Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kopi

nggodok banyu ta, CakPaidi??!?

ctes!...ctes!....
:pandaketawa:gak murup kompore, LPG ne ntek ikuu​
 
nggodok banyu ta, CakPaidi??!?

ctes!...ctes!....
:pandaketawa:gak murup kompore, LPG ne ntek ikuu​
nah iku... Arepe nggoreng kopi lha kok elpijine entek. Lha yo ngunu kayu bakare teles pisan. Mene ae wis nggawe kopi anyare :pandaketawa:
 
owalaah iyo iku, Cak.... banyune kudu umep nek nggawe ngudek kopi..

terus nek goreng kopi iku kayu ne kudu kayu api-api(bakau), aromae iso mantep lan suwedeb pokoke...
:ngeteh:
...

ditinggal ngomong malah gosong!
Seng telat:pandaketawa: kopi ne iso puyeng iki... Wkkkk=))
 
owalaah iyo iku, Cak.... banyune kudu umep nek nggawe ngudek kopi..

terus nek goreng kopi iku kayu ne kudu kayu api-api(bakau), aromae iso mantep lan suwedeb pokoke...
:ngeteh:
...

ditinggal ngomong malah gosong!
Seng telat:pandaketawa: kopi ne iso puyeng iki... Wkkkk=))
koyok'e om troyes paham betul tentang kopi ojok2 owner warkop iki....:bingung:
 
enggak juga sechh kini,,,, dulu, nenek semasa masih hidup ada warung.
pernah ane tumbukin biji kopi nya...​
 
jangan salah!:ngupil: namanya juga terbakar api.
Untuk cara sangrai manual. jika kelamaan tak diaduk, biji kopi pun bisa gosong.. bisa ilang harumnya aroma kopi, malah bau hangusnya yang mendominasi..

kurang mateng, koyok sepet dan rasa enaknya nggak keluar..

harus pas! pokoknya.. mangkane, aku dewe mending kebagian :adek:ndeplok-e wae.. kuwatir di celatu pelanggan-e..
:takut:
 
jangan salah!:ngupil: namanya juga terbakar api.
Untuk cara sangrai manual. jika kelamaan tak diaduk, biji kopi pun bisa gosong.. bisa ilang harumnya aroma kopi, malah bau hangusnya yang mendominasi..

kurang mateng, koyok sepet dan rasa enaknya nggak keluar..

harus pas! pokoknya.. mangkane, aku dewe mending kebagian :adek:ndeplok-e wae.. kuwatir di celatu pelanggan-e..
:takut:
luwih enak nggawe sachetan. Gak beresiko =))
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Minum kopi enak nih hujan2 kayak gini :kopi:
 
sasetan?!?:| kurang kereng! gak iso nyete,,, gak pas karo udut-e
:cool:
 
Bab 11


Aku tiba di rumah tepat jam setengah enam. Setibanya di kamar, dengan segera kulepas pakaianku, masuk kamar mandi, dan .....

Setelah selesai mandi, aku segera memakai pakaian yang kira-kira pantas untuk kukenakan. Kaus oblong warna hitam dan celana jeans. Sepertinya keren juga bodiku. Sudaaaah, gak pake liat perut. Pokoknya keren, titik!


Tuuuuut...


Tuuuuut...


"Halo, ada apa mas? Tumben nelpon?"

"Emmm gak apa apa mbak. Kangen aja. Lama gak nelpon. Lagi ngapain?"

"Abis mandi. Pake baju. Siap-siap sih mau keluar, diajak teman. Mas ada acara gak? Ikut yuk."

"Waduh, sayang sekali mbak. Aku juga ada acara. Diajak temen juga sih. Lha akunya mau ngajak kamu, sekalian ngenalin ke mereka kekasih kesayanganku yang cantik ini."

"Iiih gombal. Sayang sekali ya, barengan kita acaranya. Atau mau bikin acara sendiri aja gimana?"

"Hehehe, mau sih mbak. Tapi, ini berhubungan sama pekerjaanku juga sih, aku gak berani. Atau besok aja kita keluarnya. Gimana?"

"Emmm boleh juga. Lama gak ketemu sih. Jadi kangen."

"Hehehe sama mbak. Wajah cantikmu itu selalu menghiasi kelopak mataku."

"Dan jadi bayangan dalam colimu kan. Iiih sebel."

"Hahahaha ketahuan."

"Iya lah. Ketahuan banget pacarku tukang coli."

"Biarin. Yang penting setia."

"Iya iya. Setia. SElingkuh sama Tangan kIri dan kAnan kan, hihihi."

"Walah mbak, yang penting aku hanya memandangmu saja. Gak memandang yang lain. Bahkan coli pun hanya membayangkanmu. Bukan yang lain."

"Hihihi sayangku ini. Jadi tambah kangen deh aku."

"Aku juga. Ya sudah ya, aku berangkat dulu. Dah ditunggu nih."

"Hihihi aku juga. Dadah sayang."

"Dadah juga. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

Huft gagal deh rencanaku. Sebenarnya aku itu nelpon mau ngajak mbak Ani. Kukenalkan kepada mereka, kalo aku sudah punya pacar. Alit dan Ima gak jadi jodohin aku. Biar tuh cewek keki dan gak mau lagi ngejar-ngejar aku.

"Gimana kalau ceweknya sakit hati?"

"Sakit hati ya urusannya. Emang aku peduli."

"Tapi kan paling tidak dia malu. Masak mau dijodohin sama orang yang sudah punya pacar, diolok-olok di depannya pula."

"Derita dia lah. Ngapain juga mau dijodohin."

"Kalau ceweknya cakep? Lebih cakep dari mbak Ani?"

"Ya gak masalah. Toh mbak Ani juga cakep."

"Huu dasar gak punya hati."

Baiklah, dengan semangat kakek-kakek aku berangkat. Yah, males juga sih. Kalo aku ada opsi lain pasti kuambil. Sayangnya hanya ini yang harus kulakukan. Meladeni kelakuan mereka berdua.

Kustater supra itemku yang tumben kali ini gak ngadat, lancar banget. Aku pun melaju melewati jalanan malam kota Surabaya. Kucoba menikmati ramainya jalan, mencoba untuk mengalihkan perhatianku dari mangkel... Sebalnya hatiku atas perjodohan ini. Mereka berdua tuh ya, kompak banget sih ngerjain aku. Salah apa aku coba. Toh selama ini aku baik-baik saja kepada mereka.

Jalanan demi jalanan telah kulewati. Tak terasa aku sudah sampai di rumah makan langganan kami. Tempatnya enak, dengan taman yang luas mengelilingi gazebo-gazebo yang berdiri teratur. Dengan kolam berisi ikan hias di bawahnya. Masakannya sih enak, harganya juga cukup murah. Tentunya untuk standar rumah makan berkelas lho ya. Kalo seleraku sih tetap Bik Yem forever hehehe.

Celingak celinguk kepalaku mencari keberadaan sahabatku, di mana-mana hanya kutemukan pasangan muda mudi pacaran. Kadang pula kutemukan keluarga kecil di dalam saung. Setelah lelah mencari, akhirnya kutemukan juga kepalanya Alit.

"Woi wis ket mau? Nang endi Ima? Hehehe, mbak," aku tersenyum nyengir melirik sebelah Alit. Ada istrinya di sana. Yang kusapa hanya tersenyum standar, basa basi.
(Woi sudah dari tadi? Kemana Ima?)

"Oi yo mblo. Areke sik durung teko. Nyusul calone bojomu. Paling maringono teko."
(Oi yo mblo. Anaknya masih belum sampai. Jemput calon istrimu. Mungkin sebentar lagi sampai.)

"Oh yo wes," ucapku sambil memungut tahu goreng di atas meja. Huft jadi deg degan nih.

"Buruan nikah toh yo mas. Biar gak jomblo terus. Kasihan tuh dedeknya gak punya penyaluran hihihi," ucap istrinya Alit.

Waduh, ini perempuan, diam-diam genit juga. Ngomongnya menjurus.

"Hehehe siap mbak. Gampang kalo soal itu. Nanti biar tak kabari kalo sudah mau nikah."

"Nikah sama siapa. Lha wong pacar aja belum punya. Ndang, tak uruki nyayang wong wedok sik To."

Tiba-tiba saja Alit memeluk dan menyosor pipi istrinya. Yang jadi korban tentu terkejut dan sedikit berontak. Tapi terlambat, bibir Alit sudah sampai di pipinya.

"Iih papa, gak malu apa ada orang. Kan kasihan dia masih belum punya pasangan."

"Biarin aja ma. Biar panas dia. Lagipula toh ntar lagi juga kita jodohkan sama perempuan kok."

"Ya iyalah Lit. Kalo aku dijodohkan sama laki-laki yo gak lucu. Jadi kayak Paidi sama Asep nanti. Apalagi kalo thrersome denganmu. Makin mirip ditambah lukman," celetukku menyela pembicaraan mereka.

"Paidi siapa? Asep siapa? Lukman siapa? Jelaskan siapa mereka pa," istri Alit tidak mengerti siapa orang yang kumaksud.

"Eeee... Itu... Entahlah ma. Si To tuh ada-ada saja. Ngarang cerita yang aku gak tau. Lagian siapa yang mau threesome sama kamu To. Week," Alit munjulurkan lidah ke arahku. Ah, sialan. Ngeles lagi Alit.

"Haiyah, itu mah tokoh idola dari cerita idamannya Alit mbak. Hobi banget dia baca cerita itu dari hapeku," yess aku nyerang lagi. Kali ini lebih telak.

"Bener itu mas?" selidik istrinya.

"Eenggaklah ma. Mana mungkin aku sempat seperti itu. Dari awal saja aku sudah sibuk dengan kerjaan. Ditambah dengan kerjaanku seharian keliling lapangan. Mana sempat aku baca gituan. Walaupun Cerita Paidi bagus, aku gak sempat baca. Gitu sayang," Alit mencoba ngeles.

"Ooo gitu ya. Cerita Paidi ya namanya. Bagus... Cerita bokep model apa sih? Masih kurang ya servis istrimu ini, hingga kau nyari pelarian ke cerita bokep? Hmmm?" hahay kena dia.

"I.. Itu bukan... Bukan begitu ma," Alit mulai terdesak sodara.

"Bukan begitu? Terus bokep gimana?"

"Itu cerita romantis. Sungguh. Gak ada adegan sex yang bisa bikin gairah di sana. Yang ada hanyalah perasaan romantis. Sungguh cerita yang bermutu. Genrenya romance, bukan bokep murni seperti yang di visidi-visidi itu."

"Ooo jadi papa juga nonton visidi bokep ya?"

"Ee...ee..nggak. Bukan begitu. Aduuuh, gimana ya menjelaskannya. Aku lihat biat dipraktekkan ke mama. Gaya-gayanya gimana. Rasanya gimana. Ya seperti itu lah ma," Alit masih saja ngeles. Aku ketawa aja menyaksikannya.

"Beneran papa begitu? Gak main dengan yang lain?"

"Hahaha gak bakal berani dia sama yang lain mbak. Orang dia liat Ima aja gak nafsu," ucapku spontan sambil tertawa keras.


Pletak...


Sebuah tonyoran tepat mendarat di kepalaku. Langsung aku menoleh ke si pemukul, mukanya masih bersungut. Selanjutnya... Aku lanjut ngakak lagi lah. Wuakakakakak.

"Hihihi kalo gitu berani gak tuh dipraktekkan nanti di rumah?" waduh, istrinya malah ikit tersenyum menyeringai.

"Eeee... I.. Iya ma. Iya," huahahahahaha lucu sekali si Alit tergagap begitu.

"Hajar Alit mbak. Hajarrrr."

"Hmmm. Baiklah, gak ada jatah seminggu kalo gak mau, dan gak muasin aku."

Huwooooooo wajahnya Alit langsung pucat. Seru sekali kelihatannya.

"S.. Siap ma. Nanti m..malam y..ya."

"Hihihi, nanti setelah pulang pa. Inget, semua," ucap istrinya Alit. Singkat, padat, tegas.

"Eh lupa, masih ada yang masih perawan di sini. Maaf mbak, lupa kalo ada sampeyan hihihi," ucapnya sambil melirikku.

Walah, kena juga aku sodara!

"I..iya, anggap aja aku gak di sini mbak hehehe," belaku sambil nyengir.

"Halo semua. Hai mbak," tiba-tiba Ima datang menjadi juru selamatku dan Alit dari permainan mencekam istrinya Alit.

"Hai Ma," ucapku dan Alit hampir bersamaan.

"Lho kemana mbaknya, katanya tadi kesini barengan?" tanya istrinya Alit.

"Masih ke toilet dianya. Sori telat. Rada ribet sih ngerayu dia terus. Maklumlah cewek."

"Oh ya To. Udah siap kan," ucap Ima sambil nyengir. Bikin aku jadi tambah gak enak aja.

"Yah, mau gak mau sih. Namanya juga diancam hehehe."

"Ya kalo gak mau ya sini tak ambile. Soalnya cakep sih anaknya. Tapi... Gak tau lagi kalo justru anaknya itu yang gak mau sama kamu hihihi," walah, kok Ima malah ngejek aku gini.

"Emmm kira-kira aja deh Ma," ucapku sambil menunduk. Melihat ke arah perut.

"Eh, kalian udah pesen makan belom? Aku panggilin pelayannya ya. Mbaaak," Ima melambai memanggil pelayan.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama seorang pelayan pun datang menghampiri mereka.

"Mbak, untuk saung ini apa sudah dipesenkan makanan?" tanya Ima.

"Sudah tadi mbak. Tahu petis, Ayam bakar, gurami bakar, rica-rica iga sapi, sama tumis kangkung special. Untuk minumnya yang belum. Katanya masnya yang itu menunggu temannya datang," ucap pelayan sopan.

"Ooh, kalo begitu kalian pesen apa To? Lit, Mbak?" tanya Ima kepada kami semua.

Selanjutnya kami memesan minuman kepada mbaknya dan diiyakan, tak lupa Ima memesankan minuman sesuai yang diminta suaminya dan mbak yang mau dijodohkan ke aku. Setelah mencatat semua pesanan minuman, sang pelayan pun beranjak pergi.

"Gimana To, sudah siap?" tanya Ima sekali lagi menanyakan kesiapanku.

"Ya... Tambah nderedheg aja Ma, kamu tanyain terus."

"Ya, kira-kira ajalah To. Salah sendiri gak mau cari pacar sendiri," celetuk Alit yang diikuti oleh anggukan istrinya.

"Ya mau bagaimana lagi. Lagian aku..."

"Halo, selamat malam," ucap seorang perempuan dari belakangku.

Suara itu... Suara itu. Aku kenal sekali suara itu. Benar suara itu suara...

"Malem mbak, mas. Maaf terlambat. Sudah mulaikah acaranya," ucap lelaki yang seperti datang bersamanya.

"Belum. Ayo silahkan masuk," ucap Ima ramah.

Posisiku yang membelakangi pintu saung, dari arah jalan, menyulitkanku melihat apa yang terjadi di luar ataupun siapa yang datang. Perlahan aku melirik ke arah pintu, bukan, menoleh. Terlihat siluet potongan tubuh laki-laki. Diikuti perempuan di belakangnya.

"Ayo semua, silahkan duduk," ucap Alit kepada mereka. Senyum ramah tampak dari bibirnya, dan disambut dengan senyum ramah dari mereka.

Mereka berdua bersalaman dengan kami sebelum duduk di tempatnya.

Aku sedikit berpikir, terbengong, sebelum berkata "Lho kok tumben mau datang ke acara kita? Warungnya gak buka tah Yu Jum?"

"Ealah, mbok ya sekali-kali menikmati sedikit kemewahan dari kalian toh To. Masak ngelayani orang terus," ucap Yu jum sambil tersenyum.

"Lagian ini kan acara sepecialmu. Masak gak ikut. Kan rugi jadinya, iya kan pake," lanjut Yu Jum.

"Iya Yu. Sepecial penghukuman bagi seorang jomblo ngenes, hahaha," Alit tertawa, diikuti mereka. Aduuuh, tetap saja aku yang jadi kambing congek.

"Hahaha iya Lit. Semoga kali ini langsung tok cer. Biar kita gak kesulitan cari jodoh lagi," sambung Ima dalam tawanya.

"Eh, suamimu mana Ma? Kok kamu aja yang datang sendiri?" tanya Yu Jum.

Ima terdiam sejenak sambil melihat hapenya, sebelum berkata, "Itu dia orangnya."

Ima tersenyum lepas sambil mengangkat tangannya, memberi tahu posisinya. Terlihat di kejauhan tersenyum sembari mempercepat langkahnya.

"Hai hai. Maaf terlambat. Baru kelar lembur. Hai sayang, muach," suaminya Ima datang-datang langsung mengecup pipi. Wuih, enak sekali ya. Tapi apa salah, lha wong mereka aja sudah suami istri.

"Wuih, paket komplit nih. Emmm minus satu tapi. Mana pasanganmu To?" waduh yang ini serangannya malah lebih menohok lagi.

"Masih di toilet tadi mas. Mempersiapkan diri kayaknya. Atau malah melarikan diri?" ucap Ima.

"Iya, melarikan diri dari perut buncitnya wekekekek," Alit terkekek mentertawakanku. Yang lain juga sama. Yah, nasib... nasib. Jadi orang yang dianggap jomblo diantara mereka yang sudah berpasangan memang gak enak. Sama sekali gak enak. Gak percaya? Buktikan saja sendiri hehehe.

"Hahahaha, eh mbak, kapan punya anak?" tanya Yu jum kepada istrinya Alit.

"Entahlah mbak, belum dikasih kali sama yang di atas," jawab istri Alit.

"Atau Alitnya yang kurang greng kali mbak," celetukku. Sontak semua tertawa, kecuali Alit tentunya.

"Kalo mbak Ima? Kapan punya anak lagi?" tanya istrinya Alit.

"Masih program mbak. Tunggu dua tahun lagi baru bikin," jawab Ima.

Memang sih, Ima punya anak satu. Umurnya dua tahun. Saat ini masih dimomong sama mbahnya, mertua Ima. Itu yang aku tahu.

"Selamat malam."


Deg...


Suara halus terdengar dari belakangku. Sekali lagi aku menoleh, baru tersenyum.

"Ini Ayam bakar, gurami bakar, rica-rica iga sapi, sama tumis kangkung specialnya masing-masing dua porsi ya bu. Nasi putih satu bakul, dan minumannya masing masing. Ada tambahan lagi bu?" ucap pemilik suara halus itu dengan sopan.

"Emm tambah minum lagi mbak. Atau menu makannya sekalian gimana Yu Jum?" ucap Alit.

"Hehehe, es jeruk nipis aja mbak, satu. Mas apa?" ucap Yu Jum.

"STMJ ada mbak?" ucap suaminya Yu Jum.

"Ada pak."

"Satu ya mbak."

"Cieee yang mau indehoi nih ya," ledek Ima.

"Hahaha nyari kekuatan ekstra nih," tambah Alit.

Yang lain kembali tertawa.

"Iya, segera saya pesankan pak. Ada yang lain lagi?"

"Enggak mbak sudah itu aja dulu. Terima kasih mbak ya," ucap Ima.

"Sama-sama. Permisi," ucap pelayan sambil tersenyum sopan.

Kami kemudian melanjutkan candaan kami. Intinya sih saling meledek, kalau gak bisa dikatakan sebagian besar ledekan diarahkan kepadaku. Ya gak papa lah, namanya juga orang lagi nyamar. Nyamarnya jadi jomblo pisan. Terlihat para pasangan Alit, Ima, dan Yu Jum sangat bisa menyatu dengan kami. Maklumlah, kami sering ketemuan juga dalam acara-acara non formal seperti ini. Aku sedang tertawa renyah ketika sekali lagi terdengar suara lembut dari belakangku.

"Permisi, maaf."

Deg....

Jantungku serasa berhenti.

Suara itu... Itu...

Pemilik suara itu mulai memasuki gazebo kami. Gerakannya seperti slow motion di mataku. Dia itu...

Bibirku menjadi kaku. Keringat dingin mengucur dari dahiku. Aku tak berani menoleh. Hanya lirikan mata yang terpaku kepadanya. Dia yang kulihat dari sudut mataku.

"Maaf terlambat. Nunggu ya?" suara lembut itu. Suara lembut itu membuat suara lain jadi hilang. Tak terdengar lagi di telingaku.

"Lho mas?" ucapnya.

"Mas?"


Pletak!


"Woi To!"

Sebuah tonyoran keras telak mendarat di kepalaku. Menyadarkanku kembali dari lamunan. Kegelapan, ketakutan. Berganti dengan keterkejutan, rasa malu. Kemudian berubah menjadi cahaya. Cahaya yang terang benerang.

"Lho mas? Kirain siapa tadi-"

"-Lho mbak? Kirain siapa tadi," ucap kami bersamaan. Flip flop. Aneh memang. Tapi itulah yang terjadi.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Yu Jum.

"Dia tetanggaku-"

"-Dia tetanggaku," sekali lagi. Benar-benar aneh bukan.

Mereka semua tertawa. Mentertawakan kami. Ya, kenapa kami bisa sekompak itu. Wajah kami memerah, seperti udang rebus. Tapi aku harus mengucapkan ini. Aku harus menjelaskan kepada mereka bahwa...

"Dan dia kekasihku."
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd