Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

--------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------

Cerita 212 – SATuan PenikmAt Memek

Kisah Ketiga – Akibat Berbuat Baik..!?

Dengan bantuan dari Heny.. aku akhirnya menemukan tempat kost yang sangat nyaman..
Cukup sepi dan sangat cocok untuk beristirahat. Sebenarnya rumah itu tidak menerima kost umum.

Semuanya karena Heny. Asal tau aja.. dulu Heny ngekost di sini.
Dan kepada pemilik rumah kost aku diperkenalkan sebagai saudara sepupunya.. sehingga diterima untuk kost.

Itung-itung buat menemani Pak Rusdi –53 tahun..– yang tinggal sendirian..
Karena anaknya mengikuti suaminya pindah kerja di luar kota dan hanya di akhir pekan pulangnya.

Ternyata.. anak Pak Rusdi lumayan cantik. Tinggi sekitar 165an.. badan padat berisi..
–Seperti Sarah Ashari..– Berkulit putih dan berjilbab. Namanya Rosita. –28 tahun..–
Itu aku ketahui saat dia datang mengunjungi Pak Rusdi bersama suaminya. –Heru..–

Hari itu tidak ada rasa apa-apa.. karena kami hanya sekilas bertemu dan bertutur sapa.
Hanya sebatas memperkenalkan nama. Tidak ada sesuatu yang istimewa dari perkenalan itu.
Apalagi kulihat mereka adalah pasangan serasi.. alim dan berwibawa.

Beberapa hari kemudian.. pada suatu pagi Pak Rusdi jatuh saat sedang mandi dan terkena stroke..
Sehingga mau tidak mau akulah yang menolong dan membantunya membawa ke rumah sakit.

Aku tidak mengetahui Nope Rosita.. sehingga kesulitan untuk memberitahu.
Untung Heny tau rumahnya.. sehingga bisa menjemputnya.
Setelah Rosita datang, tanpa basa-basi aku langsung berangkat kerja karena kebetulan aku ada shif pagi.

Baru malam harinya.. sepulang kerja aku langsung menuju rumah sakit.
Kulihat Rosita.. –Sita_panggilan..– duduk termangu di kursi tunggu.

Mungkin pikirannya saat itu sedang melayang tidak tentu arah..
Sehingga sangat terkejut dengan kehadiranku yang mendadak muncul di depannya.

‘Ehhhh.. Mas Yudho.. silakan duduk..!” Kata Sita sambil buru-buru mengenakan jilbabnya yang dilepas.
“Gimana keadaan Bapak..?” Tanyaku sok akrab.

‘Alhamdulilah baik.. terimakasih ya.. kalau terlambat sedikit saja pasti akan berbeda hasilnya..!”
Jawabnya sambil memasang bross.

“Syukur deh.. kalau Mbak mau balik silakan biar saya yang tunggui Bapak..” jawabku mulai merayu
“Gak Mas.. aku kan anaknya..!” Jawabnya.

Ternyata suaminya sedang melakukan kunjungan kerja di luar Jawa.. sehingga tidak bisa menemaninya.
Keadaan itu mendadak membuatku mulai berfikir mesum.

Apalagi Sita terlihat sangat menggairahkan dengan baju muslimahnya yang tertutup tetapi ketat..
Hingga tentu saja mencetak bodinya dengan utuh. –NO SARA..–

Praktis hanya aku dan Sita yang terus berbincang mengakrabkan diri..
sementara Pak Rusdi sudah tertidur dengan lelapnya.

Tetapi itu tidak bertahan lama.. dengan alasan kecapekan aku mohon diri tidur duluan..
dan akan menggantinya berjaga satu jam kemudian.

Otak kotorku bereaksi cepat.. sebelum beristirahat aku sengaja ke kamar mandi..
buang air kecil dan tidak menutup ritsleting celanaku..
Sehingga CD putihku akan terlihat jelas karena kontras dengan celana biru gelapku.

Sambil memejamkan mata dan pura-pura tidur.. tak beberapa lama berselang aku beraksi.
Dengan nekat dan sengaja aku berakting layaknya sedang bermimpi basah.

“Ahhhh.. mmmmm.. oohh.. sayaaaangg, enak banget memekmu..”
Aku mendesah lirih dengan penuh penghayatan sambil menggerayangi kontolku yang masih terbungkus CD.

Rupanya pancinganku berhasil. Dari bayangan jendela kaca..
aku dapat melihat betapa mata Sita tidak berkedip menatap kontolku yang perlahan mulai aku keluarkan.

Sementara itu aku terus mendesah dan mengurut kontolku perlahan-lahan..!
Terus dan terus adegan itu aku ulang..

Hingga tanpa sadar akupun menikmati kocokanku sendiri dan membuat Sita terpengaruh juga.
Kulihat Sita bolak-balik masuk ke kamar mandi.. entah apa yang dilakukannya.

Alarm di HaPeku telah menyala.. pertanda satu jam aktingku telah usai.
Dengan memasang wajah terkejut dan malu.. aku merapikan celanaku dan mempersilakan Sita untuk beristirahat.

Mungkin karena kelelahan.. Sita langsung merebahkan diri di karpet lantai.
Tetapi sangat terlihat jelas dia sangat gelisah..
seperti memikirkan sesuatu dan ujung-ujungnya diapun tidak bisa tidur.

‘Mas Yudho.. aku gak bisa tidur nih.. kita ngobrol aja, ya..?” Pintanya sambil duduk bersila.
“Hmm.. ya udah.. aku temenin..” jawabku.

“Eng.. tadi mimpi apa Mas..? Kok kelihatannya enak banget, ya..?” Tanya Sita.
“Mmm.. mau jawaban jujur atau ngawur..?” Kataku sambil tersenyum menggoda.
‘Ya jujurlah.. jawabnya.

“Itu.. anu.. aku.. aku mimpiin istriku. Maklum.. dua bulan tidak pulang..” jawabku ngarang.
"Hhuuuuuuu.. pantesan..!!!” Jawabnya dengan nada meledek.

Akhirnya obrolan kami menjurus ke masalah pribadi..
Menyangkut masalah keluarga dan dikit-dikit nyerempet masalah seks di atas ranjang.

Ternyata Sita kurang puas dengan kualitas dan kuantitas seks yang diberikan sang suami.
Menurutnya Heru terlalu sibuk dengan pekerjaanya.. sehingga pulang-pulang sudah lemas dan loyo.

“Kebalikan denganku Mbak. Aku lama banget keluarnya.. tapi gak ada lawannya..!” Kataku memancing.
“Iya.. aku percaya kok..!” Jawabnya keceplosan.

“Tadi ngintip aku mimpi ya..? Maaf ya, aku sering mengigau..” kataku beralasan.
“Nggak ngintip.. kamu aja yang pamer..!” Jawabnya sambil tertawa.

Wanita alim sepertinya mau bicara masalah seks.. berarti dia welcome denganku.
Atau minimal terbawa oleh alunan kocokan kontolku tadi
.. aku bergumam dalam hati.

Dengan sok PeDe dan sedikit nekat.. aku lantas meraih tangannya dan mengarahkannya ke selangkanganku..
di mana di balik celanaku itu tersimpan sebuah kontol yang telah menegang keras.

Sita sempat menolak dengan menarik tangannya.. tetapi aku menahannya.
Hingga akhirnya mata kami saling beradu. Cukup lama kami saling memandang tidak berkedip..

Hingga akhirnya Sita menyerah dengan menutup matanya rapat-rapat pertanda mengikuti ajakanku.
Aku bergeser sedikit dari tempat dudukku.. kemudian bergerak lebih menempel pada tempat tidur pasien.
Sehingga jika sewaktu-waktu Pak Rusdi terbangun dia tidak melihat kami.

Dengan penuh pengertian Sita ikut bergeser ke sisiku dan mulai meremas kontolku pelan-pelan.
Kurasakan tanganya gemetar.. antara ragu dan nafsu. Atau mungkin ada rasa bersalah tetapi bergairah.

Sensasinya sangat luar biasa.. mengingat ini adalah kesempatan dalam kesempitan..
Dan tidak kusangka akan semudah ini membuatnya takluk.

Mungkin lebih kepada sungkan menolakku.. karena aku sudah menyelamatkan Ortu satu-satunya yang dia punya.
Aku tidak peduli. Aku beranikan diri melingkarkan tangan di pinggangnya..
Merabanya dan mulai meniupkan nafasku yang memburu ke jilbabnya.

Sementara tangan kananku terus mengarahkan tangannya dan membuka ritsleting sedikit demi sedikit..
serta membuka ikat pinggangku agar lebih nyaman.

Ujung Palkonku mulai dielusnya perlahan.. sementara tanganku mulai menikmati kekenyalan toketnya..
Yang kini kurasakan semakin bertambah keras.. pertanda Sita menikmati kesempatan ini.

“Mmmm.. ooouuhhh.. tanganmu halus banget Mbak, aku sukaa.. aaahhh..!”
Bisikku memancing gairahnya lewat telinga.
“Ssssstttt.. jangan berisik.. ntar ketahuan bapak..!” Bisiknya menjawab.

Aku sangat senang mendengar itu. Secara tidak langsung aku bisa memaksakan nafsuku..
Karena dia tidak mungkin bisa berkata tidak.. takut membangunkan Pak Rusdi.

Kocokan tangannya semakin meningkat dan cepat.
Bahkan tangan kirinyapun mulai meraba-raba pelerku dengan penuh penghayatan.

Aku pun lalu memelorotkan celanaku hingga ke lutut..
Agar Sita semakin leluasa dan lebih bisa improvisasi sesuai dengan kemauanya.

Rupanya Sita sangat menyukai bulu-bulu di pahaku.
Dia terus mengelus.. merapal dari lutut hingga belahan pantatku.

Sita mulai nyaman.. dan itu aku manfaatkan dengan menyusupkan tanganku ke dalam bajunya..
serta langsung meremas toketnya yang lembut.
Putingnya aku pilin-pilin ke kanan dan ke kiri sambil sesekali mencubitnya.

Tidak hanya diam saja dengan ulah tanganku.. "Heessshhhh.. aaahhh."
Kudengar Sita mendesis dan pantatnya menggeliat menahan nikmat syahwat.

“Mbak.. ke kamar mandi Yuk.. biar aman..!! Kakiku kram nih..!” Ajakku.
“Mmmmm.. tapi jangan lebih dari ini yah..?” Pintanya.
Aku menjawabnya dengan anggukan dan satu ciuman manis di keningnya.

Sita melangkah duluan menuju kamar mandi yang memang berada dalam satu ruangan.
Baru kemudian aku menyusulnya setelah aku mengunci pintu kamarnya.

Di dalam kamar mandi.. Sita kembali bimbang dengan perselingkuhan ini.
Wajahnya mendongak ke atas dan memejam sambil bersandar di dinding.

Tak ingin mangsaku lepas.. aku langsung menyerangnya dengan ciuman di lehernya..
Sambil kedua tanganku meremas kedua toketnya secara bersamaan.

Terus.. terus.. dan terus.. hingga akhirnya Sita kembali terangsang dan hanyut dalam aliran nafsuku.
“Mmmmm.. ssstttt.. aahhh..!!” Desis Sita mulai naik gairahnya.

“Hemm.. jangan kenceng-kenceng ngisepnya.. ntar membekas..!” Katanya lirih mengingatkan.
Tak boleh menggigit dan mengisap..
Aku langsung memainkan lidahku menyusuri lehernya yang jenjang mendongak ke atas.

Tanpa disadarinya.. aku berhasil membuka kancing celana ketatnya yang berbahan cotton.
Kemudian menurunkan ritsletingnya.. dan akupun mulai menurunkan jilatanku ke perutnya.

“Emmuaaahh..” Bunyi basah ciumanku terdengar jelas menyapu pusarnya.
Menjelajahi bagian atasnya dan akhirnya sampai ke toketnya.

Di ujung putingnya yang kecoklatan.. aku mulai mengisapnya kuat-kuat..
Menggelitiknya dengan lidah terus dan terus hingga membuat Sita pasrah.

Dalam keadaan terbuai Sita kembali tidak menyadari aksi tanganku yang mulai memelorotkan CD kuningnya.
“Aahhh..” desahan Sita mendadak terdengar keras dan segera aku samarkan dengan membuka kran air.

Sita menjambak rambutku kuat-kuat.. bersamaan dengan menyusupnya jari telunjukku ke memek basahnya.
“Auuuwwhhh.. kok dimasukin sih..!?” Tanya Sita terkejut.

“Sssttt.. kan Cuma jari.. biar kamu tambah nikmat..!” Bujukku menenangkannya.
“Ssshhhhh.. aahhh.. ooohhh.. enaaaaaaa..aaaacc kkkkkkk.. uuuuhhhh..!!” Racaunya lirih.

Click..click..click.. Aku percepat kocokan jariku di memeknya.. terus dan terus.
Sambil meliukkan jariku ke dalam memeknya..
Mengorek apa yang ada di dalamnya sambil bibirku terus mengisap putingnya.

Ternyata Sita mudah sekali orgasme. Seranganku yang bertubi membuatnya memuncratkan lendir orgasmenya.
“Aahhh..!!” Tubuh Sita mengejang hebat. Tangannya meremas pundakku kuat-kuat.

Sementara pantatnya bergetar.. dan kedua pahanya menghimpit tanganku dengan kuatnya.
Ini saatnya..!! Teriakku dalam hati memanfaatkan badai orgasme yang menerpa tubuhnya.

Cepat-cepat aku membalik tubuhnya menghadap ke dinding.. lalu menarik pantatnya ke belakang.
Langsung aja aku arahkan Palkonku ke bibir memeknya yang sudah sangat amat banjir sekali.

SLEBB.. JLEBB..!! Sekali tusukan dengan hentakan kuat.. mampu menyibakkan bibir memeknya.
Dan.. BLESSEPH..!! Ddengan mudah kontol jumboku menusuk.. menyeruak masuk di memek beceknya.

“Oohhh.. Mmm..!!” Kocokan cepat langsung aku lancarkan.. tanpa menunggu tubuhnya berhenti bergetar karena orgasme.
Sambil berpegang pada kedua toketnya.. aku gerakkan kontolku maju-mundur teratur.. dengan tenaga menghentak.

‘Ooouuuhhh.. kok dimasukin sih..!?” Katanya sambil menggeolkan pantat..
Seperti berusaha mengeluarkan kontolku dari jepitan belahan memeknya.

“Hhemmmmmm.. anggap aja ini jariku..!” Bisikku padanya.
‘Aauwww.. jari bengkak..!?” Katanya sok protes.

Hanya itu yang dikatakannya untuk memprotes tindakanku dan itu tidaklah cukup. Tetapi aku memakluminya.
Bagaimanapun juga Dia wanita alim yang butuh menjaga image..
Menjaga kehormatan.. biar tidak dipandang murahan. Terlebih aku juga baru dikenalnya.

Sambil terus menggoyang aku terus membisikkan kata rayuan yang membujuk. Memuji keindahannya..
Memuja gaya bercintanya.. dan meminta maaf karena khilafku membuatnya jadi melakukan hubungan terlarang ini.

Dalam hitungan menit Sita luluh oleh keluhku yang jauh dari istri.. maklum terhadap otakku yang mesum..
dan memintaku agar ini menjadi yang pertama dan terakhir.

“Buruan keluarin.. jangan lama-lama..” pintanya dengan suara tergetar.
“Ahhh.. iya sayaaaaanng..” jawabku sambil menggelitik lubang anusnya.

“Mmmmm.. Ooooohhhh.. jangan di situuuhh..!! Aku geliiiiiii..!!” Pekiknya mengejutkan aku.
Entah keceplosan atau sengaja memberitau di situlah kenikmatan yang terbesar darinya..

Tak peduli dengan pintanya.. aku terus mengelus lubang anusnya dan melumurinya dengan ludahku.
Ujung jari kelingkingku sedikit demi sedikit mulai aku dorong ke anusnya.

Anehnya dia tidak berteriak.. dan langsung masuk sempurna ke anusnya yang terlihat sangat sempit.
Hemmmm.. apa mungkin dia sering ‘anal seks’..? Tanyaku dalam hati.

Kini tusukanku keluar masuk di kedua lubangnya, kontol di memek dan jari di anus.
Terus dan terus.. semakin cepat dan semakin dalam.

Aku ganti jari kelingkingku dengan jari tengah.. clepp.. clepp.. clepp.. clepp..
Dan kurasakan tidak ada kesulitan yang berarti.. walaupun memang menghimpit.

Aku tambah lagi dengan jari telunjukku.. dan itu membuat Sita bergoyang tak terkendali.
Pantatnya meliuk-liuk dan kedua kakinya melebar sambil bergumam tak jelas.
Jelas sekali dia sangat menikmati anal jariku.

Dan tanpa menunggu izin darinya aku cabut kontolku dari memeknya dan langsung menusukkan ke anusnya.
Zlebb.. Zleebb.. Zleebbb.. “Aaaaaaaaaaaahhh..!!” Kontolku seperti diremas oleh dinding anusnya.
Terisap kuat dan penuh dengan kedutan nikmat yang belum pernah kurasakan.

Sita terus bergumam sambil menggigit bajunya yang menyumpal di mulutnya.
Tanpa sepengetahuanya aku mengabadikan doggy styleku ini dengan kamera HaPe..
Hehe.. sebagai dokumen pengalaman pertamaku meng-anal anus wanita.

Jujur kuakui rasanya lebih nikmat.. seluruh kontolku tertampung sempurna.. lebih menghimpit.
Terasa lebih sempit saja. Dan yang pasti sangat memanjakan kontolku yang keras berotot.

“Aahhh.. aaahhh.. mmmmm..!!” Desisnya.
“Kamu memang hebat.. ini adalah pengalaman pertamaku.. dan aku suka..!” Bisikku.

Akhirnya.. beberapa menit kemudian aku memuncratkan seluruh spermaku ke dalam anusnya. “Hegkhh.!!”
Crott Croott Croot.. Croott..!! Aku peluk erat tubuh Sita dari belakang dan menahan kontolku tetap di dalam..
Menikmati detik demi detik sensasi baru yang diberikan anusnya Sita.

Kami terengah menghirup nafas dalam-dalam..
sambil meresapi sisa-sia nikmat yang masih menyebar di seluruh tubuh.

“Ini yang terakhir ya..?” Pintanya lirih.
“Iya Mbak, maaf..” kataku. “Terimakasih..!” Bisikku lemas.. namun puas.
“Kamu keluar aja dulu, aku mau mandi..!” Pintanya.

Malam itu kami teruskan obrolan santai.. tentang keseharianku, keluargaku..
Dan entah mengapa dia ingin tau lebih tentangku. Hingga akhirnya kami ketiduran.
Paginya aku pulang duluan tanpa membangunkannya, karena aku harus berangkat kerja pagi-pagi.
-------ooOoo-------

Sejak saat itu kami sama-sama berkomitmen untuk menjadikan itu yang terakhir.
Tetapi apa mau dikata.. nafsu berkata lain.

Sesekali kami menyisihkan waktu untuk memaksimalkan kesempatan yang ada dan kembali ber-ML-ria.
Kadang di kostku.. –rumahnya..– kadang juga di hotel. Tergantung Situasi dan kondisi.

Walau begitu.. kami sepakat untuk just for fun dan lebih mementingkan keluarga kami masing-masing.
Bener-bener Good Girl tuh Rosita.. aku suka gayanya..!!

Dia pandai menempatkan diri.. kapan menjadi istri yang setia dan baik di mata suaminya..
Kapan menjadi anak berbakti pada orangtuanya.

Serta kapan membagi 'cinta dan gairahnya' untukku..!! Ahhh.. sedapnyaaaaa..!! (. ) ( .)
--------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------

End of Cerita 212..

Sampai Jumpa di Lain Cerita.. Adios.. :ciao:
 
--------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------

Cerita 213 – Kena Tanggung..!!

Tante Imas

Tes.. tes.. tes.. tes..!! Hujan gerimis.
Padahal mentari masih bersinar.. membuai orang-orang menikmati senja.

Aku bergegas pulang. Keramaian taman makin menghilang.
Sibuk orang-orang menyelamatkan diri dari titik-titik air.

Lalu menyelamatkan yang lainnya.. jemuran pakaian dan kasur.
Gerimis meningkatkan frekuensinya menjadi lebat. Hujan deras menderai.

Di depan flatku.. seorang wanita muda terlihat tengah mengangkati jemurannya yang cukup banyak.
Kelihatannya kurang mengantisipasi akibat baru bangun tidur. Ia masih memakai piyama.

“Saka.. bantuin Tante dong..!!” Teriaknya memanggilku.
Tanpa bicara banyak aku langsung membantunya. Sprei.. kelambu.. baju, t-shirt.. dan ..iih, pakaian dalam.

“Bawa ke mana, Tante..?” Tanyaku sembari memeluk jemurannya.
“Sekalian ke dalam aja..!” Katanya mengarahkan.

Tante Imas berjalan di depanku. Menaiki tangga hingga lantai dua.
Aku cukup puas menikmati irama pinggulnya yang kukira agak dibuat-buat.

Saat menghadap ke arah cahaya terang.. uhhhh.. siluet tubuhnya jelas membayang. Seakan telanjang.
Kami masuk ke rumahnya. Tante Imas menggeletakkan jemuran di sudut kamarnya, aku pun mengikutinya.

“Makasih ya..? Kamu mau minum apa, Ka..?” Tanyanya yang langsung menghentikan maksudku untuk langsung pulang.
“Apa aja deh, Tante. Asal anget..” jawabku singkat.

Kurebahkan diri di sofanya. Hmm.. lumayan nyaman. Tante Imas belum mempunyai anak.
Yang kutau.. suaminya, Om yang tak kutau namanya itu hanya sekali-kali pulang.

Dengar-dengar pekerjaanya sebagai pelaut.
Ha ha.. pelaut. Di mana mendarat.. di situ membuang jangkar. Sinis sekali aku.

“Om belum pulang, Tante..?” Tanyaku basa-basi sambil menerima teh hangat.
“Belum, nggak tentu pulangnya. Biasanya sih hari Minggu. Tapi hari Minggu kemarin nggak pulang juga.”

“Tante nggak ke mana-mana..?”
“Mau ke mana.. paling cuma di rumah saja. Kalau ada Om baru pergi-pergi..”

“Eh, kamu nggak ada keperluan lain, kan..?”
“Nggak, Tante..” jawabku. Mau apa aku di rumah, sendirian.. di tengah hujan yang semakin lebat begini..?
“Temenin Tante ya. Ngobrol-ngobrol..”

Tak lama kemudian kami pun terlibat dalam obrolan yang biasa saja.
Sekedar ingin tau kehidupan masing masing. Dari ucapannya, kutau bahwa suaminya bernama Om Iwan.
Jarang pulang.

Yang cukup membuat darahku berdesir agak cepat adalah daster itu.
Seakan aku bisa melihat dua titik di dadanya.. yang timbul tenggelam ketika kami bercengkrama.

Tangan Tante Imas cukup atraktif. Entah sengaja atau tidak sering menyentuh tanganku.. atau mampir di pahaku.
Makin lama duduknya pun semakin dekat. Hingga..

“Saka, mau nonton film nggak..? Tante punya film bagus nih..!”
Wah.. untunglah. Rumahku tidak mempunyai DVD player.

Tante Imas lamntas menyalakan TV lalu memasang film.
Dan, astaga.. ternyata dia benar tidak memakai BeHa dan celana dalam.

Aku bisa melihatnya jelas.. karena dia cukup lama berdiri menyamping..
Pyarrr..!! Cahaya TV membuat gaun tidurnya menjadi selaput transparan.

Bentuk payudara beserta putingnya beserta rambut di pangkal paha.
Aku lebih ternganga lagi karena film yang diputar itu film XXX.

Kembali Tante Imas duduk di sampingku.. malahan kini lebih dekat lagi.
Tangannya mengusap-usap lenganku dengan lembut.

“Filmnya bagus ya..?” Bisiknya pelan. Namun terdengar di telingaku bagaikan rayuan.
Aku tak mampu menjawab karena bibir bawahku menahan ekstasi yang kuat.

Entah apa yang harus kulakukan kini.
Mataku tak lepas dari wanita yang merintih di film itu.. yang sudah distel suaranya pelan.

Tante Imas menggenggam pergelangan tanganku. Dan.. astaga. Dibawanya tanganku ke payudaranya.
Didiktenya tangan ini ke daerah yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Begitupula tangan kiriku.

Kini masing-masing telapak tangan itu memegang rata masing-masing pasangannya, payudara.
Pandanganku masih ke arah TV. Aku tak berani menatap wajah Tante Imas. Tak pernah aku impikan hal ini terjadi.
Sementara di TV desahan si gadis yang menghadapi dua batang penis makin membuat hot suasana.

“Saka, hadap sini dong..” ujarnya manja. Kuhadapkan wajahku. Kulihat tatapan pengharapan di sana.
Wajah Tante Imas cukup cantik.. dengan kulit putih dan senyuman manis yang menghiasinya.

Aku masih memegang payudara itu, hanya memegang dengan daster yang melapisinya.
Ah.. tak terasa daster itu. Hanya payudara besar ini fokus pikiranku.
Tanganku masih canggung.. sementara ada sesuatu yang mulai menggeliat di bawah sana.

Tiba-tiba dia menghentikanku, dengan cara yang sempurna.
Tangannya merengkuhku dalam pelukan.. sementara bibirnya mencium lembut.
Payudaranya menghimpit dadaku. Membuat dadaku berdetak hingga aku merasa bisa mendengarnya.

Ciumannya nikmat. Beda sekali dengan apa yang ada di TV. Seakan ingin mengaliri dengan hangat jiwanya.
Kami berciuman lama sekali.. tak terasa tanganku ikut mendekapnya makin erat.

Kulepaskan dekapanku untuk mulai mengontrol diri kembali. Berakhirlah sesi ciuman itu.
“Kenapa Saka..? Kamu marah ya..?” Tanyanya pelan.

Tapi sialan, suara-suara di TV itu kembali mengacaukanku. Melumpuhkanku lagi dalam birahi.
“Maafin Tante ya..? Tante ..” Wajah itu mengeluarkan aura iba untuk dikasihi.

Dia kembali menciumku, cukup hangat. Namun tak sehangat tadi kurasa.
Aku pun tak mengharap ciuman kasih sayang.. karena dariku juga tinggal nafsu.

Ciuman-ciuman itu pindah ke leher dan telinga
. Ah, tak pernah kubayangkan bahwa daerah ini lebih membuatku bergidik.

Aku pun menirunya. Kami saling menciumi leher, bahkan Tante Imas sempat mencium keras.
“Aduh, Tante..”

Dia lalu tersenyum dan berdiri. Perlahan dia melepas daster itu, mulai dari tangannya.
Satu demi satu tangan daster itu terlepas.
Daster melorot.. tertahan sebentar di bulatan payudaranya yang besar.

Dia menarik ke bawah lagi daster itu. Terlihat payudara.. tanpa BeHa.
Putih.. bulat.. besar.. dengan puting susu berwarna merah muda.
Mulutku menganga kagum seakan ingin memakannya. Aku menelan ludah.

Diturunkannya lagi. Aku menikmati satu per satu sajian pemandangan itu.
Perutnya putih dengan pinggang yang ramping. Pusarnya menjadi penghias di sana.

Daster itu tertahan di pinggangnya. Oh.. pantatnya menahan.
Aku semakin berdebar.. ingin mempercepat proses itu.. aku ingin segera melihat kemaluannya..!!

Diturunkan lagi.. dan ah.. vagina itu muncul juga. Dihiasi rambut berbentuk segitiga yang tak begitu lebat.
Bibir vaginanya merah segar.. sedikit basah. Untuk pertamakalinya aku melihat wanita bugil.

Dengan senyumnya.. bangga membuatku terkagum-kagum.
“Sekarang, kamu juga buka ya..!?” Perintahnya manja.

Aku membuka t-shirtku. Tante Imas membuka celanaku.
Lepas jinsku.. tapi Tante Imas tak segera membukanya.

Dia jongkok lalu.. slrepp.. clrepp.. menjilati penisku dari luar celana dalam.
Tampak noda basah pre-cum yang makin ditambah oleh air ludah.

Penis itu makin membesar dalam celana dalam.. ughhh.. rasanya tak enak.. karena tertahan.
Segera kubuka dan .. Hupp..!! Keluarlah batang kemaluanku diikuti dua bolanya.

Cuph.. cuph..!! Tante Imas mengecupnya. Si penis tampak kian membesar.
Semakin tegaknya penis diikuti dengan jilatan-jilatan lidah. Uffhh.. enak sekali..!!

Kini gantian tangannya yang bekerja. Pertama dirabanya semua bagian penis, lalu mulai mengocoknya.
Setelah kira-kira telah utuh bentuknya, tegak dan besar, dimasukkannya ke dalam mulut.

Tante Imas memandang ke atas, wajahnya berseri-seri. “Teruskan Tante..!” Erangku terdengar parau.
Lidah Tante Imas menjilat-jilat, kadang menggelitik penisku.

Lalu mulai memaju mundurkan mulutnya.. seakan sebuah vagina menyetubuhi penis. Ini hebat sekali..!!
Mungkin sekitar 10 menit permainan itu berlangsung, hingga.. “Tante..hh saya mau ke-luar..” kataku terengah-engah.

Tante Imas malah mempercepat kocokan mulutnya. Aku ikut memegang kepalanya. Cratt.. cratt.. cratt..!!
Dan keluarlah spermaku.. muncrat dengan derasnya Aku merasa ada 5 semprotan kencang.

Tante Imas tidak melepasnya. Glugh.. glugh.. ia menelannya. Bahkan terus mengocok hingga habis spermanya.
Ahhhh..!! Lega rasanya tapi lemas badanku. Tante Imas berdiri, kemudian kami berciuman lagi.

“Sekarang gantian ya..” bisik tante Imas mesra.
Kini aku menghadapi payudara siap saji. Pertama kuraba-raba dengan kedua tanganku.

Remasan itu kubuat berirama. Lalu aku mulai berkonsentrasi pada puting susu.
Kutarik-tarik hingga payudaranya terbawa dan kulepaskan. Hmm.. bagaimana rasanya ya..?

Aku mulai menjilatinya. Enak. Jilatanku pada satu payudara sementara tangan yang lain meremas satunya.
Ketika kuisap-isap putingnya, terasa makin mancung, mengeras, dan tebal puting itu.

Kulakukan pula pada payudara satunya.
Oh.. ternyata jika wanita terangsang, yang ereksi adalah puting susunya.

Kira-kira 5 menit aku melakukannya dengan nikmat.
Kemudian jilatanku turun, hingga vaginanya. Kucoba dengan jilatan-jilatan.

Kusibakkan lagi rambut kemaluannya agar jilatan lebih sempurna. Ada seperti daging kecil yang menyembul.
Yang kutau, itu adalah klitoris. Kuisap seperti mengisap puting susu, eh Tante Imas merintih.

“Hmm.. Saka, jangan diisap. Geli. Tante nggak kuat..!!”
Dan Tente Imas benar-benar lunglai. Tubuhnya rebah ke sofa.

Dia terlentang dengan paha mengangkang..
Memperlihatkan vagina terbuka dan payudara yang berputing tegak.

Aku lanjutkan lagi kegiatan ini. Makin lama kemaluannya makin basah.
Jilatan dan isapanku makin bersemangat..
Sementara di sana Tante meremas-remas payudaranya sendiri menahan ektasi.

Tiba-tiba pahanya mendekap kepalaku dan.. serr.. serrr.. seperti ada aliran lendir dari vaginanya.
Otot liang itu berkontraksi. Inikah orgasme.. hebat sekali, dan aku melihatnya dari dekat.

Tak kusia-siakan lendir yang mengalir.. slrupp.. clrupp.. kuisap dan kutelan.
Hmm.. begini rasanya. Apa lebih enak dari sperma yang ditelan tante Imas tadi, ya..? Hehe..

Tubuh Tante Imas yang bergoyang-goyang akhirnya tenang kembali.
Jepitan pahanya mulai melemah namun penisku mulai ereksi lagi.

Kucium mesra vaginanya seperti aku mencium bibirnya. Tante Iya tersenyum.
Bibirnya berkata.. “Terimakasih..” namun tak mengeluarkan suara.

Gambar di film itu merangsang kami. Wanita berpayudara besar terlentang di atas meja kantor.
Di atasnya laki-laki dengan penis panjang dan besar menyetubuhi payudaranya.

Tangan si wanita menekan payudaranya sendiri agar merapat, dan penis itu melewati celahnya.
Kupikir pasti asyik sekali. Aku menjilati dulu payudara Tante Imas, agar basah dan lengket.

Tak lupa dengan isapan-isapan di putingnya. Setelah merasa cukup, aku duduk di muka payudara itu.
Tante Imas merapatkan celah payudaranya. Dia tersenyum senang.

Aku mulai dengan pelan memasuki celah payudara, seakan itu adalah liang vagina.
Uffhhh.. sensasinya luar biasa. Slepp.. slepp.. slepp..! Aku mulai memaju mundurkan penis dengan irama.

Ujung penisku terlihat saat aku maju. Kalau klimaks, pasti spermanya sampai ke wajah Tante.
Tanganku ikut memegang payudara untuk menguatkan hujaman penis. Kadang aku menarik-narik puting susu.

Aku mencium bibirnya, mengangkat paha di lehernya, kemudian menyerahkan lagi penisku.
Diisap dan jilat lagi, seperti tak puas saja. Posisiku duduk tak enak.

Aku tak bisa duduk.. karena akan menekan lehernya. Tanganku pun tak bisa memaju mundurkan kepalanya.
Oh.. ada sandaran tangan. Empuk lagi. Apalagi kalau bukan payudara.

Sambil aku meremas-remasnya, penis seperti diremas-remas juga.
Tante Imas mengeluarkan kemaluanku sebentar, mengajak posisi 69. Hm.. kupikir boleh juga.

Maka aku berganti posisi lagi. Tubuhku menghadap Tante Imas, tapi saling berlawanan.
Penisku di mulutnya.. vaginanya di mulutku. Sampai beberapa saat kami melakukan itu.

Aku tak tau apakah Tante mendapat orgasme lagi..
Tapi dia sempat diam mengulum penisku, pahanya menekan rapat kepalaku, tapi tak ada cairan yang keluar.

“Saka, berhenti dulu deh..!!” Serunya. Padahal aku sedang asyik dengan posisi ini.
Tante Imas berdiri menuju ke dapur. Rupanya dia minum air dingin.

Tante Imas datang. Membawa dua gelas air es dan menyodorkan dua tablet yang kuduga obat kuat.
Kami meminumnya satu-satu. Tante memperhatikanku lalu melihat film itu.

“Kita bercumbu beneran, yuk..!?” Ajaknya.
“Di bathtub yuk..!”

Dia memegang kemaluanku seperti memegang tanganku.. untuk mengajak dengan menggandeng penis itu.
Kami ke kamar mandinya. Bathtub-nya cukup besar. Kami mulai lagi.

Di bawah shower itu berpelukan sambil meraba dan menyabuni.
Ahh..!! Nikmat sekali menyabuni payudaranya, senikmat disabuni penisku.
Tak ada yang terlewatkan.. termasuk vagina dan anus. Ketika air mulai penuh, kami berendam.

Airnya tak diberi busa. Nyaman sekali. Lalu kami mulai saling merangsang, meninggikan tensi kembali.
Tante Imas mengocok penisku dalam air, sementara aku meraba-raba vaginanya.

Tak berapa lama dia duduk di pinggiran bathtub. Kelihatannya dia ingin vaginanya dijilat.
Aku merangkak menjilatinya. Cairannya mulai keluar lagi.

“Pakai tangan juga dong..” pintanya lanjut. Aku menuruti saja. Kukocok dengan telunjuk kananku.
Kucoba telunjuk dan jari tengah, semakin asyik. Tangan kiriku mengusap klitorisnya.

Tante memejamkan matanya menahan nikmatnya. Sebelum berlanjut lebih jauh, Tante menghentikan.
Membalik badannya menjadi menungging dan membuka pantatnya.

Ternyata dari tadi aku belum mengeksplorasi daerah anus.
Aku pun mencobanya. Kujilat anusnya, reaksi Tante mendukung. Kujilat-jilat lagi, dari anus hingga vagina.

Lalu kocoba masukkan dua jariku lagi ke vaginanya dan mengocoknya. Lidahku menjilat-jilat lagi.
Daerah pantat yang menggembung berdaging kenyal seperti payudara. Aku pun suka.

Tante Imas menunjukkan reaksi seperti akan orgasme lagi. Desahannya mulai keras.
“Saka.. Tante mau keluar lagi nih. Cepat..! Pakai penismu. Ayo masukin penismu. Cumbu Tante, Saka..!!”
Jeritnya tertahan putus-putus.

Astaga.. dirty talk sekali..!! Membuat aku makin terangsang.
Aku siapkan penisku, walau agak bingung karena belum ada pengalaman.

Tante Imas mengocok vaginanya sendiri sambil menungguku memasukkan penis.
Ujung penis sudah kuarahkan ke vagina. Clebb.. clebb..!! Kutekan perlahan..

“Tante, nggak bisa masuk, nih..!?” Tanyaku bingung.
“Tekan saja yang kuat. Tapi pelan-pelan..” Aku ikuti sarannya, tetap saja susah. Dasar pemula.

Jadinya penisku hanya merangsang mulut vagina saja, menggosok klitoris.
Tapi .. ughhhhh.. itu malah membuat Tante makin terangsang.

“Ayo masukkan, Tante sudah hampir keluar..!!” Lalu dengan tenaga penuh aku coba lagi.
Slebbb..!! Dan.. berhasil. Ergghh..!! Kepala penisku bisa masuk walau sempit sekali.

Tante Imas bergoyang untuk merasakan gesekan karena klimaksnya semakin dekat.
Ketika aku coba masukkan lebih dalam lanjut pantat Tante bergoyang hebat.

Waduhhhh..!! Nyutt.. nyutt.. nyuttt.. nyuttt..!! Otot vaginanya seperti meremas-remas.
Penisku yang walau baru kepalanya saja menikmati remasan vagina ini. Dan Tante pun orgasme.

Setelah itu dia jatuh dan berbaring dalam bathtub. Aku sudah melepaskan penisku.
“Tante, maafin saya ya..” kataku agak menyesal.
Aku belum memasukkan seluruh penisku dalam vaginanya saat dia orgasme.

“Nggak apa-apa. Kepala penisnya sudah nikmat, koq. Ayo kita coba lagi.
Sekarang penis kamu mau dikulum, nggak..?” Tak usah bertanya. Ganti aku yang duduk di tepi bathtub.

Tante merangkak kemudian mengulum penisku. Dari ujung hingga kedua bola-bolanya.
Ah.. pose seperti ini membuat aku nyaman, seakan aku yang punya kuasa.

Di ujung tubuh yang merangkak itu ada pantat. Wah, empuknya seperti payudara.
Tak kusia-siakan tentu saja. Aku pun segera menjamah dan meremas-remasnya.

Kadang aku membandingkan dengan satu tangan tetap meremas pantat, tangan yang lain meremas payudara.
Oughhhh..!! Kenikmatan ganda. Kelihatannya Tante juga menikmati sekali.

Ombak berdebur kecil di bathtub itu. Kurasakan penisku mulai megeluarkan tanda akan klimaks.
Tumben cukup lama sekali aku bertahan. Mungkin karena obat yang diberikan Tante.

Kuhentikan gerakan Tante.. kuanggukkan kepalaku ke wajahnya yang masih mengulum penisku.
Tante berdiri, aku mengikutinya. Tante membuka vaginanya, aku mengarahkan penisku.

Sleckk.. sleck.. sleckk.. slickk.. slickk..!! Kugosok-gosokkan ke vaginanya. Kutemukan klitorisnya.
Seperti puting susu.. clupp.. kumasukkan klitoris itu ke dalam belahan lubang penisku.

Ughh..!! Rangsangannya kuat, sampai-sampai Tante mau jatuh lagi seperti ketika klitorisnya kuisap kuat-kuat.
Oke.. sekarang aku mulai memasukkan penisku. Clapp.!! Tante Imas menggenggam penisku..

Lalu mengarahkan ujungnya agar bisa masuk ke belahan liang nikmat vaginanya.
Aku seperti orang bodoh yang harus diajari untuk melakukan gerakan yang kupikir semua laki-laki juga bisa.

Ternyata tidak mudah. Dengan susah payah akhirnya.. clebb.. kepala penisku masuk.
Seperti tadi.. kucoba goyang maju mundur untuk membuatnya siap melanjutkan misinya.

Suasana begitu sepi.. mungkin sudah malam. Tapi hujan masih menetes satu-satu. Sunyi.
Saat itu.. tiba-tiba saja ada ketukan di pintu rumah.

Tok..tok..tok..!! Dan kami diam seperti hendak dipotret saja, Seperti berpose.
“Imas.. Imas.. ini aku. bukain pintu dong..!!” Teriak seorang laki-laki.

Jgerrr..!! Kami bagai tersambar geledek, mematung dalam badai.
Hujan tadi berlanjut menjadi badai akibat suara itu.

“Mas Iwan..” bisik Tante Imas pelan.
Penisku langsung lemas.. keluar begitu saja dari vagina yang telah susah payah berusaha dijebolnya.

“Apa yang harus kita lakukan?”
“Aku akan berpura-pura..”
“Kalau aku..?”
“Sembunyi saja..”
“Di mana..?”

Kata-kata kami meluncur cepat nyaris tak bersuara. Kami berusaha berfikir.
Agak sulit.. karena sedari tadi hanya menggunakan nafsu.

“Imas, kamu tidur ya..? Bukain dong..!”
Suara Om Iwan seakan detik-detik bom waktu yang siap meledak.

Wajah Tante Imas sedikit cerah. “Aku ada akal..”
“Gimana..?” Tanyaku tak sabar.
“Kamu di sini saja dulu. Jangan keluar sebelum kupanggil..”

Tante Imas merendam lagi dirinya dalam bathtub, kemudian keluar.
Aku menutup pintu kamar mandi.. tidak terlalu rapat agar bisa melihat keadaan.

Kulihat Tante Imas membawa pakaianku dan menengelamkannya dalam tumpukan jemurannya.
Mengelap lagi sofa dengan dasternya, melemparkan daster itu ke tumpukan jemuran.

Kemudian membuka pintu. Apa yang dilakukannya..? Dia sudah gila..?
Aku bisa mati jika suaminya tau kami telah berbuat. Belum sih.. tapi hampir menyetubuhi istrinya.

Lalu..?

[Adakah mantra untuk menghilang..? Aku takut menghadapi kenyataan.
Saat ini di Tempat ini dalam Keadaan ini.. dengan apa yang telah Kulakukan
..] EnD (. ) ( .)
--------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------
 
Bimabet
-----------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------

Cerita 214 – Binor Sebelah Rumah ..

Mbak Endang

Di sebelah rumahku..
ada binor yang sangat cantik dan bahenol. Namanya Endang.
Mbak Endang ini sangatlah cantik dan seksi.. karena dulu sebelum menikah merupakan idola para pria di kampung.

Meski sudah menikah pun beberapa pemuda desa masih juga menaruh simpati
–Atau mungkin juga nafsu..– kepada Mbak Endang.
Umur Mbak Endang terbilang cukup muda.. baru 27 tahun dan belum dikaruniai momongan.

Suaminya pun terlihat sangat jarang pulang ke rumahnya.. mungkin karena disibukkan tugas keluar kota.
Suami Mbak Endang terkadang pulang sekitar seminggu sekali..
Itu pun hanya beberapa hari di rumah kemudian pergi lagi.

Aku sering bertemu dengan Mbak Endang saat lewat di depan rumahnya.
–Kami cukup akrab.. apalagi dulu sewaktu masa kecil Mbak Endang sering bermain juga denganku..–
Dan menjelang dewasa aku jadi selalu berkhayal untuk bisa menikmati tubuh Mbak Endang.

Suatu hari.. saat aku lewat di depan rumah Mbak Endang.. aku dipanggilnya.
Mbak Endang kala itu tengah duduk di teras rumahnya. Aku lantas menghampiri dan terlibat obrolan kecil.

"Mas.. nanti malam saya minta tolong diantarkan ke persewaan DVD, bisa gak..?” Tanya Mbak Endang.
"Bisa aja. Tapi kalau boleh tau suami mbak belum pulang..? Koq tumben minta dianterin saya..?” Tanyaku.

"Belum pulang, mas. Katanya sih sekitar 4 hari lagi baru pulang.
Aku mau minta tolong ke anak Warnet depan, rada risih. Habisnya sering digodain..” jawab Mbak Endang.

Di sela pembicaraan kami.. aku melihat Mbak Endang hanya menggunakan daster tipis sedikit menerawang..
yang membuatku mulai berpikiran sedikit mesum.

"Jadi gimana, mas..? Bisanya jam berapa..?” Tanya Mbak Endang.
"Terserah mbak aja. Tapi kayaknya jam 7 bagus koq, gak terlalu malam.. juga gak terlalu sore..” jawabku.

"Ya udah, nanti aku tunggu ya..” katanya sambil tersenyum.
Aku hanya mengangguk sembari membalas senyuman manis Mbak Endang.

Pukul 7 malam, aku langsung meluncur dengan motor ke rumah Mbak Endang yang memang bersebelahan.
Hanya berjarak 3 rumah dari rumahku. Mbak Endang pun telah menunggu, dan segera menghampiriku.

Kami pun meluncur ke sebuah tempat persewaan kaset DVD. Sesampai di sana.. aku hanya menunggu di luar..
Mbak Endang yang masuk ke dalam untuk menyewa beberapa kaset. –katanya..–

Selang beberapa menit kemudian..
Mbak Endang pun keluar dan mengajakku membeli makan terlebih dahulu sebelum pulang.

Saat kubonceng dengan motor.. Mbak Endang merapatkan payudaranya ke punggungku..
hingga membuat ‘dedek’ menggeliat. Kami pun makan di sebuah kafe kecil.

Namun tak berapa lama hujan pun turun dengan derasnya. Hingga setelah kami selesai makan..
Hujan masih belum juga reda. Akhirnya kamipun menunggu di kafe tersebut sambil mengobrol.

Selang beberapa jam hujan tak juga reda. Memang tak sederas tadi, hanya tersisa gerimis kecil.
Akhirnya karena takut kemalaman, Mbak Endang pun memaksa pulang walau gerimis.
–Maklum, kafe itu lumayan jauh dari rumah..– Akhirnya akupun menuruti kemauan Mbak Endang.

Baru kami beranjak beberapa meter dari kafe, hujan turun kembali. Jas hujan juga tak kubawa..
Sial.. pikirku..! Namun Mbak Endang tetap memaksa pulang. Akhirnya kami pulang dengan berhujan-hujan ria.

Mbak Endang selama perjalanan, merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Lumayan.. biar ga dingin.. pikirku..
10 menit perjalanan, kamipun sampai di rumah Mbak Endang dengan basah kuyub.
Mbak Endang lalu mempersilakan aku masuk.

Sebenarnya aku ingin menolak, tetapi karena melihat pakaian Mbak Endang yang basah kuyup..
hingga mencetak jelas pakaian dalamnya, aku pun setuju untuk mampir. Mupeng: Mode on..!!

Di dalam rumahnya, Mbak Endang menyuruhku menunggu.
"Mas, tunggu sebentar ya. Aku buatin teh anget, sekalian aku mau ganti pakaian dulu..” katanya.

Aku pun tak berani masuk ke rumahnya karena keadaanku yang basah kuyub.. takut membuat kotor.
Kulihat di jam dinding jam telah menunjukkan pukul 10 malam. Tak terasa.

Beberapa saat kemudianMbak Endang keluar dengan segelas teh hangat..
Yang kemudian ditaruhnya di meja ruang tamu.

Mbak Endang lalu menyuruhku masuk karena tidak enak sama tetangga, dalihnya. Akupun masuk.
"Tapi aku basah gini, mbak. Takut basahin sofanya..” kataku.

"Ya kalo gitu, mas lepas aja pakaiannya.. aku ambilin baju sementara. Gak apa-apa koq, mas.
Kita kan berteman dari kecil. Jadi ya anggap aja biasa..” katanya sembari menutup pintu rumah.

Kulihat Mbak Endang sudah mengenakan daster tipis menerawang.
Aku pun lantas melepas bajuku.. sementara Mbak Endang masuk ke dalam kamar mengambilkan baju.

"Lho.. mas sekalian celananya aja juga. Kan basah gitu.. nanti kedinginan lho yang di dalem..” katanya sambil bercanda.
Busyet.. mancing-mancing nie.. pikirku. "Nggak enak ahh.. mbak. Takut nanti kalo dilihat tetangga bisa kacau..” jawabku.

"Mas kan lihat sendiri tadi, kampung udah sepi kayak gitu karena hujan deras, jadi ya ga ada yang taulah.
Orang juga males keluar kalo cuaca dingin kayak gini..” jelasnya.

Hmm.. masuk akal juga. Aku pun segera melepas celanaku, dan hanya menyisakan boxer yang menempel.
Mbak Endang duduk berhadapan denganku. Saat aku melepas celanaku, dia tampak mengamatiku.
Saat aku memergokinya sedang memperhatikan bagian bawahku, dia langsung memalingkan pandangan.

Setelah aku hanya berbalut boxer, Mbak Endang membawa pakaianku ke dalam untuk diangin-anginkan, katanya.
Kulihat Mbak Endang kembali dengan membawa baju kering, yang mungkin milik suaminya.

Saat berada di depanku dan hendak memberikannya, baju itu terjatuh. –Atau mungkin sengaja dijatuhin..–
Dan Mbak Endang pun membungkuk untuk mengambilnya.

Karena memakai daster tipis.. saat membungkuk itulah kulihat pemandangan yang slama ini kukhayalkan.
Payudara Mbak Endang menggantung dengan indahnya. Rupanya, Mbak Endang tidak memakai bra.

Busyet.. pikirku. Mbak Endang tampak sengaja berlama-lama membungkukkan badannya..
hingga tentu saja membuatku bisa menikmati pemandangan itu dengan leluasa.

Tak kurasa.. pemandangan itu jelas saja membuat ‘dedek’ bangun dari tidurnya.
Karena hari itu aku tidak memakai cd.. jadi penis yang berdiri itu tampak jelas menonjol di balik boxerku.

Saat Mbak Endang kembali berdiri dan hendak memberikan baju tersebut..
dia sempat melirik ke arah si ‘dedek’.. dengan mimik muka sedikit terkejut. –atau nafsu..?–

Akupun sempat malu dan menutupinya dengan baju tersebut.
"Wahh.. kenapa mas anunya ? kok berdiri..?” Tanyanya pura-pura nggak sadar.
"Ehh.. nggak..” jawabku bingung.
"Jangan-jangan mas membayangkan sesuatu ya, sampe anunya berdiri gitu..?” Candanya.

Udah terlanjur basah.. basah sekalian.. pikirku. "Mungkin karena ga sengaja liat Mbak pas membungkuk tadi..
Jadi ga sengaja liat susunya mbak..” jawabku memberanikan diri.

"Oh.. gara-gara itu ya, mas. Aduhh.. maaf.. mas.. aku gak bermaksud membangunkan anunya mas..” katanya.
"Tapi sekarang udah bangun, mbak. Gimana donk..?” Tanyaku nakal.

"Ya gimana donk, mas. Memangnya harus gimana..?" Mbak Endang balik bertanya.
"Ya dibuat ga berdiri lagi, mbak.
Tapi ya.. karena Mbak yang bikin bangun.. jadi Mbak yang tanggungjawab agar ga bangun lagi..” kataku nekat.

"Ohh.. jadi itu toh maunya..? Aku tau koq caranya. Aku bisa aja bikin anunya mas gak berdiri..
Dan dengan cara yang enak.. kalo mas mau. Tapi janji jangan ada yang tau soal ini..” katanya.
"Oke. Janji koq ga bakal ada yang tau. Rahasia kita aja..” jawabku sambil Mupeng.

Mbak Endang pun tersenyum lalu menarik tanganku..
kemudian menuntunku menuju kasur yang berada di depan Tv ruang keluarga.
Spotnya tertutup oleh lemari besar, jadi tidak akan terlihat dari sisi depan, pikirku.

Aku pun duduk di kasur yang beralas lantai itu. Tv pun dinyalakan. Dan Mbak Endang mulai melepas daster tipisnya.
"Ini yang bikin anunya mas tadi bangun..?” Tanyanya sambil tersenyum kecil.

"Kalo yang ini, gimana mas.. apa bikin bangun juga..?”
Tanyanya kembali sambil melepas seluruh daternya hingga dia telanjang bulat.

Aku hanya melotot melihat pemandangan itu. Tubuh Mbak Endang benar-benar montok.. kulit bersih terawat.
Payudaranya berukuran sekitar 34b, dengan puting berwarna coklat muda.

Kulihat lebih ke bawah lagi, bulu jembi Mbak Endang dicukur hingga terlihat gundul.
Dan itu jelas saja membuatku semakin bernafsu. Lalu Mbak Endang menyuruhku melepas boxer yang kupakai.
Hingga akhirnya kulepas juga.

Mbak Endang menghampiriku yang terduduk di kasur, dan duduk diatas penisku. dalam posisi kupangku,
Mbak Endang menciumi bibirku dengan lembut. Uhhhh..!!
Kurasakan pula vagina hangat Mbak Endang bergesekan dengan penisku yang sudah sangat tegang.

Kami pun berciuman, sambil sesekali kuremas payudara mbak Endang yang kenyal itu dan kumainkan putingnya.
Mbak Endang semakin bernafsu. Aku direbahkannya.. dan Mbak Endang mulai menciumi leherku.
Lalu merambat ke bawah.. hingga berhenti tepat di penisku.

Ctap..!! Digenggamnya penisku lalu.. clokk.. clokk.. clekk.. clekk.. clekk.. dikocoknya perlahan.
"Woww.. ternyata punya kamu besar juga ya. Panjang lagi. Kalah punya suami Mbak..”
Katanya sambil mulai mengocok batang penisku.

Mbak Endang mulai mengoral penisku. Mulanya dijilatinya kepala penisku..
Lalu dimasukkannya batang penisku ke dalam mulutnya.. dan dia mulai melakukan BJ yang sangat nikmat bagiku.

5 menit kemudian, aku meminta Mbak endang untuk terlentang. Giliranku Jilmek.. pikirku..
Mbak Endang pun terlentang, pasrah. Dibukanya selangkangannya yang bersih itu.

Jrengg..!! Kini tampaklah vagina Mbak Endang yang kemerah-merahan dan terlihat sudah becek.
Rupanya Mbak Endang sudah 'panas' daritadi.

Slrepp.. slrepp.. slrepp..!! Aku pun mulai menjilat bibir vaginanya, dan kumasukkan lidahku ke dalam vaginanya.
"Ahhhh.. iyaa massshh.. ennnakkkhhh di situhhh.. oohhh.." mbak Endang mendesah.

Setelah itu kujilati bagian klitorisnya, hingga membuatnya makin menggelinjang.
Aku terus menjilati vagina Mbak Endang cukup lama. Vaginanya sangat nikmat sekali dan wangi.
Itu yang membuatku betah 'bersemayam' di lubang surgawi Mbak Endang.

"Aagghh.. maass.. ouhh.. ” desahnya pelan saat kumainkan klitorisnya dengan lidahku.
Tak berapa lama, ternyata Mbak Endang mendapatkan orgasme pertamanya.
"Aahhh.. mass.. aku .. keluarr.. agghh.. mmpphh.. ” rintihnya.

Tubuhnya menggelinjang dan mulutnya mendesah panjang.
Suara desahan itu tertutup oleh suara Tv hingga tak terdengar dari luar. Semoga..
Nikmat sekali cairan hangat yang keluar dari vagina Mbak Endang membasahi lidahku.

"Mas.. masukin aja ya.. udah ga kuat nahan..” pintanya. Akhirnya aku meminta mbak Endang untuk nungging.
Doggy posisi pertama. Mbak Endang pun menungging.. Slebbb.. clebbb..

Perlahan kumasukkan penisku membelah bibir vaginanya yang sudah becek. Bleessekkk..!!
Masukl dan terbenamlah semua batang penisku ke dalam vagina Mbak Endang. "Uuhhhh..!"
Desahnya lepas saat penisku menyeruak belahan dan merangsek memasuki liang vaginanya.

Clebb.. crebb.. crebb.. clebb..!! Aku bergerak maju-mundur berirama.. mbak Endang terus mendesah tanpa henti.
Wuahhhhh..!! Vagina mbak Endang terasa masih peret 'menggigit' penisku.

Sekitar 10 menit kami ber doggy-ria.. akhirnya, kami beralih ke MOT.. Kini posisi mbak Endang terlentang.
Slebb.. jlebb..!! Mulai kumasukkan penisku perlahan. Dia kembali mendesah.
Akupun langsung bergoyang maju mundur. "Agghhh.. mass.. teruss.. uhh.. ahhhh.." desahnya syahdu.

Aku terus bergoyang berirama.. sambil sesekali kumainkan puting Mbak Endang dan kuciumi juga kujilati.
10 menit kemudian.. Mbak Endang ingin di atas.. alias WOT.

Aku pun lantas berbaring terlentang.. sementara Mbak Endang mulai mengangkangi penisku.
Ctap..! Dipegangnya dan diarahkan penisku menuju lubang vaginanya. Sleck.. sleck.. slickk.. slick..!!

Digesek-gesekkannya kepala penisku di belahan bibir vaginanya yang telah membasah cairan nikmatnya.
Lalu dia pas-kan ujung penisku di pintu liang vaginanya. Plepp..! Setelah dirasanya pas.. slebb.. clebb..!

"Ughhhh..!!" Kembali kepala penisku terjepit di sela rekahan bibir vaginanya.
Setelah kepala penisku menembus perlahan bibir vaginanya.. Rrrrrbbb.. mbak Endang menekan tubuhnya..

Dengan perlahan batang penisku tertanam penuh di dalam vaginanya.. berbarengan diringi desahan kami.
Mbak Endang mulai bergoyang naik-turun, sambil memejamkan mata menikmati tusukan penisku.

Clebb.. crebb.. crebb.. clebb..!! "Aahhh.. mas.. aagghh.. uhh..!!” Rintihnya penuh nafsu dan gairah.
Sementara Mbak Endang bergoyang.. aku meremas-remas payudaranya dan sesekali kumainkan putingnya.

"Uuuuhh.. akuu.. mauu.. ahhh.. keluar.. lagi.. masssshhhh.. aghhhhh..!!” Desahnya panjang.
Rupanya kali ini Mbak Endang mendapatkan Big O.

Sontak saja goyangannya menjadi tak beraturan saat Big O mendatangi dan menerpanya.
"Aaaaggghh.. mmmphhhhh.. ahh.. ssshhhh..” desahnya keras.. di saat orgasmenya tiba.

Mbak Endang masih terus bergoyang.. hingga akhirnya aku pun mulai merasakan akan klimaks.
"Mbak.. aku mau.. keluar.." erangku sekaligus memberitaunya.

Plopp..! Cepat mbak Endang segera mencabut penisku dan wajahnya mengarah ke penisku.
Tangannya mulai menggenggam penisku dan mengocoknya. Clokk-clokk-clokk-clokk..!!

Mulutnya pun masih mengisap kepala penisku.. sambil sesekali dijilatinya.
Errggghhh..!! Aku pun merasa akan segera memuntahkan lahar panas dari kemaluanku.

"Mbak.. aku.. keluarin.. sekarang.. erghhhh..!!” Geramku dengan tubuh berkejat-kejang.
Mbak Endang makin mempercepat kocokan tangannya.. mulutnya semakin kuat mengisap penisku dan menjilatinya.

Akhirnya.. CRROOTT.. CROOTT.. CROOTT..!!! Pejuku muncrat memenuhi rongga mulut Mbak Endang. Nikmat sekali..!!
Mbak Endang tampak masih mengisap penisku dan menjilati kepala penisku, hingga membuat aku merasa kegelian.

Mbak Endang menghentikan sejenak isapannya.. dan kulihat dia menelan spermaku.
Lalu dia menjilati kembali kepala penisku dan mengulumnya.

Setelah puas 'memakan' penisku.. akhirnya disudahilah permainan malam itu..
Apalagi jam di dinding sudah menunjukkan hampir pukul 12 malam. Wuihhhh..!!
Begitu cepat waktu berlalu diantara keringat dan lendir yang bertumpahan.

Aku pun segera mengambil pakaianku di gantungan baju tak jauh dari kasur. Kukenakan dengan cepat.
Kemudian kami pun menuju ke ruang tamu sejenak untuk ngobrol kecil.

"Jangan bilang siapa-siapa, ya.. mas..” katanya.
"Pasti koq, mbak.. Tenang saja.." jawabku puas.

"Mas tadi puas..? Ngg.. kalo aku puas banget. Baru kali ini aku ngerasa puas seperti itu, mas.
Biasanya sama suamiku paling lama itu 15menit. Suamiku maunya dia cepet keluar..
Padahal aku kan masih tanggung..” jelasnya sambil setengah berbisik.

"Jadi mbak puas ya..? Boleh donk kapan-kapan kita sambung lagi yang kayak tadi..” ujarku berharap.
"Hmm.. boleh aja, asal keadaaan mendukung, mas..” jawabnya sambil tersenyum.

"Makasih ya, mbak.. Aku kayaknya harus pulang dulu. Udah malem.
Bahaya kalo ada yang tau aku nginep di sini..” pamitku.
"Iya, mas.. Makasih juga ya..” jawabnya sambil kembali tersenyum.. puas.

Aku lantas beranjak keluar dan menuntun motorku hingga depan rumah.
Masih terbayang dan terasa sisa kenikmatan dengan Mbak Endang malam itu.
Ahhhh..!! Benar-benar malam yang sangat indah.

Saat ini suami Mbak Endang akan segera pulang.
Dan itu artinya.. akupun harus bersikap profesional dengan bersikap seperti biasanya.

Entah berapa hari lagi aku bisa mendapatkan kenikmatan tubuh dari Mbak Endang.
Sang binor yang haus seks.. karena tak pernah terpuaskan oleh suaminya yang ternyata Ejakulasi Dini.
-------oOo-------

Beberapa minggu kemudian.. saat suami Mbak Endang kembali berdinas ke luar kota selama 4 hari..
Saat itu kebetulan gairahku ‘naik lagi’ dan tentu saja membutuhkan penuntasan..

Cuma sayangnya aku baru bisa exe dengan Mbak Endang hanya sehari.
karena hari-hari lain meski tak ada suami.. namun ada Ibu mertua Mbak Endang di rumahnya.

Alhasil.. kami hanya sempat 'bergumul' dari pagi sampe sore saja.. itupun berlokasi di hotel.
–Mending daripada nggak sama sekali..–

Tak sengaja.. hari itu aku bertemu Mbak Endang di warung dekat rumah. Akhirnya kami ngobrol sejenak.
Mbak Endang mengatakan kalo suaminya sedang ke luar kota.. tapi di rumahnya ada Ibu mertuanya.
Aku paham akan maksud dari Mbak Endang ini. Pastilah dia ingin merasakan kenikmatan lagi bersamaku.

Akhirnya kami menyusun rencana:
Yaitu esok hari Mbak Endang berpamitan kepada Ibu mertuanya untuk pergi mengurus orderan kateringnya..
Kemudian sekalian ke rumah pelanggannya untuk mengajarkan memasak.

Keesokan harinya.. setelah menunggu kabar dr Mbak Endang.. akhirnya jawaban melegakan datang.
Mbak Endang mendapat 'izin keluar' sehari untuk mengurus kerjaannya.

"Mas.. ke rumah sekarang ya. Udah dapet izin dari mama mertua. Tapi aku alasannya, Mas yang nganterin.
Jadi biar dia ngga curiga..” terang Mbak Endang saat dia menelponku.

"Oh.. sekarang ya..? Oke.. aku ke sana. Naik apa..?” Tanyaku.
"Pake mobilku aja, Mas..” jawabnya.

Telepon kututup.. aku segera bersiap-siap dan berjalan menuju rumah Mbak Endang yang tak jauh dari rumahku.
Di sana sudah menunggu di ruang tamu, Mbak Endang dan Ibu mertuanya.

Karena aku sudah kenal pula dengan ibu mertua Mbak Endang.. maka tak susah aku menjawab..
semua pertanyaan yang dilontarkan.. dan beruntungnya ibu mertuanya percaya dengan semua yang kukatakan.

Setelah mendapat izin.. kami segera meluncur. Di tengah jalan kami berdiskusi mau ke mana dan di hotel mana.
Karena Mbak Endang masih takut.. apabila masuk ke hotel-hotel di sekitaran kota ini.

Akhirnya sepakatlah kami menuju sebuah hotel yang jaraknya sekitar 20km dari kota kami ke arah dataran tinggi.
–Bagi yang pernah ke Banyuwangi.. pasti tau Alas Kumitir.. dan di daerah bernama Kalib*ru ada sebuah cottage di sana..–

Kami segera meluncur ke tempat tersebut dan segera CI pada pukul 7 pagi. Kami hanya memesan untuk sewa 12 jam.
Karena rencana kami pulang sekitar pukul 5-6 sore.

Setelah CI.. kami bergegas masuk ke kamar yang berfasilitas lengkap tersebut.
Segera kami pesan BF.. – Breakfast ya, bukan Blue Film..– via telpon.. dan sarapan pagi di kamar.
Setelah sarapan kami ngobrol-ngobrol sejenak.

Usai ngobrol.. Mbak Endang duduk di ranjang menonton acara musik di Tv..
Sedang aku masih berbaring di sebelahnya. Kuamati tubuhnya yang saat itu memakai T-shirt dan Jins ketat.

Sambil bercanda, kutepuk sesekali pantatnya yang montok itu. Nah.. mungkin karena sudah horny atau apa..
Mbak Endang ikutan berbaring di sebelahku. Kami berbaring bersebelahan. Dia menatapku, dan aku menatapnya.

Akhirnya, kami berciuman dengan lembut. Semakin lama, Mbak Endang melumat bibirku semakin liar.
Terkadang diisap kecilnya lidahku.
Sambil berciuman.. kusingkap kaos yang dipakainya, dan kuremas payudara montoknya.

Dia masih mengenakan Bra. Perlahan kulepas pengait bra-nya dari belakang..
Hingga terlepaslah .. Gunung besar itu akhirnya bernafas dengan lega. ahaha..!!

Masih mengenakan kaos tanpa bra.. kuremas-remas payudara Mbak Endang.
Lalu kubaringkan dia terlentang.. dan kulepas kaosnya. Wow..!! Sungguh indah payudara itu..!!
Besar.. putih, kenyal.. dengan puting coklat muda.

Clrupp..!! Langsung saja kuisap puting yang menggoda itu.
Kumainkan dengan lidahku hingga Mbak Endang mendesah pelan.

Beberapa menit aku netek.. akhirnya kuhentikan proses minum 'susu gantung' itu.
Kubiarkan Mbak Endang melepas celana berikut CD nya.
Sedang aku sendiri juga melepas semua pakaianku dan kulempar sembarangan.

Kami berdua sudah telanjang bulat. Kembali aku menciumi payudara Mbak Endang.. dan sesekali kuisap putingnya.
Jilatan lidahku semakin lama merambat ke bawah.

Kujilati daerah pangkal paha Mbak Endang yang bersih itu. Lalu, kuhentikan jilatanku tepat di bibir vaginanya.
Hmmm.. wangi sekali. Memang bau vagina Mbak Endang ini harum, tidak seperti kebanyakan vagina lainnya.

Mungkin karena perawatan yang dilakukan Mbak Endang yang sangat rutin itu.
Bulu jembinya dicukur gundul.. hingga tampak jelaslah indahnya vagina Mbak Endang.

Kubuka belahan bibir vaginanya dengan jariku.. kemudian kumasukkan lidahku perlahan-lahan ke dalamnya.
“Hessssshhhh..!!” Mbak Endang terdengar mendesah.. kala lidahku memasuki lubangnya.

Lalu kumainkan klitoris Mbak Endang dengan lidah.. kujilat-jilat kecil.
Dan itu membuat Mbak Endang menggelinjang kegelian. "Ugghh.. mazz.. ahh..!!”
Desahnya tiapkali kusentuh klitorisnya dengan lidahku.

Cukup lama aku menikmati liang vagina Mbak Endang.. karena memang vaginanya itu istimewa buatku.
Beberapa menit kemudian kusudahi adegan Jilmek tersebut. Karena vagina Mbak Endang sudah basah kuyub.

Mbak Endang masih dalam posisi terlentang. Segera setengah kududuki dadanya..
dan kujepitkan penisku yang sudah tegang di tengah-tengah belahan payudara Mbak Endang yang montok.

Mbak Endang segera menjepit penisku, dan aku bergerak maju mundur perlahan.
Tak lama.. kusodorkan penisku ke wajah Mbak Endang, tepatnya ke arah mulutnya.

Mbak Endang langsung saja mengisap kepala penisku.
Lalu dikulumnya penisku hingga batang penisku hampir masuk ke dalam mulut Mbak Endang semua.
Setelah itu, kembali kujepitkan penisku itu, dan aku gerakkan maju-mundur.

Setelah beberapa menit.. Mbak Endang memintaku terlentang. Aku nurut saja.
Dan kemudian, Mbak Endang kembali mengisap penisku dengan liar.

Tidak cukup lama Mbak Endang menikmati penisku, dia langsung menindih tubuhku.
Dipegangnya penisku dan diarahkan menuju bibir vaginanya.

Lantas dengan pelan digesek-gesekkan sebentar lalu dimasukkannya kepala penisku.
"Ahhhhh..!!" Mbak Endang mendesah kala penisku mulai memasuki vaginanya secara perlahan.

Slebb.. Jlebbb..!! Ditekannya ke bawah..
hingga penisku terbenam seluruhnya di dalam vagina Mbak Endang yang hangat dan lembut itu.

Setelah itu baru Mbak Endang bergoyang naik-turun layaknya menunggang kuda.
Semakin lama semakin cepat goyangan mbak Endang, kadang dia juga menggerakkan pinggulnya memutar.

"Agghhh.. agghhh.. Mas.. Ugghh..” rintihnya sambil terus menggoyang penisku.
"Ohhh.. masshhhh.. enak.. bangethh.. mass.. agghh..” erangnya tanpa henti.

Aku hanya pasrah di bawah.. menerima goyangan maut Mbak Endang sambil kuremas-remas payudaranya.
Tak lama kemudian, gerakan Mbak Endang semakin cepat.

"Aggh.. mas.. aku.. keluarrr.. agghh.. m ppphhhh..” erangnya dengan gerakan tak beraturan.
Tak lama kemudian, Mbak Endang merapatkan tubuhnya ke tubuhku, dan goyangannya melemah.
"Aahh.. agghh..!!” Desahnya. Rupanya Mbak Endang sudah orgasme.

Kini.. aku yang bergoyang naik turun mencoba menusuk-nusuk vagina Mbak Endang..
Yang sedang menikmati orgasme diatas tubuhku.

Selanjutnya, dengan penis masih menancap di liang vaginanya.. kubaringkan dia terlentang dan aku berada di atas.
Kucium lembut bibirnya, lau kembali kudorong pelan-pelan panisku di dalam vaginanya.

Mbak endang tampak memejamkan mata dan mendesah sejenak menikmati gesekan penisku di rongga vaginanya.
Lalu kugerakkan lebih cepat. Mbak Endang menatap mataku dengan wajah Mupeng keenakan.

Aku semakin bernafsu. Terus kugoyang tubuh Mbak Endang.
"Ugghh.. teruss.. massss.. agghhh..” rintihnya makin ramai.

Tak lama kemudian, kucabut penisku. "Mbak, coba anal ya.. boleh..?” Tanyaku.
"He'em.. asal pelan-pelan dulu ya..” jawabnya.

Segera kubuka lebar kedua kaki Mbak Endang..
Dan di bawah pantatnya kuganjal dengan bantal.. agar penetrasiku di lubang anusnya lebih terasa.

Karena penisku sudah licin dan basah oleh cairan orgasme Mbak Endang..
Clebb.. jlebb.. langsung saja kucoba menembus lubang pantatnya.

Ughhhh..!! Sempit sekali..!! Perlahan namun pasti.. kepala penisku pun sudah masuk ke lubang itu.
Lalu, kudorong perlahan-lahan hingga masuk setengah. "Uhhhh.. sakit.. mas..” rintihnya.
"Iya.. aku pelan-pelan koq..” jawabku.

Slebbbb..!! Perlahan kudorong penisku hingga masuklah hampir seluruh batangku.
Clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. dan mulai kugerakkan maju mundur perlahan-lahan.

Sementara, Mbak Endang mulai sibuk meng-eksplorasi klitorisnya dengan jarinya sendiri.
"Agghhh.. Mass.. ohhh..” desahnya. Dia tampak sangat menikmati.

Tak lama kemudian, kucabut kembali penisku. Lalu, kuminta Mbak Endang untuk nungging. Dia pun pasrah.
Clebb.. Jlebb..!! Kembali kumasukkan penisku ke vaginanya dulu..

Kemudian kudorong-dorong hingga cairan pelumas dari vaginanya melumuri penisku.
Kucabut dan kumasukkan ke lubang pantatnya. Kali ini sudah lebih lancar daripada yang tadi.

Penisku masuk dan keluar dengan lancar. Kepala Mbak Endang menunduk..
Sementara tangan kirinya merangsang klitorisnya sendiri.

"Ahh.. Agghhh..” rintihnya. Mbak Endang tampak menikmati sekali.
Mungkin baru sekali ini dia melakukan anal.. tapi sudah bisa menikmatinya. Hebatt..!!

Setelah beberapa lama.. kucabut penisku. Lalu kubaringkan dia dalam posisi menyamping membelakangiku.
Kuangkat kaki kirinya ke atas.. slebb.. clebb.. kembali kumasukkan penisku ke dalam lubang pantatnya.

"Mppphh.. mpphh.. uhhhh..” desahnya manja.
Mbak Endang tampak masih mengeksplorasi klitorisnya dengan jari.
Beberapa menit kemudian..” Mass.. aku.. keluar.. massss.. aggghhh..” erangnya lagi. Jlebb..!

Segera kumasukkan penisku ke dalam vaginanya..
agar dapat merasakan hangatnya cairan Mbak Endang melumuri seluruh batang penisku.
Matanya terpejam, dan dia mengerang panjang dan keras. Tanda dia mencapai orgasme keduanya.

Setelah dia orgasme, kembali kami berdoggy-ria. Kubenamkan penisku ke dalam vaginanya.
Kusudahi anal kali ini. Kudorong maju-mundur penisku di dalam vaginanya dengan cepat.

Belum sampai satu menit.. Mbak Endang ingin mengulum penisku katanya.
"Mas.. sini aku emut dulu..” katanya.
Segera kucabut penisku, dan kusodorkan ke mulutnya. Dia kembali mengulum penisku.

Tak cukup lama memang. Lalu, kembali kali ini kubaringkan terlentang. MOT lagi.
Karena Mbak Endang memang tidak terlalu suka gaya aneh-aneh. MOT lah jadi pilihan akhir.

Kubuka kedua kakinya.. slebb.. clebbb..!!
Kembali kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang tampak kemerah-merahan dan basah.

Creb-crebb-crebb-crebb-crebb-clebb-clebb-clebb-crebb-crekk-clekk-clebb..!!
Segera kugerakkan dengan cepat, agar lahar panasku cepat keluar.

"Ughh. ughh..!! Dikeluarin di mana, Mbak..?” Tanyaku yang hampir klimaks.
"Oghh.. ohhh..!! Di dalem aja, mass.. cepetan..!!” Jawabnya dengan napas terengah.
Gilaa.. nie binor.. suka banget dimuncratin sperma vaginanya..!!!

Akhirnya kugerakkan cepat hingga ototku seakan mengejang. Dan.. CROTT.. CROTTT.. CRROTTT.. CRROTTT..!!!
Spermaku memenuhi rongga vagina Mbak Endang. Lalu, kucabut, dan kusodorkan ke mulutnya.

Mbak Endang segera menjilatinya. Dan mengisap kepala penisku.
Memastikan tak ada sisa lelehan sperma yang keluar dr lubang kecil diujung kepala penisku itu.

Nikmat sekali..!!! Kulihat setelahnya, spermaku sebagian meleleh keluar dari vagina Mbak Endang.
Lalu, akupun terkulai lemas di sebelahnya. Kupeluk Mbak Endang.

Sementara dia menyandarkan kepalanya di atas dadaku. Seperti layaknya suami istri..
Padahal suaminya sedang pergi dinas.. akulah penggantinya.. hehehehe..

"Keluarnya banyak banget tadi..” katanya.
"Hehehehe.. Ohh.. ya, gimana tadi analnya..?” Tanyaku pingin tau pendapatnya.
"Agak sakit sih.. tapi enak koq..” jawabnya kalem.

"Baru pertamakali..?” Tanyaku.
"Nggak juga. Suamiku juga kadang-kadang suka gitu. Cuma ga lama..” katanya.
"Ohh.. nanti pulang sore ya. Jam 5 kan sesuai rencana..?” Tanyaku.
"He-em.. mas..” jawabnya.
-------ooOoo-------

Setelah itu.. kami istirahat sebentar.. dan saat terjaga kami kembali mengulangi adegan mesum itu.
Dosa memang meniduri istri orang. Tapi ini kan si istri yang minta.. jadi ya lain cerita.

Hehehe.. sebenarnya sih itu hanya alasan dan ‘pembenaranku’ untuk ulah bejat yang kulakukan.
Tapi biarlah. Yang penting nikmat aja. Mana Mbak Endang cantik lagi. Siapa juga yang ga mau. Ya nggak..!?

Setelah 3 kali ngentot.. kamipun pulang menuju rumah pada pukul 5 sore.
Entah kapan lagi aku akan dapat kesempatan menikmati tubuh Mbak Endang.
Sang Binor cantik nan bahenol tetangga sebelah rumahku. End (. ) ( .)
-----------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd