Tarra Nadhira
Guru Semprot
- Daftar
- 6 Feb 2011
- Post
- 671
- Like diterima
- 72
Di sebuah planet kecil yang indah dan berjarak milyaran yard dari bumi, terdapat kehidupan segerombolan mahkluk hidup yang menyerupai manusia dengan telinga yang panjang meruncing ke atas, Elf namanya. Mereka terbagi dalam 2 kelompok, yakni, kelompok pekerja yang sehari-harinya hanya bekerja dan membangun segala fasilitas dalam planetnya, serta kelompok tentara yang berkewajiban menjaga stabilitas keamanan planet yang mereka namakan Elfmund Planet. Mereka hidup bersosialisasi dan damai tanpa pernah ada setetes darah pun yang tumpah akibat perpecahan atau konflik-konflik lainnya seperti mahkluk di bumi.
Meski planet mereka hanya berukuran seperempat dari ukuran bumi, namun mereka memiliki alam yang ga kalah indah dengan di bumi, bahkan bisa di bilang alam mereka adalah alam fantasi atau kaki surga, dimana terdapat banyak panorama yang menakjubkan, seperti pepohonan dengan ranting-ranting yang menjuntai ke tanah, lengkap dengan buah-buahan yang segar, air terjun raksasa dengan pelangi seribu warna-nya, pesisir pantai juga lautan yang mempesona, mereka semua memilikinya, bahkan di planet mereka terdapat sungai yang di aliri oleh susu dan khamr.
Di segi teknologi pun mereka ga kalah hebat dan canggih. Meski terbilang planet baru, teknologi mereka justru lebih mutakhir dengan teknologi yang di miliki manusia di bumi saat ini.
Namun uniknya, para Elf yang jumlahnya tak lebih dari seribu jiwa itu, mereka semua berjenis kelamin laki-laki kecuali sang ratu yang telah melahirkan mereka, Ratu Elfmund penghuni istana suci dan hanya elf-elf tertentu saja yang di ijinkan memasukinya. Para Elf yang seluruhnya di lahirkan dari satu betina (sang ratu) itu juga memiliki penis yang sama dengan manusia jantan di bumi, namun nasib penis-penis mereka tak sebaik nasib penis-penis manusia di bumi, karena selama ini mereka hanya melampiaskan nafsunya pada alat bantu sex yang di jual secara gelap oleh seorang elf yang menjuluki dirinya sendiri sebagai Profesor, Sigmund. Namun lama-kelamaan, klien-klien Sigmund mulai merasa kentang alias kena tanggung, karena sebenarnya, alat tsb jauh dari apa yang mereka harapkan dari sebuah alat bantu sex dan memang, secara keseluruhan alat tsb benar-benar ga menyerupai vagina.
Sampai pada akhirnya, Sigmund mengambil inisiative untuk melanglang buana mengitari galaksi dan tata surya demi menemukan mahkluk yang memiliki alat kelamin seperti sang ratu, sebagai referensi pembuatan alat bantu sex, atau mungkin menciptakan replikasinya, karena tak mungkin ia meminta sang ratu untuk memperlihatkan kemaluannya.
Berminggu-minggu Sigmund melanglang buana menyusuri (planet) Neptunus, Uranus, Saturnus, Mars bahkan Namek telah disinggahinya, namun ia tak juga menemukan apa-apa selain bebatuan dan padang yang tandus, sampai akhirnya dari jarak yang cukup jauh, ia melihat sebuah planet berwarna biru samar.
Bibir Frued mulai tersenyum sumringah, karena semakin ia mendekati planet tsb, semakin jelas terlihat adanya kehidupan di sana.
Namun adalah tolol bila dia langsung mendaratkan kendaraan super duper canggihnya di daratan planet tsb, beberapa saat ia mengapung dari permukaan, sambil memantau dengan computer super jeninusnya untuk menganalisa struktur dan tetek bangek lainnya tentang planet yang tak lain dan tak bukan adalah bumi. EARTH !!
Seperempat jam berlalu, ia berfikir keras bagaimana caranya agar bisa menjejakan kakinya di bumi dan menculik mahkluk di planet tsb yang memiliki kelamin betina tanpa memicu kehebohan, karena menurut komputer-nya, mahkluk bumi tercatat sebagai mahkluk paling lebay.
Tiba-tiba saja, ia menjentikkan jarinya sambil tersenyum seperti baru saja memecahkan sebuah rumus yang rumit. Sembilan jarinya mulai mengetik cepat pada keybord di depannya sementara bibirnya masih saja tersenyum penuh misteri.
Selesai dengan pengetikannya, ia bertelak pinggang sambil menegakan punggungnya yang lelah membungkuk, masih dengan senyum dan tatapan tajamnya pada screen monitor yang mulai menunjukan tanda-tanda akan adanya perubahan transformasi dari sebuah UFO menjadi ...
_______
Sementara di bumi ..
Entah apa yang di pikirkannya, namun wajah cantiknya jelas-jelas menggambarkan kegundahan hati. Setengah jam berlalu, perempuan berwajah sendu itu cuma berdiam diri sambil memandang kearah luar jendela kamar hotelnya, sebuah jendela yang menyuguhkan pemandangan dari lantai 10 tentang gemerlap kehidupan pusat Jakarta di malam ini dengan gerimis yang makin mengesankan betapa dinginnya di luar sana. Bulir-bulir gerimis yang di sisakan hujan sore tadi masih membuat orang-orang yang berlalu lalang melindungi kepala mereka dengan payung, meski ada beberapa yang nekat basah-basahan, juga tentang dua sejoli yang tengah berjalan mesra di bawah rintikan gerimis sambil menutupi kepala mereka dengan selembar jaket.
Sejurus kemudian, perempuan muda itu memalingkan pandangnya. Mata cantiknya memancar teduh, menyisir pandang ke sekeliling kamar yang di dominasi warna hitam dan merah marun dengan dekorasi yang mengedepankan nuansa romantic glamour dengan penempatan atau tata letak barang yang menciptakan harmonisasi yang memanjakan indra penglihatan, sepertinya, sang penata mencoba mendeskripsikan cinta ke dalam dimensi sebuah ruang.
Namun tiba-tiba aja mimik wajahnya berubah serius, dia seperti sedang memikirkan sebuah rencana .. berfikir dan berfikir .. ga lama kemudian ia menjentikan jarinya di susul seutas senyum pada bibirnya yang merah mengkilap basah.
Ia segera bergegas dan meninggalkan kamar yang sejam lalu di booking seorang pria yang hendak menidurinya. Tak sampai seperempat jam ia sudah berada di jalan raya seorang diri dalam Honda Civic kesayangannya. Dengan kecepatan rata-rata 70 km/jam, ia menembus jalanan Jakarta yang saat itu sudah lenggang karena gerimis sudah menjadi hujan yang deras.
Namun naas baginya, di tengah pelarian, ban kiri belakangnya bocor dan mau tak mau di harus menghentikan laju kendaraannya. Setelah memepetkan mobilnya pada trotoar, ia segera turun dan mengganti sendiri ban mobilnya di tengah lebatnya hujan. Susah payah ia melakukannya sampai akhirnya ada seorang supir taksi yang mau berbaik hati membantu melepas bannya yang bocor di saat seperti ini.
Tapi ternyata supir taksi itu punya maksud terselubung, begitu dilihatnya lengah, supir taksi bertubuh tegap itu malah membekap wajah si cantik dengan kain yang sudah di bubuhi bius, seketika si cantik pun semaput.
Tanpa membuang-buang waktu, supir taksi segera membopong si cantik ke dalam taksinya, membaringkannya di jok belakang tanpa perlu was-was karena ia tahu, tak ada seorang manusia pun di lokasi tsb.
Sejurus kemudian taksi itu pun melaju sekencang-kencangnya menuju jalanan yang sekiranya aman untuk melakukan transformasi dari sebuah taksi menjadi kendaraan super duper canggih yang mampu melintas antarplanet.
" huahahahaha ... " teriak Sigmund kegirangan, setelah berhasil mentransformasikan taksi gembel-nya kembali menjadi UFO super keren yang kemudian bergerak dengan kecepatan penuh melesat menembus lapisan ozon.
Betapa senangnya hati Sigmund, karena akhirnya dia berhasil menemukan dan membawa pulang mahkluk yang memiliki kelamin seperti sang ratu, tanpa menyadari bahwa korban penculikannya adalah pemeran Ayu dalam drama korea berjudul Sarangsange, Revalina Sayuti Temat.
Selama perjalanan menuju planetnya Sigmund tak henti-hentinya bersiul dan bernyanyi bahkan sempat-sempatnya dia ber-gangnam style ketika pesawatnya nyaris menabrak meteroid.
Sesampainya di planet kelahirannya, Sigmund langsung mengarahkan kendali pesawat ke halaman rumahnya dan menerobos hangar pesawatnya tanpa mempedulikan kalau gerbangnya belum membuka sempurna. Tanpa perlu seremonial atau sujud syukur, Sigmund, Elf dengan tinggi badan 170 cm itu segera membopong si cantik ke dalam lab-nya.
Di letakannya tubuh manusia bumi tsb di atas ranjang dalam laboratoriumnya, tubuh yang masih mengenakan pakaian lengkap (t-shirt putih merek Zarra, rok mini berbahan jeans dan boots sexy berwarna coklat gelap). Sejurus kemudian Sigmund segera menyiapkan beberapa utas tali, lalu mengikat kedua kaki dan tangan korban, juga tak lupa ia membungkam mulut mungil si korban dengan sehelai kain.
Kini, jantung Sigmund benar-benar berdegup kencang ga beraturan, tak percaya dengan apa yang di dapatnya. Ia pun mulai memberanikan diri menyentuh selangkangan dara manis kelahiran Jakarta 26 tahun silam yang masih terbungkus rapih celana dalam berwarna beige.
Namun telak bagi Sigmund, belum sempat ia menyentuh bagian tsb, Reva keburu sadar dari pingsannya.
Reva meronta-ronta minta di lepaskan tapi apa daya, ikatan tali pada lengan dan kakinya begitu kencang, begitu erat.
Sigmund mendadak bingung dan kikuk, ia pun segera meminta maaf pada Reva dan mencoba menjelaskan maksudnya, namun percuma karena Reva tak mengerti omongannya. Sampai akhirnya Sigmund teringat pada sebuah permen yang di ciptakannya sendiri, sebuah permen yang jika di makan akan membuat si pemakannya memiliki kemampuan berbicara dan mengerti bahasa yang di inginkannya.
" tenang .. tenang .. !! saya tidak akan menyakitimu " ucap Sigmund pada Reva setelah memakan permen ajaibnya.
Kemudian Sigmund mencoba menjelaskan dan memberitahu Reva yang masih terikat tak berdaya, tentang di mana keberadaannya kini. Namun sang Reva tidak mempercayainya begitu saja, hingga akhirnya Elf berwajah tampan tsb nekat mengajak Reva mengelilingi planetnya dengan UFO-nya agar si cantik mempercayainya.
Selama perjalanan 'bertamasya' mengelilingi planet Elfmund, Reva benar-benar tak percaya dangan apa yang dilihatnya, bahkan beberapa kali ia menampar pipinya sendiri, memastikan bahwa ia tak sedang bermimpi. Di lihatnya sendiri Pepohonan tinggi besar dengan ranting-ranting yang menjuntai menyentuh tanah berisikan buah-buahan yang segar dan ranum, panorama sebuah air terjun yang begitu menakjubkan dengan pelangi yang memiliki seribu warna dan pesona alam lainnya, juga kecanggihan segala fasilitas yang tak pernah di lihatnya. Inilah perpaduan antara teknologi masa depan dan keunikan alam fantasi yang hanya ada di Elfmund planet. Namun ada satu hal yang membuat si cantik bingung dan geli sendiri, Bangsa Elf mampu menciptakan dan mengembangkan teknologi secanggih ini dengan masih menjaga kelestarian alam dan ekosistem lainnya, namun mereka semua tak mengenal yang namanya aurat, penis-penis mereka bergelantungan bebas ketika bekerja atau melakukan aktifitas lainnya, sama seperti Elf yang menculik Reva, Sigmund.
Apa mungkin karena mereka semua berjenis kelamin yang sama, jadi tak perlu menutupi apa yang di namakan dengan 'persetan' aurat ?! entahlah .. hanya Sigmund dan famili-nya yang tahu ..
Setelah beberapa saat mengajak Reva mengitari bumi sambil menjelaskan maksud penculikannya, Sigmund kembali membawa Reva ke rumahnya.
Meski planet mereka hanya berukuran seperempat dari ukuran bumi, namun mereka memiliki alam yang ga kalah indah dengan di bumi, bahkan bisa di bilang alam mereka adalah alam fantasi atau kaki surga, dimana terdapat banyak panorama yang menakjubkan, seperti pepohonan dengan ranting-ranting yang menjuntai ke tanah, lengkap dengan buah-buahan yang segar, air terjun raksasa dengan pelangi seribu warna-nya, pesisir pantai juga lautan yang mempesona, mereka semua memilikinya, bahkan di planet mereka terdapat sungai yang di aliri oleh susu dan khamr.
Di segi teknologi pun mereka ga kalah hebat dan canggih. Meski terbilang planet baru, teknologi mereka justru lebih mutakhir dengan teknologi yang di miliki manusia di bumi saat ini.
Namun uniknya, para Elf yang jumlahnya tak lebih dari seribu jiwa itu, mereka semua berjenis kelamin laki-laki kecuali sang ratu yang telah melahirkan mereka, Ratu Elfmund penghuni istana suci dan hanya elf-elf tertentu saja yang di ijinkan memasukinya. Para Elf yang seluruhnya di lahirkan dari satu betina (sang ratu) itu juga memiliki penis yang sama dengan manusia jantan di bumi, namun nasib penis-penis mereka tak sebaik nasib penis-penis manusia di bumi, karena selama ini mereka hanya melampiaskan nafsunya pada alat bantu sex yang di jual secara gelap oleh seorang elf yang menjuluki dirinya sendiri sebagai Profesor, Sigmund. Namun lama-kelamaan, klien-klien Sigmund mulai merasa kentang alias kena tanggung, karena sebenarnya, alat tsb jauh dari apa yang mereka harapkan dari sebuah alat bantu sex dan memang, secara keseluruhan alat tsb benar-benar ga menyerupai vagina.
Sampai pada akhirnya, Sigmund mengambil inisiative untuk melanglang buana mengitari galaksi dan tata surya demi menemukan mahkluk yang memiliki alat kelamin seperti sang ratu, sebagai referensi pembuatan alat bantu sex, atau mungkin menciptakan replikasinya, karena tak mungkin ia meminta sang ratu untuk memperlihatkan kemaluannya.
Berminggu-minggu Sigmund melanglang buana menyusuri (planet) Neptunus, Uranus, Saturnus, Mars bahkan Namek telah disinggahinya, namun ia tak juga menemukan apa-apa selain bebatuan dan padang yang tandus, sampai akhirnya dari jarak yang cukup jauh, ia melihat sebuah planet berwarna biru samar.
Bibir Frued mulai tersenyum sumringah, karena semakin ia mendekati planet tsb, semakin jelas terlihat adanya kehidupan di sana.
Namun adalah tolol bila dia langsung mendaratkan kendaraan super duper canggihnya di daratan planet tsb, beberapa saat ia mengapung dari permukaan, sambil memantau dengan computer super jeninusnya untuk menganalisa struktur dan tetek bangek lainnya tentang planet yang tak lain dan tak bukan adalah bumi. EARTH !!
Seperempat jam berlalu, ia berfikir keras bagaimana caranya agar bisa menjejakan kakinya di bumi dan menculik mahkluk di planet tsb yang memiliki kelamin betina tanpa memicu kehebohan, karena menurut komputer-nya, mahkluk bumi tercatat sebagai mahkluk paling lebay.
Tiba-tiba saja, ia menjentikkan jarinya sambil tersenyum seperti baru saja memecahkan sebuah rumus yang rumit. Sembilan jarinya mulai mengetik cepat pada keybord di depannya sementara bibirnya masih saja tersenyum penuh misteri.
Selesai dengan pengetikannya, ia bertelak pinggang sambil menegakan punggungnya yang lelah membungkuk, masih dengan senyum dan tatapan tajamnya pada screen monitor yang mulai menunjukan tanda-tanda akan adanya perubahan transformasi dari sebuah UFO menjadi ...
_______
Sementara di bumi ..
Entah apa yang di pikirkannya, namun wajah cantiknya jelas-jelas menggambarkan kegundahan hati. Setengah jam berlalu, perempuan berwajah sendu itu cuma berdiam diri sambil memandang kearah luar jendela kamar hotelnya, sebuah jendela yang menyuguhkan pemandangan dari lantai 10 tentang gemerlap kehidupan pusat Jakarta di malam ini dengan gerimis yang makin mengesankan betapa dinginnya di luar sana. Bulir-bulir gerimis yang di sisakan hujan sore tadi masih membuat orang-orang yang berlalu lalang melindungi kepala mereka dengan payung, meski ada beberapa yang nekat basah-basahan, juga tentang dua sejoli yang tengah berjalan mesra di bawah rintikan gerimis sambil menutupi kepala mereka dengan selembar jaket.
Sejurus kemudian, perempuan muda itu memalingkan pandangnya. Mata cantiknya memancar teduh, menyisir pandang ke sekeliling kamar yang di dominasi warna hitam dan merah marun dengan dekorasi yang mengedepankan nuansa romantic glamour dengan penempatan atau tata letak barang yang menciptakan harmonisasi yang memanjakan indra penglihatan, sepertinya, sang penata mencoba mendeskripsikan cinta ke dalam dimensi sebuah ruang.
Namun tiba-tiba aja mimik wajahnya berubah serius, dia seperti sedang memikirkan sebuah rencana .. berfikir dan berfikir .. ga lama kemudian ia menjentikan jarinya di susul seutas senyum pada bibirnya yang merah mengkilap basah.
Ia segera bergegas dan meninggalkan kamar yang sejam lalu di booking seorang pria yang hendak menidurinya. Tak sampai seperempat jam ia sudah berada di jalan raya seorang diri dalam Honda Civic kesayangannya. Dengan kecepatan rata-rata 70 km/jam, ia menembus jalanan Jakarta yang saat itu sudah lenggang karena gerimis sudah menjadi hujan yang deras.
Namun naas baginya, di tengah pelarian, ban kiri belakangnya bocor dan mau tak mau di harus menghentikan laju kendaraannya. Setelah memepetkan mobilnya pada trotoar, ia segera turun dan mengganti sendiri ban mobilnya di tengah lebatnya hujan. Susah payah ia melakukannya sampai akhirnya ada seorang supir taksi yang mau berbaik hati membantu melepas bannya yang bocor di saat seperti ini.
Tapi ternyata supir taksi itu punya maksud terselubung, begitu dilihatnya lengah, supir taksi bertubuh tegap itu malah membekap wajah si cantik dengan kain yang sudah di bubuhi bius, seketika si cantik pun semaput.
Tanpa membuang-buang waktu, supir taksi segera membopong si cantik ke dalam taksinya, membaringkannya di jok belakang tanpa perlu was-was karena ia tahu, tak ada seorang manusia pun di lokasi tsb.
Sejurus kemudian taksi itu pun melaju sekencang-kencangnya menuju jalanan yang sekiranya aman untuk melakukan transformasi dari sebuah taksi menjadi kendaraan super duper canggih yang mampu melintas antarplanet.
" huahahahaha ... " teriak Sigmund kegirangan, setelah berhasil mentransformasikan taksi gembel-nya kembali menjadi UFO super keren yang kemudian bergerak dengan kecepatan penuh melesat menembus lapisan ozon.
Betapa senangnya hati Sigmund, karena akhirnya dia berhasil menemukan dan membawa pulang mahkluk yang memiliki kelamin seperti sang ratu, tanpa menyadari bahwa korban penculikannya adalah pemeran Ayu dalam drama korea berjudul Sarangsange, Revalina Sayuti Temat.
Selama perjalanan menuju planetnya Sigmund tak henti-hentinya bersiul dan bernyanyi bahkan sempat-sempatnya dia ber-gangnam style ketika pesawatnya nyaris menabrak meteroid.
Sesampainya di planet kelahirannya, Sigmund langsung mengarahkan kendali pesawat ke halaman rumahnya dan menerobos hangar pesawatnya tanpa mempedulikan kalau gerbangnya belum membuka sempurna. Tanpa perlu seremonial atau sujud syukur, Sigmund, Elf dengan tinggi badan 170 cm itu segera membopong si cantik ke dalam lab-nya.
Di letakannya tubuh manusia bumi tsb di atas ranjang dalam laboratoriumnya, tubuh yang masih mengenakan pakaian lengkap (t-shirt putih merek Zarra, rok mini berbahan jeans dan boots sexy berwarna coklat gelap). Sejurus kemudian Sigmund segera menyiapkan beberapa utas tali, lalu mengikat kedua kaki dan tangan korban, juga tak lupa ia membungkam mulut mungil si korban dengan sehelai kain.
Kini, jantung Sigmund benar-benar berdegup kencang ga beraturan, tak percaya dengan apa yang di dapatnya. Ia pun mulai memberanikan diri menyentuh selangkangan dara manis kelahiran Jakarta 26 tahun silam yang masih terbungkus rapih celana dalam berwarna beige.
Namun telak bagi Sigmund, belum sempat ia menyentuh bagian tsb, Reva keburu sadar dari pingsannya.
Reva meronta-ronta minta di lepaskan tapi apa daya, ikatan tali pada lengan dan kakinya begitu kencang, begitu erat.
Sigmund mendadak bingung dan kikuk, ia pun segera meminta maaf pada Reva dan mencoba menjelaskan maksudnya, namun percuma karena Reva tak mengerti omongannya. Sampai akhirnya Sigmund teringat pada sebuah permen yang di ciptakannya sendiri, sebuah permen yang jika di makan akan membuat si pemakannya memiliki kemampuan berbicara dan mengerti bahasa yang di inginkannya.
" tenang .. tenang .. !! saya tidak akan menyakitimu " ucap Sigmund pada Reva setelah memakan permen ajaibnya.
Kemudian Sigmund mencoba menjelaskan dan memberitahu Reva yang masih terikat tak berdaya, tentang di mana keberadaannya kini. Namun sang Reva tidak mempercayainya begitu saja, hingga akhirnya Elf berwajah tampan tsb nekat mengajak Reva mengelilingi planetnya dengan UFO-nya agar si cantik mempercayainya.
Selama perjalanan 'bertamasya' mengelilingi planet Elfmund, Reva benar-benar tak percaya dangan apa yang dilihatnya, bahkan beberapa kali ia menampar pipinya sendiri, memastikan bahwa ia tak sedang bermimpi. Di lihatnya sendiri Pepohonan tinggi besar dengan ranting-ranting yang menjuntai menyentuh tanah berisikan buah-buahan yang segar dan ranum, panorama sebuah air terjun yang begitu menakjubkan dengan pelangi yang memiliki seribu warna dan pesona alam lainnya, juga kecanggihan segala fasilitas yang tak pernah di lihatnya. Inilah perpaduan antara teknologi masa depan dan keunikan alam fantasi yang hanya ada di Elfmund planet. Namun ada satu hal yang membuat si cantik bingung dan geli sendiri, Bangsa Elf mampu menciptakan dan mengembangkan teknologi secanggih ini dengan masih menjaga kelestarian alam dan ekosistem lainnya, namun mereka semua tak mengenal yang namanya aurat, penis-penis mereka bergelantungan bebas ketika bekerja atau melakukan aktifitas lainnya, sama seperti Elf yang menculik Reva, Sigmund.
Apa mungkin karena mereka semua berjenis kelamin yang sama, jadi tak perlu menutupi apa yang di namakan dengan 'persetan' aurat ?! entahlah .. hanya Sigmund dan famili-nya yang tahu ..
Setelah beberapa saat mengajak Reva mengitari bumi sambil menjelaskan maksud penculikannya, Sigmund kembali membawa Reva ke rumahnya.