theriot
Guru Semprot
- Daftar
- 21 Mar 2011
- Post
- 542
- Like diterima
- 3.155
Permisi suhu, sebelumnya penulis sudah buat cerita "Linda, My Staff My Sex Desire", untuk menghilangkan kekecewaan, penulis membuat re-make dengan sentuhan yang berbeda...enjoy!
Hari pertama bekerja tentu mendebarkan bagi sebagian orang, sama seperti Linda, gadis 22 tahun yang baru saja bergabung dengan perusahaan yang cukup besar didaerah barat Jakarta. Masih teringat proses wawancara satu minggu yang lalu bersama Pak David yang agak berbeda dengan wawancara kerja yang pernah dijalaninya, Pak David, atasannya saat ini begitu santai dan mampu membuat Linda merasa nyaman untuk membuka diri serta menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa merasa gugup.
"Hi Linda, selamat datang, semoga kamu betah...", ujar Pak David pagi tadi dengan senyum ramah namun dengan raut muka yang tetap tegas. Pak David sendiri baru berusia 33 tahun dan karirnya cukup melesat dalam beberapa tahun terakhir, dia sudah memiliki istri dan satu anak berusia 3 tahunan. Pembawaannya yang santai dan kasual membuat sebagian orang berpikir dia masih berusia 27 tahunan dan single, apalagi dia tidak sungkan-sungkan bersosialisasi dengan bawahannya yang masih cukup muda-muda.
Linda sibuk menata meja kerjanya setelah hampir setengah harian berkeliling dan mendapatkan induction dari HRD, dia duduk bersama sekitar 4 orang admin lainnya dalam satu ruangan. "Linda, dipanggil Pak David ke ruangan", ujar Heru rekan sekerjanya yang baru saja menghadap Pak David.
"Permisi pak...", kata Linda sambil mengetuk pelan pintu ruangan Pak David
"Oh ya, silahkan masuk..."
Setelah mempersilahkan Linda duduk, Pak David menatap wajah manis Linda yang membuatnya betah berlama-lama mewancarai gadis itu seminggu yang lalu. Linda tidak terlalu tinggi, mungkin hanya sedagu Pak David ketika berdiri, namun gadis berambut ikal sebahu dengan payudara yang tak seberapa besar itu memang tidak membosankan untuk dipandangi.
"Saya akan jelaskan beberapa detail proses yang ada disini, kamu lebih baik catet, nanti saya berikan juga softcopynya untuk kamu pelajari...", ujar Pak David dengan mimik muka serius
"Baik pak...", jawab Linda sambil mengeluarkan catatannya
Selanjutnya Pak David menerangkan proses kerja seperti seorang dosen sambil mencari kata-kata yang mudah dimengerti tanpa embel-embel bahasa tinggi yang lazim digunakan para atasan yang ingin terlihat lebih pintar dihadapan bawahannya, hal itu membuat Linda cepat memahami dan bahkan tidak terlalu tegang mengingat hari itu adalah hari pertamanya bekerja.
"Okay, kamu sudah catet kan? Nanti saya kirim softcopynya via email...jgn sungkan-sungkan komunikasi ke saya kalau ada kesulitan ya...", kata Pak David mengakhiri penjelasannya sambil tersenyum.
Linda lega dapat mengakhiri hari pertamanya bekerja dengan perasaan menyenangkan, dia merasa yakin bahwa dirinya akan betah bekerja dibawah asuhan Pak David sebagai atasannya.
Seminggu berlalu tanpa disadari, hampir setiap hari Pak David memanggil Linda ke ruangan atau menghampirinya langsung untuk memastikan dia bisa langsung tune in dengan pekerjaannya, dibalik itu, Pak David sendiri senang dengan sifat riang dan kemauan belajar Linda yang cukup tinggi.
"Kamu pulang ke Bogor hari ini?...", tanya Pak David tiba-tiba sambil menandatangi report yang Linda biasa buat setiap sore.
"Enggak Pak, mau di kos aja...mungkin minggu depan ke Bogornya"
"Oooh, anak-anak ngajak karaoke tuh, biasa hari Jumat...saya agak males tp kayaknya boleh juga, kamu mau ikut?", tanya Pak David lagi.
"Uhmm...boleh Pak, saya ngikut aja...", jawab Linda sambil mengambil report yang sudah ditandatangani Pak David.
(Usai jam kerja)
"Linda, kamu ikut saya aja...", panggil Pak David saat melihat Linda di parkiran hendak berboncengan motor dengan Nita teman satu ruangan kerjanya. Kos Linda tak seberapa jauh dari kantor dan memang dia belum terpikir untuk membawa motornya dari Bogor yang dulu biasa dipakainya pergi kuliah. Linda sebenarnya merasa tak enak hati menumpang mobil Pak David, apalagi tiga rekannya naik motor masing-masing karena hendak langsung pulang setelah selesai karaoke, namun dia juga tak kuasa menolak atasannya itu.
Selama perjalanan Pak David tak banyak berbicara dan hanya sesekali menanyakan mengenai keluarga Linda di Bogor, Linda sendiri agak sungkan untuk memulai pembicaraan dan apalagi kekasihnya beberapa kali mengirim sms menanyakan kabarnya, mengingat selepas lulus kuliah mereka menjalani LDR karena kekasihnya mendapat pekerjaan di luar pulau.
"Nah sampai kita, anak-anak udah didalam kayaknya...yuk...", ajak Pak David sambil mematikan mesin mobil dan menatap Linda yang masih sibuk balas sms.
Linda tak terlalu suka karaoke sebenarnya, selain tidak suka bernyanyi, dia juga tidak pede dengan suaranya sendiri. Pak David mengambil giliran pertama bernyanyi setelah menengguk bir hitam yang dipesannya, suaranya ternyata cukup lumayan dan diakhir lagu rekan-rekannya bertepuk tangan melihat score yang didapat atasannya itu.
"Kamu mau nyanyi apa Linda?", tanya Pak David yang duduk di sebelah kanan Linda.
"Uhmm enggak Pak, saya penikmat aja..*** bisa nyanyi Pak...", kata Linda sambil tersenyum manis membuat Pak David dalam hati ingin melumat bibir mungilnya.
Selanjutnya rekan-rekannya bergantian bernyanyi sambil sesekali diiringi gelak tawa dan goyangan lucu Heru yang memang paling konyol dalam kelompok itu, Linda beberapa kali dipaksa bernyanyi namun pendiriannya tetap teguh sehingga Pak David sendiri menyerah. Duduk berdekatan dengan Pak David membuat Linda sedikit kikuk, apalagi sofa dalam ruangan tersebut tidak terlalu besar, sesekali lengannya bergesekan dengan lengan Pak David, namun anehnya dibalik rasa kikuk itu Linda justru merasakan sesuatu yang biasa dirasakannya ketika sedang duduk berdekatan dengan kekasihnya.
"Kok melamun Linda? Mau pulang?", kata Pak David membuyarkan lamunan Linda yang tiba-tiba teringat kekasihnya.
"Ehh..ehmm, enggak Pak...lagi mikirin report yang td belum selesai...", dalih Linda sambil tersenyum.
"Ahh kamu ini bikin alasan aja, bentar lg selesai kok ini...", ujar Pak David spontan sambil menempelkan bahunya ke tubuh hangat Linda yang membuat Linda salah tingkah, namun entah mengapa dalam hati dia ingin merasakan kehangatan lebih dari sosok Pak David yang dianggapnya begitu dewasa dan sukses di usianya yang terbilang masih muda.
Beberapa saat kemudian acara karaoke berakhir, anak-anak berusaha patungan namun Pak David langsung menyuruh mereka menyimpan uangnya kembali dan membayarkannya..."Ga usah pd sok patungan deh...mentang-mentang ada orang baru hehe...", ledek Pak David ke rekan-rekan sekerja Linda yang hanya senyam senyum saja.
"Saya sama Nita saja Pak pulangnya...", kata Linda merasa tak enak hati.
"Loh kenapa? Saya antar aja, lagian Nita rumahnya ga searah, kalau saya sekalian lewat...udah gpp, yukkk...", ujar Pak David sambil memegang bahu Linda mengajaknya berlalu ke parkiran.
Hari pertama bekerja tentu mendebarkan bagi sebagian orang, sama seperti Linda, gadis 22 tahun yang baru saja bergabung dengan perusahaan yang cukup besar didaerah barat Jakarta. Masih teringat proses wawancara satu minggu yang lalu bersama Pak David yang agak berbeda dengan wawancara kerja yang pernah dijalaninya, Pak David, atasannya saat ini begitu santai dan mampu membuat Linda merasa nyaman untuk membuka diri serta menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa merasa gugup.
"Hi Linda, selamat datang, semoga kamu betah...", ujar Pak David pagi tadi dengan senyum ramah namun dengan raut muka yang tetap tegas. Pak David sendiri baru berusia 33 tahun dan karirnya cukup melesat dalam beberapa tahun terakhir, dia sudah memiliki istri dan satu anak berusia 3 tahunan. Pembawaannya yang santai dan kasual membuat sebagian orang berpikir dia masih berusia 27 tahunan dan single, apalagi dia tidak sungkan-sungkan bersosialisasi dengan bawahannya yang masih cukup muda-muda.
Linda sibuk menata meja kerjanya setelah hampir setengah harian berkeliling dan mendapatkan induction dari HRD, dia duduk bersama sekitar 4 orang admin lainnya dalam satu ruangan. "Linda, dipanggil Pak David ke ruangan", ujar Heru rekan sekerjanya yang baru saja menghadap Pak David.
"Permisi pak...", kata Linda sambil mengetuk pelan pintu ruangan Pak David
"Oh ya, silahkan masuk..."
Setelah mempersilahkan Linda duduk, Pak David menatap wajah manis Linda yang membuatnya betah berlama-lama mewancarai gadis itu seminggu yang lalu. Linda tidak terlalu tinggi, mungkin hanya sedagu Pak David ketika berdiri, namun gadis berambut ikal sebahu dengan payudara yang tak seberapa besar itu memang tidak membosankan untuk dipandangi.
"Saya akan jelaskan beberapa detail proses yang ada disini, kamu lebih baik catet, nanti saya berikan juga softcopynya untuk kamu pelajari...", ujar Pak David dengan mimik muka serius
"Baik pak...", jawab Linda sambil mengeluarkan catatannya
Selanjutnya Pak David menerangkan proses kerja seperti seorang dosen sambil mencari kata-kata yang mudah dimengerti tanpa embel-embel bahasa tinggi yang lazim digunakan para atasan yang ingin terlihat lebih pintar dihadapan bawahannya, hal itu membuat Linda cepat memahami dan bahkan tidak terlalu tegang mengingat hari itu adalah hari pertamanya bekerja.
"Okay, kamu sudah catet kan? Nanti saya kirim softcopynya via email...jgn sungkan-sungkan komunikasi ke saya kalau ada kesulitan ya...", kata Pak David mengakhiri penjelasannya sambil tersenyum.
Linda lega dapat mengakhiri hari pertamanya bekerja dengan perasaan menyenangkan, dia merasa yakin bahwa dirinya akan betah bekerja dibawah asuhan Pak David sebagai atasannya.
Seminggu berlalu tanpa disadari, hampir setiap hari Pak David memanggil Linda ke ruangan atau menghampirinya langsung untuk memastikan dia bisa langsung tune in dengan pekerjaannya, dibalik itu, Pak David sendiri senang dengan sifat riang dan kemauan belajar Linda yang cukup tinggi.
"Kamu pulang ke Bogor hari ini?...", tanya Pak David tiba-tiba sambil menandatangi report yang Linda biasa buat setiap sore.
"Enggak Pak, mau di kos aja...mungkin minggu depan ke Bogornya"
"Oooh, anak-anak ngajak karaoke tuh, biasa hari Jumat...saya agak males tp kayaknya boleh juga, kamu mau ikut?", tanya Pak David lagi.
"Uhmm...boleh Pak, saya ngikut aja...", jawab Linda sambil mengambil report yang sudah ditandatangani Pak David.
(Usai jam kerja)
"Linda, kamu ikut saya aja...", panggil Pak David saat melihat Linda di parkiran hendak berboncengan motor dengan Nita teman satu ruangan kerjanya. Kos Linda tak seberapa jauh dari kantor dan memang dia belum terpikir untuk membawa motornya dari Bogor yang dulu biasa dipakainya pergi kuliah. Linda sebenarnya merasa tak enak hati menumpang mobil Pak David, apalagi tiga rekannya naik motor masing-masing karena hendak langsung pulang setelah selesai karaoke, namun dia juga tak kuasa menolak atasannya itu.
Selama perjalanan Pak David tak banyak berbicara dan hanya sesekali menanyakan mengenai keluarga Linda di Bogor, Linda sendiri agak sungkan untuk memulai pembicaraan dan apalagi kekasihnya beberapa kali mengirim sms menanyakan kabarnya, mengingat selepas lulus kuliah mereka menjalani LDR karena kekasihnya mendapat pekerjaan di luar pulau.
"Nah sampai kita, anak-anak udah didalam kayaknya...yuk...", ajak Pak David sambil mematikan mesin mobil dan menatap Linda yang masih sibuk balas sms.
Linda tak terlalu suka karaoke sebenarnya, selain tidak suka bernyanyi, dia juga tidak pede dengan suaranya sendiri. Pak David mengambil giliran pertama bernyanyi setelah menengguk bir hitam yang dipesannya, suaranya ternyata cukup lumayan dan diakhir lagu rekan-rekannya bertepuk tangan melihat score yang didapat atasannya itu.
"Kamu mau nyanyi apa Linda?", tanya Pak David yang duduk di sebelah kanan Linda.
"Uhmm enggak Pak, saya penikmat aja..*** bisa nyanyi Pak...", kata Linda sambil tersenyum manis membuat Pak David dalam hati ingin melumat bibir mungilnya.
Selanjutnya rekan-rekannya bergantian bernyanyi sambil sesekali diiringi gelak tawa dan goyangan lucu Heru yang memang paling konyol dalam kelompok itu, Linda beberapa kali dipaksa bernyanyi namun pendiriannya tetap teguh sehingga Pak David sendiri menyerah. Duduk berdekatan dengan Pak David membuat Linda sedikit kikuk, apalagi sofa dalam ruangan tersebut tidak terlalu besar, sesekali lengannya bergesekan dengan lengan Pak David, namun anehnya dibalik rasa kikuk itu Linda justru merasakan sesuatu yang biasa dirasakannya ketika sedang duduk berdekatan dengan kekasihnya.
"Kok melamun Linda? Mau pulang?", kata Pak David membuyarkan lamunan Linda yang tiba-tiba teringat kekasihnya.
"Ehh..ehmm, enggak Pak...lagi mikirin report yang td belum selesai...", dalih Linda sambil tersenyum.
"Ahh kamu ini bikin alasan aja, bentar lg selesai kok ini...", ujar Pak David spontan sambil menempelkan bahunya ke tubuh hangat Linda yang membuat Linda salah tingkah, namun entah mengapa dalam hati dia ingin merasakan kehangatan lebih dari sosok Pak David yang dianggapnya begitu dewasa dan sukses di usianya yang terbilang masih muda.
Beberapa saat kemudian acara karaoke berakhir, anak-anak berusaha patungan namun Pak David langsung menyuruh mereka menyimpan uangnya kembali dan membayarkannya..."Ga usah pd sok patungan deh...mentang-mentang ada orang baru hehe...", ledek Pak David ke rekan-rekan sekerja Linda yang hanya senyam senyum saja.
"Saya sama Nita saja Pak pulangnya...", kata Linda merasa tak enak hati.
"Loh kenapa? Saya antar aja, lagian Nita rumahnya ga searah, kalau saya sekalian lewat...udah gpp, yukkk...", ujar Pak David sambil memegang bahu Linda mengajaknya berlalu ke parkiran.
Terakhir diubah: