Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Leila pembantuku

Menunggu bagaimana laila nanti hamil dan diceritakan masa kehamilannya secara detail seperti di cerita sebelumnya
 
Joss ceritanya, next part kayaknya bakal nikah nih sama laila hehe
 
Terlalu Jauh memiliki akibat

Sejak Pulang dari Kuningan, percintaan panas tersebut berlanjut di rumahku. Meski kami masih mengadakan dua sisi berbeda. Jika dimata Tetangga Leila akan bersikap layaknya Pembantu biasa dan polos akan candaan atau sedkit curhat tentang kehidupan Rumah Tangga dan Kegiatan Ranjang. Aku memang menginginnkan seperti itu. Karena sadar status, namun didalam Aku menginginkan Leila untuk menghabiskan hampir setiap malam di tempat tidur dan bercinta dengannya sesering mungkin yang kami menginginkannya. Tanpa sadar 4 bulan berlalu, 2 Bulan ini Diyar tinggal di Rumahku dan Leila sangat senang kedatangan Diyar meski dia memang terlihat lebih capai karena sedikit harus mengurus Diyar. Ia pergi bersamaku dan Diyar yang akan sekolah, menunggunya kemudian kembali ke Rumah setelah pulang sekolah.

Awalnya aku meminta Leila kuliah saat liburan, namun setelah lulus tes. Dinda membicarakan Diyar, Leila pun menunda pilihan untuk Kuliah. Aku merasa beruntung karena tidak perlu mengularkan banyak uang. Hanya membayar Uang Pendaftaran dan Tes saja, namun hidup selalu memiliki kejutannya masing-masing. Aku masih melanjutkan seksku dengan Leila saat Bulan Puasa, dengan alasan aku sudah tidak bisa menahannya. Kami sudah seperti pasangan suami-istri, bukan hanya dikatakan Tetangga dan Rekan Kerjaku saat bertemu 1 bulan lalu. Akan tetapi, 1 kejadian membuat kami seperti dikagetkan. Saat itu, aku pulang lebih lebih sore karena kebijakan perusahaan terkait Bulan Puasa. Aku sudah mandi dan makan, Leila sedikit lama saat bersiap ke Masjid untuk Sholat Tarawih.

Muka Leila cukup pucat, “Kamu baik-baik saja?” tanyaku. “Iya Pak, ayo pak nanti macet. Sulit masuk ke dalam Bapak.” ujar Leila. Aku pun menyetujuinya, aku menyadari ada yang salah dengan dirinya. saat pulang Sholat Tarawih, aku menonton TV. Leila turun dari tangga dengan langkah yang gontai. Ia menutup mulutnya dan muntah di Bak Cucian piring. “Hoekkk…hoekkk” Leila tak dapat menahan rasa mual yang mendorongannya untuk muntah. Sudah hampir 2 Bulan ia alami. Awalnya sangat jarang, namun menjelang akhir Bulan lalu dan sekarang. Rasa mualnya meningkat, awalnya setiap Pagi kini Malam dia rasakan. Itupun belum ditambah menurunnya keinginan makan, akhirnya untuk Buka Puasa Leila selalu menundanya.

Leila memang tak pernah melakukan test terhadap dirinya namun secara naluriah Leila memang takut ia hamil, karena takut mempermalukan diriku. Maka ia mencoba segala cara, seperti menahan nafas atau meminum obat lambung saat Sahur. Bahkan jika ia batal berpuasa, ia memilih makan saat Diyar tidur siang. Selama itu ia sudah 5 hari batal berpuasa. Selama ini ia berusaha menyembunyikan hal ini dari Diyar dan aku. Namun beberapa hari ini rasa mualnya semakin menjadi-jadi. “Kau tidak apa-apa nak?” tanya aku kuatir sambil bergegas membantunya. “Ngga apa-apa buuu, Leila hanya masuk angin….Hoekk…hoekkk!” ujarnya kembali menaruh kepalanya di Bak Cuci Piring. Aku dengan telaten membantu mengurut tengkuknya.

Itu biasa orang lakukan untuk mengurangi rasa mual sambil memoleskan minyak angin di dekat Hidung Kekasihku. Setelah rasa mual Leila agak mereda, aku itu dengan hati-hati membimbing kekasihku yang cantikn itu duduk di sofa bersamanku. “Kita ke Dokter ya?” tanyaku kepada Leila yang masih mengatur nafasnya. “Jangan pak, nanti. ...” ucapnya menolak ajakan ku memeriksakan keadaan tubuhnya yang cukup mengkhawatirkan. “Cukup, Diyar saya cek dulu. Biar kita periksa ke dokter keadaan kamu.” ucapku. Aku mengecek ke kamar Diyar, anak itu sudah terlelap padahal masih cukup sore. “Mungkin dia capai karena terlalu banyak main.” ucapku. Kemudian turun dan mengajak Leila untuk ke Klinik atau Rumah Sakit.

Aku menyetir mobil dan segera pergi menuju Klinik. Aku sengaja memilih klinik yang jauh dari Rumah agar tidak memberikan kesan hubungan ini mudah diketahui tetangga. Aku melihat jalanan, masih cukup ramai. “Pak, kita beneran mau ke Rumah Sakit?” tanya Leila ragu-ragu dengan perjalanan ini. Aku meliriknya. “Sekitar 20 menit, lagi kita akan menuju Klinik yang cukup aman. Saya pernah kesana untuk menjemput Putri Cek Bulan Lalu.” ujarku singkat. Aku memang pernah diminta Pak Raymond menyemput istri mudanya itu Cek Kehamilan terakhir sebelum melahirkan. Kini Pak Raymond sudah memiliki Anak Perempuan yang cantik. Tidak lama, Aku mengarahkan Mobil pada jalur kiri jalan.

Kami tiba di Klink yang kuinginkan dan mendaftarkan Leila kedalam Dokter untuk memeriksa kenapa Leila terlihat pucat. Aku amat khawatir dengan kekasihku, selain itu. Aku memilih klinik ini, karena menurut Pak Raymond ini Klinik yang bisa menjaga prvasi pasien. Akupun memilihnya, karena tidak memiliki banyak pasien. Kami hanya menunggu 10 menit dan kami mendapat giliran untuk diperiksa. Dokter Perempuan itu memeriksa dan menyarankan memeriksa Air Seni, aku jelas terdiam. “Pak...” kata Leila lirih. Aku tersenyum, “Leila semuanya akan baik-baik saja.” ucapku sambil mencium keningnya tanda bahwa dirinya jangan khawatir pada hal-hal yang buruk terjadi pada dirinya. Setelah memberikannya, ia memberikan surat konsul ke Dokter lain yang akan ikut memeriksa Besok.

Singkat cerita kami diberikan resep dan obat. “Leila, kamu nanti pergi sama Diyar ya buat periksa lanjutan. Nanti kamu kasih tahu hasilnya.” ujarku. Malam itu, kami tidak melaksanakan persetubuhan. Aku tidak ingin Leila tambah sakit, bahkan saat Sahur, aku mengajak Diyar dan Leila untuk makan diluar. Obat Mual dan Vitamin memberikan efek yang baik. Leila sukses tidak muntah, dan tampak lebih segar. Padahal ia sempat muntah saat bangun, Paginya aku pergi ke Kantorku, dan berpesan untuk Leila untuk melanjutkan pemeriksaan. “Jika pusing makan dulu, Diyar kan tidak puasa, kamu makan barang dia saja.” kataku. Kemudian mengecup Dahinya dan Dahi Diyar sebelum keduanya keluar dari Mobil.

Malam hari, aku pulang pukul 8.00 malam. Hari itu Aku harus mengikuti rapat dengan 2 client biang akan melakukan buyout sebuah Perusahaan. Sesampai di Rumah, Leila tampak ingin mengutarakan sesuatu. Namun dia malah, mintaku untuk mandi dan makan terlebih dahulu. Singkat Cerita, aku sudah mandi dan makan. Diyar sedang menonton TV. Leila mengajakku untuk berbicara di Lantai Atas. Tepatnya di Kamarku, aku masuk dan menutup pintu dan menguncinya. Leila amat Khawatir Tangannya saling mengenggam kemudian memijat jari-jari bergantian. Aku menjadi yakin, bahwa sebuah masalah sudah terjadi padanya, dan ia kesulitan untuk menceritakan padaku. Leila memang tidak membicarakannya padaku. “Pak, Leila takut.” ucapnya dengan lirih.

Tiba-tiba wajah Leila berubah pucat. Rasa mual itu mulai datang lagi. Kali ini dorongan buat muntah begitu besar. Leila bergegas menuju ke kamar mandi.“Hoekss!!” seketika itu juga ia tak mampu menahan dorongan untuk muntah.“Leila?” ucapku memanggilnya, Aku tidak tinggal diam. Aku mengambil sebotol minyak angin miliknya dan didekatkannya ke hidung Leila. Namun sepertinya itu saja tak cukup. “Hoekkkk!!...Hoeeeeekkk!!...” serangan itu kembali. Sebenarnya aku sudah cukup berpengalaman dan tahu bagaimana mengatasi situasi seperti ini tatkala Dinda tengah mengalami hal yang sama dulu. Ia ingat ia selalu memberikan pijatan di sekitar Pundak Dinda. Tetapi ia agak ragu buat menyentuh Leila. Aku mulai menduga masalah ini.

Aku mendudukan Leila, dan memberikan Teh Manis Hangat untuk Leila. Leila masih terdiam dan meminum Teh itu. “Saya hamil pak, usia sudah sekitar 1 Bulan.” ucap Leila dengan suara yang pelan. Kemudian ia masuk ke Kamarnya dan memberikan Map dan Amplop hasil pemeriksaan dia tadi siang. “Leila, saya sudah bilang untuk memberi tahu saya sesepatnya. Kenapa tidak diberitahu?” tanyaku dengan pelan. Aku ingin menjaga perasaan Leila yang sedang bermasalah dengan masalah ini. “Saya takut pak, saya akan berhenti dari sini. Saya sebetulnya mencintai Bapak dan ingin memiliki Bapak. Tapi kehamilan saya adalah sebuah hal yang mestinya terjadi.” katanya menyampaikan keluh kesahnya.

“Tetapi, kamu mau bicara apapun. Ini sudah terjadi, kita mau bisa apa. Sekarang kamu pikir untuk semua ini saya sudah berkorban.” kataku. Pikiranku kalut, entah kenapa kejadian yang terjadi pada Guntur dan Pak Raymond benar-benar terjadi padaku. Aku terdiam, jika kuingat. Persetubuhan yang aku suka tanpa pengaman dan meminum Pil Kontrasepsi. Aku menyukai setiap Leila mengeluh dan aku suka sekali menyeburkan Spermaku kedalam Vaginanya. Leila baru berusia 20 Tahun, dan aku mencintai Pembantuku. Hati dan Pikiranku demikian berkecamuk, benar-benar tidak bisa memberikan kenyamanan bagiku. Akan tetapi rasa menyenangkan pada seluruh tubuhku, meski ada sedikit rasa tidak nyaman. “Saya tahu, tapi saya sedang hamil. Biarlah saya pergi dan merawatnya. Status Sosial kita berbeda.” kata Leila menunduk kemudian meminum tehnya.

“Saya tidak peduli. Kita bisa urus masalah ini nanti kan?” tanyaku. Leila terdiam, “Pak, Diyar senang sekali saat tahu ini. Dia main dan...” kata Leila terdiam. Handphone ku kembali berbunyi saat Leila ingin menceritakan bagimana anakku dengan Dinda senang. Bahwa ia akan memiliki calon adik, padahal kami belum pada posisi mempertahankan dan membuang janin yang sudah tumbuh didalam Tubuh Leila. SMS dari Pak RT rumahku untuk bertemu di Cafe malam ini. Aku akan menemuinya nanti, “Kenapa Leila?” tanyaku setelah membalas pesan dari Pak RT. “Sebetulnya semuanya sudah mulai curiga pak, Ibu-Ibu Rumah sudah bilang Saya udah jadi Pacarnya Pak Husni dan kini bilang badan Leila sudah membesar termasuk perut.” kata Leila.

“Coba kamu berdiri.” kataku. Aku bangkit dan mematikan TV kemudian membantu Leila ke depan Sofa. Leila berdiri, aku terkejut. Perut Leila sudah membuncit, aku membaca dengan seksama, aku membaca lembaran itu. “Saya kira kamu tidak memperhatikan Dokter menjelaskan kehamilan kamu.” kataku. “Kamu hamil sudah 2 Bulan, sepertinya kamu salah membaca, Lihat 8 Minggu 5 hari kan?” kataku pada Leila. Leila tersenyum, “Iya, Pak. berarti, maaf sudah berusaha bohong.” kata Leila. Aku terkejut, ia memang mengetahuinya, kami ngobrol. Aku meminta untuk tenang. Karena aku akan berusaha menyelesaikan masalah ini. Aku pun mulai sedikit kebingungan karena kehamilan yang tidak bisa kuperkirakan.

Aku mengetahui, jika masalah ini bisa terjadi kapan saja. Karena kehamilan pasti akan terjadi. Aku mulai berpikir. Kenapa mereka yang memiliki kedekatan denganku malah terjerumus dengan masalah ini tidak menganggap adalah masalah. Guntur dan Ninik. Pak Raymond dan Putri juga Hendra dengan Dinda adalah orang melakukannya. Memiliki anak yang mengikatnya dan kemudian mereka hidup dengan bahagia. Aku mencari udara segar, dan mendatangi Cafe. Aku berpesan pada Leila untuk mejaga rumah dulu karena aku akan pergi. Aku masuk dan memesan Ice Cappucinno dan mencari Pak RT yang ternyata duduk bersama tetangga lain. Setelah mendatangi dan menyalami, aku mulai berpikir, kenapa RT dan Bapak-Bapak menatapku dan suasana cukup sepi.

Aku duduk di tengah mereka. Obrolan dimulai, singkatnya mereka menduga bahwa aku memiliki hubungan dengan Leila. Aku terdiam dan mendengarkan mereka membicarakan hubungan kami, mereka mencoba tidak asal menghakimiku. Karena statusku dan Leila tidak memiliki hubungan dengan orang lain. “Saya tidak mempermasalahkan pak. Sejujurnya saya dan yang lain serta Ibu-ibu menduga ini menyerahkan masalah ini ke Bapak.” ujar Pak Isman yang menjadi RT di Lingkungan Rumahku. Sejujurnya mereka ada pada posisi yang cukup kuat, mereka tidak ingin mengusirku dan aku memang tidak akan mengusir Leila sebagai solusi paling singkat. Aku sudah mencintai pembantuku, dan sudah banyak merubah penampilanya. Leila bukan lagi pembantu yang serba sederhana, didalam rumah ia menjadi perempuan cantik dan sexy.

Bahkan mampu mengurus semuanya, aku sudah merubahnya sebagai calon Ibu Rumah Tangga yang mampu melayani pasangannya. Bahkan jika aku mencari lagi pembantu yang cantik, belum tentu dia mampu menyamai Leila baik sikap maupun bagimana membangun hubunganya dengan Diyar. Aku mulai memikirkan bagimana cara menjawab pertanyaan ini. Tiba-tiba aku teringat, Leila yang kini sudah mengadung anakku. “Saya memang memiliki hubungan dengan pembantuku, sebetulnya saya memang berniat untuk menikah. Tapi saya sedang memikirkan bagimana meminta izin dengan Pamannya.” kataku. Mereka tersenyum, obrolan pun berlanjut, mereka menyangka aku akan menikahi Leila secepatnya. Walaupun aku belum berkeinginan. Tapi entah mengapa aku seperti mendapat jalan tidak terduga.

2 jam kemudian, aku pulang dan langsung masuk ke kamar. Leila baru keluar dan memakai Baju Tidur yang sangat sexy. Ia sedang berkaca dan mengelus perutnya yang sudah terlihat membuncit. Aku tercenung sambil menatap Perut Leila, tempat dimana di dalamnya salah satu benihku sedang tumbuh. Aku sadar situasi dan kondisi Leila tak dapat di samakan dengan Dinda, Ninik, dan Putri. mungkin sama dengan Ninik namun pada dasarnya semua membutuhkan tindakanku sendiri dan Leila. Aku memang ragu meminta Pamanya yang pernah ingin menjual keponakannya sendiri. Aku pada sisi lainnya sangat mencintainya dan ingin memiliki Leila. Aku mencoba berpikir untuk menikahi Leila dengan cara yang membuatku aman.

“Pak, apakah Bapak Husni mau menikahi Leila nanti?” tanya Leila dengan ragu-ragu. Ia mencoba tidak menyinggungku. Meski ia memiliki alasan, untuk mendapatkan kejelasan padaku. Sejujurnya dalam perasaannya justru lebih nyaman dengan Leila. Ia bahagia bersama Leila dan bahagia ketika akan memiliki anak. Berarti Aku sendiri yang harus menikahi Leila. Betapa beruntung hidupnya. Entah kenapa saat membayangkan ia bakal hidup bersama dengan Leila tiba-tiba saja kemaluannya berereksi dengan hebat. “Ada apa Pak, Bap...ak diam saja? A..pakah…Bapak merasa keberatan menikahi kakak? Ji..ka demikian Saya tak ingin memaksa Bapak… ..biarlah Liela yang akan membesarkan bayi kita sendirian” ujar Leila dengan nada suara mulai bergetar, Ia sadar sulit bagi aku memikirkan harus melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang suami karena status kami berbeda.

“Ti..dakkk…bukannn begitu Leila, Saya bersedia kok menjadi suami kamu, Lagian siapa tak ingin punya istri cantik dan baik, pengertian dan jago ranjang seperti kamu ” ungkap aku cepat-cepat. Aku kuatir Leila itu terlanjur sedih dan kabur dari Rumahku. “Benarkah? Bapak bersedia menikahi Saya ? Dan apakah Bapak tak merasa aku terlalu muda dan terlalu rendah untukmu?” Leila bertanya untuk memastikan lagi. “Leila.aku sayang dan cinta denganmu. Saya bakal temani dan bersamamu”ujarku sambil meraih jemari Leila dan berada diatasnya diatas Perut Leila agar gadis itu yakin akan keputusanku. Aku mulai memikirkan cara, dan menemukan ide. “Terus bagimana pertemuan tadi?” tanya Leila dengan wajah yang bingung.

“Saya udah bilang ke Pak RT. Saya berrencana untuk pindah sementara ke Apartement sama Diyar dan kamu.” ucapku. “Terus bagimana pak?” tanyanya seakan belum siap untuk pindah, “Kita yang melakukan apa yang kita mau Leila. Kita nikmati saja, bukankah kita sudah menjadi suami-istri?” tanyaku. Kali ini Perempuan itu menundukan wajahnya, Tangan Leila melingkar pada Pinggangku menimbulkan banyak reaksi saat itu. Aku berusaha mencegahnya namun saat Perutnya yang membuncit menahan tubuhku. Penisku mulai berreaksi. Leila tersenyum mendengar detak jantungku. Wajar saja, Kepalanya ada di Dadaku, tanpa sadar kamu memulaiciuman tapi kali ini di mulai oleh Leila hingga aku terpancing untuk membalasnya.

Aku tidak mau gegabah hanya mengecup lembut, kemudian buru-buru melepaskannya sebelum ia memulai permainan ini. “Pak, apakah Detak Jantung adalah jawaban dari semua ini?” tanya Leila saat ciuman kami terlepas. Pertanyaan Leila telah membuat aku melepaskan pelukan dan memberikan jarak. Dengan lembut mengangkat wajahnya dan menatap mata Leila dengan. Ada sinar rasa sayang dan permintaan untuk dimiliki terpancar di sana. Mata Leila sangat indah itu seperti mengatakan bahwa dia sangat mencintaiku. Aku merasakan bahwa semua tergantung padaku untuk apa yang harus dilakukan. Aku tidak lagi ragu-ragu untuk memiliki Leila, wanita yang akan memberikanku banyak kebahagiaan. Aku mulai memantapkan diri untuk melakukan hal itu.

“Oh.. Lei…Lei… aku cinta kamu.” Kataku dengan lugas dan pelan. “Nikahi Leila ya Pak… Leila sudah jadi milik Bapak….Leila juga sayang padamu…cinta majikan sendiri.” Leila mulai meminta. Ia memelukku kembali, aku menyambutnya. Aku merasakan bahwa persetubuhan selama ini adalah atas cinta. Bukan sebuah kesalahan, kami memang saling mencintai. Entah kenapa mungkin karena kami saling bertemu dan kami bersetubuh secara intens membuat cinta dan kasih sayangnya kami berdua bisa tumbuh begitu subur dan kuat padahal Leila masih cukup muda dan juga memiliki kelebihan Cantik, Pintar, Sexy. Kami memiliki perbedaannya dalam cinta. “Aku mencintaimu Leila, hiduplah denganku.” Ucapku. Hati Leila begitu berbunga-bunga bagai perasaan seorang gadis ABG yang tengah dilanda cinta pertamanya. Leila seakan telah menemukan apa sebenarnya penawar bagi kegelisahannya selama ini.

Tubuh Leila, aku gendong sepertial Bridal Pose dan membayanya ke Ranjang. Perlahan tubuh Leila kurebah ke kasur sementara kepalanya telah jatuh ke bantal. Sedangkan posisiku berada di atas tubuhnya. Mata kedua kami kembali saling menatap. Kami sudah tahu di hati mereka saling memendam kerinduan meski baru terpisah sebentar saja. “Leila, kamu ..cantik sekali” bisikku terpukau. Seakan ada magnet yang kuat yang membuat wajahnya turun perlahan mendekat ke arah Wajah Leila. Kami berciuman, tak ada yang menghalangi keinginan kamu buat bersatu sehingga ranjang adalah pangung kami. Setelah 5 menit berciuman Aku menghentikan kecupanku. Aku merenggang mataku menatap ke arah Dada Leila.

Aku melepaskan Gaun tidurnya, hingga Telanjang Dada, tanpa aku kembali menghangati bibirnya. Leila dapat merasakan jemariku berusaha membuka pengait branya. “clek.” aku sudah berhasil melakukannya. Kecupanku beralih ke leher jenjang Leila perlahan turun hingga sampai di belahan dada gadis itu lalu lidahku mulai menjilati setiap jengkal permukaan kulit kedua bukit putih kembar miliknya. “Pak…geliii..ouhhhhh” pekik Leila lirih ketika mulutku menyergap salah satu putting payudaranya dan mengisapinya kuat-kuat. “Cks…..ckss……cksss” Aku masih mengisapi Kedua Putting Payudara Leila secara bergantian. Benda itu semakin memerah dan mengacung tegak. Puas menetek, aku melepas putting Leila. “Aku ingin itu….” bisikku. Penisku sudah sangat tegang sejak tadi dan menagih untuk di lumat oleh Vagina Leila.

“Tubuhilah Saya pak, Saya hanya milik Pah Husni.” Ujar Leila tanpa memengal kata yang keluar dari mulutnya. Aku membuka Kaos sedangkan Celana Pendekku turunkan sebatas lutut. Aku sengaja tak telanjang bulat. Aku hanya ingin melakukannya tanpa hal lain, namun lain hal dengan Leila yang secara penampilannya cukup menggodaku. Karena Ia mengunakan Gaun Tidur yang mampu mengguggah nafsuku, terlebih memakai Gaun yang longgar sehingga mudah bagi aku mengekplorasi tubuhnya. Lela bisa merasakan kehangatan Penisku menekan perutnya. Jemarinya meraih ke bawah buat menyentuhnya kemudian menggenggamnya namun dia tidak dapat melingkarkan jari-jarinya secara penuh pada Penisku.Penisku yang pernah memberikan rasa linu dan sakit namun juga sejuta kenikmatan pada Vaginanya.

Penisku memang cukup besar dan panjang. Tapi saat ini Leila dan aku sangat ingin merasakan kembali kenikmatan yang dasyat itu lagi lebih dari apapun di dunia ini. Dengan jemari tangannya, Aku membimbing Penisku itu yang berdenyut-denyut ke celah basah Vagina Leila. Lalu secara naluriah aku menekan dengan pelan Penisku sehingga Kepala Penisku berkulup besar itu meluncur masuk sedikit di antara bibir Vagina Leila. “Uhhhhh!!…ee..nak.” keluh Leila kembali mendesah kenikmatan. Leila tersentak melengkungkan punggungnya untuk menahan Penetrasi yang. Awal penyatuan itu telah menciptakan sedikit rasa tidak nyaman sehingga akupun menunda dulu tekanan. Aku memilih menjatuhkan Bibirku untuk kembali menyusu pada Putting Payudara Kanan Leila.

Sementara itu, Tangan Kiriku membelai lembut Payudara Kiri. Sedikit demi sedikit ia memberikan padaku keleluasaan untuk mengendalikan dirinya. Secara naluriah aku mendorong Penisku menerobos Lipatan Vagina. Seperti sebelumnya, Leila merasakan kehangatan yang lezat ketika Penisku itu menyusup lebih jauh dan lebih ke dalam menembusinya. “Oughhh…Pak…” desah Leila merasakan nikmat setelah Penisku berhasil masuk semuanya ke liang senggamanya. Ia merasakan kenikmatan itu makin menyengat mana kala rahimnya terdesak oleh Batang Penisku.“Apa sekarang menyakitkan Leila?” bisik Alfi. Leila menggeleng . Sambil melakukan penetrasi, Aku menatap wajah kekasihku itu sehingga ia dapat melihat ekspresi Lila. Mata Leila terpejam rapat di antara kerenyitan dahinya sementara giginya menggigit bibir bawahnya.

Dari sana aku tahu gadisnya itu tak lagi merasakan sakit sama sekali namun justru sedang dilanda kenikmatan.”Leila, berberapa bulan nanti. Kamu mau menikah denganku dengan perutmu membuncit?” tanyaku hati-hati. Tanpa banyak berpikir, “Saya mau pak.” jawab Leila. Jawaban itu memberikan perasaan senang pada kami. Aku bertanya, saat Organ Reproduksi kami masih menyatu. kedua kaki indah Leila menyilang dan menjepit Pinggangku. Sementara jemari lembutnya mencengkram Punggungku. Kini Tubuh Bawahku menutupi Tubuhnya, Badanku sedikit terjepit di antara montoknya Kedua Paha Pembantuku yang mengapitku dengan erat siap buat melakukan gerakan persetubuhan. aku mulai memaju mundurkan pantatnya. Namun untuk memanjakan Leila, aku memulai dengan memompa dengan pelan kemudian menambah pompan dengan cepat. Begitu ketatnya kemaluan mereka bertaut.

Entah Vagina Leila yang terlalu sempit atau memang Ukuran Penisku yang besar. Bibir vagina Liela ikut tertarik keluar disaat aku mencabut Penisku. Begitupun saat daging hitam itu bergerak menusuk seakan Bibir Vagina Leila pun ikut terdorong masuk. Kulit Penisku sedikit tertarik keluar sehingga Penisku menyentuh dasar Vagina Leila yang lembut. Namun aku merasa persetubuhan dalam tempo yang lambat seperti ini akan membuat dirinya berejakulasi dengan cepat. Vagina Leila dengan leluasa memanjakanku dengan lumatan-lumatan kenikmatan. “Ouhhhhh…kakakk” desahku. Leila dapat melihat wajah Alfi yang berubah. “Pak…Bapak tidak apa-apa kan?” tanyanya ditengah-tengah kenikmatan itu. Ia kuatir jika gerakan-gerakan yang mereka buat menimbulkan rasa sakit bagiku. “Gak pa…pa Lei…aku..justru lagiii e..nakkk”jawabku terbata-bata. Leila-pun merasa lega.

Persetubuhan antara aku dan Leila kembali berlanjut. pada persetubuhan kami. Leila sudah memiliki pengalaman. Otot vaginanya ia kencangkan seolah sedang menahan laju air kencingnya pada saat pipis. Ia lakukan berulang-ulang. Akibatnya sungguh luar biasa, Aku seperti merasakan kuluman liang senggama gadis itu menjadi demikian tak terkira nikmatnya. Kedua Biji Mataku sampai terbalik ke atas. Sebenarnya Leila tak butuh melakukan gerakan itu karena vaginanya masih sangat sempit itu cukup untuk membuat Aku terlena. “Leiyang manisss,…Saya bakal muncratt duluannnn….Aku nggaa tahann lagiiiiii..Oughhhh” rintih Aku sambil mendekap erat Tubuh Leila. Pantatnya mengocok-ngocok beberapa kali sebelum akhirnya, “Tumpahkan Bapak…tumpahkan Semua Benih Bapak di dalam punya Saya. ” bisik Leila sambil berdebar-debar menanti terulangnya saat-saat pembuahan dirinya olehku.

Aku mencoba menahan laju spermaku untuk terakhir kali namun kenikmatan itu sudah mungkin kutahan lagi. Stok sperma yang dipompa naik dari Buah Zakarku dengan cepat mengalir menyentuh setiap syaraf-syaraf kenikmatan yang ada di Penisku. Kurang dari 1 detik cairan-cairan kental itu akhirnya berhamburan memancar dari ujung kulupnya tanpa tertahankan lagi. “Aoooooo…Lei!!!!” aku mempekik sambil menghujamkan Batang Penisku sedalam mungkin ke vagina Lila.“Croootttt…crootttttttt…..crotttt…Lila tersentak kaget. Penisku berreaksi mengembang kempis secara cepat di dalam Cengkraman Dinding Vagina Leila. Lalu ia merasakan hentakan-hentak deras ejakulasiku membentur mulut rahimnya. “Ohhhhh ….Bapak dapet ohhh.” keluh Leila dengan pasrah menerima suntikan demi suntikan benih dariku. Ia menunggu dengan sabar sampai aku menyelesaikan ejakulasi hingga tuntas sambil mempererat dekapannya.

Leila sangat menikmati indahnya momen itu meski orgasmenya ia peroleh kali. Menit-menit berlalu, setelah orgasmenya reda, aku mengangkat wajahnya dari Cekungan Leher Leila lalu mengecup Kening Leila. Sesudah itu kami akhiri permainan kami dengan tidur untuk beristirahat. Pukul 3 Pagi, Leila terbangun dan mandi. Dia bersiap menyiapkan makanan, kemudian membangunkanku dan Diyar untuk Sahur. Leila menyiapkan makanan saat aku sudah mandi, ia mampu melakukannya meski aku tahu ia cukup capai setelah berberapa jam lalu kami bersetubuh, dan kini ia pun sedang hamil. “Lei, 4 hari lagi kita akan pindah ke Apartemen. Kamu sebaiknya jangan puasa jika tidak kuat ya.” ucapku pada kekasihku.

“Pak, Leila bisa pak. Katanya Dokter kalo makanan cukup dan minum vitamin pasti bakal kuat puasa.” ujar Leila sambil mengambil piring dan mengisinya dengan Nasi dan lauk lainnya. Aku menyukainya. Impianku kini adalah memiliki Istri yang mampu mengurus rumah tangga, dahulu aku mengizinkan Dinda bekerja membuat kami jarang bertemu dan membuat kami akhirnya bercerai, kini aku dan Leila akan memilih Leila yang menjadi Istri yang mengurus Rumah ketimbang membiarkan mencari kerja. Bahkan aku mengatakan jika ia bisa mencoba kuliah karena aku yang membuat dia memiliki kesibukan. Untungnya dia mau mempertimbangkannya, maka aku senang mengetahuinya. Aku berangkat kerja pukul 6.00 meski Kantor baru buka pukul 8.00, namun aku memilih berangkat lebih cepat.

Aku mengarahkan mobilku ke Lokasi Apartemen, dengan dokumen dan Kunci dari Pak Raymond aku pergi dan melihat Apartemen yang diberikan padaku. Aku melihat bahwa fasilitas itu cukup memadai dan bagus untuk Aku, Leila, dan Diyar. Apartemen yang memiliki 4 Kamar yang Luas dan Peralatann yang cukup baik. Dengan segala pertimbangan, aku memilih untuk menempatinya karena Flat yang diberikan olehku adalah Flat Mewah yang diberikan secara Gratis dengan Faslitas Terbaik terlebih aku tidak perlu mengeluarkan banyak uang atau tanpa sepeserpun uang. Karena aku tidak bisa mengatakan aku bisa menyewa atau membeli Flat seperti itu, kesempatan tinggal di Apartemen adalah cara terbaik untuk menghindari tetanggaku untuk sementara.

Aku baru tahu, bahwa Apartemen yang akan kutinggali adalah milik Pak Raymond, maka setelah mengurus formulir dan surat. Aku bisa menepatinya langsung. Aku keluar dari Apartemen dan menuju kantorku. Dalam perjalanan, Aku menghubungi Dinda untuk bertanya saran yang baik untuk menyelesaikan masalah ini. Cukup lama, ia tidak mengangkat teleponnya. Aku memutuskan untuk tidak meneleponnya dahulu karena ia pasti sedang beristirahat. Maka aku memilih untuk pergi ke kantor untuk berkerja. Aku ada rapat dengan sejumlah klien juga kemudian makan siang. Pada Siang itu, Dinda meneleponku. “Halo. Kamu meneleponku?” tanya Dinda muncul setelah aku menerima panggilan telepon darinya. “Iya. Aku dapat masalah. Sebentar kita bicara ditempat yang aman.” kataku masuk kedalam ruang kerjaku.

“Dasar.” kata Dinda menanggapi, Aku mencoba untuk duduk dan tenang. “Gini, Leila hamil Dinda. Tetangga sudah mencium permainanku dengan Leila.” ucapku dengan hati-hati. Tanggapan Dinda sangat tidak terdua, “Ha..Ha...Ha...Ha..., Selamat ya. Kamu pindah dulu, biar rumah jangan ditinggali.” ucap Dinda. “Aku sudah mempersiapkannya, aku memilih untuk menikahinya.” ucapku menjawab pernyataannya. “Menikahlah, Husni. Kamu sudah lama memundurkan terlebih Diyar anak kita bisa menerima Hendra. Pasti dia menerima Leila yang sudah hamil juga kan. Untuk Tentangga, biar suamiku yang mengurusnya. Pembicaraan diakhiri, aku mantap untuk melanjutkan percintaanku dengan Leila, kini aku hanya butuh fokus. 4 hari kemudian, kami pindah, membiarkan untuk menjaga privasi kami.

Kehidupan kami harus berlanjut.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd