggit tampak kesakitan.
Dan oleh karena itu aku membiarkan beberapa saat.. batangku terbenam total di dalam liang vaginanya.

Ughhhh..! Aku merasakan kedutan-kedutan yang mengurut-urut batang kontolku di dalamnya sana.
Dan sial .. ada rasa perih sedikit..! Wah.. pasti lecetnya kena lagi..!!

Jadi aku sebenarnya belum sembuh banget dari cedera nih..!
Tapi karena rasanya enak sekali, ya aku nggak begitu peduli.

Aku mulai menggerakkan pinggulku keluar.. sehingga batangku tertarik perlahan.
Wualadalahh.!! Rasanya daging-daging lubangnya lengket di permukaan batang kontolku..

Sehingga terasa seperti ikut tertarik saat aku menggerakkan batangku keluar.
Rasanya.. nggak usah diceritain lagi..!! Bagi yang belum pernah begituan.. dibayangin aja deh..!

Aku terus menusukkan lagi batangku. Kali ini rasanya lebih ringan dibandingkan yang pertama tadi.
Mbak Inggit mulai tersengal-sengal..
aku meremas payudaranya perlahan dan menjepit putingnya terus memilin-milinnya.

Terus aku tarik lagi dan tusukin lagi.. begitu seterusnya. Sampai nggak begitu lama berselang..
Aku mulai merasakan desakan aliran yang dengan cepat mengumpul di selangkanganku.

Aku mulai bergerak dengan teratur dan mantap. Aku rasakan lubangnya mulai familiar dengan bentuk kontolku..
Sehingga rasanya seperti mengelus-elus seluruh permukaan batangku.

Beberapa saat kemudian.. aku udah nggak kuat lagi. Pada sepersekian detik.. saat sebelum menyemprot..
Slrepp..!! Aku menarik batangku dari bekapan liang hangatnya.. kemudian mengocoknya dengan tanganku..

Crett.. crett.. crett.. crett..! Sperma hangatku muncrat keluar membasahi selangkangannya.
Aku lihat mbak Inggit kayaknya belum orgasme. Jadi aku bentangin pahanya ke kiri dan kanan lebar-lebar.

Terus.. aku tahan. Selanjutnya spermaku tadi aku ratain ke area vaginanya..
kemudain aku gunakan sebagai pelumas untuk menggosok-gosok dengan cepat..
dan dengan gerakan berputar ke klitoris.. labia dan seluruh bagian selangkangannya.

Ternyata akibatnya luar biasa..!
Dalam hitungan belum semenit.. mbak Inggit mendesah-desah sambil mengangkat pinggulnya.

Sehingga selangkangannya terangkat membubung tinggi.. dan terasa sekali kedua pahanya mengejang dengan kuat.
Aku gosokkan dengan lebih cepat tiga jari tengahku.. terutama ke bagian klitorisnya.

HIngga.. "Heeee.. aduh.. ssss.. Rud.. aku.. ahhhhh.. ohhh.. oohhhh..!!” Mbak Inggit mencapai orgasme lagi..!
Dan kali ini kayaknya lebih kuat dilihat dari kuatnya gerakan mengejangnya.

Aku mencium keningnya dan bibirnya dengan lembut. Lalu meninggalkannya tidur pulas di kamar.
Dalam keadaan telanjang bulat.. dan selangkangan penuh sperma yang teroles merata.

CONTIECROTT..!! NEXT EPS. 3..!!
-------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd