Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Masbray PU, walaupun ente cuma bole copas. Tapi ane salut sama copasan ente. Ente tuh bak somelier nya cerita erotis

:tendang: Aihh.. jadi malu nubi-nya brada..
Apalah artinya Nubi nyang 'papa' ini tanpa para Readers yang setia mantengin Forum Tercinta ini..
Sebab.. tanpa adanya brada's n Sista's -- kalo ada, sih.. hehe..-- Trit.. terlebih Forum ini nggak akan pernah rame..

Salam Semprot..! :beer:
 
Cerita 66 – Aku, Narsih dan Mbak Murti

Namaku Damar, 25 tahun, baru lulus Universitas.
Sambil menunggu kesempatan untuk dapat mulai bekerja, sekarang aku meneruskan program S-2 di Universitas yang sama.
Sampai saat ini aku belum punya pacar, meskipun teman wanitaku cukup banyak, dan pergaulanku dengan mereka termasuk kategori 'biasa-biasa' saja.

Sejak lulus SMA di Jawa Tengah, aku tinggal dengan Pak De di kawasan perumahan eksklusif di kawasan Jakarta Selatan.
Pak De dan Bu De, yang menyayangiku adalah 'pasutri' yang sangat sibuk dengan kegiatan bisnis dan sosial mereka masing-masing.
Berusia 60-an, mereka berdua adalah cerminan kaum feodal Jawa yang masih sangat konservatif.

Ketiga orang anak-anak mereka sudah berumah tangga dan semua tinggal di luar negeri.
Ini membuatku jadi seolah seorang pangeran yang kesepian.. dan sebagai seorang introvert.. aku banyak menghabiskan waktu di puri yang megah namun kosong ini.

Salahsatu dari berbagai kesukaanku adalah menonton film hardcore di home theater, tentu ketika Ndoro-ndoro itu tidak sedang di rumah.

Terkadang ketika aku tidak dapat lagi menahan gejolak birahi, maka aku 'melepas'-nya dengan bermasturbasi di kursi kegemaran Pak De.
–Aku tidak pernah lupa menyediakan sekotak tissue di dekatku..–

Narsih. Adalah Pembantu Rumah Tangga –PRT..– kepercayaan Bu De.
Dari 3 orang PRT di situ, hanya dialah yang diperbolehkan masuk ke 'ruangan dalam' untuk membersihkannya.
Berkulit mulus layaknya mojang Priangan, janda menawan beranak satu asal Sukabumi ini menurut perkiraanku berumur 30-an.

Seringkali tubuhnya yang sintal dan terawat baik itu mengisi 'laporan' –lamunan porno..– ku.
Hanya karena pengaruh ajaran keluarga, yang dengan tegas menganut perbedaan 'kelas' –antara majikan dan pembantu..– yang masih bisa mencegahku untuk 'mendekatinya'.

Satu kejadian yang sangat memalukan tapi sekaligus mendebarkan terjadi ketika aku sedang bermasturbasi sambil menonton adegan lesbian favoritku.

Di saat aku sedang orgasme, maniku bermuncratan, dan aku mengerang dalam nikmat, masuklah Narsih.
"Eh, ada Aden di sini.. kirain teh kosong, sayah cuma mau bersihin kok. Punten nya'.. nanti aja kalau Aden udah selesai, sayah balik lagi.." katanya terbata ketika 'memergoki' aktivitasku.

Aku yakin bahwa sebenarnya, tanpa sepengetauanku.. dia sudah cukup lama ikut menonton bermacam adegan dan mengamati dari awal permainan soloku.

Sejak peristiwa itu aku bertekad untuk membalas dendam dengan cara mengintip ketika dia sedang mandi, atau berganti pakaian di kamarnya.

Suatu ketika aku bahkan pernah melihatnya sedang bermasturbasi, meremasi payudara dan memelintir puting-putingnya..
Jari-jarinya yang lentik mempermainkan klitoris.. dan keluar-masuk vulva-nya.

Sampai akhirnya dia merintih, mengerang dalam klimaksnya. Dan aku pun 'menemani'-nya dalam orgasme dari kejauhan.
–Aku selalu membawa beberapa lembar tissue di kantongku saat mengintip Narsih..–

Mbak Murti. Bu Murti.. istri pengusaha sukses ini adalah tetangga kami.. tinggal hanya berselang 3 rumah jauhnya.
Perbedaan umur yang cukup jauh tampaknya bukan penghalang dalam menjalin persahabatannya dengan Bu De..
sehingga dia sudah terbiasa dan leluasa bergerak di rumah kami.

Sejak pertama diperkenalkan kepadanya aku tidak pernah berhenti mengaguminya.
Ibu dari 2 anak ABG.. yang sangat paham merawat kecantikan dan tubuhnya ini seringkali kuajak 'kencan' dalam fantasi liarku.

Semula Bu De mengharuskan aku menyapanya dengan ‘Bu’.. tapi suatukali justru Mbak Murti yang menegaskannya sendiri.
"Mbakyu, Dik Damar dan saya 'kan hanya terpaut beberapa tahun saja.. dia masih pantas menjadi 'adik' saya.." katanya waktu itu.
–Ooh.. terimakasih Mbak Murti..–

Suatu waktu Pak De dan Bu De bepergian cukup lama ke luar negeri menengok cucu-cucunya.
Siang hari itu aku sedang asyik dengan menonton film XXX kegemaranku dan bersiap untuk bermain solo.

Tiba-tiba ketika aku sedang bersiap melepas celana.. entah sudah berapa lama dia mengamati 'kesibukan'-ku.. di sampingku berdiri Mbak Murti.
Dalam pakaian tennis –gaun sangat pendek dan t-shirt ketat..– dia menampakkan kemolekan lekuk tubuhnya.

Dan tanpa basa-basi lagi dia berlutut di depanku. "Sini Damar.. biar saya bantu.." katanya mengejutkanku.

Dengan sangat santun dan ramah.. dia mengatakan bahwa dia dapat memahami keadaanku..
dan dalam suara yang mulai serak.. dia masih sempat memuji bahwa aku adalah anak muda yang baik..
karena ternyata lebih memilih swalayan daripada jajan ataupun bermain seks bebas.

Selanjutnya.. tanpa berkata sepatah pun, kedua tangannya dengan leluasa mulai melepas bajuku.
Bibirnya yang sering aku khayalkan menciumiku.. mulai menjelajahi leher.. telinga dan dadaku..
Lidahnya juga seakan tak mau kalah beraksi.

Erghhh.. Aku semakin tenggelam dalam kolam kenikmatan waktu Mbak Murti menjilat, mengecup, dan menggigit kecil puting dadaku.
Jemarinya mulai mengelus penisku, sekejap kemudian, dalam satu gerakan yang sangat cepat dilepasnya celanaku..
Dan aku yang tak berdaya telah telanjang.. 'terduduk manis' di kursi Pak De yang kini kurasa 'panas membara'. Ahhh..

Mbak Murti semakin tak terkendali.. darah semakin mengalir deras ke penisku.. keras-panjang-tegak-menantang.

"Aaahh..!" Desah panjang Mbak Murti.. nafasnya yang panas terasa sangat dekat di sekitar bawah perutku..
Penisku yang telah dalam genggamannya tak dilepasnya lagi.

"Oohh.. Mbaaak.." terucap dari mulutku saat dia mendaratkan lidahnya di 'leher' penisku.
Di situ dia memutar dan memainkan lidahnya, aku tak dapat menahan keluarnya cairan kentalku.

"Mmm.. Damar.." dan dengan tatap kagum pada penisku –panjang 18 cm, lingkar 5 cm..– dijilatinya protein yang mengalir dari tubuhku itu.

Satu tangan Mbak Murti mulai menggenggam dan meremas lembut.. lalu lidahnya berpindah menjilati setiap milimeter kantong bijiku.
Di'ambil'-nya bijiku dengan bibirnya.. lalu dikulum dalam mulut, seakan ingin ditelannya.

Dia melihat juice mengalir lagi dari ujung penisku, tanpa membuang waktu sedetik pun dikatupkannya kedua bibirnya pada mahkotaku.
Inilah oral seksku yang pertama.

Terus perlahan dia berusaha memasukkan seluruh penisku ke dalam mulutnya..
bibir dan lidahnya seakan berlomba, naik-turun-naik-turun menelusuri penisku.

Aku tidak sedang berkhayal, badanku terasa ringan serasa melayang tinggi saat dia tersengal mengatakan..
"Masih tahan Damar..? Tunggu saya ya, plee..ase..!"

Mbak Murti lantas bangkit.. seperti kesurupan dia tanggalkan seluruh pakaiannya..
Lalu dan dengan gaya yang sangat binal dia baringkan tubuhnya di selembar kulit domba New Zealand yang terhampar di lantai.

"Damar, kamu tau apa yang harus kamu lakukan.." katanya.. dan tiba-tiba aku bukan lagi jejaka pemalu.

Seluruh ingatanku –dari 'pelajaran' di film..– kukerahkan.
Aku seolah menjelma menjadi cowboy yang sedang bersiap menundukkan kuda betina yang sedang birahi ini.

Tanpa pikir panjang segera kuhampiri mbak Murti dan berlutut di depan bentangan kedua pahanya.
Tak ada waktu lagi menciumi bibirnya yang merekah dan merangsang.

Kuraih payudaranya, aku sempat melirik BH-nya yang berukuran 34C, dan tak kulepaskan.
Kedua putingnya yang meregang kupelintir pelan sampai dia mengerang dalam kenikmatan.
Kujilati, kulum, dan isap keduanya tanpa ampun.

Sekejap dengan sigapnya dia menyergap kepalaku dan.. tanpa berkata apapun mengarahkannya ke bawah perutnya.
Aku ragu sejenak.. tapi sudah cukup aku melihat bagaimana lelaki pun ternyata dapat memberikan cunnilingus, dan sekaligus menikmatinya.

Kuturuti kemauannya.. namun kini yang menjadi sasaranku adalah pahanya. Cuph.. slrupp.. Kuciumi pelan paha kanan mbak Murti.
Tangan kanan mbak Murti mencengkeram hamparan kulit domba di sisi kiri-kanannya.

Kuciumi terus mulai dari atas lutut sampai mendekati pangkal pahanya.
Hmm.. Tercium aroma yang membuatku semakin mabuk asmara ketika menciumi sekitar pangkal paha.

Ciumanku pindah ke paha yang kiri.. sementara tangan kananku bergerak ke atas ke wilayah perut.. mengusap pelan dengan ujung jariku.
Mbak Murti semakin mendesis tidak karuan. “Ohh.. Damaarrh.. Shhh.. shhh..” mendesiskan nikmatnya.

Ciumanku terus naik mendekati pangkal pahanya. Dengan gerakan sedikit menyentak kurenggangkan lagi paha mbak Murti.
"Oughhh.." mbak Murti melenguh panjang menerima perlakuanku yang tiba-tiba.

Kupandangi sejenak gundukan di depanku. Jembutnya 'cantik' sekali dan aromanya wangi.
Bukit vagina tertutup bulu kemaluannya yang digunting pendek dan terawat rapi itu.. mengundangku untuk berlama-lama menikmati keindahan ini sambil berpindah ke posisi 69.

Kujulurkan hidungku menyapu jembutnya. Rrrbb.. Terasa tubuh mbak Murti bergetar menerima sapuan hidungku.
Tampak samar belahan daging dan kucoba menjilat pelan membelah hutan jembut yang lembut dan rapi itu.

“Ouhh.. Damaarr..hhh..” tangannya meraih rambutku dan menjambak pelan.

Sementara lidahku terus menjilat mencari-cari daging nikmat. Kurasakan ada cairan menempel di lidahku.
Gurih terasa di mulutku. Mulutku pun mulai mengisap gundukan indah mbak Murti.

“Ooh.. Sshh.. Sshh.. Dammhh.. enak banget Damarr..hhh..” desah mbak Murti kian ramai.

Desahan itu membuatku semakin ganas. Penisku sudah tegang dari tadi tapi aku masih ingin bermain dengan mbak Murti.

Isapanku di vagina mbak Murti semakin liar. Sementara mbak Murti meliuk-liuk menerima serangan di vaginanya.
“D-Damarrhh.. Kamu kokhh pinterrr bangetthh sihhh..?” Kata mbak Murti terbata manja. Aku hanya tersenyum mendengarnya.

Lalu dengan rakus kulahap apa yang ada di hadapanku..
Klitorisnya yang telah mencuat tampak mengkilat dilumuri cairan yang menggenang di vulva Mbak Murti.

Slruuppp.. clruupp.. clruupp.. clruupp.. clruupp..
Bertubi-tubi kuluncurkan lidahku.. keluar-masuk.. naik-turun.. sambil sekali-sekali bersama jariku menggoda sang 'Dewi Clitoris'.

Mulutku tak hentinya meneguk segarnya air danau senggama ini.
Tak lama kemudian kurasakan otot-otot Mbak Murti menegang, dan Mbak Murti berteriak dalam ledakan orgasme yang tak terkendalikan lagi.

"Ooohh.. Hhh.., Daamm..aarr.. Yesss, Yess, Damar..! Aaa..hhhh..!" Rintih dan erangan mbak Murti silih berganti.

"Aden..! Ibu Murti kenapa..?" Tiba-tiba masuklah Narsih tergopoh-gopoh.

Dari kamar mandi.. Narsih yang tubuhnya masih basah hanya dibalut handuk.. tampak jelas gemetar menyaksikan pemandangan yang dilihatnya.
Lalu seperti lemas tanpa tulang dia roboh terduduk di sampingku.. handuk pembungkus tubuhnya terlepas.

Sebelum Narsih sempat menyadarinya.. aku tarik tubuh janda molek ini.
Tubuhnya terbaring menggelepar ketika aku lampiaskan semua khayalanku yang selalu berakhir di lembar-lembar tissue selama ini.

"Aden.. Aden.. Aden..!" Hanya itu desahnya.

Kudaratkan rudalku di lembah payudaranya.. aku gesekkan ke putingnya.. tampak dia menggelinjang bagai cacing kepanasan.

Lalu aku bangkit tepat di hadapannya.. "Den Damar, kok jadi seperti di pi .." kalimatnya –maksud dia pilem..– tidak selesai..
karena penisku sudah membungkam mulutnya.

Oughh.. Dengan mata tertutup aku sangat menikmati 'permainan seruling' janda Sukabumi ini..
Sampai ketika tiba-tiba alunan nadanya terasa faals.

Ketika aku membuka mata ternyata Mbak Murti yang untuk beberapa saat tadi KO-lah penyebabnya.
Kulihat dari belakang Narsih.. satu tangan Mbak Murti meremas payudara Narsih..
sementara satunya lagi mengobok-obok 'momok' –Sunda: vagina..–nya.

Melihat adegan ini aku memutuskan untuk istirahat sejenak menjelang final round nanti.
Sekarang Narsihlah yang berjaipong tanpa protes sedikitpun atas iringan degung Juragan Murti.

Gila..! Semua fantasiku jadi kenyataan, sementara di layar muncul adegan lesbian..
di depan mataku dua perempuan, yang katanya berbeda 'kelas' –tapi tak ada batas lagi kan..?– beraksi.

Mbak Murti tanpa sungkan lagi langsung menyodorkan clitorisnya ke mulut Narsih yang langsung melahapnya..
seakan sedang menikmati jagung bakar di Puncak.. tangan Mbak Murti menuntun tangan Narsih ke payudaranya.

Narsih tetap patuh ketika jemari Mbak Murti menelusuri 'momok'-nya, tapi segala sesuatu ada batasnya.

Nurani perempuan desa lugu yang lama tak tersentuh lelaki ini akhirnya bicara. "Den Damar, saya pingin dirojok pake kontolnya Aden.."

Mbak Murti terhenyak.. "Nggak bisa Narsih, saya harus duluan..! Nanti kalau kontol Damar masih bisa ngaceng, baru giliran kamu.
Pokoknya nggak bisa, harus saya duluan..!" Katanya gemas.. tegas bagaikan perintah

Narsih pasrah.. "Yah, kalau memang begitu mah, terserah Juragan ajah.." ujarnya dengan bibir dan mulut berlepotan cairan nikmat mbak Murti.

"Damar.. fuck me, now, please..! I want your cock inside my pussy.." 'perintah' mbak Murti seperti memelas.

Too good to be true. Penisku yang memang sudah semakin berat di ujungnya ini segera meluncur ke sasaran pertamanya.

Slepp.. slepp.. penisku yang sedari tadi sudah mengacung tegang.. mulai mencari vaginanya.
Mbak Murti yang telah telentang sambil mengangkangkan pahanya tanpa disuruh 'memandu arah' ke mana tujuan penisku.

Slebbb.. Dengan dibantu tangan Mbak Murti.. penisku perlahan menyeruak belahan bukit nikmat.. memasuki liang vaginanya.

Aughh.. nikmatnya.. kata hatiku. Hmm.. ternyata vagina Mbak Murti cukup dahsyat rasanya..

Begitu batang penisku masuk.. pelan-pelan kugoyangkan pantatku ke kanan-kiri agar dengan mantap penisku ambles ke dasar vagina Mbak Murti.
Sewaktu penisku mulai masuk ke dalam.. dan memompa Mbak Murti.. kulihat Narsih 'sibuk' sendirian bermasturbasi.

Mbak Murti tidak tinggal diam. Dia begitu aktif menaik-turunkan pantatnya.
Ughh.. Penisku serasa dikulum-kulum dan diremas-remas benda kenyal hangat dan basah.

Ergghh.. rupanya vagina Mbak Murti memang masih sempit.. walau pun sudah dimasuki berkali-kali oleh penis suaminya.

Sambil melumat pentil susunya yang sangat indah bergoyang ketika Mbak Murti menggelinjang ke sana kemari..
aku juga melirik ke bawah melihat gerakan vaginanya yang naik-turun. Ohh.. betapa asyik pemandangan ini.

Mbak Murti memang hebat dalam bercinta.. dia betul-betul perempuan yang hiperseks dan menggairahkan.
Mulutnya terus bersuara.. “Ooooh.. aaacchhh.. Damaarr.. oooch.. Arrrgh.. iiih..hhhh..!”

Setelah beberapa saat.. Mbak Murti menginginkan aku yang mengangkang dan dia yang merapatkan selangkangannya..
“Damarrhh.. coba kamu yang ngangkang.. biar aku rapatkan paha ya..?” Katanya.. entah memerintah entah memohon.

“Nghh.. gimana, mbak..?” Tanyaku.. belum ngeh, awalnya.

Namun setelah ‘diaturnya’ posisi.. dengan cepat aku langsung mengerti apa yang dikehendakinya.
Setelah merapatkan pahanya.. aku kemudian dimintanya kembali menggoyang naik-turun..

“Ayo Damar.. goyang lagi.. Dam..!” ‘Perintahnya’ lagi.

Ya aku turuti saja semuanya.. Kembali kugoyangkan naik-turun penisku di liang vaginanya yang kini jadi lebih merapat.
Memang aku agak kesulitan.. gerakan ini aku tak terlalu enak bagiku.. karena terhalang sempitnya vagina Mbak Murti yang dirapatkan..
tapi 'demi sayangku' pada Mbak Murti.. ya nggak apa-apalah. Hehe..

Mbak Murti rupanya menikmati posisi seperti itu. Erangannya makin menjadi-jadi..
“Oooooh.. Oooooch.. aku nggak kuat lagi Dammarrh.. aarcggghhh..”

Dia makin menggelinjang.. vaginanya ikut dia geser-geserkan tutup buka yang tak terlalu lebar.
Aku juga mulai menikmati gerakan ini walau pun rangsangannya bagiku tak terlalu hebat.

Lidahku terus mengenyot puting susunya yang terus bergoyang-goyang..
tanpa sadar timbul cupang kecil di sisi sebelah dalam dari pentil susu kanannya karena gigitanku.. Ah sebodo amat.. pikirku.

Akhirnya.. dengan erangan yang cukup keras dan mengagetkan..

“Aaaachh Damarr..aaah.. aku mau sampaaaiii.. ooochhh..”

Dia menggelinjang dan segera mengangkangkan pahanya membuka vaginanya lebar-lebar..
Segera kusambut dengan kakiku yang ganti merapat.. lalu Jlegh..!
Kembali kuhujamkan penisku dalam-dalam ke dasar vaginanya yang lezat itu.

Mbak Murti menggeliat dengan dada yang dibusungkan ke atas yang makin memperindah tampakan pasangan susunya dan..
"Damarr..hhh.. aku keluar sekarang. Fuck me harder..! Fuck meee. Aaa..ahhh, yessshh..!"

Tubuh mbak Murti bergetar sebentar dan lemas.. dia telah orgasme. One down, one to go.
Penisku di dalam terasa berdenyut-denyut dikenyot oleh otot dalam vaginanya. Aughh.. Nikmat rasanya.

Tapi aku belum sampai.. walau pun kalau digoyang sedikit saja.. pasti sudah orgasme juga.
Kubiarkan Mbak Murti beristirahat karena kelihatan energinya terkuras dengan datangnya orgasme dahsyatnya barusan.
Rupanya tembakanku tepat, bull's eye..! Ternyata hanya sebentar aku menunggangi 'Juragan kuda binal' ini, dia menyerah.

Kali ini aku tak boleh membedakan kedua perempuan itu, mereka harus mendapatkan apa yang diinginkannya.
Perlahan aku memisahkan diri dari Mbak Murti yang sudah tak berdaya lagi, dan beringsut ke arah Narsih yang tahu bahwa sekarang gilirannya.

"Den Damar, punten, sayah pingin seperti yang di pilem itu. Dirojok sembari nungging.."
Edan.. dasar janda doyan..! Kataku dalam hati.

Pelan tapi pasti aku tak ingin mengecewakan PRT Bu De-ku yang setia ini. Ternyata goyang, gitek, geyol, dan sedotan mojang ini istimewa.
Aku hampir kewalahan berjaipong dengan Narsih.. Ini harus ditancep seperti wayang golek di batang pisang.. pikirku.

Tanpa peduli lagi, aku pindah versnelling 2.
"Adeee..eeen, kontol Aden enak, aduh saya kayak terbang, terus tancep Den Damar. Ampun, Aden, aduh Emak, sayah ke'enaaa..aakan, Ade..een..!"

Game is not over.. pikirku.. begitu masih berdiri di belakang Narsih dengan penis yang sangat keras dan berdenyut-denyut.

"Damar, kamu hebat..!" Celetuk Mbak Murti, sambil merangkak dia beringsut mendekatiku lagi.
"Narsih, ke sini kamu..!" Perintahnya.

"Sekarang kita kerjain Damar berdua, ya. Nanti kalau maninya keluar.. –"Mani itu pejuh, ya Juragan..?" Tanya Narsih polos..– kita pakai buat luluran. Maninya lelaki bisa bikin kulit kita jadi halus.." Mbak Murti menyatakan titah.

Dengan kompak mereka mulai 'bekerja'.
Mbak Murti dengan telaten mengocok batang penisku, sementara Narsih dengan patuh menjilati kantong bijiku.

Di sinilah batasku.. aku meledak sejadi-jadinya. Crott.. crott.. crott.. crott..
Hampir tak mampu lagi rasanya aku berdiri selagi maniku menyemprot dengan deras..

Kedua perempuan itu berusaha keras untuk mencegah ada yang tercecer.
Dengan sungguh-sungguh diulaskannya saripati kelelakianku ke tubuh-tubuh mereka yang molek itu.

Entah berapa jam kemudian ketika aku terbangun, Mbak Murti tak nampak lagi di situ.
Tapi kulihat Narsih memandangiku tersenyum sambil membersihkan arena tempat permainan rodeo tadi.

Narsih menyerahkan secarik kertas dari Mbak Narti. You are a real Cowboy..! Begitu tulisnya.

Sampai sebelum Pak De dan Bu De kembali.. beberapakali kami mengulang permainan ini.
Setelah mereka pulang, bagaimana..?
Aku belum tau.. karena sekarang aku harus pergi menjemput mereka ke Bandara. (. ) ( .)
-----------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Cerita 67 – Rezeki Nomplok Asyik

Ci Aling


Mamat adalah seorang pemuda desa yang tinggal di desa Tegulwulung. Ia hanya seorang pemuda pengangguran yang tidak lulus SMA.
Sehari-hari kerjaannya cuma nongkrong sambil bekerja paruh waktu sebagai kuli angkat di toko tetangga sekaligus pemiliknya, koko Liem.

Saat itu sedang musim kompetisi bola Sea Games disiarkan di Tv.
Di kampung Tegulwulung akhir-akhir ini sering diadakan acara nonton bareng di tokonya koko Liem.

Nonton bareng di tokonya koko Liem paling ramai..
karena koko Liem selalu menayangkan siaran langsung bola itu di Tv 42 inci miliknya yang selalu dipindahkannya keluar..
Dan ia biasanya menarik biaya 2000 untuk kopi yang dipesan di tempatnya. Sekaligus meraup untunglah, pikirnya.

Mamat yang memang penggemar bola.. tak pernah melewatkan acara nonton bareng di tokonya koko Liem itu.
Tiap pertandingan yang disiarkan dia pasti datang.. lagipula rumahnya tak jauh dari toko.. hanya berkelang delapan rumah saja.

Suatu malam sedang disiarkan sebuah partai seru Indonesia melawan Malaysia..
belum dimulai saja pertandingan itu warga kampung sudah ramai berkumpul di tokonya koko Liem..
tapi saat itu koko Liem belum menampakkan diri. Warga jadi bingung.

“Wah.. mana ini si koko..? Kenapa belom dateng buka tokonya nih..?
Bisa ketinggalan pertandingan ini kita, walah..?” Taslim, seorang warga senior tiba-tiba bersuara.

Budi, warga lain menimpali.. “Coba kita panggil aja si koko ke rumahnya..”
“Ayo dah.. boleh tuh. Tapi gue males nih.. udah Mager. Lo yang manggil dah..” kata Yono, salah seorang warga.
“Gue juga males, yang laen dah..” kata Agus.

Soal tugas memanggil koko Liem itu agak ricuh.. karena semua orang malas menjalankan tugasnya.
Akhirnya berdasarkan musyawarah mencapai mufakat.. diputuskanlah si Mamat yang harus pergi memanggil koko Liem ke rumahnya..
karena dialah yang paling gak modal kalo nonton bola. Utang kopinya nombok..!

Sambil menggerutu Mamat akhirnya berjalan dengan langkah malas ke rumah koko Liem.
Si Mamat memang seorang yang pemalas. Seorang pengangguran tak berpengharapan yang tidak tau diri dan suka berutang.
Bahkan upah yang didapatnya selalu saja habis untuk berfoya-foya.. minum minum dan melacur.

Tak lama kemudian Mamat akhirnya sampai ke rumah koko Liem.
Wah.. rumahnya gelap. Tumben, koko Liem belum nyalain lampu teras..? Pikirnya.
Cuma ada lampu kamar koko Liem yang menyala. Sayup-sayup terdengar suara rintih dan desahan dari dalam kamar.

Sontak saja Mamat jadi penasaran.. Hingga akhirnya ia pun iseng coba mengintip..
ada apa gerangan yang terjadi di dalam kamar tersebut dari ventilasi di atas jendela kamar.

Woalah..! Mamat langsung keblinger begitu melongok ke dalam kamar koko Liem.
Tersuguh pemandangan syur yang membangkitkan birahinya.

Koko Liem sedang bersetubuh dengan istrinya..!
Lelaki cina tambun itu tengah menghujam-hujamkan penisnya yang kecil ke liang memek istrinya.. Ci Aling yang semampai tetapi sekal.
Istri koko Liem.. Ci Aling tengah mendesah dan merintih tak keruan disodok-sodok dan disetubuhi sang suami.

Walah.. rezeki nomplok asik nih.. dapat berkah pemandangan amoi ngentot sore-sore begini..! Pikir Mamat.

Di dalam kamar.. Koko Liem terus menghujamkan penis kecilnya ke memek istrinya.
Menyaksikan indah dan mulusnya tubuh Ci Aling yang putih itu.. birahi Mamat pun meletup tak terkendali.
Tanpa sadar Ia mulai mengelusi penisnya yang mulai menegang dari balik celananya.

Koko Liem dan Ci Aling yang sedang memadu kasih.. tak sadar sedang diintip oleh sepasang mata nakal milik Mamat..
yang makin terangsang berat menyaksikan persetubuhan mereka.

Sementara itu Koko Liem mempercepat goyangannya dan akhirnya.. crott crott crott..
Koko Liem menarik keluar penisnya dari dalam memek istrinya.. Penis kecil itu menumpahkan spermanya ke perut istrinya.

Perut Ci Aling yang rata dan mulus karena belum pernah melahirkan dinodai oleh ceceran sperma koko Liem.
Tersungging senyum masam di wajah Ci Aling yang cantik. Rupanya Ia belum mencapai klimaks.. sepertinya ia kecewa pada koko Liem yang loyo.

Selesainya adegan persetubuhan singkat itu turut membangunkan Mamat dari pikiran ngeresnya..
dan mengingatkannya akan amanah warga untuk menonton bola di toko koko Liem yang diembankan padanya.

Weleh.. weleh.. kelupaan ane..! Ujar Mamat dalam hati.
Segera Mamat bergegas ke teras rumah koko Liem sebelum kepergok.

Ia mengetuk pintu rumah dengan keras..
“Koko Liem.. ayo ko.. kite pada mau nonton bola nih..! Buka toko dong..!” Seru Mamat dengan keras.
“Iya iya.. sebentar..” terdengar sayup jawaban koko Liem dari dalam rumahnya.

Sejenak kemudian koko Liem sudah keluar rumah.. ia berkeringat deras.
“Walah.. habis ngapain ente koh..? Kok keringetan dalam rumah..?” Goda Mamat.

”Enggak.. tadi lagi mindahin perabot di dalam..” ujar koko Liem berkilah.
Tentu ia malu kalo ketauan habis berasyik-masyuk dengan istrinya.

“Mindahin perabot apaan ko gelap gelapan gitu..?” Tanya Mamat mencoba memancing.
“Halah kamu ini mau tau aja..” balas koko Liem mulai kesal. Si Mamat hanya tertawa dalam hati..

“Itu.. udah pada ngumpul tuh warga di tokonya koko.. mending kita buruan ko.. takutnya keburu mulai bolanya..” ujar Mamat mengingatkan.
Mereka pun lantas bergegas ke arah toko.

Walaupun dari luar adem ayem.. tapi si Mamat sebenarnya panas dalam.
Bayangan bodi Ci Aling yang mulus seksi dan mukanya yang cantik.. terus ’menghantui’ pikiran si Mamat.
Fantasinya makin liar.. Mamat jadi ga keruan rasanya. Ia mulai berkeringat dingin.

Saat pertandingan baru mulai 5 menit.. Mamat langsung undur diri.
“Gue ga kuat lagi.. ga enak badan. Gue balik duluan ye..” kata Mamat pada warga.
“Yah.. payah lo, balik dah sana..!”

“Ya elah.. takut ngutang lagi ya lo, Mat..? Tumben nyadar diri..!?” Warga jadi riuh menertawai Mamat.
Mamat Cuma diam.. ia tak tahan lagi hendak menuntaskan birahinya. Maka ia memilih diam dan langsung cabut.

Wah.. mau ngejablay gue lagi ga ada duit nih, tai..! Gerutu Mamat dalam hati.
Alah.. terpaksa dah main tangan aja pake sabun.. pikirnya.

Saat berjalan menuju rumahnya.. Mamat melintasi rumah koko Liem.
Ia masih terngiang-ngiang adegan seru yang disaksikannya beberapa waktu lalu.
Wajah Ci Aling yang cantik dan berbodi seksi makin terbayang nyata di kepalanya.

Ah.. gimane kalau gue colong aja kancutnya si cici ya.. buat coli.
Dari dulu emang gue napsu banget ngeliat tuh amoi. Hah.. kesempatan nih..!
Mumpung si koko gak di rumah..!
Pikir Mamat kian konak.

Mamat pun mengendap-endap memasuki pekarangan rumah koko Liem.
Rumah itu masih gelap.. dan Cuma lampu kamar koko Liem yang menyala.

Mamat melangkah pelan terus sampai ke pekarangan belakang rumah koko Liem.. tempat biasa keluarga koko Liem menjemur pakaian.
Sesampainya di pekarangan belakang koko Liem.. Mamat segera menyambar satu celana dalam di jemuran tersebut.

Haha.. rejeki nomplok..! Pasti tuh cina pada lupa nyimpen jemuran gara-gara keasikan maen..! Girang Mamat.

Saat kegirangan dan hendak mengambil langkah seribu.. Mamat kembali melewati jendela kamar koko Liem.
Pelan namun jelas.. terdengar lagi suara sayup desahan Ci Aling dari dalam kamar.

Pikiran jorok Mamat makin menjadi. Tanpa komando ia mengintip lagi kamar itu melalui ventilasinya.
Wah.. sekarang ternyata Ci Aling sedang bermasturbasi..!
Dih.. pasti ia kurang puas dengan permainan koko Liem tadi
. Otak mesum si Mamat menganalisis.

Amoi itu mengelus dan meremas memeknya dari permukaan celana dalam..
sedangkan tangannya yang lain sibuk memainkan buah dadanya dari balik dasternya.

”Ahh.. ahhh.. ooohhh.. achhh mmmhhh..” desah Ci Aling keras.

Kontan si Mamat langsung naik birahi. Ia tak tahan lagi.. lalu mulai menyusun rencana kotor.
Pokoknya.. gimanapun risikonya malam ini gue mesti bisa ngentotin nih amoi..! Titik.

Beberapa detik berselang si Mamat mendapat akal cemerlang.. ia lalu berpura-pura mengetuk pintu.
”Ci Aling.. Ci Aling..!” Panggilnya.
”Iya.. iya.. sebentar..” terdengar suara halus Ci Aling dari dalam rumah.

Sejenak kemudian Ci Aling membuka pintu rumah..
muncullah sosok cantik yang sudah berkali-kali menjadi bahan colinya itu di pintu rumah koko Liem.

Glekk..! Sepersekian detik Mamat jadi tertegun oleh kecantikan Ci Aling. Birahinya makin meletup-letup melihat amoi itu dari dekat.

Wajah Ci Aling sedikit bersemu merah dan peluh menghiasi lekukan wajahnya.
Tubuh indah yang dibalut daster tipis berwarna merah dengan renda hitam itu agak berpeluh karena kegerahan.

”Ya..? Ada apa ya Mat..?” Tanya Ci Aling halus.

Mamat segera berusaha mengendalikan diri.. dan berpura-pura santai.
”Ngg.. ini ci.. tadi saya disuruh koko ke rumah ngambil dompetnya. Katanya ketinggalan..” dalih si Mamat.

”Ah, tadi dia bawa kok. Coba deh kamu bilang ke koko.. kalau tadi dia sudah bawa dompet.. aku liat sendiri..” jawab Ci Aling agak bingung.

Mamat tak kehilangan akal.. dengan lihainya ia kembali berdalih..
“Coba deh saya cari ke dalam.. tadi kata koko dia taruh di meja kamar..” dalihnya biar bisa masuk rumah.

”Masa’ sih..? Coba deh aku lihat dulu ke dalam. Bentar dulu ya Mat..” jawab Ci Aling penasaran.

Ci Aling segera masuk ke dalam rumahnya. Maka.. dengan sigap Mamat langsung ikut masuk ke dalam rumah koko Liem..
berpura-pura simpatik. “Saya bantu cari ya, ci..”

Nah.. Ci Aling yang agak buru-buru.. sepertinya tidak menyadari kalau si Mamat juga ikut masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rumahnya..!
Mamat jagoan kita sudah separuh jalan dalam melancarkan akal bulusnya. Ia segera mengikuti Ci Aling masuk ke dalam kamar.

Pintu kamar tidak tertutup rapat.. Mamat mengintip ke dalam kamar..
Dilihatnya Ci Aling agak menungging sembari mengeruk isi laci kamarnya.. berusaha mencari dompet suaminya yang ’katanya’ ketinggalan.

Segera saja si Mamat memanfaatkan momentum itu.
Layaknya pasukan Kopassus.. Mamat segera masuk ke kamar dan mengunci pintu kamar..
kemudian langsung menerkam dan memeluk Ci Aling dari belakang sambil membekap mulutnya.

Seperti adegan penyergapan teroris.. dengan Mamat sebagai pasukan khususnya.. Mamat berkata cool..
“Heh.. jangan macam-macam atau teriak ya ci..! Kalau tidak, saya mampusin..!”

Sontak saja Ci Aling jadi meronta-ronta ketakutan dan berusaha melawan..
tapi Mamat yang bertubuh kurus sepertinya lebih bertenaga dari dirinya.

Mamat makin birahi saja menghirup aroma badan Ci Aling, Mamat mulai meremas buah dada amoi itu dengan kasar.
“Kamu ikutin perintah saya kalau gak mau mati..!” Garang Mamat.

Kemudian Mamat menyumpalkan celana dalam Ci Aling yang sebelumnya diembatnya.. ke dalam mulut Ci Aling yang mungil.
Kemudian ia menghempaskan tubuh Ci Aling ke ranjang.

Mamat yang sudah birahi segera melepas baju dan celananya..
Kini tubuhnya yang kurus hanya ditutupi celana dalam usang yang kelihatan tak mampu membendung kerasnya ereksi penis Mamat.

Tanpa basa basi Mamat segera menghambur ke tubuh Ci Aling yang meringkuk pasrah di atas ranjang.
Ia segera melepas daster amoi itu dan menarik branya hingga copot.

Jreng jreng..! Kini Ci Aling terbaring setengah bugil.. hanya mengenakan celana dalam saja.
Tubuhnya mulus dan perutnya langsing. Buah dada indah ayng sebesar batok kelapa.. menghiasi dadanya.

Slrupp.. mengisap iler.. Mamat begitu tergiurnya menyaksikan tubuh indah Ci Aling tersaji di hadapannya.
Layaknya bayi yang kehausan.. Mamat segera menghampiri buah dada Ci Aling yang indah itu dan meremas kasar buah dada indah si amoi.

Mamat yang sudah birahi terus memainkan buah dada itu sepuasnya dengan meremasnya..
Mencubit.. menjilati.. dan juga menyedot-nyedot puting susu Ci Aling dengan keras. Membuat Ci Aling semakin meronta-ronta kegelian.

Mamat juga menciumi wajah dan leher Ci Aling seperti seekor anjing yang kelaparan.
Dijilati dan dicupanginya sekujur tubuh Ci Aling.. terutama di bagian batang leher Ci Aling yang mulus dan harum.
Mamat sangat terangsang dengan aroma keringat dan tubuh Ci Aling. Belum pernah Mamat merasakan tubuh seorang amoi sebelumnya.

Ci Aling yang awalnya meronta dan melawan.. mulai terbuai dengan cumbuan Mamat sang pejantan kampung..
Ia menghentikan penolakannya dan hanya terbaring diam.. pasrah merelakan tubuhnya dikerjai Mamat.

Merasa Ci Aling sudah pasrah.. Mamat yang merasa kasihan pada amoi itu mengeluarkan sumpalan celana dalam dari mulut Ci Aling.
Lalu dengan sok berwibawa ia berkata pada Ci Aling.. “Nah, kita sama-sama enak kan ci..?
Cici jangan macam-macam.. santai aja. Saya pasti puasin cici.. kita nikmatin aja bareng-bareng ye..”

Ci Aling hanya terdiam.. wajahnya bersemu merah seperti orang mabuk.. peluh juga makin deras membasahi tubuhnya.
Mamat makin terangsang saja.. jagoan kita ini pun mulai menurunkan wajahnya ke arah selangkangan Ci Aling yang ditutupi celana dalam merah.

Sejenak diperhatikannya gundukan di tengah selangkangan Ci Aling.
Gundukan itu kelihatan gembung dan halus.. permukaan celana dalam merah yang dikenakan Ci Aling juga sudah mulai lembab.

Clupp..! Jari Mamat menyentuh selangkangan Ci Aling.. Jlupp..! Ditusukkan pelan jarinya di permukaan celana dalam itu.

Nyepp..! Terasa gundukan itu hangat dan kenyal. Nafsu Mamat makin menjadi.. penisnya makin ereksi..
membuat buntalan di selangkangan Mamat kian membesar.. celana dalam Mamat seperti hendak sobek.

Perlahan Mamat lalu menurunkan celana dalam Ci Aling. Jreng..!
Kini tampaklah di hadapannya gundukan indah yang dihiasi bulu jembut yang lebat.
Gundukan itu kelihatan membengkak dan berdenyut-denyut kemerahan.

Di tengah-tengah rerimbunan jembut Ci Aling.. tampak bibir tipis yang membujur membelah rerimbunnya rambut kemaluan perempuan itu.
Dari dalam bibir itu mengalir cairan bening yang kental.
Mamat begitu kagum akan keindahan yang tersuguh di hadapannya itu, inilah mata air surga pikirnya.

Seperti terhipnotis Mamat langsung menjilati gundukan itu dengan rakus.
Lidahnya menjilati bibir vagina Ci Aling dengan rakus.. disedotnya cairan vagina Ci Aling hingga mengeluarkan bunyi seruput yang keras.

Ci Aling merasa kegelian dan menggelinjang sambil mendesah pelan.. Ci Aling sepertinya masih gengsi.
Ia berusaha menyembunyikan kenyataan bahwa ia juga menikmati permainan Mamat.

Ci Aling sebenarnya juga terangsang.. hanya saja ia tak mau mengakui hal itu kepada ’pemerkosanya’.
Ia tidak ingin dicap sebagai wanita murahan.. Tapi apa daya.. pikiran bisa berbohong namun tubuh tak bisa berbohong.

Ci Aling menunjukkan gestur layaknya perempuan yang terangsang.
Mamat yang sadar akan hal itu.. makin giat saja dengan pekerjaan mulut dan lidahnya di selangkangan Ci Aling.

Ci Aling sebelumnya tidak pernah dijilati kemaluannya.. koko Liem tak pernah mau melakukan hal itu kepadanya.
Pengalaman seperti ini baru pertamakali dirasakan amoi yang hijau dalam urusan seks ini.

Mamat terus menjilati vagina Ci Aling dengan rakus sambil mengocok liang sempit itu dengan jarinya..
Ia seperti ketagihan dengan aroma khas dari memek amoi milik Ci Aling.

Kedua insan itu kini sama-sama terbuai dalam alunan ombak birahi.
Tiba-tiba Ci Aling mengejang seperti menahan sesuatu.. ”Ouughhhhhhhhh arrgghhhh..!!”

Cairan hangat menyembur dari dalam vaginanya menyiram wajah Mamat..
Kedua tangannya menahan kepala Mamat agar menempel di selangkangannya,
Mamat kaget sekali, ternyata Ci Aling sudah mencapai klimaks, padahal permainan mereka baru berlangsung tak kurang 15 menit.

Mamat yakin sudah saatnya ia menyetubuhi Ci Aling.. vagina Ci Aling sudah cukup basah pikirnya.
Ci Aling yang juga sudah birahi mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar.. memberi ruang bagi Mamat di tengah selangkangannya,

Mamat melepas celana dalam usang yang dikenakannya. Jreng jreng tampaklah senjata pemungkas Mamat dari sarangnya.
Penis sepanjang 18 cm dengan besar seperti kaleng coca cola itu membuat Ci Aling terbelalak.

“Wah.. gede banget Mat..!? I-itu benar bisa masuk ke memekku..?” Tanya Ci Aling seperti bingung dan khawatir.
Ia agak bergidik melihat ukuran penis Mamat.. batang penis Mamat yang gemuk ditumbuhi urat-urat sebesar cacing tanah.

“Bisa dong ci..! Serahin aja sama gue. Gue yakin cici pasti puas sama kontolku..!”
Ujar Mamat yakin.. sembari mengurut pelan batang kontolnya yang sudah ErMa.. alias Ereksi Maksimal itu.

Cuh.. cuh..! Mamat meludahi tangannya dan mengoleskan ludah di sepanjang penisnya.. sampai penis itu kelihatan basah dan mengkilat.

“Tahan ya, ci.. awalnya emang sakit, Cuma pasti enak kok..”
Tanpa sadar.. masih dengan wajah penuh khawatir Ci Aling mengangguk.

Plep.. Batang gemuk itu ditempelkan Mamat ke bibir vagina Ci Aling..
Slebbb.. perlahan ia mulai menusukkan penisnya membelah lepitan bibir vagina Ci Aling.

Sontak Ci Aling meringis dan merintih perih.. “Aahh.. shh.. aduh, pelan-pelan Mat, sakit.. Aaduh..! Ehhhmmm shhh..!”
”Sabar Cik.. gue jamin enak, tahan ya..?” Dengan napas mulai memburu Mamat berusaha meyakinkan Ci Aling.

Cuih.. Ia kembali menambahkan ludah pada batang penisnya.. diolesinya ludahnya agar penisnya bisa menembus vagina Ci Aling.
Slebb.. clebb.. kembali si Mamat mencoba membobol 'gawang' memek Ci Aling yang sebenarnya sudah membecek itu.

Namun besarnya ukuran penis Mamat membuat beceknya vagina Ci Aling tidak berarti. Penis Mamat tetap saja sulit menembusi vagina Ci Aling.
Akan tetapi bukan Mamat namanya kalo langsung nyerah. Dengan semangat 'membajak' terus ia sodok-sodok liang vagina Ci Aling.

Perjuangan merebut nikmat si Mamat mulai menampakkan progres. Perlahan kepala penis Mamat berhasil menerobos ke dalam vagina Ci Aling..
Selanjutnya dengan perlahan-lahan pula Mamat menarik sedikit penisnya.. kemudian menusukkan lagi penisnya ke selangkangan Ci Aling.

Ci Aling terus meronta dan menggelinjang kesakitan. “Aughh..! Aduuh.. ahhh.. sakit Mat..! Aahhh ehhmmm..”

Mamat jadi makin tidak sabar. Dengan keras ia menghujamkan penisnya kuat-kuat ke dalam vagina Ci Aling.
Jlebgh..! “Aahhhh.. Mamat, sakiiit..!!” Seketika Ci Aling menjerit panik.. merasakan campuran perih dan nikmat di liang memeknya.

Mamat yang sudah kalap terus menghujam-tarikkan penis gemuknya ke dalam liang vagina Ci Aling yang dirasanya sempit.
Ci Aling mulai menguraikan air mata dan merintih keperihan.

Tapi Mamat seperti kerasukan.. sebab baru kali ini ia merasakan nikmat yang tiada tara di batang penisnya.
Liang yang hangat dan basah itu mencengkram penisnya dengan kuat.

Dengan usaha yang keras.. Jlebbh..! "Erghhh..! Akhirnya Mamat berhasil menanamkan seluruh batang penisnya ke vagina Ci Aling.
Didiamkannya penisnya dalam vagina amoi itu, ia merasakan pijatan yang nikmat pada batang kemaluannya di dalam vagina Ci Aling.

Keduanya kini sudah bersatu.

Saat itu Ci Aling merasakan kenikmatan yang sulit diungkapkan..
Vaginanya memang terasa perih.. baru kali ini vaginanya yang mungil dimasuki oleh penis sebesar penis Mamat.

Vaginanya terasa begitu penuh.. tak sadar ia mendesah ..“Aahh Mamat ini enak Mat... ayo terusin Mathh..”
Blupp..! Vagina Ci Aling menelan penis Mamat dalam-dalam..

Persetubuhan keduanya membuat baik Mamat maupun Ci Aling makin terangsang.
Ci Aling merasakan nikmat yang belum pernah dirasakannya..

Ukuran Mamat membuat vaginanya terasa begitu penuh.. ia semakin terangsang.
Vagina Ci Aling semakin becek mengeluarkan makin banyak cairan..

Mamat mulai menggenjot Ci Aling perlahan.. Slebb.. clebb.. slebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb..
Saat ia menarik penisnya.. seakan-akan seisi vagina Ci Aling ikut tersedot keluar.
Slebb.. clebb.. clebb.. "Nghhhh.. aah.. ahh.. ohh.." Ci Aling mendesah nikmat.

Begitu juga saat Mamat menusukkan penisnya ke dalam vagina Ci Aling.
Ia merasakan penisnya seperti diisap dan dipijat oleh dinding-dinding liang vagina Ci Aling.

Keduanya mulai menemukan irama permainan mereka.
Vagina Ci Aling yang semakin becek membuat penis Mamat kini mulai leluasa menggenjotnya.

Keduanya saling bercumbu dengan panas.. Mamat juga mempercepat tempo permainan itu..
Tak lama kemudian batang penisnya mulai menggenjoti vagina Ci Aling dengan cepat..

Keduanya sudah tenggelam dalam jurang kegairahan.
Tubuh keduanya polos tak ditutupi sehelai benangpun dan bermandikan keringat..

Clekk.. clekk..pyekk.. pyekk.. pyekk.. crekk.. crekk.. pyekk.. pyekk..
Terdengar bunyi kecipak yang keras saat penis Mamat mengaduk-aduk vagina Ci Aling yang sudah banjir oleh cairan kenikmatannya.

Ci Aling sudah melupakan statusnya sebagai istri koko Liem..
Kini ia berharap kenikmatan dari pemuda kampung yang tengah menggagahinya tersebut.

Lidah saling berpagut bertukar air liur, tubuh mereka menempel mesra direkatkan oleh peluh kegairahan.
Mata keduanya saling bertatapan dengan dalam.

Ci Aling sama sekali tak memikirkan bahwa pemuda yang tengah menemaninya mengarungi lautan birahi ini adalah pemerkosa..
Seorang pemuda kampung yang tak berpengharapan.
Yang ia tau.. ia jatuh cinta pada pemuda itu.. bukan karena tampan atau kaya.. tapi karena kenikmatan yang dijanjikan pemuda itu.

Sementara pikiran Mamat benar-benar 'kosong' saat itu. Ia hanya fokus pada rasa nikmat yang didapatnya dari persetubuhan itu.
Kenikmatan yang tertumpu di alat vitalnya..
Kenikmatan intens yang dirasakannya dari dalam lepitan vagina yang berlendir.. hangat dan sempit yang menelan dan mengemut penisnya.

Ahh enak tenan ini amoi, andai dia beneran bini gua.. betah gue di rumah mulu..! Teriak hati Mamat kegirangan.

Beberapa waktu kemudian Ci Aling sudah tak tahan menerima kenikmatan yang didapatnya.. ia menggelinjang liar..
Lalu.. srrr.. srrrr.. srrr.. terasa semburan hangat dari dalam rahimnya membasahi penis Mamat.

Tak berapa lama Mamat menyusul Ci Aling.. Crott.. crott.. crott.. crottt..!
Sepenuh rasa nikmat dilepaskannya benihnya ke dalam rahim Ci Aling.

Semburan sperma Mamat terasa hangat mengisi liang vagina Ci Aling sampai ke dalam rahimnya.
”Ohhhh.. hhhh..” Ci Aling melepas nikmat.

”Nghhhh.. hhhhh..” Si Mamat meregang syahwat
Keduanya sama-sama mendesah penuh nikmat sambil saling berpelukan rapat.

“Aahh.. makasih ci.. kamu hebat..” puji Mamat pada Ci Aling.
Ci Aling membalas dengan senyum nakal.. ”Kamu juga hebat Mat. Aku puas banget rasanya..”
Keduanya kemudian tertawa dan saling berciuman.

Ketika itu jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.. berarti sudah 2 jam mereka bermain cinta memadu syahwat.
”Wah.. gue harus balik ci.. nanti koko pulang..” ujar Mamat waswas.

“Iya.. hati-hati ya Mat. Sering-sering dateng main ke sini lagi ya, Mat. Aku pingin bisa kayak tadi lagi Mat, enak banget rasanya..”
Ci Aling memeluk lengan Mamat dengan manja.

“Siaaapp..! Tenang aja ci.. lain kali gue bakal bikin Ci Aling menggelepar nikmat sampai ga bisa jalan..” balas Mamat.
“Iihh.. nakal. Coba aja Mat, siapa takut..?” Goda Ci Aling.

Mamat menyempatkan diri memunguti celana dalam merah Ci Aling..
Lalu menyimpannya dalam saku celananya sebelum meninggalkan rumah koko Liem.

Ahh.. hari yang melelahkan tapi enak. Pikirnya.

Setelah 'pertempuran nikmat malam itu Ci Aling kini merindukan belaian Mamat.
Akhirnya ia menemukan kontol pemuda yang dapat memuaskan memek dan dahaga birahi dalam rumah tangganya yang dingin. Ohhh.. (. ) ( .)
-------------------------------------------------------
 
Cerita 68 – Dipaksa Enak

Pernah berpikir untuk jadi dukun..? Sejak kecil saya tidak membayangkan punya niat menggeluti profesi yang rentan dengan dosa itu.
Jadi kalau mendadak saya mandah dianggap dukun, pasti ada sesuatu yang luar biasa sedang terjadi dengan diri saya.

Sesuatu yang hebat, sekaligus.. Nah begini ceritanya.. Saya punya tetangga.. sepasang suami istri yang kelihatan hidup cukup bahagia.
Punya rumah lumayan besar dan dua pembantu. Tapi ada yang kurang dengan suami istri bernama Irawan dan Retno itu.
Seorang anak. Padahal, mereka bilang dengan saya sudah menikah lebih dari 15 tahun.

Usia keduanya, sekitar 36 tahun. Cukup berumur.
Tapi lantaran tidak punya anak, Retno sang istri yang berwajah manis dan bertubuh sintal itu, tetap saja menarik. Bahkan sangat menarik..
Sehingga bagi saya yang masih lajang meski sudah 30 tahun ini, wanita itu punya magnet sensasi yang kadang menggetarkan.
Aura sensual yang merangsang.

Perasaan ini timbul sesudah kami mengobrol bertiga. Sang istri yang berlesung pipit itu kadang tertawa dengan nada suara yang entah bagaimana.. membuat saudara saya yang di dalam celana ini berdenyut-denyut.
Sialan betul. Kok itu malah tidak terjadi ketika pacar saya kadang memegang anu saya jika boncengan sepeda motor.

Karena itu, secara iseng, suatu hari di depan suaminya sendiri, saya mengatakan..
"Mbak Retno –begitu saya memanggilnya..– punya bakat bagus bermain drama.."

Eh ternyata di masa remajanya, wanita ini memang suka pentas.
Saya tadi sudah bilang, sejak kecil.. apalagi sekarang, amit-amit.. saya tidak pernah terpikir untuk jadi dukun.

Namun lucunya, mungkin karena sedang bersiasat untuk diam-diam kadang mencari cara menyanjung Mbak Retno..
yang jujur saja memang saya kagumi..
Saya sering membuat semacam ramalan plus pemikiran-pemikiran yang cenderung futuristik mengenai tetangga saya ini.

Misalnya, saya katakan bahwa bentuk jari Mbak Retno menggambarkan dia sebagai wanita yang mudah tersinggung..
ekslusif.. punya kemauan keras.. tetapi gampang terseok oleh orang-orang yang bermulut manis.
Dia akan hidup bahagia jika menggeluti bisnis mode atau busana.

Sedang suaminya yang punya tahi lalat di leher, serta di punggung tangan kanan..
saya katakan tidak cocok bekerja di bidang percetakan dan sering merasa dirinya menyimpan banyak penyakit.
Dia nantinya akan menjadi pemimpin di sebuah perusahaan properti.

Lha hebatnya –Asbun saya itu..– ternyata mengena di hati keduanya. Setidaknya, begitu awalnya yang saya ketahui.
Sampai kemudian saya sadar, itu boleh jadi bagian dari strategi yang mungkin juga disusun pasangan yang sangat menyukai saya..
karena mereka anggap menarik dan humoris ini.

Suatu sore, Mas Irawan bicara serius dengan saya. Entah dapat bisikan dari mana.. Si Suami yang sebenarnya ganteng tapi suka ketawa cekikikan seperti Leak ini.. menyampaikan sesuatu yang akhirnya membuat jantung saya kontan bagai diguncang gempa.

"Dik Boby.. jangan tersinggung ya.. kalau Saya punya keyakinan, bahwa Adik ini punya kemampuan supernatural tersembunyi.
Soalnya, apa yang Adik katakan tentang Saya maupun Dik Retno selalu saja tepat.
Dan menurut Istri saya, Dik Boby memiliki pengaruh tersembunyi yang sangat kuat. Dik Boby ini punya kemampuan sebagai Dukun..?”

"Dukun..!? Ya Tuhan..! Mas Irawan jangan main-main.." kata saya dengan terbelalak.

"Adik jangan pura-pura tidak tahu. Terus terang saja, Saya dan Istri saya perlu bantuan Adik.
Khususnya Istri saya Ini, untuk masalah yang sedang dihadapi Istri saya sekarang.
Kami sudah ke dokter tapi masih tetap juga gagal untuk memperoleh anak.
Saya pikir dukun mungkin salahsatu alternatif ketimbang tidak mengusahakan apa-apa. Siapa tau Istri saya mendadak jadi subur."

Perkataan ini.. sejenak menghentikan niat saya untuk mati-matian menyangkal dugaan konyolnya itu.
Hubungan antara kata-kata dukun dengan istrinya itu secara refleks membangkitkan pikiran kotor saya yang menarik.. sangat menarik..
sekaligus menggairahkan.

"Maaf Dik Boby.. Saya dan Dik Retno, entah bagaimana, sekarang ini punya keyakinan, jika Adik mau memandikan Istri saya..
maka Kami kemungkinan akan memperoleh sebuah harapan baru. Ini agak konyol dan mungkin tidak nalar untuk orang-orang sekelas Kita.
Tapi pada saat Kita dihadapkan kepada jalan buntu.. kadang Kita juga dituntut untuk memikirkan cara lain yang agak aneh agar bisa menemukan jalan lain yang sangat Kita butuhkan. Iya kan..?"

Rasanya itu tetap tidak nyambung. Tapi memandikan istrinya yang sintal itu.. wow..
Ini membuat jantung saya mendadak bagai diguncang gempa berskala tinggi.

"Maksud Mas Irawan.. Saya harus memandikan Mbak Retno..?"

"Kau memang malu jika ada Aku, Tidak. Tidak begitu. Kau nanti hanya berduaan dengan Dik Retno.
Tak usah sungkan, Kita sudah seperti bersaudara. Dik Retno juga sudah setuju.
Yang penting, keinginan Kami ini bisa Dik penuhi. Kami sangat berharap.
Percayalah, Kita harus bisa saling membantu karena Dik Boby, Saya anggap sudah seperti saudara sendiri.."

Seperti bersaudara..? Lalu Istrimu diminta dimandikan oleh Si Saudaramu yang sedang menyimpan pikiran kotor ini..?
Edan betul nih orang. Belum tau dia. Saya ini bukan Malaikat. Saya adalah mahluk yang penuh nafsu..!
Pikir saya.

Yah.. setelah berbasa-basi, bersilat lidah, dan saya bersikap sok alim..
akhirnya rencana bodoh-bodoh pintar alias konyol dan seperti tidak masuk akal ini.. disepakati akan dilaksanakan pada malam Minggu nanti.

Saya akan memandikan Retno Cyntia Arumdaning yang sintal menggairahkan itu di dalam kamar mandi, tanpa kehadiran suaminya.
Apa itu tidak bikin celana saya kontan sesak.. karena penghuninya menggeliat bangun dengan garang..?

Agar saya tidak kelihatan konyol.. karena datang ke rumah suami istri itu dengan celana yang menyiratkan penghuninya lagi bangun secara kurang ajar.. maka saya sengaja memakai celana dalam agak ketat.

Sehingga kalau Saudara Kecil saya ini nanti terus saja berdiri, maka dari luar tetap akan tampak seperti tidak ada masalah apa-apa.
Tenang, tentram. Meski ini kasus bagai api dalam sekam. Di luar tenang, di dalam bergejolak.

Mas Irawan kemudian menyuruh saya dan Mbak Retno yang kelihatan sangat malu.. dan gugup.. bahkan agak gemetar..
masuk ke dalam kamar mandi.

Sedang Irawan sendiri mengatakan akan menunggu di kamar tamu.
"Atau nanti Saya akan keluar sebentar untuk cari makanan kecil..” ujarnya dengan wajah sungguh-sungguh.

Saya mencoba berbasa-basi dengan memaksanya ikut masuk ke dalam. Tapi lelaki itu secara tegas menolak.
Jantung saya benar-benar berdebar-debar kencang dan penis saya sakit..
karena seperti dipaksa tetap berada di dalam sebatang koteka.. padahal dia lagi mekar-mekarnya.

"Tapi Saya memandikan Mbak Retno tetap masih harus dengan pakaian kan..?"
Tanya saya berpura-pura menolak jika wanita ini telanjang.. padahal otak kurang ajar saya bertentangan dengan itu.

"Saya pakai sarung.." kata wanita manis yang sepasang buah dada montoknya terkadang saya khayalkan sambil bermasturbasi-ria itu..
mewakili suaminya menjawab.
Saya memandangnya sambil tersenyum.

Setelah kami masuk ke dalam kamar mandi, Irawan menutup pintu itu dari luar.
"Saya percaya dengan Dik Boby, Saya sudah anggap Adik seperti saudara sendiri.
Sekarang Saya mau ke pasar, beli makanan kecil untuk nanti. Kira-kira satu jam mungkin..” katanya.

Bah.. gila betul orang itu. Ini nantinya bakal jadi apa..? Konyol betul saudara saya yang satu itu..! Batinku.

"Apa Saya memandikan Mbak dengan pakaian begini..?”
Tanya saya kepada Mbak Retno yang terlihat terus berusaha menghindari tatapan saya karena malu.

"Terserah Mas saja. Tapi apa nanti tidak basah..?"

"Oh betul juga..” kata saya sambil membuka baju dan celana panjang saya dengan nafas sesak serta tubuh bagai meriang..
panas karena nafsu yang meradang naik.

Untungnya Mbak Retno memilih membelakangi saya..
sehingga tidak melihat betapa bagian depan celana dalam ketat saya seperti menyembunyikan sebuah senter.

Wanita sintal itu kemudian duduk di atas sebuah bangku kecil..
yang tampaknya memang sudah disediakan di dalam WC yang cukup luas dan mewah itu.
Mbak Retno hanya mengenakan sarung yang dikenakan dari atas payudaranya yang montok.

"Maaf kalau Saya agak gugup, Mbak..?” Kata saya dengan suara rada gemetar. Mbak Retno mengangguk.

Posisi duduknya, saya arahkan menghadap ke kaca besar di depan.
"Saya minta Mbak memejamkan mata dan menghayati proses ini, sambil berdoa semoga apa yang Mbak inginkian tercapai..!”
Tambah saya sambil mengambil gayung di samping bak dan mulai menyiram tubuh sintal itu.

Baru sekarang saya bisa menyaksikannya secara dekat.
Hmm.. Bau harum tubuhnya yang merangsang, membuat badan saya semakin panas dingin.

Siraman demi siraman saya lakukan.. sehingga sekujur tubuh yang menggairahkan itu benar-benar basah kuyup.
Lalu saya mulai mengusap-usap bahunya.

Sentuhan tangan saya kelihatannya membuat Mbak Retno agak tersentak.
Dia kemudian menggeleng dan mengatakan tidak apa-apa, ketika saya minta maaf.
Matanya terus dipejamkan.. sehingga saya bisa meyaksikan kondisinya yang luar biasa menggairahkan.

Saya lupa.. apakah mengusap dan memijat tubuh sintal ini juga menjadi kesepakatan saya dengan Mas Irawan.
Yang pasti, saya melakukannya. Entah berapa menit, sampai kemudian sarung wanita itu terlepas.

Mbak Retno menutupi kedua buah dadanya yang montok itu..
namun kemudian dia melengguh saat tangan saya menyelusup dari belakang menggantikan tangan itu.

Tubuhnya bergetar. Saya tidak tau bagaimana persisnya perasaan wanita ini.
Dan saya juga lupa memperhitungkan, apakah ada kemungkinannya dia menjerit memanggil suaminya, jika ulah saya berlanjut semakin gila.

Pokoknya otak saya sudah susah dipakai.. karena gairah yang dalam beberapa waktu terakhir ini saya terus lampiaskan dengan berswalayan..
sejak Irawan mengajukan permintaannya yang membuat saya bagai dapat durian Bangkok runtuh ini.

Sekarang saya dalam posisi mendekap Mbak Retno dari belakang..
sambil meremas-remas buah dadanya yang basah dan licin karena saya beri sabun.

"Saya ingin mempersiapkan payudara ini untuk menyambut kedatangan anak Mbak.." bisik saya dengan konyol.
Dan sama konyolnya, Mbak Retno mengangguk percaya.

"Selain Mas Irawan, juga ada yang meremas ini Mbak..?" Bisik saya lagi. Mbak Retno menggeleng.

Saya menempelkan mulut saya di belakang telinga wanita yang berbau harum itu.
Secara sengaja mengembuskan nafas di sana.. membuat mata wanita ini semakin kuat dipejamkan..
namun mulutnya terbuka menahan geli yang merangsang.

"Angkat kedua tangan Mbak ke atas, berpegang di rambut saya.."
Wanita itu menurut dan saya menyaksikan ketiaknya yang tanpa bulu, karena habis dicukur.

Tangan saya pelan-pelan turun ke bawah.
Wanita ini kelihatan meregang dan menekuk tubuhnya ke belakang.. sehingga sepasang buah dadanya yang besar kian menonjol ke depan.

Bukan main. Saya semakin menyadari.. bahwa acara mandi dukun ini akan berubah total menjadi mandi kucing..
dan selanjutnya menjadi mandi pengantin.. lalu kawin anjing.. atau entah apa istilahnya.

Tangan kanan saya sekarang berada di dalam celana pendek Mbak Retno. Mengusap.. menggosok.. meremas.. lalu mengorek ke bagian dalamnya.
Terutama –seperti sudah kewajiban..– mengait-ngait klitorisnya.

"Aaahh..!" Mbak Retno bagai terpekik.

Tangan kiri saya dengan giat mengusapi buah dada dan ketiaknya.. sedang tangan kanan merangsang bagian bawah tubuh wanita ini.
Seluruh kemampuan dan pengalaman yang ada.. saya kerahkan untuk membangkitkan voltase nafsu wanita ini setinggi-tingginya.

"Mbak mau ya..?" Bisik saya.

Wanita itu tidak menyahut, meskipun saya mengetahui dengan yakin kalau dia sangat menginginkan acara ini berkembang lebih jauh.
Tapi mungkin agar seolah tidak sampai merasa kehilangan harga diri.. –meski kalau mau diginiin di mana harga dirinya..?– dia tidak menyahut.

Saya kembali bertanya.. dan dia justru terpekik kecil saat jari tengah saya merasuk sangat dalam ke liang vaginanya.
Nafasnya menderu kencang. Terengah-engah.. bagai kuda beban menghela muatan yang sangat berat.

Tangannya dengan kuat menarik rambut saya.. membuat saya sekejap ingat dengan jambakan tangan Ibu saya di masa kecil..
ketika suatu hari ketauan nakal mengintip kakak Ipar saya yang lagi bersetubuh dari balik lubang kunci.

Perangsangan itu berlangsung cukup lama. Tak apa. Suaminya kan lagi tidak ada di rumah ini.
Saya berusaha mengangkat tubuh Mbak Retno agar berdiri. Dia melakukan itu dengan agak susah payah.
Jelas, wanita ini menjadi lemah karena nafsu yang menggelora.

Sekarang dia benar-benar dalam kondisi polos ketika sarung dan celana dalamnya sudah saya lepaskan di lantai.
Dia menatap saya lewat kaca di depan dengan mata sayu.
Dia juga pasti merasakan penis saya yang tegang dari balik celana saya yang menempel ketat di pantatnya.

Saya mengangkat tangan kanannya ke atas dan memintanya berpegangan di rambut saya, sedang tangannya yang lain saya biarkan bebas.
Pelan-pelan, kedua tangan saya menyusuri kedua buah dadanya yang montok.

"Saya tak pernah menyaksikan payudara yang begini merangsang.." gombal saya.
Wanita ini menggigil ketika kedua ujung puitingnya saya pelintir dengan lembut.

"Mbak mau main dengan Saya..?"

Mbak Retno tidak menyahut. Sebagai jawaban, sebelah tangannya secara pelan merayap ke belakang.
Saya sadar, apa yang dicarinya. Selesai sudah. Sekarang tidak perlu ada kepura-puraan lagi. Tidak perlu ada acara mandi-mandian lagi.

Saya segera menanggalkan celana pendek saya.
Saudara kecil kebanggaan saya yang sekeras gada Hansip dengan kepalanya yang lebar berkilat itu..
segera mendongak muncul dengan lega melihat dunia.

Mbak Retno segera menangkapnya. Meremas gemetar. "Begini besar Mas..?" Bisiknya tanpa sadar.

"Akan menjadi lebih besar jika masuk ke dalam punyamu.." jawab saya tidak kalah porno.

Saya segera membalikkan tubuh wanita itu, lalu mencium bibirnya.
Tangan saya dengan sibuk meremas buah dada dan vaginanya, sementara punya saya diremas dan kadang dikocok-kocoknya.

Saya mengangkat tubuh wanita sintal itu dan mendudukkannya ke bibir meja toilet.
Sebelah kakinya, saya pijakkan ke bangku kecil yang didudukinya tadi, sedang kaki yang lainnya menginjak bak mandi.

Saya berlutut dan mulai melakukan salahsatu kegiatan seks yang saya sukai.. cunnalingus.
Menjilat.. mengigigit-gigit kecil.. mengisap serta memutar-mutarkan lidah..
berusaha dimasukkan sedalam-dalamnya ke liang vagina wanita ini yang tidak berbau..
kecuali semerbak oleh aroma merangsang yang ditimbulkan dari cairan pembersih wanita yang mungkin tadi dipakainya.

"Maass.." Mbak Retno merintih.
Berpegangan di meja toilet itu dengan tubuh gemetar dan tersentak-sentak setiapkali lidah saya merangsang bagian paling peka di vaginanya.

Hanya sekitar dua menit, tiba-tiba wanita ini bergerak gelisah. Pahanya mengangkang semakin lebar.
Tangan saya cepat menangkap buah dadanya.. lalu memeras lebih keras serta mengisap klitorisnya dengan gerakan cepat.
Itu pola saya jika mengetahui lawan saya bakal orgasme.

"Maass.. Maass.. Mas Boby.. aku.. aku, oohh.. oohh.." desahnya tak karuan.

Mbak Retno tiba-tiba menggeliat dengan keras.. sehingga saya perlu tenaga ekstra untuk menahan gerakan liar tubuhnya.
Kepalanya beberapakali terlempar ke belakang..
Lalu dengan kasar vaginanya disorongkan ke depan untuk memaksa lidah saya masuk ke lebih dalam.

Gelombang orgasme itu berlangsung sekitar sepuluh detik. Saya cepat merangkul tubuh wanita yang sintal itu.
Mbak Retno menyembunyikan wajahnya di balik telinga saya.

Saya sendiri tidak tahu bagaimana perasaannya.
Yang jelas, sekarang saya akan memulai permainan sesungguhnya.

Wajahnya saya tatap dengan mesra. Setelah memuji kecantikannya, saya mulai menciumi bibirnya, lalu lehernya.
Kemudian menyusur turun ke buah dadanya yang tadi telah saya siram dengan air untuk menghilangkan busa sabun yang melengket di sana.

Wanita ini tiba-tiba mendorong tubuh saya.
Meminta saya duduk di meja toilet, lalu menciumi penis saya yang sudah hampir mencapai tingkat kekerasan tertingginya.

Wanita ini benar-benar ahli dalam hal mengisap penis lelaki.
Dan setiap saya mengerang menahan nikmat, dia juga ikut mengerang, mungkin karena sangat terangsang mendengar erangan nikmat saya.

Dia memasukkan kepala penis saya ke dalam mulutnya.
Tidak ada gerakan kepalanya yang turun-naik.. yang ada hanyalah sedotan yang dia lakukan secara demikian ahli..
sehingga saya merasakan gabungan berbagai rasa nikmat yang menggeletar sampai ke ubun-ubun.

Saya menggigil dan membungkuk untuk menahan sensasi luar biasa itu.
Berjuang untuk tidak sampai ambrol. Malulah awak yang sudah dianggap dukun ini..
kalau jadi Edy Tansil yang tidak sabar untuk keluar.. padahal urusan di penjara belum lagi selesai.

Saya biarkan wanita itu merangsang penis saya.
Jilatannya pelan-pelan menurun ke bawah, terus ke bawah seraya tangannya menarik kemudian mengangkat sebelah paha saya ke atas.

Itu membuat saya akhirnya membungkuk di depan toilet.. saya membelakanginya.
Astaga..! Wanita itu mulai menjilati anus saya dengan sangat ahli.

Saya segera berbalik dan ganti memposisikan dirinya seperti itu.
Sekarang jilatan saya menggilas seluruh permukaan punggungnya sebelum turun ke pantat.

Mbak Retno membentangkan kedua belah kakinya serta mengangkat pinggulnya lebih tinggi ke atas.
Posisi itu membuat anusnya terbuka. Saya segera menjilatinya dengan rakus.

"Aaahh.." Wanita itu merintih. Pinggulnya semakin tinggi dinaikkan dan sasaran saya berganti ke vaginanya yang merekah merah.

"Mas Boby.. cepat masukkan.. masukkan Mas.. Ayo..!" Dia menggeliat-geliat tidak sabar.

Tanpa diminta duakali.. penis saya yang memang sudah tidak sabar, segera saya arahkan ke bibir vaginanya.
Slebb..! Begitu saya tekan.. dia menjerit karena nikmat. Kemudian..Jlegh..! Semuanya saya benamkan sekaligus.

"Maass.. kenapa begini enak..? Punya Mas enak sekali. Betul Mas. Ini enak sekali. Ayo Mas cepat masukkan lebih dalam lagi..!"

Penisku kutekan lebih dalam lagi. Mbak Retno berpegangan dengan kuat di toilet.
Pinggulnya yang besar itu kuremas dengan kasar, lalu tembakan gencar penisku mulai berlangsung.

Mata Mbak Retno terbeliak. Dia menatapku dari depan cermin. Aku kian bersemangat memompa.
"Aduh Mas, enaknya.. Enak sekali Mas Boby.." racaunya kian ramai.

"Bagaimana dengan Mas Irawan..?" Tanyaku dengan nafas memburu.

"Punya Mas lebih enak lagi.. Aku tidak tahan.. Punya Mas mengaduk-aduk punyaku di dalam. Dalam sekali Mas Aku keenakan..”
dia mencerocos dengan kalimat porno itu secara tidak sadar.

Hal ini membuatku tambah bersemangat memacu. Mbak Retno semakin tinggi mengangkat pinggulnya.
Bagian dalam vaginanya terus berdenyut-denyut dan semakin berkontraksi menangkap penisku.

Mbak Retno tiba-tiba menjerit dengan tubuh mengejang. Dia kembali orgasme.
Saya tidak menghentikan gerakan dan terus memompanya.

Kemudian saya membalikkan tubuhnya, lalu mendudukkannya di atas paha saya yang sudah terlebih dahulu duduk di atas kursi kecil itu.
Dengan tergesa-gesa penisku kumasukkan ke dalam vaginanya. Sekarang dia yang saya gerakkan secara ritmis mundur-maju.

Bibir kucium dan kedua buah dadanya kuremas penuh nafsu. Gerakannya semakin lama semakin cepat.
Gairahnya kembali bangkit. Kali ini dia sendiri yang secara bersemangat membuat gerakan.

Kadang-kadang dia mengambil posisi yang membuat penisku masuk sangat dalam ke dasar mulut rahimnya.
Mulutnya langsung ternganga antara menahan rasa agak nyeri dan nikmat yang menggila.

"Aku sudah mau keluar Mbak..!" Kataku dengan nafas memburu.

"Aku juga Dik Boby.. Aku juga.. Ayo, sekarang Mbak hitung, Mbak hitung sampai sepuluh..!"
Dia berkata dengan mata melotot serta terengah-engah. Hitungan itu segera dilakukannya.

Saya mengatur tempo antar bilangan itu dengan titik orgasme saya.
Dan tepat pada hitungan ke delapan, gerakan Mbak Retno berubah semakin liar dan gila.
Sangat cepat dan kasar. Kami saling berpagut berciuman, saling menggeram.

Lalu merasakan nikmat luar biasa itu datang bagai gemuruh gelombang yang saling beriringan.
Cratt.. cratt.. cratt.. cratt.. Mendebur menghantam serta menghanyutkan. Usai sudah.

"Saya tidak memandikan Mbak..” bisikku kemudian.

Mbak Retno tertawa kecil.. "Mas Irawan juga tidak akan tau. Kita ngomong aja tak terjadi apa-apa. Dik Boby harus bersikap wajar.." pesannya.

"Ya.. Kita harus saling bersandiwara.."

Beberapa hari setelah peristiwa itu, saya semakin sadar bahwa sandiwara itu hanya prilaku bodoh.
Nonsenlah kalau Mas Irawan tidak tau apa yang akan terjadi antara seorang wanita bahenol yang hanya mengenakan sarung..
dengan pemuda lajang di dalam sebuah kamar mandi berduaan.
Apalagi si pemuda diijinkan menyentuh tubuh si wanita.

Saya kira, keyakinannya tentang masalah dukun itu hanyalah siasat belaka.
Mas Irawan kemungkinan memang mandul, tetapi ingin punya anak, meski itu dari bibit atau sperma orang lain.
Dan orang yang dipilih itu adalah saya.

Lalu saya sendiri, menyambut kesempatan itu dengan antusias, meski tidak soal harus dianggap dukun.
Kalau jadi Dukun yang keenakan.. bagi saya itu sih tidak jadi soal. Walau kesannya saya 'dipaksa' .. tapi enak.. hehe..
Dan jika diperlukan.. saya tak segan-segan lagi 'memandikan' mbak Retno kapanpun mereka inginkan. (. ) ( .)
-------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd