Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

---------------------------------------------------------

Cerita 96 - Donor Sperma


Episode 2

Satu jam berikutnya berlalu dalam kabut kebingungan.
Aku masih berada di kamar mandi.. merenungkan apa yang baru saja terjadi.
Penisku setengah tegak.. sementara air mengalir membasuhnya.

Nuansa tubuh molek Dania.. juga kehangatan kulitnya yang sungguh halus.. membuatku menikmati setiap detik pengalaman bersamanya.
Ingin aku terus menyentuhnya.. membelai tubuhnya.. menempatkan lidahku di mulutnya dan menciumnya..
tapi tentu saja itu tidak mungkin karena istriku, Marissa.. sudah menunggu di luar.

Aku telah mengkhianatinya.. tepatnya tidak menepati syarat-syarat yang telah ia tentukan.
Aku telah meniduri Dania sahabatnya dengan sepenuh nafsu dan gairah. Dan malah ingin mengulanginya lagi.. secepatnya.

Akan kuhamili dia.. kusemprot dengan spermaku di dalamnya memeknya yang masih teramat sempit itu.
Juga menggerayangi bulatan pantat dan payudaranya yang meski tidak sebesar milik Icha.. namun terasa sangat padat.

Aku teringat percakapanku dengan Icha tadi malam..
"Katakan bahwa kau sepenuhnya milikku, Sayang. Kau akan melakukannya tanpa menaruh perasaan apapun pada Dania.."
Itulah yang ia katakan padaku dan kuberi dia jawaban sesuai harapannya.. bahwa miliknya adalah satu-satunya vagina yang aku inginkan..

Namun itu adalah tadi malam.. karena sekarang nampaknya pemikiranku telah berubah.
Setelah merasakan memek sempit Dania.. jawaban itu rasanya sudah tidak benar lagi.

Aku telah melewati batas.. dan ketika aku melangkah keluar dari kamar mandi..
aku tau bahwa itu tidak bisa dibatalkan atau dilupakan begitu saja.

Aku telah berselingkuh.. dengan atas ijin istriku.
Begitu juga dengan Dania.. dia mendapatkan sesuatu yang selama ini tidak mampu diberi oleh suaminya.

Kami sama-sama menikmati hubungan itu.. dan itu tidak dapat ditarik kembali.
Maka tidak ada gunanya menyangkal bahwa sekarang ada vagina wanita lain selain milik istriku yang aku inginkan.

Icha sudah tidak dapat lagi mendominasi.. vaginanya bukan lagi satu-satunya yang membuatku bernafsu.

Saat aku berjalan balik ke ruang depan.. kulihat Icha tersenyum padaku.
Aku bertanya-tanya apakah dia bisa membaca rasa bersalah dan konflik di wajahku..?

Sepertinya tidak.. karena alih-alih marah.. dia malah mengucapkan kata-kata yang sedikit tidak masuk akal.
“Kamu tidak apa-apa, Sayang..?” Tanyanya sambil menatap khawatir.
"Ya, aku baik-baik saja..” jawabku, dengan nada tenang.

Melihat ke sekeliling ruangan.. aku tidak menjumpai Ageng.. suami Dania.
Mungkin dia terlalu malu membayangkan istrinya yang cantik sedang kutiduri.. jadi memutuskan untuk pergi.

Alunan musik terdengar sangat keras dari sudut ruangan.. dan langsung membuatku lega;
Dengan begitu mereka tak akan mampu mendengar suara yang kubuat bersama Dania dari dalam kamar.

"Kamu sendiri bagaimana..?” Aku bertanya pada Icha untuk menetralisir situasi.
"Oh, aku hanya merasa sedikit aneh..” katanya, dan tertawa setengah hati.

Dia kemudian bergerak untuk mengecilkan suara musik. "Tapi, aku baik-baik saja.."
"Di mana Ageng..?” Aku bertanya, saat tiba-tiba tersadar bahwa bisa saja Ageng pergi mengintip selama aku dan Dania bercinta.

Dia mendengarkan dari luar pintu.. mendengarkan dengan cemburu serta marah..
karena ternyata dikhianati oleh istrinya yang mendengus dan merintih orgasme bersamaku.

"Kulihat dia tadi agak sedikit terguncang..” jawab Icha sambil berjalan mendekat.
Dia meletakkan tangannya di jari-jariku dan meremasnya ringan.

"Jadi dia pergi keluar untuk berdiri di taman, sekarang sedang ditemani sama Dania.."
Aku mendesah lega. Setidaknya aku bisa pergi dari tempat ini tanpa harus berpamitan dulu kepada mereka.

Tidak bisa kubayangkan jika harus bertemu dengan Ageng dan kami berjabat tangan..
“Terimakasih ya sudah diijinkan meniduri istrimu..” Masa’ aku harus berucap seperti itu..? Sangat memalukan sekali.

Maka itu segera kugandeng lengan Icha dan berbisik pelan.. "Ayo kita pergi..”
Icha mengangguk, dan mengikutiku keluar menuju pintu tanpa bertanya-tanya lagi.

Di depan.. kujumpai Ageng dan Dania sedang duduk melamun menatap kolam ikan.
Mereka duduk agak berjauhan dan tidak saling berbicara.. mereka bahkan tidak menghiraukanku yang mulai berjalan kembali ke rumah.

Kami berjalan dalam diam selama beberapa detik..
tangan Icha mencengkeram erat jari-jariku.. jari yang telah meraba dan membelai mesra tubuh mulus Dania.
Aku benar-benar tidak bisa memikirkan apa pun yang tepat untuk dikatakan.. pikiranku masih berkabut.

Setelah beberapa detik berjalan.. Icha berpaling padaku dan menatapku dengan sedikit cemas.. "Apa kamu tidak apa-apa..?”
Pertanyaan yang sama, maka kuberikan juga jawaban yang sama.
"Ya, tentu saja. Aku mencintaimu.." bisikku sambil menatap wajahnya yang cantik dan menaruh tanganku di kulit pipinya yang mulus.

Icha tersenyum bahagia dan kembali mengajakku berjalan.
"Jika kamu tidak keberatan, maukah kamu menceritakan bagaimana rasanya..?”

Pertanyaan itu disampaikannya dengan nada tertarik yang sungguh-sungguh.
Meski masih berkesan santai.. tapi aku tidak punya keraguan sedikitpun bahwa Icha berupaya menutupi kegugupannya.

"Itu ..” Aku memulai..
berusaha mencari kata sifat yang tepat untuk meringkas pengalaman seksual paling luar biasa dalam hidup yang barusan kualami.

Kata-kata yang bisa menggambarkan nuansa vagina Dania saat beriak di sekitar penisku..
juga saat aku menembakkan pejuh ke lorong dan kedalaman kewanitaannya.

“Apa..?” Icha mengejar.
"Ehm, itu sedikit aneh. Sangat tidak nyaman dan canggung.." sahutku berbohong.. tak sanggup mengatakan yang sebenarnya.

"Tetapi.. tetap terjadi kan..?” Tanya Icha, saat kami sudah sampai di pintu depan.
"Ya. Kami sempat melakukannya, dengan sangat cepat. Tidak telanjang, seperti permintaanmu.." Kembali aku berbohong.

"Dan Dania mendapatkan spermamu..?” Icha bertanya lagi, sama sekali tak bisa menutupi rasa penasarannya.
Dia berdiri di depan pintu, menghalangiku untuk membukanya.

Babysitter ada di dalam rumah.. dan ia jelas ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaan ini sebelum memasuki ruang tamu.
"Ya..” aku menjawab pendek, lirih sekali agar kelihatan benar-benar menyesal.

"Oke.. tak masalah. Memang itulah yang kita semua inginkan..” Icha berkata, lalu tersenyum.
Aku ikut tersenyum, lega atas penerimaannya.

"Tapi ngomong-ngomong, apa yang Dania lakukan..? Bagaimana dia membuatmu.. sampai keluar..?”
Satu pertanyaan lagi, dan kali ini tidak ada nada santai yang berpura-pura. Icha benar-benar menuntut jawaban sekarang.

Dia menatapku tajam, sambil tangannya masih mencengkeram jari-jariku.
Wajahku kontan memerah. Bagaimana menjawab pertanyaan itu..?

Aku hanya bisa memasang wajah malu dan berkata.. "Emm.. dia berbaring telentang.. dan aku berada di atas..”
“Hanya itu..?” Kejar Icha tak percaya. Kembali aku mengangguk dan menyusun jawaban licik..

"Dia hanya berbaring di sana, sementara aku masuk dan mulai bergerak.
Dia tidak benar-benar merespon dan kami tidak saling menyentuh.. tapi dia menjadi.. basah.
Miliknya dilumasi dalam.. hingga cukup bagiku untuk melakukan tusukan dan terangsang. Itulah yang membuatku muncrat.
Aku menutup mata dan memikirkanmu.. kubayangkan aku sedang ejakulasi di dalam milikmu.."

Jawaban yang cukup bagus, bukan..?
Aku pura-pura menghela napas berat sambil tetap mempertahankan kontak mata kepadanya. Benar-benar jenius.

Icha tampak merenung selama beberapa detik, lalu tersenyum dan berkata..
"Ayo masuk. Mendengar ceritamu, punyaku jadi ikutan basah nih.."

Dia berbalik untuk membuka pintu..
sementara aku tersenyum senang karena sudah berhasil melewati tes pertanyaan-pertanyaannya dengan sangat mulus.
Semulus kulit Dania yang tiba-tiba jadi sangat kurindukan.

Lima menit kemudian.. Icha sudah menutup pintu kamar setelah memastikan anak-anak aman dengan pengasuh mereka..
ia juga telah melepaskan jilbab hijau pupus yang tadi dikenakannya.

Dia berpaling kepadaku dan tersenyum. "Nah, sekarang hanya ada kita berdua.."
Tanpa perlu dikatakan, aku bisa jelas menangkap apa yang dia inginkan.

Maka kuletakkan tanganku di pinggulnya dan tersenyum nakal. “Mau melakukannya sekarang..?”
Tantangku sambil menyeringai dan senang melihat batang penisku masih bisa bereaksi.

Icha mendekatkan tubuhnya dengan teramat sensual..
kini ia telah mengenakan gaun katun berwarna merah.. pas membingkai di tubuhnya yang molek.

Dia meletakkan kedua lengannya di leherku dan mendengkur menggoda,
"Ya, aku ingin merebut kembali suamiku di sini.. sekarang..!!"

Dan kemudian kami berciuman di balik pintu kamar.. bersandar satu sama lain..
dengan lenganku mencapai ke sekitar pinggangnya dan menarik tubuh montok Icha ke arah diriku.

Payudaranya yang besar terasa empuk menekan di dada sementara mulut kami terus saling mengisap secara bersama-sama.
Tanganku turun ke pantat untuk mencengkeram bulatan bokongnya, kuremas erat-erat saat Icha melarikan tangannya ke rambutku.

Dia bersikap sangat bergairah dan panas, terlihat jelas kalau menginginkan seks.
Kasar dia menarik kepalaku ke dalam mulutnya saat lidah kami saling terkait ketat.

Icha menggeser pinggulnya untuk menggiling penisku yang mulai menegang terhadap dirinya sementara kami terus berciuman.
Mungkin dia berniat untuk memberiku hubungan ranjang yang begitu nikmat..
agar aku dapat menghapus semua bayanganku tentang Dania.

Penisku sudah sepenuhnya kaku sekarang. Terus kubelai tubuh sintal Icha sambil terus menciuminya.. sementara pikiranku mencoba membandingkan antara tubuhnya dan tubuh mulus Dania yang baru saja kunikmati beberapa menit yang lalu.

Payudara Icha terasa lembut, juga begitu besar. Beda dengan milik Dania yang kecil namun terasa nakal saat digenggam.
Pinggul istriku bulat dan lebar, sementara Dania ramping dan kencang.

Namun hal yang paling menarik adalah..
meski tau bahwa Icha unggul segalanya, entah bagaimana aku tetap menganggap tubuh Dania lebih menggoda.

Aku menarik Icha ke arahku, penisku menekan kuat ke selangkangannya.
Hmm.. sedikit terkejut ketika Icha tiba-tiba melepas ciuman..
tapi langsung tersenyum begitu tau dia beranjak berlutut sambil membelai dadaku lembut.

Rambut hitamnya yang kini terurai panjang terlihat gemetar saat ia melakukan itu.. jatuh di kedua bahunya yang seksi.
“Ahh.. sayang..” Berdiri di balik pintu, aku pun mengerang.

Masih berpakaian lengkap.. penisku terlihat kaku di balik celana.
Icha berlutut di depannya, membuat gaunnya mengumpul tinggi di sekitar paha.
Kakinya yang tak bersendal tampak mengintip indah di bawah pinggul.

Tersenyum.. Icha menempatkan kedua tangannya di selangkanganku;
satu tangan bergeser ke atas di sepanjang batangnya, sementara yang lain menangkup ke bawah untuk menggenggam telurku.

Mulutnya hanya sekitar satu centi di depannya ketika ia berbisik.. "Kontol ini milik siapa..?"
"Ah, tentu saja.. milikmu..!" Jawabku, memohon agar dia melangkah lebih jauh.

Icha mengulurkan tangan dan membuka sabukku, sebelum kemudian meluncurkan resletingnya ke bawah.

"Dan aku satu-satunya wanita yang benar-benar kau inginkan, betul begitu..?”
Tanyanya sambil menarik celana jeansku turun dari pinggul dan membiarkannya jatuh di sekitar pergelangan kaki.

Penisku yang sudah menegang keras.. terlihat menggembung di balik celana dalam.
Begitu aku mengangguk.. Icha segera mendekatkan mulutnya dengan bibir terbuka.

Sejurus kemudian dia mendesak maju untuk beristirahat di atas gundukan penisku; hanya diam saja..
menempelkan mulutnya di sana, tanpa sama sekali bergerak.

"Ayo, sayang.. aku menginginkanmu.." pintaku, benar-benar memelas.
"Kalau begitu katakan, apa yang harus kulakukan..?”
Godanya.. dengan ujung lidah terjulur dan membelai ujung penisku pelan dari luar celana dalam.
"Ah, emut kontolku. Kumohon.." kataku mendesak.

Icha segera tersenyum dan melanjutkan jilatannya.. tapi kali ini dimulai dari dasar penis dan berjalan menyusuri di sepanjang batang..
sebelum kemudian ia berputar-putar di ujungnya yang sedikit mengintip.

Dia melakukannya sambil masih dengan menatapku nakal.
Kemudian ia mengaitkan ibu jarinya ke celana dalamku dan menariknya turun ke kaki.. dilepasnya bersamaan dengan jins-ku tadi.

Kini aku sudah setengah telanjang di depannya.
Bagian bawahku sudah terbuka lebar, menunjukkan batang kemaluanku yang sudah memerah tajam meminta perhatian.

Tersenyum semakin lebar, Icha kembali meraih kantong telurku.
Dia membelainya mesra sementara mulutnya berjalan ke kepala penisku.

Perlahan dia memutar-mutarkan lidahnya di sana sambil berbisik menggoda,
"Kuharap telur-telur ini masih ada isinya, tidak dikuras semua sama Dania."

"Oh, tentu saja tidak, sayang. Aku pasti menyisakannya untukmu..!"
bisikku, berharap agar dia segera menempatkan penisku di mulutnya.

"Hmm, bagus.. karena..” Icha membuka mulutnya, dan dengan lembut membungkuskan bibirnya yang tipis ke kepala penisku..
lalu mulai mengisapnya, perlahan dan menggoda.
".. Karena, aku ingin pejuhmu muncrat di mulutku, juga dalam memekku.." lanjutnya vulgar.

Kemudian, tanpa menunggu jawaban, dia mulai mengisap dan menjilat.
Lidahnya merayap di sepanjang bagian bawah penisku, sambil satu tangan terus membelai telurnya..
sedangkan tangan yang lain menggenggam di pangkal batang.

Secara bertahap ia menelan penisku lebih banyak dan lebih dalam lagi..
hingga akhirnya mentok di rongga mulutnya yang basah.. sambil kecepatan blowjobnya terus meningkat.

Icha adalah pengisap yang ahli.. dan malam ini dia benar-benar bekerja keras untuk menyenangkanku.
Lidahnya terus berputar-putar halus.. sementara dia memindahkan bibirnya ke atas dan ke bawah tanpa henti.

Rambut panjangnya terlihat bergelombang saat ia mengangguk-angguk, menabrak perut dan pinggulku beberapakali.
"Mmmm..” aku mengerang, menempatkan satu tangan ke bahunya dan yang lain ke bagian belakang kepalanya.

Mataku menutup perlahan dalam kenikmatan saat Icha terus mengerjai penisku dengan penuh semangat..
mendorong penisku lebih jauh ke dalam mulutnya.. bahkan sesekali menyentuh tenggorokan..
hingga membuatku mulai terseret perlahan ke arah orgasme.

Icha meningkatkan kecepatan dalam upayanya yang terakhir. Kesenanganku semakin meningkat.
Lalu tiba-tiba bayangan itu datang: dalam pikiranku.. kini bukan lagi Icha yang berlutut di depanku.. memberiku isapan fantastis..
namun sebaliknya, itu adalah Dania..! Ahhh..

Istri sahabat sekaligus tetanggaku itu berlutut di depanku.. tangan mungilnya meluncur di sekitar penisku..
sementara mulutnya dengan lapar terus mengerjai.

Dia telanjang.. matanya menatapku sambil menyembah dengan penisku berada di dalam mulutnya. Satu tangannya berada di bawah..
menyelinap ke celah selangkangannya untuk memasturbasi dirinya sendiri sementara ia terus mengisap batangku.

Oh, bayangan itu langsung membuatku terdorong kuat ke tepian gairah. Aku merasa diriku akan segera meledak.
"Ahh, s-sebentar lagi..!!" Aku mengerang.

Mataku kembali terbuka dan aku pun tersentak kembali ke realitas.
Dania sudah menghilang, hanya ada istriku di sana, namun itu pun tidak kalah menggairahkan.

Sedikit merasa bersalah, aku tanpa bisa menahan lagi segera menembak pejuh ke dalam mulutnya.
Kutekan kepala Icha memaksanya untuk terus mengisap sementara spermaku berhamburan keluar memenuhi mulut dan tenggorokannya.

Aku bisa merasakan dia tersedak sedikit..
tetapi juga bisa mengetahui kalau istriku itu dengan pintar langsung menelan semua cairan yang membanjiri mulutnya.

Aku mengurangi tekanan di bagian belakang kepalanya saat cairanku sudah berhenti mengalir.
Icha menjilati sisa-sisanya yang masih berceceran sebelum kemudian meluncur menjauh dari penisku dan berdiri.

Tidak menyadari kekacauan dalam batinku.. dia tersenyum dan membelai pipiku singkat..
merasa puas karena sudah berhasil memberiku kenikmatan, padahal aku sempat memikirkan Dania tadi.

Kami beristirahat sejenak sambil berbincang-bincang ringan.
Selama itu pula Icha terus membelai penisku hingga perlahan namun pasti, benda itu pun mulai menegang dan mengeras kembali.

Kubalas dengan meremas dan beberapakali menyusu di puncak payudaranya.
Aku mengisap-isapnya ringan sampai Icha tiba-tiba berpaling dariku.

Dia bergeser ke depan dan membungkuk.. menempatkan tangannya di sandaran ranjang..
sementara pantatnya mengarah ke belakang; ke arahku.

"Ayo, sekarang setubuhi aku..! Ah.. aku rasanya sudah tak tahan..” katanya dengan nada penuh perintah.
Gaun katunnya sudah naik tinggi hingga ke pinggang.. menampakkan celah vaginanya yang sudah memerah basah.. siap untuk kumasuki.

Aku pun maju di belakangnya. Sambil berpegangan di pinggulnya.. kuletakkan penisku di belahan vagina..
yang nampak begitu menggoda itu.. dan blessepp.. memasukinya dalam satu gerakan keras nan cepat.

"Nghhh.. Ya, sayang.. begitu!.. Ughh.. tusuk yang keras..!" Icha berteriak suka.

Kunikmati vagina basah itu dengan mulai meluncurkan penis tebalku keluar-masuk..
kusetubuhi dia dengan kasar dan brutal.. sesuai keinginannya.

Icha mengerang puas, sama sekali tak menyangka kalau sambil menggoyang..
aku tengah membandingkan vagina miliknya dengan kepunyaan Dania Aminarti.

Segera kusadari bahwa ‘gigitan’ dan jepitannya tidak senikmat milik Dania; Vagina Icha terasa lebih melar..
tidak sanggup memegang dan menyelimuti penisku dengan ketat.. mungkin akibat dari tiga proses melahirkan.

Namun aku harus maklum.
Meski sudah berubah ukuran, tapi siapapun pasti tidak akan menolak apabila ditawari untuk menyetubuhinya.
Aku yakin Ageng pasti juga mau.

Meski sudah beranak tiga.. tubuh molek Icha memang masih sangat menggairahkan.
Karena itulah dengan penuh semangat aku terus menyetubuhinya, sampai Icha menjadi terengah-engah.

"Oh, sayang..” dia mengeluh.
"Yah begitu.. lebih keras, masukin semua kontolmu..! Ohh..”

Payudaranya berguncang setiapkali aku menabrak dari belakang.
Kuremas benda bulat itu dan kutarik ke arahku.. sementara aku semakin meningkatkan kekuatan dan semangat.

Icha mendengus di setiap gerakanku.
"Ohh.. hnghm.. hmnngh..” ucapnya, membuat suara yang lebih mirip binatang daripada jerit kepuasan perempuan.

Aku terus memacu ke dalam dirinya selama beberapa menit..
staminaku cukup terjaga setelah duakali orgasme yang sudah kualami malam itu.

Sementara Icha tampak mulai membangun klimaks di dalam dirinya; erangan serta jeritannya menjadi lebih keras sekarang..
juga bernada tinggi saat vaginanya yang lengket basah kutabrak dengan batang penisku..
bahkan beberapakali hingga mentok ke bagian tubuhnya yang terdalam.

"Ohh.. eghnnmp.. hgnnnm..” Dia kembali merintih tak jelas.
Pantatnya memutar-mutar di depanku saat orgasmenya mendekat..
sehingga aku harus terus-menerus mememeganginya kalau tidak ingin penisku terlepas.

Sementara dia sudah sangat dekat, aku malah kebalikannya. Orgasmeku tampak masih lama, titik itu masih begitu jauh.
Sulit aku meraihnya dengan bantuan vagina Icha yang kini kurasakan begitu kalah dengan milik Dania.

"Oh, sayang, aku mau keluar..!!” Akhirnya dia berteriak dengan tubuh menggeliat di depanku.

Clebb-clekk-clebb-crebb-crebb-crebb.. Penisku terus menusuk karena aku juga tidak ingin ketinggalan.
Ada satu cara agar aku bisa orgasme bersamaan dengannya.. meski itu sangat salah.

Tapi, memang tidak ada cara lain.
Daripada Icha curiga kalau tubuhnya sudah tidak bisa memberiku kepuasan, maka di saat ia masih bergetar, aku pun menutup mata..

Dan lagi .. aku berada di atas tubuh Dania.
Kunikmati jepitan dinding vaginanya yang begitu kuat dan kencang saat alat kelamin kami bergabung menjadi satu.

Kubayangkan payudaranya yang kecil namun sangat lincah.
Saat kupegang ternyata terasa lebih besar.. karena memang saat itu aku tengah meremas-remas tonjolan buah dada Icha.

Kuteruskan imajinasiku dengan terus menusukkan penis..
mengagumi liang vaginanya yang tadi sempat memijit serta mencekik dengan sangat kuat lonjoran batang penisku.

Pikiran itu membuatku melompat kebingungan.. dan tanpa perlu bersusah payah.. orgasmeku pun mendekat dengan sangat cepat.

Di saat Icha masih merintih dan menjerit-jerit keenakan.. dengan cairan bening menyembur dari liangnya yang sudah begitu basah..
aku pun melepaskan orgasme ketigaku malam itu.
Cratt.. cratt.. cratt..
Kutembakkan sisa-sisa sperma yang bisa kukeluarkan ke dalam vagina istriku.. sambil aku berteriak penuh kenikmatan di belakangnya.

"Ohh, sayang.. nikmatnya..” rintih Icha, terengah-engah.
Ia masih nampak kesulitan mengatur napas sambil bersandar ke bahuku.

Penisku masih di dalam dirinya, sementara ia mulai menciumku. Kulingkarkan tangan di dadanya yang sintal..
Untuk yang satu ini kuakui kalau dia lebih unggul dari Dania; payudara Icha lebih besar dan bulat.

Kami berciuman.. dengan sedikit rasa bersalah menghantui hatiku atas apa yang baru saja terjadi.
Aku bercinta dengan istriku sambil membayangkan tubuh orang lain..!
Bahkan, aku baru bisa ejakulasi setelah wanita itu hadir di dalam pikiranku..!

"Aku mencintaimu..” bisiknya di sela-sela ciuman.
"Aku juga mencintaimu..” jawabku.

Cintaku memang untuknya.. tapi hasratku sepertinya hanya bisa dipadamkan oleh Dania sekarang.
Mungkin hanya kiamat yang bisa menghalangiku untuk kembali merasakan kehangatan tubuhnya. Ughh..
------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd