Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Love Is More - The Organization

Chapter 23 : Golden Tulip (Part - 1)




Mei 2014, Minggu pertama

Dibawah sinar bulan yang cerah, Reno yang berdiri di atas sebuah gedung perhotelan sedang memandang ke arah kerumunan orang-orang. Kejadian besar terjadi malam itu, sebuah kasus pencurian batu permata yang sangat mahal yaitu Poudretteite milik anak dari direktur utama sebuah perusahaan terkenal yang di pamerkan di Ballroom hotel tersebut. Batu permata yang diberi nama Moon Of Poudretteite itu memiliki kandungan seberat 4 karat dan menjadi salah satu batu permata yang langka. Tentu saja kehilangannya akan sangat merugikan bagi pemiliknya.

"Begitu ya, aku sudah memprediksinya. Akan ku hubungi setelah ini" ujar Reno yang menutup panggilan di ponselnya dan memasukannya ke dalam saku.

Dia terus melihat ke arah kerumunan dan menyadari seseorang yang ditunggunya telah tiba. Sambil berpaling ke arah orang tersebut dia tersenyum. Sedangkan orang tersebut berjalan ke arah Reno, seseorang dengan postur tubuh yang sama dengannya. Hoodie hitam dan celana jeans navy blue membungkus seluruh tubuhnya dan juga sepatu sneakers yang berwarna kontras membuatnya cukup misterius. Terlebih lagi topeng yang dikenakannya, beberapa orang mungkin mengenalnya dengan sebutan anonymus. Namun topeng yang ini sedikit berbeda, ada corak seperti api di sebelah kanan. Dia berjalan dengan tenang tanpa kepanikan, menyapa Reno dengan gestur penuh hormat.

"Ada yang bisa aku lakukan untukmu?? Apa yang sedang anda lakukan di tempat seperti ini??"

"Tidak ada. aku hanya ingin memberikan kejutan kepada kekasihku" jawab Reno sambil menyalakan kembang api yang sudah berada di depannya

Dan selanjutnya terdengar suara kembang api yang menggelegar di langit malam ibu kota, dilanjutkan dengan cahaya dari kembang api yang membuat beberapa kerumunan orang-orang yang berada di bawah mendongakkan kepala mereka untuk sesaat. Reno kembali menyalakan kembang api yang masih tersisa dan kembali fokus kepada orang yang berada di depannya.

"Untuk sesaat aku terkesima dengan apa yang mampu kau lakukan, menerobos masuk penjagaan ketat oleh pihak kepolisian dengan menyamar sebagai orang yang dekat dengan pak direktur. Dan juga membuat para polisi mengejar dirimu menjauh dari hotel ini setelah melihat tayangan cctv yang sebelumnya telah kau retas. Katakan padaku, siapa kau sebenarnya??" tanya Reno setelah menjelaskan trik yang digunakan orang itu untuk masuk ke dalam ruang pameran.

"Wah, kau jauh lebih cerdas dari para polisi-polisi itu. Seperti yang kau katakan, aku tidak pernah meninggalkan gedung hotel ini. Dan itu semua agar aku bisa mengembalikan permata yang aku pinjam sebentar ini" ujarnya sambil menunjukkan sebuah batu permata

"Mengembalikan?? Apa maksudmu??" tanya Reno dengan sedikit penasaran dan bingung

"Ini bukan barang yang aku cari, kalau kau berkenan biarkan aku mengembalikannya sendiri. Atau kutitipkan padamu bagaimana??" tanya orang tersebut

"Lakukan saja sesukamu, helikopter kepolisian sedang menuju kesini. Aku rasa tidak ada jalan bagimu untuk lari lagi. Siapa kau sebenarnya??" tanya Reno sekali lagi

"Kau pasti tidak ingin mengetahuinya" jawabnya sambil mengeluarkan perangkat komunikasi yang seperti digunakan oleh petugas kepolisian

Reno terdiam melihat orang tersebut berbicara melalui perangkat komunikasi, terlebih lagi kemampuannya merubah suara menjadi suara beberapa petugas kepolisian. Dia melaporkan dirinya sendiri sedang berada di atap gedung hotel tersebut bersama seorang laki-laki dan meminta semua petugas kepolisian untuk segera menangkapnya

"Kau ingin menangkapku bukan??" ujarnya dengan sedikit menantang Reno yang masih bingung dengan apa yang orang itu lakukan. Dia tidak mengetahui apa yang akan dilakukan oleh pencuri tersebut selanjutnya. Mengingat sekarang mereka berada di atap gedung hotel yang cukup terkenal di Jakarta.

"Dari penjelasanmu mungkin kita akan bertemu lagi. Jangan sia-siakan kesempatan yang kau miliki" ujarnya yang kemudian disambut dengan sorotan sinar lampu dari helikopter kepolisian yang ternyata sudah berada di atas mereka

"Jangan bergerak!! Kau sudah kami kepung!!" sebuah suara keluar dari pengeras suara helikopter yang kemudian disambut dengan sergapan petugas kepolisan dan beberapa agen khusus yang keluar dari pintu darurat di salah satu sudut tempat mereka bertemu.

Suasana ini membuat orang tersebut terjepit, namun sama sekali tidak ada kepanikan yang terlihat dari gestur tubuhnya. Perlahan tapi pasti dia mulai bergerak dan tampak seperti sudah menyiapkan semuanya. Tawa kemenangan terucap dari mulutnya ketika dia melemparkan sebuah flashbang atau bom buta yang menghasilkan cahaya yang menyilaukan. Semua petugas kepolisian yang berada di atas atap menjadi buta sejenak begitu juga dengan Reno, ditambah lagi sebuah asap muncul setelah cahaya dari flashbang tersebut memudar.

"Dia menghilang??!!" seru petugas kepolisian yang diiringi dengan menghilangnya asap putih. Dan benar, dia mengghilang di tengah kerumunan petugas kepolisian dan juga Reno yang terlihat sangat terkejut

"Bagaimana bisa?? Dia hanya manusia biasa bukan??"

Ditengah-tengah kebingungan mereka, selembar kertas kecil melayang jatuh menuju tempat Reno berdiri.

282713235a8d629cbc1f60cf7f57b8fc14a610ac.jpg


"Sial, kode apa ini?? Hanya terlihat garis dan lingkaran" gumam Reno

"Apa isinya?? Cepat serahkan pada kami!!" bentak seseorang

Mereka semua terlihat kebingungan dengan isi dari kertas tersebut, memang apa yang tertulis di dalam kertas tersebut sama sekali tidak terbaca oleh mereka. Dengan diam-diam Reno mengambil foto kertas tersebut sebelum akhirnya kembali ke tangan petugas yang berada di sana.

"Apapun itu, pasti dia menargetkan kembali acara besar yang berisikan batu permata yang langka" ujar Reno tiba-tiba

Semua mata tertuju padanya tanpa terkecuali, kemudian seseorang petugas datang menghampiri Reno dan berkata, "Dia mengincar Heaven Padparadscha Sapphire, permata langka milik direktur utama Golden Tulips Corporation. Permata itu akan di pamerkan bertepatan dengan ulang tahun perusahaan yang ke 50".

"Benarkah?? Kapan dan dimana acara itu akan berlangsung??" tanya Reno dengan semangat

Petugas itu menggeleng, dia mengisyaratkan bahwa dia tidak bisa mengatakannya pada Reno yang terlihat penasaran dengan orang tersebut. "Siapa kau? Kenapa ada disini?" tanya petugas tersebut yang bernama Owen

"Aku hanya tamu disini, kebetulan aku datang bersama dengan saudara perempuanku. Dia merupakan sahabat dari pemilik batu permata yang hampir saja hilang tersebut" jawab Reno

"Begitu rupanya, baiklah demi kenyamanan bersama mungkin ada beberapa hal yang akan kupastikan dengan anak direktur utama sehubungan dengan keberadaanmu di sini" jawab Owen

Pertemuan mereka harus berakhir dengan batu permata Moon Of Poudretteite yang dibawa oleh agen Owen. Dia mengembalikannya ke tempat yang semestinya. Mendapat pujian dari direktur utama karena keberhasilannya menyelamatkan permata itu, dia dan timnya juga mendapat bonus yang lumayan besar. Dia adalah anggota dari National Security Agency yang merupakan badan swasta dan berkecimpung dalam keamanan dan pengamanan, baik berupa barang ataupun bukan barang. Tak jarang pemerintah sendiri menggunakan jasa mereka untuk melakukan pengawalan dan pengamanan terhadap tahanan-tahanan dengan klasifikasi kelas atas. Pengalamannya sudah cukup tersebar luas menangani berbagai macam usaha pencurian, termasuk yang paling diingatnya adalah penjagaan pemindahan tahanan internasional dari Australia kembali ke Indonesia. Dia menghadapi berbagai serangan dalam usaha pembebasan seorang tahanan yang merupakan salah satu kartel narkoba di wilayah Asia Tenggara. Keberuntungan berpihak kepadanya, salah satu agen khusus dari Australia membantunya. Sehingga keberhasilannya menjadi salah satu berita yang sempat heboh, selain dengan kabar tertangkapnya kartel narkoba tersebut yang masih memiliki hubungan keluarga dengan salah satu orang paling berpengaruh di negaranya.



Reno : Aku bisa saja salah, tapi bisa juga benar. Apakah foto yang aku kirim sudah kakak terima??

Angel : Ya, akan kakak kirim hasilnya

Reno : Thanks kak

Angel : 2nd week of may, I will take the jewel floating in the sea. c u last bite. Oh ya, Paradise Light Cruise

Reno : Organisasi sedang bergerak??

Angel : Kakak tidak tahu, saat ini mereka sedang fokus untuk mendapatkan sebuah data penting dan software baru. Mereka tidak ada waktu untuk bermain dengan batu permata seperti itu

Reno : Jadi? Kawan atau lawan??

Angel : Musuh dari musuhmu adalah kawanmu, kawan dari musuhmu adalah musuhmu. Berhati-hatilah.




Sebuah percakapan melalui aplikasi obrolan antara Angel dan Reno memunculkan sebuah kabar baru, dia yang bersama organisasi ataukah dia yang memerangi organisasi??





Mei 2014, Minggu pertama - hari ketiga setelah pencurian

"Halo? Bagaimana? Masih diusahakan? Kutunggu kabar baiknya" ujar Reno melalui panggilan dengan seseorang di ponselnya

Pagi itu dia bersantai di ruang tamu apartemennya. Dia sendirian di kota ini, ibu kota negara yang terlihat sudah sangat penuh sesak. Dia menerima tawaran dari Angel untuk ikut ambil bagian dalam kasus ini setelah kejadian yang terjadi di kapal pesiar dengan Naomi dan keluarga Wishkolt. Bahkan kakaknya sempat menghubungi seorang teman lama di London untuk memberikan sedikit pembekalan terhadap Reno. Kuliahnya? Dia mengajukan cuti selama 1 tahun kepada pihak kampus. Dengan alasan ingin mengembangkan sebuah usaha, jika tidak berhasil maka dia akan kembali melanjutkan perkuliahannya. Bagi Angel sendiri, pelaku pencurian itu sudah lama membuat resah organisasi dengan beberapa kali mengagalkan transaksi. Namun disisi lain, Angel sendiri sangat penasaran dengan siapa pelaku pencurian tersebut sehingga dia menawarkan Reno untuk ikut ambil bagian, karena mungkin baginya sudah saatnya Reno untuk mengetahui apa yang sudah keluarga mereka lakukan sejak dulu.

"Naomi sekeluarga lagi keluar negeri untuk liburan, padahal maksudku sekalian bisa ketemu kalau begini jadi bingung sendiri" ujar Reno sambil memejamkan matanya

Sebuah panggilan mengagetkannya karena bunyi dering ponsel yang cukup kuat, sebuah nama tertera di layar ponsel. Nama yang tidak asing bagi Reno karena baru beberapa minggu yang lalu mereka bertemu di dalam sebuah kasus yang tidak terduga.

"Halo Yona? Ada apa?" tanya Reno

"Halo kak Reno, lagi di Jakarta kan? Sibuk enggak?" tanya Yona

"Ah iya, lagi kosong sebenarnya. Kamu kok tahu aku di Jakarta?"

"Dari kak Kira, dia bilang kakak ke Jakarta seminggu yang lalu. Beneran lagi kosong nih? Enggak sibuk beneran kan?"

"Oh Kira, iya aku di Jakarta. Beneran lagi kosong kok. Kenapa Yon?"

"Emm, anu kak. Aku lagi di bandara Soekarno-Hatta, bisa minta tolong jemput enggak? Aku cari taxi online daritadi enggak dapet"

"Loh?? Seriusan?? Ya sudah sebentar lagi aku jemput ya. Kalau di bandara memang agak susah dapet taxi online. Harus pake taxi bandara. Sebentar ya setelah ini aku kesana"

"Beneran enggak ngerepoti kan kak??"

"Beneran, tunggu ya. Eh tapi kamu ngapain ke Jakarta??"

"Terimakasih kak!! Iya gitu sih panjang ceritanya nanti aku ceritain deh"

"Oke tunggu ya aku berangkat. See you"

"Terimakasih kak Reno baik banget deh. See you kak"

Sesampainya di bandara, Reno kembali menghubungi ponsel Yona untuk mengetahui posisinya berada dimana. Setelah ketemu mereka menyempatkan untuk makan siang bersama di sebuah restoran yang berada di sekitar Jakarta Selatan.

"Kali ini aku yang traktir ya kak, sebagai ucapan terimakasih" ujar Yona setelah keduanya memesan makanan

"Ngapain, enggak usah. Jadi kenapa kamu datang ke sini??" tanya Reno penasaran

28271317ab41e3ef98e330d93ea2b4e2b93bc167.jpg


"Oh itu ya, sebenarnya aku ke Jakarta karena permintaan papa dan mama. Mereka ada undangan dari relasi perusahaan untuk acara ulangtahun perusahaan. Kebetulan acaranya di sini, sedangkan papa dan mama berada di Australia, eh aku belum cerita ya kalau cuma aku dan kakakku yang berada di sini??" ujar Yona

"Ah iya kamu belum cerita apa-apa. Jadi kamu cuma berdua saja dengan kakakmu? Terus kenapa kesini enggak sama kakakmu??" tanya Reno

"Kak Vienny sibuk sekali loh, akhir-akhir ini dia jarang pulang ke rumah dan lebih memilih untuk tinggal di apartemennya di daerah Barat. Jadi ya dirumah cuma aku dan pembantu saja. Terus waktu aku ajak ke sini dia enggak mau dan bilang masih banyak urusan. Mau ngaduin ke papa tapi ya enggak enak sendiri kan" ujar Yona

"Begitu ya, terus acaranya kapan emang?? Di sini emang ada saudara?? Terus kamu mau tinggal dimana??" tanya Reno

"Ada sih saudara aku tinggal di Jakarta Selatan, tapi sekarang dia masih di luar negeri. Papa sudah nyuruh buat pesen hotel sih, cuma acaranya baru minggu depan. Dan kalau sendirian juga enggak enak kak" sambung Yona sambil menerima makanan yang telah datang

"Aku ada apartemen, 2 kamar tidur. Kamu kalau mau di tempatku saja. Cuma mungkin sama saja, aku kalau siang sering keluar dan mungkin baru kembali larut malam.Dan mungkin kamu akan sama ngerasa kesepian juga" ujar Reno

"Ah enggak apa-apa deh, yang penting kalau malam ada yang nemenin tidur. Eh maksudnya enggak sendirian. Kalau sendirian takut malam-malam"ujar Yona dengan wajah sedikit memerah

"Kalau di apartemenku aman kok, penjagaannya ketat dan terbaik. Ayo makan dulu nanti keburu dingin" ajak Reno

"Iya kak. Oh ya satu lagi kak, aku ke acaranya kan sendirian. Temenin aku dong kak ke acara itu, ya ya ya??" rayu Yona dengan wajah memelas

"Lihat jadwalku dulu ya padat apa enggak, emang dimana tempat acaranya??" tanya Reno

"Kalau kata papa sih di atas kapal Paradise Light yang akan tiba di pelabuhan hari minggu besok. Gimana kak??" tanya Yona

Reno sedikit terkejut dan membuatnya sedikit tersedak, dia menenangkan dirinya dengan segelas minuman yang berada disampingnya. "Nama perusahaannya??" tanya Reno dengan nada yang serius. "Emm, Golden Tulips kalau enggak salah kak" ujar Yona

Tanpa pikir panjang lagi Reno mengiyakan ajakan Yona untuk datang ke acara tersebut, karena memang acara tersebut yang sedang diincar oleh pencuri permata. Sedangkan dari Angel sendiri masih kesulitan untuk mendapatkan akses masuk ke acara tersebut, dan kini di depan matanya terdapat pintu masuk menuju acara dan berkesempatan untuk menangkap pencuri permata itu.

Mei 2014, Minggu kedua - perayaan hari jadi ke 50 Golden Tulips Corp.

Hari itu yang merupakan acara perayaan hari jadi ke 50 perusahaan Golden Tulips di atas kapal Paradise Light yang berlayar di lepas pantai. Telah hadir sekitar 300 orang perwakilan dari perusahaan-perusahaan rekan kerja dari Golden Tulips dan juga kenalan dari direktur utama perusahaan tersebut. Terlihat Yona dan Reno yang serasi dengan setelan gaun warna hitam dan juga setelan jas.

Acara berjalan dengan meriah, banyak pertunjukkan pembuka yang dihadirkan sebelum direktur utama menyampaikan kata sambutan. Bahkan sebelum memasuki kapal pesiar ini, seluruh tamu mendapatkan bingkisan berupa kotak kecil yang ternyata isinya adalah permata Heaven Padparadscha Sapphire untuk seluruh tamu undangan yang hadir. Tentu saja semuanya adalah tiruan dengan kualitas yang mendekati aslinya. Namun perbandingan harganya tentu saja berbeda, apalagi jika keduanya dibandingkan secara langsung. Batu permata yang asli memiliki kilauan di dalamnya jika dilihat melalui cahaya yang menembusnya, sedangkan yang tiruan tidak akan terlihat seperti itu. Seseuai dengan namanya, batu permata itu berwarna pink, namun jika terkena cahaya yang menembusnya akan terlihat kilauan warna jingga yang dianalogikan oleh para ahli sebagai 'cahaya dari surga', sehingga kata 'Heaven' melekat padanya.

Setelah kata sambutan oleh direktur utama, seorang wanita dengan gaun warna merah naik ke atas podium dan memeluk direktur utama yang ternyata adalah suami kesayangannya. Diatas podium tersebut, wanita itu memamerkan batu permata Heaven Padparadscha Sapphire sambil berkata untuk para tamu memasangkan permata yang sama yang berada di dalam kotak kecil yang telah mereka terima. "Hanya ada satu yang asli dan hanya aku yang tahu dimana yang asli. Jadi jika pencuri itu ingin mengambilnya, berikan saja haha" ujar wanita itu dengan sombongnya menantang pencuri permata tersebut.

Para tamu kemudian memasangkan permata tersebut di dada mereka masing-masing, tak terkecuali Yona dan Reno.

"Wah, sepertinya mamaku berlebihan" ujar seorang gadis yang bersebelahan dengan Yona dan Reno

"Loh, tacil?? Aku pikir kamu enggak bakalan ikutan" ujar Yona yang terkejut melihat kehadiran gadis tersebut.

"Eh Yona, aku pikir kamu enggak datang. Soalnya biasanya kamu enggak mau datang ke acara beginian, hmm aku juga sih sebetulnya. Kamu apa kabar?? Mana om dan tante? Sudah lama aku tidak berjumpa dengannya

28271335b94bdc7645d1358b3873de5f02630e28.jpg


Yona mengenal gadis yang dipanggil dengan sebutan tacil tersebut dari papanya. Karena memang mereka seumuran, namun mereka berpisah karena Yona dan keluarganya waktu masih kelas 3 pindah ke Australia. Semenjak itu mereka tidak pernah bertemu meskipun kedua orang tua mereka masih saling memberikan kabar.

"Justru itu cil, papaku minta maaf karena tidak bisa hadir. Katanya dia sudah menghubungi papa dan mamamu kok. Kamu apa kabar?? Jadi semakin cantik loh" puji Yona

"Ah jadi begitu ya, salam buat om dan tante ya. Beginilah aku sekarang, kamu juga terlihat cantik. Oh ya itu siapa?? Pacarmu??" tanya tacil yang menanyakan Reno

"Ah ini, sini kak Reno. Ini temenku Vanka. Dan cil, ini kak Reno" ujar Yona memperkenalkan mereka berdua

"Hai, aku Reno. Aku panggilnya apa nih? Tacil juga atau Vanka??" tanya Reno

"Tacil khusus panggilan dari Yona kak, jadi panggil saja Vanka ya. Salam kenal kak" ucap tacil yang ternyata bernama Vanka

"Begitu ya, baiklah senang bertemu denganmu Vanka" jawab Reno sambil tersenyum

"Idiih, jangan sok ganteng gitu ah kak. Tacil juga jangan mulai deh" ujar Yona sedikit cemberut

Mereka berdua tertawa melihat tingkah Yona, kemudian diseretnya Yona oleh Vanka agak menjauh dari sisi Reno yang kembali fokus melihat mama Vanka berada di atas podium sambil memberikan beberapa kata sambutan.

"Ih, kenapa sih cil??" tanya Yona

"Dia ganteng loh, pacarmu bukan sih?? Kalau bukan aku mau dong" ujar Vanka mencoba merayu

"Jangan coba-coba ya cil, aku enggak mau kita jadi saling enggak kenal" jawab Yona sedikit ketus

"Hahaha, santai dong Yon. Enggak bakal kurebut kok, kecuali dia sendiri yang tiba-tiba naksir aku" ujar Vanka

"Janganlah cil, aku ngedeketinnya susah" jawab Yona

"Haha iya iya Yon. Eh kakakku kemana ya?? Kok masih enggak kelihatan. Sebentar aku telpon dulu" ujar Vanka seraya mengambil ponselnya

"Eh Yona, setelah ini acaranya ngapain ya??" tanya Reno yang tiba-tiba mendekati mereka berdua

"Enggak tahu sih kak, dinikmati saja ya" jawab Yona sambil membetulkan kerah baju Reno yang agak berantakan

"Eh, terimakasih. Kamu cantik malam ini" jawab Reno sambil menyelipkan rambut Yona ke samping telinganya

Tiba-tiba terdengar ucapan Vanka yang agak meninggi, sepertinya dia tengah memarahi kakaknya yang ternyata terlambat. "Kok bisa sih, lagian kakak kira kapalnya berlayar jam berapa??"

Reno dan Yona memperhatikan Vanka yang tengah mengobrol dengan kakaknya, "Apa?? Kepala keamanan bilang kalau jadwal berlayarnya diundur 2 jam?? Halo?? Loh papa ada disana??" ujar Vanka yang terkejut

Reno segera merespon ucapan Vanka dengan melihat keatas podium, namun ternyata direktur utama sudah menghilang dan hanya menyisakan istrinya. "Tunggu disini ya" ujar Reno sambil berlari mencari direktur utama tersebut. Dia bertanya kepada petugas keamanan yang berjaga dan bilang bahwa direktur utama pergi ke toilet. Reno segera pergi ke toilet dan menemukan sesuatu seperti peralatan menyamar, ada setelan jas yang sama dengan yang dipakai oleh direktur utama dan juga replika wajah yang terbuat dari bahan yang lentur.

"Kau benar-benar datang rupanya, aku salah perhitungan. Kalau begitu mari kita mulai" gumam Reno yang kemudian melaporkan temuannya kepada agen Owen yang bertanggung jawab atas keamanan acara dan batu permata Heaven Padparadscha Sapphire tersebut.



**To Be Continued**
 
Terakhir diubah:
Chapter 24 : Golden Tulip (Part - 2)


"Begitu rupanya, dia sudah berada di atas kapal ini. Kita akan perketat keamanan terhadap permata itu, maaf nyonya dimanakah permata yang asli berada??" tanya agen Owen

"Tenang saja, dia berada di penjara lautan. Dia tidak akan bisa kemana-mana, lagipula permata tersebut berada pada orang yang cocok dengannya. Kalian tidak perlu khawatir" jawabnya dengan santai

"Kalau begitu, kita lanjutkan saja acaranya. Silahkan nyonya" ujar agen Owen sambil meinggalkan mereka

Reno yang mendengar percakapan mereka hanya terdiam dan tidak ada respon darinya, dia sedikit kebingungan karena tidak melihat Yona sekembalinya dari toilet. Vanka menghampiri Reno yang mulai cemas, "Eh Vanka, lihat Yona?? Kok enggak ada ya??" tanyanya. "Ciye barusan juga ditinggal udah panik nyariin, dia tadi nyusul kakak waktu ke toilet. Mungkin dia tersesat, maklum kak Yona anaknya agak buta arah" ujar Vanka

"Ehm, maaf siapa ya yang buta arah?? Enak saja kalau bicara" ujar Yona yang tiba-tiba muncul dibelakang mereka

"Eh Yona, haha aku bercanda" jawab Vanka

"Eh kamu darimana?? Kamu beneran buta arah??" tanya Reno

"Aku tadi habis nyariin kamu, terus ke toilet sebentar. Ya sempet kebingungan kembali kesini juga sih" jawab Yona dengan malu-malu

"Tuh kan" ledek Vanka sambil tertawa

"Syukurlah kalau begitu" jawab Reno

"Eh, ikut aku sebentar Yon. Mama pengen ketemu" ajak Vanka yang menggandeng tangan Yona menuju tempat dimana mamanya berada

Untuk sesaat suasana menjadi ramai karena terlihat para tamu undangan mulai terlihat bosan. Mereka hanya dikumpulkan untuk sementara dan terlihat tidak ada kegiatan apa-apa. Walaupun sebenarnya pihak Golden Tulips Corporation sudah menyiapkan serangkaian acara yang akan mengejutkan mereka.

"Apa kabar agen Owen?? Sepertinya semuanya baik-baik saja" sapa Reno

"Ah, aku tidak tahu kau juga berada disini. Sepertinya saudara perempuanmu orang yang terkenal" jawab Owen dengan nada satir

"Kali ini kekasihku yang merupakan teman dekat anak dari direktur perusahaan ini" jawab Reno

"Begitu rupanya, sebelumnya aku berterimakasih karena anda sudah menemukan tanda-tanda bahwa dia berada di atas kapal ini. Kami akan memperketat penjagaan terhadap permata itu" ujar Owen sambil meminum segelas jus lemon di tangannya

"Aku hanya menyampaikan hal penting yang mungkin saja terlewat" tukas Reno

"Oh iya, ngomong-ngomong aku pernah dengar kalau anda kenal dengan agen Charles, apakah benar??" tanya Owen tiba-tiba

"Hmm, Charles dari ISP?? Ayolah, siapa yang tidak mengenalnya, agen khusus berbakat dengan prestasi yang luar biasa" jawab Reno

"Begitu ya, padahal yang kutahu semua kasus yang diselesaikan oleh Charles merupakan kasus dengan rate khusus, bisa dibilang sangat rahasia" jelas Owen

"Aku sering menghabiskan waktuku berselancar di dunia maya, banyak kutemukan artikel-artikel khusus yang membahas sepak terjang Charles. Ah aku baru sadar, tampaknya anda perlu mengisi kembali gelas anda yang kosong. Dan pastikan anda tidak salah mengisinya, karena anda sedang bertugas" jawab Reno seraya mengedipkan mata dan meninggalkannya.

Acara kembali dilanjutkan, kali ini tiba-tiba ruangan menjadi gelap. Beberapa tamu undangan sempat bertanya-tanya sehingga menimbulkan keramaian tersendiri. Tapi tidak bagi Reno, dia terdiam dan berusaha fokus. Bukan tidak mungkin pencuri itu kini tengah melakukan aksinya.

Selang beberapa menit kemudian, sebuah cahaya menyorot di salah satu sudut ruangan. Para tamu undangan sempat terkejut karena disana telah hadir pencuri batu permata tersebut, lengkap dengan atributnya. Kesombongannya tampak ketika dia mengatakan telah berhasil mencuri batu permata tersebut.

"Sayang sekali, tapi penjagaan kalian tidak ada artinya. Heaven Padparadscha Sapphire sudah kuambil"

"Sial, kalau begitu kita tangkap dia" ujar agen Owen kepada anak buahnya

"Begitu ya, tidak perlu repot-repot agen Owen. Biar aku bereskan dia" ujar mama Vanka yang ternyata mengambil sebuah pistol dari dalam tasnya. Suara tembakan tak terelakan, terdengar 5 tembakan yang menghujam tubuh pencuri tersebut.

Tidak ada yang menyangka, bahwa istri dari direktur utama Golden Tulips Corporation menghabisi nyawa pencuri tersebut. Sebagian tamu undangan terdiam dan sebagian lagi bertepuk tangan dengan gembira.

"Dia bukan orang biasa, dan juga apa yang dilakukannya baru saja ini sama sekali bukan gayanya" gumam Reno dalam hatinya

"Dia sudah mati?? Apa yang kau lakukan nyonya direktur??" seru Owen sambil mengisyaratkan anak buahnya untuk memeriksa pencuri tersebut

"Hahaha, tidak perlu repot-repot agen Owen. Dia masih hidup" ujar wanita itu seraya berjalan menghampiri mayat pencuri tersebut

Disaat yang bersamaan pencuri tersebut seakan bangkit dari kematiannya. "Ini hanya pistol dengan peluru kosong, dan dia bukan pencuri yang sebenarnya. Dia adalah pesulap yang akan mengisi acara ini. Perkenalkan namanya adalah Sean"

"Terimakasih nyonya besar, saya Sean Wright. Ijinkan saya untuk menghibur anda sekalian. Dan hal yang barusan terjadi merupakan salah satu pertunjukkan yang di usulkan oleh nyonya besar. Kita beri tepuk tangan yang meriah untuk beliau" ujarnya sambil memunculkan burung-burung merpati dari tangan kanan dan kirinya secara bergantian.

Tamu undangan yang semula terkejut karena mengira bahwa pencuri batu permata telah mati kini perlahan mengerti. Ini semua merupakan salah satu pertunjukkan yang disiapkan oleh perusahaan. Tepuk tangan dan sorak sorai tamu undangan tak terelakkan. Senyum kepuasan mengembang di wajah nyonya Elizabeth, mama kesayangan Vanka.

"Tapi sebelum saya melanjutkan pertunjukkan, ada sebuah permintaan dari nyonya besar. Beliau juga mengusulkan sebuah permainan. Kita akan menyebutnya dengan permainan kata. Silahkan mencari partner anda, masing-masing pasangan 2 orang. Lalu masing-masing dari anda sekalian memilih satu kata yang hanya partner anda yang tahu. Jadi setelah memilih kata, silahkan beritahu partner pasangan anda. Dan jangan sampai tamu yang lain mendengar bahkan mengetahuinya. Dan usahakan kata-kata yang kalian pilih saling berkaitan" ujar pesulap tersebut



"Haduh mama ini ada-ada saja. Apa dia enggak tahu kalau anaknya ini jomblo. Menyusahkan saja" gerutu Vanka

"Baiklah kak, apa kata yang kau pilih??" tanya Yona pada Reno yang sedaritadi terdiam

"Eh?? Mmm baiklah" ujar Reno sambil membisikkan sebuah kata kepada Yona

"Ah iya, kalau aku ini ya" balas Yona yang juga membisikkan sesuatu

"Hei hei, aku iri dengan kalian. Harus berpasangan dengan siapa ini" ujar Vanka menyela mereka

"Eh? Haha maaf ya. Mmm gimana ya??" ucap Yona sambil mengernyitkan dahinya seakan mengejek Vanka

"Haha, ada agen Owen. Aku rasa dia juga tidak menemukan partner. Segeralah" ujar Reno sambil menunjuk ke arah seorang laki-laki yang mengenakan setelan jas hitam dengan sebuah perangkat komunikasi di telinganya. Vanka pun mengangguk dan bersemangat menghampiri agen Owen.

Pertunjukan sulap dari Sean kembali dilanjutkan. Kali ini dia bermain dengan sebuah kelinci dan kotak kecil. Semua mata tertuju padanya. Hingga tiba akhirnya pesulap itu bermain dengan kartu, dan meminta seseorang untuk ikut bermain dengannya. "Eh, sebentar ya barang Vanka tertinggal" ujar Yona yang meninggalkan Reno dan menghampiri Vanka. Dia sedang bersama agen Owen dan sedaritadi tampak mulai akrab.

Pesulap itu mulai menunjukkan aksinya, diawali dengan menunjukkan kartu kepada penonton, dilanjutkan dengan membuat kaget mereka semua dengan memunculkan merpati putih di tangan kanannya sementara tangan kirinya masih memegang kartu. "Baiklah, saya membutuhkan bantuan dari tamu undangan. Ada yang berminat??" Seorang pria paru baya mengangkat tangannya dan maju ke depan. Di dekatnya terdapat Yona dan Vanka serta agen Owen. Berdiri paling depan di kerumunan tamu undangan, membuat mereka dengan leluasa bisa melihat pertunjukkan sulap tersebut.

Pria paruh baya tersebut kini telah berada di depan, Sean memintanya untuk berkata stop setelah dia mengocok kartunya secara acak. Tapi sebelum itu, pria tersebut meminta untuk mengocok sendiri secara acak kartu yang dipakainya. Sean mengangguk dan pria tersebut mengocoknya, namun terlihat tidak begitu ahli menyebabkan kartu tersebut jatuh berhamburan ke lantai. Melihat hal tersebut pria itu menjadi panik dan berusaha membereskannya. Yona dan Vanka yang berdiri tidak jauh darinya segera membantu memungut kartu-kartu yang masih berserakan.

"Baiklah terimakasih untuk ketiga tamu undangan yang berada di depan saya. Untuk bapak dan dua gadis cantik ini, silahkan bilang stop dan ambil kartu di tumpukan teratas. Kemudian simpan dan ingat-ingat apa kartunya, kalian siap??" Mereka bertiga mengangguk dan pesulap itu mulai bermain-main dengan kartunya hingga Yona, Vanka, dan pria paruh baya tersebut mengatakan stop. Dimulai dari Vanka, lalu pria paruh baya tersebut dan terakhir Yona. Mereka lalu menunjukkan kartu mereka masing-masing hanya kepada ketiga tamu undangan tersebut. Yona tiba-tiba terkejut dan sempat berteriak dan membuat beberapa dari tamu undangan penasaran. Begitu juga dengan Reno yang berjalan ke depan mendekati mereka.

"Kenapa Yona??" tanya Vanka

"I-ini" ujar Yona sambil menunjukkan kartunya yang ternyata adalah kartu putih kosong namun dengan sebuah tulisan di dalamnya

"Leaving me for the last bite" baca agen Owen yang tiba-tiba mendekat ke arah mereka

"Jangan-jangan??!!" gumam Reno

Para tamu undangan kembali penasaran apakah ini merupakan acara yang sama seperti saat kemunculan Sean di awal acara. Beberapa tamu sempat sedikit khawatir akan keselamatan diri mereka sendiri, beberapa yang lainnya juga tampak menikmati kemunculan pencuri tersebut. Sepertinya pencuri itu sudah mendapatkan penggemarnya sendiri.

"Sekarang katakan padaku, apakah ini bagian dari pertunjukan??" paksa agen Owen kepada Sean yang mengaku tidak tahu apa-apa soal kartu dengan tulisan tersebut

"Berarti memang benar, dia akan muncul" ujar Reno yang menghampiri agen Owen dan nyonya Elizabeth serta Yona dan Vanka

"Andai kita tahu dimana permata itu berada" gumam agen Owen sambil melihat ke arah nyonya Elizabeth

"Biar ku ceritakan padamu sedikit tentang asal-usul permata tersebut. Permata tersebut ditemukan oleh kakek sekitar 70 tahun yang lalu pada saat melakukan perjalanan di Sri Lanka. Dia merasa cocok dengan permata tersebut dan menyimpannya hingga saat terakhirnya" ujar nyonya Elizabeth

"Lalu sekarang dimana permata itu nyonya??" tanya agen Owen

"Benda itu berada pada orang yang tepat. Jadi tenanglah" ujar nyonya Elizabeth yang membetulkan posisi permata miliknya yang sama dengan yang dikenakan para tamu undangan yang lainnya dengan saputangan.




**To Be Continued**
 
Terakhir diubah:
Chapter 25 : Golden Tulip (Part - 3)



"Dia pandai menyamar ya" celetuk Reno ditengah situasi yang sedikit tegang

"Ah aku baru ingat, dia pandai menyamar" ujar agen Owen

"Eh, kok permata kamu enggak ada??" tanya Vanka kepada Yona

"Loh, iya. Apa jangan-jangan terjatuh. Ah itu" ujar Yona sambil melihat sebuah benda bulat seperti kelereng yang berwarna hitam berada di lantai

"Maaf pak, bisa tolong ambilkan??" pinta Yona

Tanpa curiga pria tersebut mengambilnya, namun yang terjadi setelahnya adalah benda itu mengeluarkan asap berwarna merah muda dengan cepat. Membuat beberapa tamu panik dan mengira bahwa pencuri itu telah muncul. Beberapa tamu juga berpendapat bahwa permata yang mereka gunakan juga merupakan bom asap yang bisa meledak sewaktu-waktu, sehingga mereka tanpa ragu melepas permata itu dan membuangnya ke lantai.

Dan seperti yang mereka duga, asap-asap kembali muncul dengan tebal, hal ini memaksa mereka untuk berlari mencari pintu keluar. Mereka berebut dan berdesakan, menyenggol sana sini menyebabkan beberapa tamu yang lainnya terjatuh. Suasana menjadi sangat panik. Sedangkan agen Owen sendiri dan anak buahnya berusaha untuk mengeluarkan beberapa tamu melalui pintu yang sebelumnya tiba-tiba entah kenapa menjadi sulit terbuka.

"Keluarlah kau, pencuri brengsek" ujar Reno yang menutup hidungnya dengan saputangan. Dari tempatnya berdiri terlihat Yona yang menahan tubuh nyonya Elizabeth yang sepertinya terjatuh karena dorongan tamu undangan yang lain. Sedangkan asap tebal itu mulai memudar, dan semuanya kembali terlihat. Vanka yang menyadari bahwa mamanya hampir terjatuh menghampirinya. "Terimakasih Yona, mama enggak apa-apa??" tanyanya

"Mama enggak apa-apa, terimakasih nak" ujar nyonya Elizabeth kepada Yona di belakangnya

"Loh, permata mama kemana??" tanya Vanka dengan penasaran

Wanita itu tampak bingung dan kembali memeriksa tubuhnya. Dia panik dan menjerit sekencang-kencangnya. "Permata yang asli telah dicuri!! Tidak mungkin!!" teriaknya

Agen Owen yang mendengar teriakan tersebut segera bergegas mendekat ke arahnya. Dia memastikan bahwa memang permata yang asli telah dicuri. Dia memerintahkan anak buahnya untuk mencari seisi ruangan kapal pesiar. "Dia tidak mungkin lari, cari sampai ketemu!!" ujarnya menggebu-gebu

"Baiklah, kita juga harus mencarinya" ujar Reno yang tiba-tiba menggandeng tangan Yona

"Eh? Apa harus??" tanya Yona yang terkejut

"Tentu saja" jawab Reno sambil tersenyum dan menuntunnya menuju sebuah ruangan tertutup di salah satu sudut kapal

"Mmm Reno, kau yakin kita harus mencarinya disini?"

"Heaven Padparadscha Sapphire, batu permata yang indah bukan" ujar Reno

"Eh? Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu?" tanya Yona

"Kata kuncinya adalah cocok, dan nyonya Elizabeth merupakan keturunan dari penemu batu permata tersebut. Jadi yang asli pasti berada pada dia" ujar Reno

"Lalu??" tanya Yona

"Kau pasti juga menyadarinya, apalagi setelah dia mengambil permata itu dari kotaknya dengan perlakuan khusus. Menggunakan saputangan untuk menghindari hasil oksidasi yang akan membekas"

"Lalu apa hubungannya denganku??"

"Kau perlu memastikannya sekali lagi, apakah benar itu adalah permata yang asli ketika bertemu dengannya. Bukankah begitu Yona?? Ah bukan, last bite" ujar Reno seraya tersenyum

"Eh?? Aku tidak tahu apa maksudmu" ujar Yona dengan ekspresi terkejut

"Aku menyadarinya ketika kau berjongkok untuk mengambil kartu yang terjatuh. Kau mungkin menyamar sebagai seorang wanita, tetapi kau tetaplah seorang pria. Lututmu ketika berjongkok hanya kaki kanan yang menyentuh lantai, umumnya seorang wanita apalagi memakai dres yang tidak terlalu panjang akan meletakkan kedua lututnya ketika berjongkok. Dan juga kartu yang berisi tulisan itu, kau sudah menyiapkannya di tanganmu ketika mengambil kartu dari tumpukan pesulap itu"

"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, tapi sepertinya kita harus menghubungi kapten kapal" ujar Yona sambil mencoba menghubungi melalui telepon kapal yang berada di sampingnya

Reno tersenyum, beberapa detik kemudian terdengar bunyi tembakan yang merusak telepon itu. Yona tersentak dan terkejut dengan wajah sedikit takut. "Tidak perlu, ini antara kita berdua" ujar Reno

"Eh?? Kau sudah gila!!" ujar Yona

"Masih belum mau mengaku??" ujar Reno seraya mengarahkan pistol ke arahnya

"Kau ingat dengan permainan kata yang kita ikuti?? Kau tahu apa yang kukatakan bukan??" tanya Reno

"Tentu saja kau mengatakan kucing dalam bahasa Inggris, lalu aku memilih kata anjing dalam bahasa yang sama. Apa ada yang aneh??" jawabnya

"Did i say cat instead of CAD??" tanya Reno

Yona terdiam, dia menyadari ada yang salah dengan perkataannya.

"Orang yang kau jadikan penyamaran adalah seorang mahasiswi arsitektur, jurusan desain interior. Yang pastinya tidak asing dengan kata CAD, Computer Aide Drawing. Software yang membantu untuk menggambar. Tentu pada awalnya aku mengharapkan kau akan berkata sketchup. Software 3D modeling yang juga digunakan oleh mahasiswa arsitek. Tapi kau malah mengatakan anjing dalam bahasa Inggris" jelas Reno

Yona terdiam dan menatap tajam ke arah Reno, tampaknya dia kalah segalanya.

"Baiklah, baiklah" ujarnya yang ternyata memang benar adalah pencuri itu. Terlihat di tangan kanannya memegang batu permata itu dengan sebuah saputangan berwarna putih

"Aku tidak akan menyakitimu, kembalikan saja batu permatanya" jawab Reno

"Tentu saja, aku akan mengembalikannya. Lagipula ini bukan barang yang aku cari" Dia melempar batu permata itu ke arah Reno, "Sekarang apa yang kau mau??" tanyanya

"Tentu saja mengirimkanmu ke penjara"

"Kau tahu, dress ini membuatku berkeringat. Aku pikir gadis itu juga berkeringat sebelum aku memakainya. Dan juga, aku menyukai detail yang sempurna" ujarnya sambil mengeluarkan pakaian dalam dari tubuhnya

"Ku-kurang ajar kau!!" jawab Reno yang membayangkan Yona berada di suatu tempat dengan keadaan tanpa sehelai benang pun

"Kau menyia-nyiakan kesempatanmu lagi ternyata" ujarnya yang telah berganti pakaian dengan atribut kebesarannya.

Reno berlari menghampirinya namun sebuah cahaya yang menyilaukan mata membuat Reno tak bergerak. Dia menghilang, meninggalkan Reno yang terdiam dengan dress yang ditinggalkannya.

Dia bergegas mengambil dress tersebut dan berusaha mencari Yona di geladak, sampai akhirnya dia melihat petugas polisi yang berkata bahwa menemukan seorang gadis yang telah pingsan. "Eh pak tunggu!!" ujar Reno yang panik

Petugas polisi itu menggendong keluar seorang gadisdari sekoci yang ternyata Yona. Reno yang terburu-buru segera melihatnya.

"Kurang ajar, dia mengerjaiku" gumamnya seraya menyadari bahwa Yona masih menggunakan dress yang sama dengan yang dia bawa. Sebuah kertas kecil menempel pada bagian dadanya

"Dia tidak ku sentuh, masih utuh" tulisnya didalam kertas tersebut yang diikuti oleh emoticon tersenyum

"Brengsek" Reno sedikit tertawa mengetahui bahwa dia telah dipermainkan



*****​

Beberapa hari berselang, keluarga Vanka mengundang Reno dan Yona bersama agen Owen untuk makan malam sebagai ucapan terimakasih karena telah mencegah pencurian permata tersebut. Dia menjadi cukup terkenal karena wajahnya yang menghiasi berbagai media massa dan portal digital karena keberhasilannya. Dia membuat anggota NSA itu seperti tidak bisa berbuat apa-apa.

"Hal yang mengejutkan ketika kau bergerak sendirian menghentikannya, seolah-olah kau tahu apa yang sedang direncanakannya" ujar Owen tiba-tiba

Semua terdiam dan terlihat memperhatikan serta menunggu jawaban apa yang akan dilontarkan oleh Reno. Termasuk nyonya Elizabeth dan anaknya.

"Yang perlu dilakukan hanyalah pengamatan yang mendetail, dan juga analisa. Serta menyatukan kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan. Dengan itu kita bisa tahu kemana akan melangkah. Bukankah itu salah satu pelajaran dasar dari seorang agen khusus, agen Owen??" jelas Reno

"Tentu saja, tapi semua itu harus memperhatikan wewenang terhadap suatu kejadian. Dan bisa kubilang kau cukup mengintervensi wewenang kami" ujar Owen

"Begitu ya, aku minta maaf kalau begitu. Kau dan beberapa agenmu sedang sibuk mencarinya, dan ketika aku ikutan sibuk mencarimu hanya untuk meminta ijin tentang apa yang akan kulakukan, kita tidak akan duduk di meja makan ini dengan jamuan istimewa dari keluarga nyonya Elizabeth karena pencuri itu pasti sudah pergi jauh" jawab Reno seraya tersenyum ke arah nyonya Elizabeth

"Terimakasih atas jamuannya nyonya, ini merupakan suatu kehormatan besar" lanjut Reno

"Ini bukan apa-apa dibanding dengan batu permata yang kau selamatkan, keluarga kami yang seharusnya berterimakasih kepada kalian" balas nyonya Elizabeth

"Maaf tante, orang itu menyamar jadi diriku. Entah kenapa aku jadi merasa bersalah" ucap Yona

"Tidak perlu begitu Yona, tante merasa beruntung karena kau datang dengan kekasihmu yang berhasil menyelamatkan batu permata itu. Bagaimana kabar orangtuamu?? Minggu depan kami akan berkunjung ke Australia"

"Iya tante, dia orang yang selalu bisa diandalkan" puji Yona. "Mama papa baik-baik saja, sepertinya aku enggak bisa ikutan balik dalam waktu dekat ini Tante. Banyak tugas kampus dan juga persiapan pertunjukan di tempat kursus"

"Kamu kursus apa??" tanya Elizabeth

"Biola tante. Kalau sempat tante bisa datang, akan kukirim invitationnya melalu tempat kursusku" ucap Yona dengan gembira

"Tentu saja tante akan datang!! Berikan pertunjukan yang menawan ya sayang" ujar Elizabeth menyemangati

Jamuan makan malam itu menjadi hangat, namun tetap ada rasa tidak suka dari agen Owen terhadap keberhasilan Reno yang bisa dibilang mengacaukan kinerja NSA.

"Oh iya ma, aku baru tahu kalau pacar Yona itu dari keluarga Reinhart" ujar Vanka tiba-tiba

Elizabeth terkejut dan hampir tersedak, "Reinhart?? Sepertinya keluarga Reinhart sangat spesial ya" ujarnya sambil menenangkan diri

"Ah iya, apakah nyonya mengenal keluargaku??" tanya Reno

"Tentu saja, dokter Carlo dulu yang menyembuhkan kakak Vanka. Sekarang dia tumbuh sangat cantik dan periang. Tapi sayang sekali dia hari ini enggak bisa hadir" jawab Elizabeth

"Iya, kak Shania kembali ke Surabaya karena ada beberapa urusan" timpal Vanka

Reno tersanjung dengan pujian untuk papanya, begitu juga dengan Yona yang terkejut mengetahui bahwa pria yang disukainya adalah keluarga Reinhart.

"Reinhart ya, menarik sekali" gumam Owen sambil menatap tajam ke arah Reno yang bercanda dengan Yona dan Vanka



*****​

"Aku menemukan seseorang dengan nama Reinhart dibelakangnya, dia jauh lebih muda dari Almond, apa kau ingin bertemu dengannya??" ujar Owen melalui ponselnya

Hari itu dia berada di salah satu markas NSA yang terlihat sepi. Beberapa komputer yang masih menyala memperlihatkan bahwa penggunanya pergi dengan terburu-buru karena suatu hal. Sedangkan Owen masih berada di markas untuk mengatur strategi terhadap pekerjaan yang akan dilakukan selanjutnya.

"Bisa saja dia hanya memakai nama itu, bisa juga dia memang anggota keluarga Reinhart yang lain dan ternyata Almond membohongi kita semua" ujarnya sambil tersenyum

Dia mengangguk setuju terhadap apa yang dikatakan padanya, setelah menutup ponselnya dia membuka laptop dan mengakses sebuah software yang mengajarkannya untuk log in.

"Kau dalam bahaya jika issue ini benar, Almond" ujarnya sambil tersenyum penuh kemenangan




**To Be Continued**
 
Terakhir diubah:
Chapter 26 : Unlucky Girl (Part-1)




Mei 2014, Minggu ketiga

Hal yang membuatnya cukup heran adalah, ketika Reno mengetahui bahwa Theo menyamar menjadi salah satu karyawan di perusahaan yang beberapa waktu lalu memamerkan permata di atas kapal pesiar. Siang itu mereka tengah menikmati makan siang di sebuah cafe yang tidak jauh dari tempat kerjanya. Reno menanyakan kepadanya apakah ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Sebagai jawaban, dia menyeruakkan tangannya yang panjang, berotot dan tegas dari balik jaket yang menutupi tubuhnya, lalu diambilnya ponsel dari sakunya.

"Ini bisa jadi cuma ulah orang dungu yang sok penting, atau justru merupakan masalah hidup-matinya seseorang," katanya yang ternyata meneruskan sebuah email kepada Reno. "Aku tak tahu lebih banyak dari apa yang tertulis di situ."

Email itu berasal dari seseorang yang sepertinya bernama Arthur James dan bertanggalkan 4 hari sebelumnya.

Beginilah isinya:

Salam hormat dari tuan Arthur James, yang akan berkunjung pada pukul 16.30 di akhir pekan. Ingin berkonsultasi dengan tuan Theodore J.R. tentang masalah yang sangat peka dan penting. Karena itu, saya yakin anda akan mengusahakan agar konsultasi itu bisa berlangsung. Anda bisa mengubungi nomor yang tertera dibawah untuk mengkonfirmasi pertemuan tersebut.

"Tak perlu kujelaskan, aku telah melakukan sebagaimana yang diminta di surat itu Rookie" katanya setelah Reno selesai membaca email itu. "Apakah kau punya informasi tentang tuan Arthur James?"

"Tak banyak, cuma namanya memang sangat terkenal di masyarakat. Tapi bagaimana dia bisa tahu anda ada disini??"

"Kalau begitu aku malah tahu lebih banyak daripadamu. Dialah tokoh yang mengatur agar hal-hal yang peka tak sampai dimuat di surat kabar. Kau mungkin ingat bagaimana dia bernegosiasi dengan pejabat pemerintahan tentang kasus sengketa lahan di Jakarta Barat. Dia mahir berdiplomasi dan berpengalaman luas. Oleh sebab itu aku berani berharap ini bukan lelucon, dia memang sedang membutuhkan pertolongan kita. Dan oh, tentu saja. Dia sama seperti kita"

"Kita?"

"No need to talk. Apakah kau keberatan, Rookie?"

"Sejak kapan aku bisa menolak kasus-kasus yang anda tangani"

"Nah, kau tahu jam pertemuannya, kan? Setengah lima. Sementara ini, kita lupakan dulu hal itu."

Waktu itu Reno berada di Jakarta setelah kejadian dengan si pencuri batu permata, dia tinggal di apartement yang dibelinya sendiri. Dia tidak pulang kembali ke Surabaya karena rasa penasaran terhadap sosok dibalik pencuri yang sudah dua kali dia hadapi. Sedangkan Yona, gadis yang ikut bersamanya pada kejadian itu memutuskan untuk kembali pulang ke Australia untuk menemui kedua orangtuanya. Ternyata rasa rindunya sudah memuncak sehingga dia memilih penerbangan paling pagi yang menuju ke Sydney.

Hari pertemuan telah tiba, tapi Reno sudah tiba di apartement milik Theo sebelum pukul setengah lima. Tepat pada waktu yang dijanjikan, tuan Arthur James tiba. Perawakannya mudah dikenali dengan sosoknya yang tinggi besar, sikapnya yang terus terang dan lugu, wajahnya yang lebar dan klimis. Suaranya bersahabat dan menyenangkan. Sorot matanya tulus, dan bibirnya selalu mengembangkan senyum jenaka. Dia mengenakan jas panjang berwarna gelap, dan macam-macam perlengkapan mulai dari jepit dasi mutiara pada dasi satinnya yang hitam sampai sepatunya yang mengilap. Semua ini menunjukkan betapa telitinya dia dalam hal berbusana yang memang merupakan salah satu ciri khasnya. Sosok pejabat pemerintahan yang gagah itu seolah memenuhi ruangan apartement Theo yang kecil.

"Tentu saja, saya sudah menduga akan menjumpai agen Navle di sini," komentarnya sambil memberikan gesture hormat. "Kita mungkin akan sangat memerlukan kerja samanya, karena masalahnya kali ini menyangkut seseorang yang sudah tersohor kekejamannya dan nekat. Saya berani mengatakan dialah orang yang paling berbahaya untuk saat ini"

"Saya sudah beberapa kali berurusan dengan orang-orang yang menyandang reputasi seperti itu" katanya sambil tersenyum. "Boleh tahu namanya?"

"Pernah dengar tentang Cesario Mensis?"

"Maksud Anda si pembunuh dari Australia?"

Tuan Arthur James mengayunkan kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan sambil tertawa. "Rasanya tak ada informasi apa pun yang terlewat oleh Anda! Hebat sekali! Jadi Anda sudah tahu dia pembunuh?"

"Pekerjaan saya memang mengharuskan saya mengikuti perkembangan dunia kriminal internasional. Siapa pun yang membaca berita tentang peristiwa di London beberapa tahun silam pasti bisa menyimpulkan siapa pelaku sebenarnya! Masalah teknis hukum dan matinya saksi secara mencurigakan itulah yang menyebabkan dia bisa bebas dari tuduhan! Saya yakin dialah yang membunuh istrinya sendiri dalam kecelakaan di Carrington Street. Saya bahkan bisa membayangkan apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Sejak dia pindah dari Inggris ke Australia, saya sudah punya firasat cepat atau lambat dia akan berurusan dengan saya. Dan akhirnya kami bertemu di negara ini. Apa yang dia lakukan disini? Saya kira tak ada sangkut pautnya dengan apa yang pernah terjadi sebelumnya?"

"Memang tidak, tapi lebih parah dari itu. Menghukum pelaku tindak kejahatan memang penting, tapi mencegah dia melakukan tindak kejahatan lain lebih penting lagi. Kejadiannya pasti akan mengerikan sekali, penuh kekejaman, dan itu direncanakan di depan mata saya. Semuanya saya ketahui dengan jelas, namun saya tak mampu mencegahnya. Bayangkan saja, adakah orang lain yang menduduki posisi sesulit saya?

"Mungkin tidak ada."

"Kalau begitu, Anda akan bersimpati kepada orang yang meminta tolong kepada saya"

"Begitu ya, jadi sebenarnya dia klien saya atau anda??"

"Anda seharusnya paham, menangani penjahat seperti Cesario bukan bidang saya."

"Menarik, sangat menarik!! Baiklah pada siapa kasus ini bertuan??"

"Saya mohon Anda tak mengejar saya dengan pertanyaan itu. Kerahasiaan identitas beliau harus tetap dijaga. Tujuan beliau benar-benar mulia dan agung, tapi beliau lebih suka kalau namanya tak disebut-sebut. Saya tak perlu mengatakan bahwa akan ada imbalan dan jumlahnya sangat pantas. Anda bisa mengambil semua bagian termasuk kepunyaan saya. Apakah artinya nama klien bagi Anda?"

"Maafkan saya," kata Theo. "Saya biasa menghadapi misteri dari satu sisi saja. Kalau saya harus menghadapinya dari dua sisi, akan terlalu membingungkan. Maaf tuan Arthur James, saya tak dapat menangani kasus Anda "

Tamu mereka terlihat sangat terpukul. Wajahnya yang lebar dan sensitif menjadi muram. "Anda tak menyadari akibat tindakan Anda" katanya. "Anda membuat saya menghadapi dilema yang sangat serius, karena saya yakin Anda akan bersedia menangani kasus ini seandainya saja saya bisa memberikan semua faktanya. Tapi, saya terikat janji untuk merahasiakannya. Paling tidak, berilah saya kesempatan untuk menyajikan data-data yang boleh saya sampaikan."

"Silakan, asal Anda mengerti bahwa saya tak menjanjikan apa-apa."

"Saya mengerti. Pertama-tama, Anda pasti pernah mendengar tentang pengusaha terkenal, tuan Joffrey Austin Anseris kan?"

"Austin Anseris yang termasyhur itu? Tentu saja!" ujarnya sedikit terkejut

"Putri keempatnya bernama Shania Gracia Anseris. Gadis itu masih muda, kaya, cantik-pokoknya luar biasa. Sang putri yang cantik dan lugu inilah yang akan kita selamatkan dari tangan penjahat ulung."

"Cesario menculiknya?"

"Tidak secara fisik... tapi akibatnya malah lebih parah. Dia menjerat gadis itu dalam cinta. Cesario Mensis, sebagaimana Anda mungkin telah mendengar, memang sangat tampan wajahnya, menarik hati sikapnya, lemah lembut nada bicaranya, serta romantis dan misterius gayanya. Pria yang begini kan yang sangat didambakan wanita? Kata orang, semua wanita mengaguminya dan dia memanfaatkan hal itu."

"Bagaimana gerangan pria semacam dia bisa berkenalan dengan wanita terhormat seperti nona Shania Gracia??"

"Mereka bertemu dalam suatu wisata kapal mengelilingi terumbu karang di tenggara Sydney dekat New Zealand. Perusahaan perjalanan itu, walaupun cukup selektif, rupanya tak menyadari siapa sebenarnya sang Cesario. Semuanya telah terjadi. Penjahat itu terus menempel pada nona Gracia, sampai dia berhasil merebut hatinya. Rasanya tak cukup kalau dikatakan dia mencintai pria itu. Dia memujanya, dia terobsesi olehnya. Baginya tak ada pria lain di dunia ini. Segala upaya telah dilakukan untuk menyadarkan Gracia, tapi tak ada hasilnya. Singkatnya dia merencanakan untuk menikah dengan pria itu bulan depan. Karena dia sudah dewasa dan sangat keras kepala, tampaknya tak ada sesuatu pun yang dapat mencegah kemauannya."

"Tahukah nona Gracia tentang peristiwa di London?"

28271368a6142b399a0951a22465bea13bd5b15a.jpg


"Setan licik itu telah mengisahkan semua skandal masa lalunya-menurut versinya, tentu saja. Dan ia menampilkan diri sebagai martir yang tak bersalah. Gracia jelas lebih percaya pada versi pria ganteng itu daripada penuturan orang-orang lain."

"Wah, susah, ya! Omong-omong, tanpa sadar Anda telah menyebutkan nama klien Anda. Pengusaha sekaligus politikus Australia, Joffrey Austin Anseris kan?"

Dia menjadi gelisah. "Saya bisa saja membohongi Anda dengan membenarkan dugaan Anda, tapi bukan demikian kenyataannya. Tuan Joffrey, pengusaha yang ulet dan pekerja keras itu langsung hancur hatinya karena kejadian ini. Dia yang biasanya berani mengambil resiko dan keputusan besar mendadak kehilangan semangat. Kini dia menjadi orang tua yang lemah dan gemetaran. Jelas dia tak mungkin bertahan menghadapi bajingan licik yang sangat berpengaruh seperti pria Australia ini. Klien saya adalah sahabat lamanya, yang sudah menganggap Gracia sebagai putrinya sendiri. Dia tak rela tragedi ini menimpa gadis itu, namun tak mungkin baginya untuk meminta pertolongan Anseris Guard yang ternyata juga bermasalah. Setelah mendengar ceritanya, saya mengusulkan agar dia menghubungi Anda. Namun dia menolak dan meminta saya saja yang menghubungi anda dengan syarat namanya tak dilibatkan dalam masalah ini. Saya yakin, dengan kemampuan Anda yang luar biasa, Anda dapat melacak siapa klien saya ini dengan mudah, tapi saya mohon, demi menjaga kehormatannya, jangan Anda lakukan itu, dan biarlah identitasnya tetap tersembunyi."

Theo tersenyum aneh, begitu juga Reno yang terlihat sedikit heran. Mereka berdua terdiam dan terlihat saling pandang seolah-olah menemukan jalan pikiran yang sama.

"Saya rasa saya bersedia berjanji" katanya. "Saya ingin menambahkan bahwa masalah Anda menarik perhatian saya, dan saya akan mempersiapkan diri untuk menanganinya. Bagaimana caranya saya bisa menghubungi Anda?"

"Anda dapat mencari saya di kompleks perkantoran di Jakarta Selatan. Tapi bila Anda membutuhkan saya secara mendesak, silakan hubungi telepon pribadi saya"

Dia mencatat nomor itu di buku catatan yang diletakkannya di atas lutut. Bibirnya masih menyunggingkan senyum. "Tolong minta alamat Cesario saat ini. Ada, kan?"

Arthur James memberikan sebuah kertas dengan alamat di dalamnya. "Rumahnya besar. Dia mendapat banyak untung melalui beberapa transaksi spekulasi yang agak curang. Dia menjadi lebih kaya sekarang, dan ini membuatnya menjadi lawan yang lebih berbahaya."

"Apakah dia ada di rumahnya sekarang?"

"Ya."

"Di samping semua yang Anda utarakan kepada saya, apakah masih ada tambahan informasi tentang pria itu?"

"Seleranya serba mahal. Dia penggemar kuda. Dia pernah juga bermain polo di Jawa Barat, tapi karena peristiwa di London mulai tersiar ke mana-mana berkat platform berita digital dan internet, dia lalu mengundurkan diri. Dia mengoleksi buku dan foto. Dia punya selera artistik yang lumayan dan ahli dalam soal porselen Cina. Kalau tak salah dia pernah menulis buku tentang itu."

"Pribadi yang kompleks" katanya. "Semua penjahat memang begitu. Beethoven gadungan dari London ternyata memang pemain biola yang hebat. Louis El Varsetile juga merupakan seniman yang lumayan. Dan masih banyak lagi contohnya. Well, tuan James, silakan beritahu klien Anda bahwa saya akan menangani Cesario Mensis. Saya punya beberapa sumber informasi, dan saya berani mengatakan kita akan mendapatkan jalan untuk membereskan masalah ini."

Ketika Arthur James sudah pulang, lama dia duduk termenung, sehingga terlihat seperti melupakan bahwa Reno ada di dekatnya. Namun akhirnya pikirannya kembali ke alam nyata lagi.

"Well Rookie, punya pandangan?" tanyanya.

"Menurutku, sebaiknya kau temui wanita muda itu sendiri."

"Dengarkan Rookie, kalau ayahnya yang hancur hati saja tak berhasil membujuknya, apalagi aku yang tak dikenalnya. Tapi usulmu bisa dicoba bila yang lain-lain tak berhasil. Sekarang kurasa kita harus mulai dari sudut yang berbeda. Raka mungkin bisa membantu kita."

Dia selalu bisa menemukan orang yang mau membantu atau bisa juga disebut sebagai asistennya. Hanya dalam waktu sekitar dua minggu berada di sini, dia sudah menjadikan Raka sebagai asistennya yang sangat berharga. Sayangnya, dia dulunya terkenal sebagai penjahat yang sangat berbahaya, bahkan sempat dipenjara sampai dua kali. Tapi akhirnya dia bertobat, lalu berbalik membantu Theo dengan cara mencarikan informasi tentang dunia kriminal bawah tanah di Jakarta. Seandainya menjadi informan polisi, dia pasti akan cepat dikenal orang. Tapi karena peranannya terbatas pada kasus-kasus yang tak pernah diajukan ke pengadilan, kegiatannya tak disadari oleh rekan-rekannya. Sebagai sesama penjahat, dengan mudah dia dapat keluar masuk semua kelab malam, rumah penginapan murah, dan tempat perjudian di seluruh penjuru kota. Dia sangat sigap dalam mengadakan pengamatan, dan otaknya yang aktif menjadikannya informan yang sangat ideal. Orang inilah yang kini akan dimintai jasanya oleh Theo.

Mereka berpisah menjelang malam dan keesokan harinya mereka bertemu kembali di Restoran Simpson's sesuai perjanjian. Sambil duduk di meja kecil dekat jendela dan menatap keramaian kawasan Jakarta Selatan, Theo menjelaskan langkah-langkah yang telah diambilnya.

"Raka sedang mengendus-endus," katanya. "Mungkin dia bisa menggali sesuatu di dunia hitam, karena di sanalah, di tengah tengah pusat kejahatan, terletak rahasia Cesario Mensis"

"Tapi kalau gadis itu tak mau percaya pada apa yang diketahui orang selama ini, apakah anda kira dia akan percaya pada informasi baru yang anda temukan?"

"Siapa tahu, Rookie? Hati dan pikiran wanita sungguh bagaikan teka-teki bagi pria. Pembunuhan kadang-kadang bisa dimaafkan atau dicari penjelasannya, namun gangguan kecil yang tak sehebat pembunuhan bisa menghancurkan hati seseorang. Cesario mengatakan kepadaku..."

"A-anda sempat bicara dengannya?!"

"Oh ya, aku memang belum mengungkapkan rencanaku kepadamu. Well Rookie, aku ingin bertemu muka dengannya, aku ingin melihat sendiri bagaimana sebenarnya dia. Sesudah memberikan instruksi pada Raka, aku pergi ke alamat yang tuan James berikan kemarin. Sang Cesario menyambutku dengan ramah."

"Apakah dia mengenali anda?"

"Jelas, karena aku memberikan kartu namaku. Dia ini musuh yang hebat; sikapnya sedingin es, suaranya empuk dan menenangkan sekaligus mengandung racun. Gayanya seperti bangsawan-aku ditawarinya minum teh segala-namun kekejamannya tak dapat disembunyikan. Ya, aku senang sekali telah dipercaya untuk menangani Cesario Mensis."

"Kau tadi bilang, dia sangat ramah?"

"Seperti kucing yang mendengkur di depan tikus yang akan dimangsanya. Keramahan orang kadang-kadang lebih mematikan daripada kegarangan orang yang lebih kasar sikapnya. Sapaan awalnya saja sangat unik" jelasnya sambil menyeruput kopi hitamnya yang sedikit panas.




**To Be Continued**
 
Terakhir diubah:
Chapter 27 : Unlucky Girl (Part-2)


'Saya sudah mengira cepat atau lambat saya akan bertemu dengan Anda, tuan James Rewwin' katanya. 'Anda ditugaskan untuk mencegah pernikahan saya dengan Gracia. Betul, kan?'

Theo mengangguk.

'Sobat, Anda hanya akan menghancurkan reputasi Anda yang sudah menjadi buah bibir itu. Anda tak akan menghasilkan apa-apa, malah membahayakan diri sendiri mungkin. Saya sarankan agar Anda mengundurkan diri dari kasus ini secepatnya.'

'Masalah ini menerbitkan rasa ingin tahu saya' jawabnya

'Dan justru saya yang ingin menyarankan agar Anda mengundurkan diri dari urusan ini. Saya menghargai kecerdikan Anda, bahkan setelah saya tahu sedikit tentang kepribadian Anda. Mari kita bicarakan secara jantan. Tak ada seorang pun yang akan menyingkapkan masa lalu Anda ataupun mengganggu kenyamanan hidup Anda. Semua itu sudah berlalu, dan Anda bisa merasa aman sekarang. Tapi, jika Anda nekat menikahi gadis itu, Anda akan berhadapan dengan musuh-musuh perkasa yang tak akan membiarkan Anda hidup tenteram. Apakah itu yang Anda inginkan? Jelas akan lebih bijaksana bila Anda melupakan saja wanita itu. Anda tentu tak suka kalau fakta-fakta masa lalu Anda sampai ke telinganya, bukan?'

Sehelai bulu hidungnya mencuat keluar dari kedua lubangnya sehingga terlihat seperti antena serangga. Bulu hidungnya bergerak-gerak lucu sementara dia mendengarkan kata-katanya, dan akhirnya dia tergelak ringan.

'Maaf kalau saya tertawa, tuan James Rewwin' katanya, 'Tapi benar-benar lucu melihat Anda mencoba bermain kartu padahal Anda sendiri tak pegang kartu. Luar biasa... sekaligus menyedihkan. Ancaman Anda itu cuma pepesan kosong'

'Begitu menurut Anda?'

'Begitu menurut saya. Biar saya jelaskan kepada Anda. Posisi saya sangat kuat, sehingga saya mampu mendemonstrasikannya. Seluruh hati dan pikiran wanita itu sudah ada dalam genggaman saya. Dia tetap mencintai saya walaupun sudah saya beberkan masa lalu saya yang tak menyenangkan. Saya bahkan telah memperingatkannya tentang orang-orang yang dengan maksud jahat akan mendatanginya dan menjelek-jelekkan saya. Saya sudah mengajarinya cara menghadapi orang-orang seperti Anda. Anda pernah mendengar tentang efek pascahipnotis, tuan James Rewwin? Well, Anda akan melihat sendiri contohnya. Pokoknya tunangan saya sudah siap untuk menemui siapa pun, dan saya yakin dia bersedia menerima Anda. Dia tunduk pada semua kemauan ayahnya-kecuali dalam satu hal sepele.'


"Well Rookie, karena rasanya tak ada lagi yang perlu kukatakan, aku pun pamit dengan segagah mungkin. Namun ketika tanganku sedang memutar pegangan pintu, dia membuatku berhenti sejenak"

'Omong-omong tuan James Rewwin, apakah Anda mengenal Roman, agen dari negara ini?'

'Ya,' sahut Theo.

'Anda pernah mendengar tentang musibah yang menimpanya?'

'Saya dengar dia dipukuli beberapa orang di daerah Jakarta Utara, sehingga dia menjadi lumpuh seumur hidup.'

'Begitulah, tuan James Rewwin. Kebetulan baru seminggu sebelumnya dia mengutak-atik urusan saya. Jadi, jangan coba-coba. Ini bukan pekerjaan yang menguntungkan bagi Anda. Beberapa orang sudah mengalaminya. Pesan terakhir saya untuk Anda ialah ambil jalan Anda sendiri, saya pun akan mengambil jalan saya. Selamat jalan!'


"Nah Rookie, sekarang kau sudah tahu semuanya."

"Orang itu tampaknya berbahaya."

"Sangat berbahaya. Tanpa menggertak pun, sebenarnya dia jenis orang yang akan melakukan lebih dari yang dikatakannya."

"Kalau begitu haruskah anda ikut campur? Apa salahnya kalau dia menikah dengan gadis itu?"

"Mengingat dialah pembunuh istrinya yang terakhir, menurutku jelas salah besar kalau gadis itu menikah dengannya. Di samping itu, bagaimana dengan klien kita? Yah, kita tak perlu membicarakannya sekarang. Kalau kau sudah selesai minum kopi, yuk ikut aku pulang, karena Raka yang bersemangat itu pasti sudah ada di sana membawa laporannya."

Pria berbadan besar, berwajah merah, dan bermata hitam nyalang itu memang telah menunggu di depan apartementnya. Di sampingnya duduk seorang wanita bertubuh ramping. Wajahnya yang masih muda pucat dan tegang, dipenuhi gurat-gurat kepedihan dan luka.

"Ini Cindy Hapsari" kata Raka memperkenalkan wanita itu kepada Theo dan Reno sambil mengayunkan tangannya yang gemuk. "Apa yang tidak diketahuinya... ah, biarlah dia bicara sendiri. Saya menemukannya satu jam setelah saya menerima pesan Anda"

2827143637218abf9cd15662653b2c90e46734b9.jpg


"Tak susah mencari alamat saya," kata wanita muda itu. "Kami berdua teman lama. Tapi orang yang sedang Anda kejar seharusnya tinggal di neraka yang lebih dalam, kalau saja keadilan ditegakkan di bumi ini!"

Theo tersenyum. "Saya rasa kami butuh doa restu Anda nona Hapsari"

"Kalau saya bisa membantu Anda memberi ganjaran yang setimpal baginya, saya akan lakukan dengan senang hati," kata tamu itu penuh semangat. Wajahnya memancarkan kebencian, sorot matanya berapi-api.

"Anda tak perlu susah-susah mengorek masa lalu saya. Yang penting, saya jadi begini karena Cesario. Betapa besar keinginan saya untuk menghancurkan hidupnya!" Dikepalkannya kedua tangannya dengan gemas ke udara. "Oh, kalau saja saya bisa menghancurkan hidupnya sebagaimana telah dilakukannya terhadap begitu banyak orang!"

"Anda tahu tentang kasus yang sedang kami tangani?"

"Raka telah menceritakannya. Bajingan itu sedang mengincar seorang gadis, dan ingin menikahinya. Anda bertugas untuk mencegah hal ini. Apakah semua yang Anda ketahui tentang setan itu tak cukup untuk menyadarkan si gadis? Orang waras tentu tak mau terlibat dengan pria semacam itu!"

"Sayangnya gadis itu boleh dibilang tidak waras. Pikirannya dibutakan oleh cinta. Dia sudah diberitahu semuanya tentang pria itu, dan dia tak peduli."

"Diberitahu juga tentang pembunuhan itu?"

"Ya."

"Ya Tuhan. Dia pasti sudah gila!"

"Dia menganggap semuanya fitnah belaka."

"Tak bisakah Anda menunjukkan bukti-bukti kepadanya?"

"Well, bersediakah Anda membantu kami dalam hal ini?"

"Bukankah diri saya saja sudah cukup untuk menjadi bukti? Kalau saya berhadapan muka dengan gadis itu, dan mengatakan kepadanya bagaimana pria itu telah memperlakukan saya..."

"Anda bersedia?"

"Bersedia? Bagaimana mungkin tak bersedia?"

"Well, kita bisa mencoba. Tapi pria itu telah mengakui semua dosanya dan gadis itu memaafkannya. Saya kuatir dia tak akan berubah pikiran."

"Saya yakin pria itu belum mengungkapkan semuanya," kata wanita itu. "Saya kebetulan melihat sendiri satu-dua pembunuhan yang dilakukannya di samping pembunuhan yang menggemparkan itu. Dengan gaya bicaranya yang tenang sambil menatap lurus kepada saya, dia mengungkapkan, 'Orang itu akan menemui ajalnya sebulan lagi.' Dan ternyata dia tidak bergurau. Tapi saya tak begitu memedulikannya, karena waktu itu saya sedang kasmaran. Apa pun yang dilakukannya tak jadi masalah bagi saya, persis seperti sikap gadis dungu ini! Hanya ada satu hal yang mengguncangkan saya-buku hariannya. Kalau saja saya tak begitu terpikat oleh tutur katanya yang lemah lembut yang ternyata penuh racun dan kebohongan itu, saya pasti telah meninggalkannya malam itu juga. Bukunya bersampul kulit cokelat dan dapat dikunci. Halaman depannya ditulis dengan tinta emas. Saya rasa dia agak mabuk malam itu, maka dia menunjukkan buku itu kepada saya."

"Apa isinya?"

"Dengar tuan James Rewwin, pria ini mengoleksi banyak wanita, dan dia bangga akan koleksinya. Semuanya ada di dalam buku itu: foto, nama, perincian, semua yang menyangkut wanita-wanita itu. Buku yang benar-benar tak manusiawi-buku yang tak mungkin dibuat oleh orang yang paling bobrok moralnya sekalipun. Tapi Cesario Mensis memilikinya. Jiwa-jiwa yang Telah Kuhancurkan-begitulah mestinya judul buku itu. Namun sudahlah, buku itu tak ada manfaatnya buat Anda, dan kalaupun ada, Anda tak akan bisa mendapatkannya."

"Di mana dia menyimpannya?"

"Mana saya tahu? Sudah lebih dari setahun saya meninggalkannya. Waktu itu, saya tahu tempatnya. Dia orangnya rapi dan teliti, jadi mungkin saja masih di situ-di kotak arsip di bagian atas lemari kuno di kamar bacanya yang sebelah dalam. Anda tahu rumahnya?"

"Saya pernah masuk ke ruang bacanya," jawab Theo

"Oh ya? Anda benar-benar sigap, padahal Anda baru mulai tugas ini tadi sore. Mungkin kali ini Cesario bertemu dengan tandingannya. Di ruang baca di luar terdapat lemari kaca besar berisi porselen Cina. Di belakang meja tulis ada pintu menuju ruang baca dalam-ruangan kecil tempat dia menyimpan surat-surat dan barang-barang lain."

"Dia tak takut dirampok?"

"Cesario bukan penakut. Musuh yang paling membencinya pun akan mengakui hal itu. Dia bisa menjaga diri. Pada malam hari dia memasang alarm. Di samping itu, untuk apa maling masuk ke rumahnya? Yang berharga cuma barang-barang porselen itu."

"Tak menarik," kata Raka dengan yakin. "Tak ada tukang tadah yang mau barang seperti itu. Tak bisa dilebur, susah dijual."

"Begitu, ya?" kata Theo. "Nah nona Hapsari, silakan datang kemari jam lima sore besok. Saya akan mempertimbangkan apakah saran Anda untuk menemui gadis itu secara pribadi bisa diatur atau tidak. Saya sangat berterima kasih atas kesediaan Anda bekerja sama dengan kami. Saya tak berkeberatan memberi Anda..."

"Saya tak memikirkan hal itu, tuan!" teriak wanita muda itu. "Saya tak memikirkan uang sama sekali. Saya hanya ingin melihat pria itu terlempar ke dalam lumpur, dan saya akan puas kalau bisa membenamkan wajahnya ke lumpur dengan kaki saya. Saya akan datang besok atau kapan saja untuk membantu Anda. Raka tahu di mana saya tinggal."

Mereka berempat berpisah kembali kerumah masing-masing. Keesokan harinya menjadi pagi yang melelahkan untuk Theo dan wanita muda itu. Mereka harus menghadapi seorang gadis yang bisa dibilang berubah menjadi sangat keras kepala dan menyebalkan. Sedangkan Reno, pagi harinya dihabiskan dengan bersantai di apartementnya dengan Naomi yang baru saja kembali dari luar negeri.

"Jangan disitu dong, sakit" ujar Naomi dengan wajah memerah

"Eh maaf-maaf. Agak geseran ya" jawab Reno dengan nafas tersengal-sengal

28271437f4ff368591db955b2f9c95f9b9c2a0e0.jpg


Malam harinya mereka kembali bertemu untuk makan malam di restoran dikawasan Jakarta Selatan. Dia mengangkat bahu ketika Reno bertanya apakah pertemuannya dengan nona Shania Gracia Anseris berhasil. Lalu dia menuturkan pengalamannya.

"Aku sama sekali tak mendapat kesulitan untuk menemui gadis itu," katanya. "Dia sepertinya sengaja menunjukkan kepatuhannya pada ayahnya sebagai penebus kesedihan yang telah diakibatkannya. Tuan Joffrey Austin sendiri yang meneleponku untuk mengabarkan bahwa putrinya siap menerimaku, dan nona Hapsari datang ke tempatku dengan penuh semangat tepat pada jam yang telah ditentukan. Kami berangkat dengan taksi online dan sampai di salah satu apartementnya itu di Menteng Square pada jam setengah sembilan. Gadis itu sudah menunggu di ruang duduk dengan sikap kaku dan penuh percaya diri."

"Sulit bagiku untuk mendeskripsikannya, Rookie. Kau mungkin akan bertemu sendiri dengannya dalam proses penanganan kasus ini. Gadis itu cantik, kecantikan langka yang hanya dimiliki kalangan atas. Bagaimana seorang pria berhati binatang sampai berhasil mencengkeramkan kukunya pada gadis itu benar-benar tak terbayangkan. Dunia mereka bagaikan langit dan bumi; pasangan itu seperti malaikat dan manusia gua."

Reno terdiam dan menghela nafas, pikirannya seperti agak terganggu dan tidak fokus. Berulang kali dia menahan kantuknya dengan tidak menguap di depan Theo

"Gadis itu tentu saja sudah tahu maksud kedatanganku, bajingan itu sudah meracuni pikirannya untuk menentangku. Kurasa kehadiran nona Hapsari agak mengejutkannya, namun dengan angkuh dia mempersilakan kami duduk. Sikapnya seperti kepala perawat yang menerima dua pasien penyandang kusta.

28271438bb8a25201d21313a32248c8e7213d4ba.jpg


'Well, tuan James Rewwin' katanya dengan suara sedingin es

'Nama Anda tak asing bagi saya. Anda datang kemari untuk memfitnah tunangan saya,Cesario Mensis. Saya bersedia menemui Anda hanya karena diminta ayah saya, dan sebelumnya saya ingin mengingatkan Anda bahwa apa pun yang Anda katakan tak mungkin mempengaruhi saya.'

"Aku benar-benar kasihan melihat gadis itu, Rookie. Sesaat kubayangkan bagaimana seandainya dia putriku sendiri. Aku biasanya tak suka banyak bicara; aku lebih suka memakai otakku daripada hatiku. Tapi saat itu aku sampai memohon kepadanya. Kugambarkan kepadanya bagaimana nasib wanita yang baru mengetahui sifat asli seorang pria setelah dia menjadi istrinya-wanita yang menyerahkan diri kepada pria yang tangannya berlumur darah dan mulutnya berbisa. Semuanya kuungkapkan-rasa malu, takut, pedih, maupun kehancuran yang akan menimpanya. Tapi gadis itu tak bergeming sedikit pun. Matanya tetap memandang kejauhan, sama sekali tak terpengaruh kata-kataku."

"Aku jadi teringat pada apa yang pernah dikatakan bajingan itu tentang efek hipnotis. Orang yang kena pengaruh hipnotis akan meyakini bahwa dia hidup di dunia lain yang penuh impian kenikmatan.Namun anehnya dia mampu menjawab dengan tegas."

'Saya telah mendengarkan penuturan Anda dengan sabar, tuan James Rewwin' katanya.

'Sudah saya katakan, saya tak akan terpengaruh sedikit pun. Saya sadar bahwa Cesario, tunangan saya, telah mengalami banyak cobaan hidup, sehingga dia dibenci dan dipersalahkan banyak orang. Anda bukan orang pertama yang menjelek-jelekkan dia di depan saya. Anda mungkin bermaksud baik, walaupun saya tahu Anda orang bayaran yang sekarang menentangnya, tapi kali lain bisa saja membela dia.'

'Bagaimanapun, saya harap Anda mengerti satu hal, yaitu bahwa saya mencintai dia, dan dia mencintai saya. Kalau memang dia sempat terpeleset, mungkin saya justru ditakdirkan untuk membangunkannya. Oh ya...,' dia menoleh kepada nona Hapsari

'Siapa wanita ini?'

28271439a3a18a680414f6a203c1374396029f5a.jpg


"Aku baru saja mau menjawab ketika nona Hapsari tiba-tiba menyerbu. Kau pernah melihat api dan es berhadapan langsung? Begitulah keadaan kedua wanita itu saat itu" jelas Theo

'Saya akan mengatakan siapa saya!' teriaknya sambil berdiri dari kursinya

'Saya wanita simpanannya yang terakhir. Saya salah satu dari puluhan wanita yang telah terpikat olehnya lalu dimanfaatkan, dihancurkan, dan dicampakkan. Anda pun akan mengalami nasib yang sama, dan pada waktu itu Anda akan merasa lebih baik mati saja. Dengarkan saya, wanita bodoh, begitu Anda menikahi pria itu, tamatlah riwayat Anda. Hati Anda atau bahkan leher Anda akan diremukkannya, walaupun sekarang dia mati-matian ingin mendapatkan Anda. Saya katakan ini bukan karena saya kasihan pada Anda, bagi saya tak jadi soal apakah Anda hidup atau mati. Yang mendorong saya adalah kebencian dan sakit hati saya terhadapnya. Saya ingin membalas dendam atas apa yang telah dilakukannya pada diri saya. Tapi terserahlah, dan Anda tak perlu memandang jijik seperti itu, karena Anda pun akan menjadi wanita yang lebih menjijikkan daripada saya sebelum Anda menyadarinya.'

'Saya tak sudi membicarakan masalah ini,' kata nona Shania Gracia dengan dingin.

'Baiklah saya katakan sekali ini, dan takkan saya ulangi iagi, saya tahu tunangan saya pernah terjerat tiga wanita licik. Namun kekeliruan apa pun yang pernah dilakukannya, kini dia benar-benar sudah insaf.'

'Tiga wanita, hah!' teriak nona Hapsari. 'Bodohnya Anda ini! Bodohnya Anda ini!'

'Tuan James Rewwin, saya minta Anda segera mengakhiri pembicaraan ini,' kata gadis itu, masih dengan suara sedingin es.

'Saya telah menuruti kemauan ayah saya untuk menemui Anda, tapi saya tak perlu mendengarkan kicauan wanita ini.'

Sambil mengumpat-umpat, nona Hapsari melompat ke depan, siap menyerang gadis angkuh yang menjengkelkan itu. Theo menariknya ke arah pintu dan berhasil membawanya ke taman tanpa menimbulkan kericuhan. Dia benar-benarkalap. Diam-diam, Theo pun sangat marah ,karena sikap gadis yang susah-susah ingin mereka selamatkan itu.


"Nah, sekarang kau sudah tahu dengan tepat posisi kita. Aku harus membuat rencana lain, karena gebrakan awal kita menemui kegagalan. Aku akan terus menghubungimu, karena kemungkinan besar kau akan ikut berperan, walaupun langkah berikutnya mungkin akan lebih banyak melibatkan mereka daripada kita."

Ramalannya ternyata tidak meleset. Mereka-atau lebih tepatnya sang Cesario, mengambil langkah untuk membereskan Theo. Berita itu terbaca di koran dua hari setelah pertemuan Reno yang terakhir dengan Theo. Bayangkan bagaimana ekspresi terkejutnya ketika membaca judul berita yang terpampang di koran-koran pagi itu.



**To Be Continued**
 
Chapter 28 : Unlucky Girl (Part-3)


UPAYA PEMBUNUHAN TERHADAP KARYAWAN GOLDEN TULIPS CORP.

Dia berdiri mematung di depan kios koran di antara Hotel Grand dan Stasiun kereta api itu, sampai si penjual menegurnya karena lupa membayar. Di muka toko obat tertulis berita yang mengerikan itu. Tidak butuh waktu lama baginya untuk segera mengirim email kepada Angel

"Kami ikut prihatin mendengar musibah yang menimpanya. Dia menjadi korban usaha pembunuhan yang mengakibatkannya terluka cukup parah" sebuah email yang ditujukan padanya, dari seseorang petinggi di perusahaan.

Belum ada perincian yang masuk mengenai peristiwa itu, tapi kejadiannya diperkirakan berlangsung pukul dua belas siang di sebuah jalan, tepat di depan Cafe Royal. Penyerangan dilakukan oleh dua orang bersenjata, dan dia menderita luka-luka di kepala dan tubuhnya yang menurut dokter cukup serius. Dia dilarikan ke Rumah sakit, tapi lalu bersikeras minta dipulangkan ke rumahnya. Menurut saksi mata, kedua penjahat yang menyerangnya berpakaian sangat rapi, dan mereka berhasil melarikan diri lewat jalan sempit yang terletak di belakang Cafe Royal. Tak diragukan lagi, mereka adalah suruhan orang itu.

Begitu selesai membaca email itu, Angel langsung menuju bandara dan terbang ke Jakarta. Dia meminta Reno untuk menjemputnya dan mengantarnya ke apartementnya. Di ruang tamu mereka berpapasan dengan dokter Samuel Wills, ahli bedah terkenal itu, dan mobilnya terparkir di belokan jalan.

"Keadaannya tak terlalu mengkhawatirkan" begitu laporannya. "Hanya dua luka koyakan di kulit kepala dan lecet-lecet. Sudah saya jahit, juga sudah saya suntikkan obat penenang. Dia perlu istirahat, tapi kalau Anda ingin menemuinya beberapa menit saja, tak jadi masalah."

Setelah mendapat izin dokter bedah itu, mereka menyelinap masuk ke kamarnya yang gelap. Dia ternyata tidak tidur, dan menyebut sebuah nama dengan bisikan parau. Kerai jendelanya terbuka sedikit, membawa masuk seberkas sinar yang menerangi kepalanya yang diperban. Rembesan darah menodai kain linen putih itu. Angel duduk di sampingnya dan memalingkan kepala.

"Jangan terlalu kuatir, almond" gumamnya lirih. "Keadaanku tak separah yang kaulihat."

"Syukurlah!"

"Kau tentu tahu, aku cukup mahir berkelahi. Dalam sekejap aku mampu melucuti amunisi pada pistol mereka. Aku sebenarnya bisa menghindari pukulan-pukulan itu, tapi aku kewalahan menghadapi penyerang kedua."

"Apa yang terjadi?? Ulah organisasi kah?? Apa yang harus kulakukan??"

"Angel, aku memintamu dengan sangat. Ini masih terlihat abu-abu, apakah ada kaitannya dengan organisasi atau tidak. Tapi kumohon jangan, kita tak bisa berbuat apa-apa kecuali polisi berhasil menangkap kedua penyerangku. Tunggu saja dulu. Aku punya rencana lain. Pertama, ialah dengan membesar-besarkan luka yang kuderita. Tolong kau tambah-tambahi, Rookie!! Katakan pada orang-orang, masih untung kalau aku bisa bertahan hidup dalam seminggu ini... gegar otak... koma... sesukamu! Pokoknya dibuat kedengaran separah mungkin." pintanya kepada Reno

"Tapi bagaimana dengan dokter yang menangani anda?? Dan juga perusahaan itu??"

"Oh, tak ada masalah. Di depan dia aku akan berpura-pura sakit. Dan juga aku akan mengirimkan surat keterangan dari rumah sakit"

"Ada lagi?"

"Ya. Hubungi agen Charles dan minta dia menyembunyikan nona Hapsari. Para penyerangku pasti akan mengejarnya sekarang. Ini bisa gawat. Lakukanlah malam ini juga."

"Aku akan pergi sekarang. Ada yang lain lagi?"

"Bisakah kau membelikanku sebotol wine merah?? Datanglah kemari tiap pagi dan kita akan bersama-sama merencanakan kampanye kita. Oh ya satu lagi, kalau kau tidak keberatan aku ingin ditemani kakakmu"

Malam itu juga, Reno dan agen Charles mengatur kepindahan nona Hapsari ke pinggir kota dan berpesan agar dia jangan bertindak apa-apa sampai bahaya yang mengancamnya telah lewat.

Selama enam hari publik mendapat kesan bahwa karyawan yang diserang oleh sekelompok penjahat itu sedang sekarat. Majalah-majalah dan koran-koran memuat berita yang menyedihkan ini. Dia beruntung karena nama besar perusahaan membuatnya menjadi kabar yang dinantikan oleh masyarakat. Kunjungannya tiap pagi ke tempat karyawan itu membuatnya yakin bahwa sesungguhnya dia tak separah yang diberitakan media-media itu.

Keyakinan dan kemauannya yang tinggi membawa dampak yang menakjubkan. Kesehatannya membaik dengan sangat cepat, dan membuat Reno curiga bahwa keadaannya sebenarnya jauh lebih baik dari yang ditunjukkannya. Dia memang suka berahasia, bahkan kepadanya, satu-satunya orang yang selalu dia panggil dengan sebutan Rookie, dia tak mau menyatakan dengan jelas rencana-rencana yang ada di benaknya. Dia selalu menandaskan bahwa supaya rencana dapat berjalan dengan aman hanya sang perencana yang boleh tahu.

Seminggu setelah musibah yang menimpanya, jahitan-jahitan di kepalanya dilepas, tapi berita yang dimuat di koran tentu saja sangat berbeda. Koran-koran itu juga memuat berita yang mau tak mau harus disampaikan kepadanya. Dikatakan bahwa Cesario Mensis sudah membeli tiket pesawat yang akan berangkat dari Jakarta pada hari Jumat. Ada urusan penting yang harus diselesaikannya di Singapura sebelum melangsungkan pernikahan dengan nona Shania Gracia, putri keempat dari... dan seterusnya... dan seterusnya.

Dia mendengarkan Reno membacakan berita itu dengan wajah sangat serius. Berita itu ternyata sangat memukulnya. "Jumat!" teriaknya. "Tiga hari lagi. Aku yakin bajingan itu punya rencana untuk mengamankan diri. Tapi dia tak akan berhasil, Rookie! Demi Tuhan, dia tak akan berhasil! Sekarang, Rookie, aku mau kau melakukan sesuatu untukku."

"Aku siap untuk itu"

"Tolong pelajari tentang keramik Cina secara intensif dalam waktu 24 jam."

Dia tak menjelaskan lebih lanjut, dan Reno pun tak bertanya-tanya kepadanya. Berdasarkan pengalaman yang terdahulu, dia jadi terbiasa untuk menuruti saja kemauannya. Tapi sementara Reno menyusuri sepanjang jalan setelah meninggalkan kamarnya, benaknya dipenuhi pertanyaan untuk apa sebenarnya dia diminta melakukan sesuatu yang aneh begini.

Dia pergi ke Perpustakaan daerah, mengemukakan keperluannya kepada seseorang yang bernama Arlin yang bekerja di perpustakaan itu, yang akhirnya pulang menenteng beberapa buku tebal.

Kata orang, seorang pengacara yang dengan begitu andal menangani suatu kasus pada hari Senin, biasanya sudah melupakan semua pengetahuan yang sengaja dipompakannya ke otaknya itu pada hari Sabtu berikutnya.

Reno sebetulnya tak ingin coba-coba menjadi pakar keramik kagetan, tapi demi seseorang yang sedang terbaring, dijalani juga perintah itu. Nyaris selama 24 jam penuh—dia berhenti hanya untuk tidur sejenak—ditekuni buku-buku yang dia baca sambil berusaha menyerap informasi sebanyak-banyaknya.

Menghafalkan ciri khas masing-masing keramik karya seniman-seniman besar, keistimewaan keramik zaman Sung dan Yuan yang sudah begitu melegenda.

Berbekal semua ini dia menemui Theo kembali esok malamnya. Dia sudah tak berbaring ditempat tidur lagi, meski kepalanya masih diperban. Dia duduk sambil menyandarkan kepala pada kedua lengannya di kursi malas favoritnya.

"Wah, orang-orang mengira anda sedang sekarat."

"Memang itu yang kuinginkan," sahutnya. "Nah Rookie, sudah kau pahami bahan pelajaranmu?"

"Paling tidak, aku sudah berusaha."

"Bagus. Jadi kau bisa ngobrol-ngobrol secara meyakinkan tentang hal itu, kan?"

"Rasanya bisa."

"Kalau begitu, tolong ambilkan kotak kecil yang ada di atas meja."

Dia membuka tutup kotak itu dan mengeluarkan benda kecil yang terbungkus kain sutra yang sangat halus. Ketika bungkusnya dibuka, tampaklah piring kecil berwarna biru tua.

"Hati-hati Rookie, ini keramik asli zaman Ming. Semua yang pernah dijual di Balai Lelang tak ada yang menandingi keindahan benda ini. Kalau piring ini terkumpul lengkap, harganya setara dengan uang tebusan raja pada masanya. Tapi kukira set lengkapnya tak bisa ditemukan di luar. Ini barang berharga yang akan membuat seorang kolektor tergila-gila."

"Jadi harus kuapakan benda ini?"

Dia menyerahkan sebuah kartu nama bertuliskan: Hill Kennedy S.Ars

"Kau akan menyamar sebagai orang itu malam ini Rookie. Temuilah Cesario Mensis. Aku sudah menyelidiki kebiasaannya—pada jam setengah sembilan malam biasanya dia bebas. Kirimkanlah email dulu padanya mengabarkan kau akan datang mengunjunginya, membawa keramik antik zaman Ming. Kau dapat berperan sebagai seorang arsitek—yang senang mengoleksi barang antik—supaya kau tak terlalu canggung bersikap. Kau berminat menjual koleksimu ini kalau harganya cocok."

"Berapa harga yang cocok?"

"Bagus sekali kautanyakan itu, Rookie! Tentunya orang akan ragu-ragu kalau kau tak tahu nilai barang antikmu sendiri. Piring ini kudapatkan dari tuan Arthur James. Dia meminjamnya dari koleksi kliennya. Tak berlebihan kalau kau katakan barang ini tak ada duanya di dunia."

"Mungkin aku bisa menyarankan agar harganya ditaksir dulu oleh seorang ahli?"

"Hebat, Rookie! Otakmu begitu cemerlang hari ini. Tampaknya kau mengalami peningkatan yang signifikan. Sarankan agar dia menghubungi Alexander Christ."

"Bagaimana kalau dia tak mau menemuiku?"

"Oh, dia pasti mau. Dia terkenal sebagai pemburu barang langka; yang satu ini tak mungkin ditolaknya. Duduklah Rookie, akan ku diktekan isi emailnya. Tak diperlukan jawaban. Kau hanya mengabarkan bahwa kau akan datang dan maksud kedatanganmu."

Surat yang didiktekan kepadanya benar-benar luar biasa. Singkat, sopan, dan menerbitkan rasa ingin tahu si penerima.



**To Be Continued**
 
Chapter 29 : Unlucky Girl (Part-4)


Malam itu juga Reno memulai petualangannya, bersenjatakan piring keramik yang sangat berharga itu dan kartu nama Hill Kennedy. Rumah Cesario ternyata besar dan indah menunjukkan bahwa pria ini memang cukup berharta. Melewati jalan berkelok-kelok yang dihiasi tanaman langka di kedua sisinya, dia tiba dihalaman berbatu yang dilengkapi patung-patung, salah satunya adalah patung sejenis hewan yang memiliki kantong di perutnya. Dia dipersilakan masuk oleh kepala pelayan yang lalu menyerahkannya pada anak buahnya. Pelayan yang berpakaian rapi inilah yang mengantarkannya keruang baca Cesario. Dia sedang berdiri di depan sebuah lemari besar yang terbuka. Lemari berisi koleksi keramik Cina itu terletak di antara jendela-jendela ruangan itu. Dia menoleh ketika Reno memasuki ruangan, tangannya masih menggenggam vas cokelat kecil.

"Silakan duduk tuan Hill" katanya.

"Saya sedang melihat-lihat koleksi saya sambil mempertimbangkan apakah saya masih perlu menambahnya. Vas Dinasti Tang dari abad ketujuh ini mungkin akan menarik perhatian Anda. Apakah Anda membawa piring Ming yang Anda sebutkan di email Anda?"

Dengan sangat hati-hati Reno membuka bungkus piring itu, lalu menyerahkan isinya kepadanya. Dia menyalakan lampu meja dan duduk mengamati barang itu. Sinar lampu menerangi wajahnya sehingga Reno dapat mengamati profilnya. Pria ini memang benar-benar tampan. Pantaslah ketampanannya termasyhur di seluruh Australia hingga Jakarta. Perawakannya sedang tapi bentuknya bagus dan otot-ototnya kuat. Wajahnya kecokelatan dan matanya yang berwarna gelap memancarkan ketenangan yang dengan mudah menawan hati banyak wanita. Rambutnya hitam mengilat, juga kumisnya yang tipis. Detail-detail wajahnya, semuanya bagus, kecuali mulutnya yang lurus dan bibirnya yang tipis. Yang dia tahu, begitulah biasanya ekspresi mulut seorang pembunuh—kejam, dingin, tak mudah diajak kompromi, dan mengerikan. Suaranya mantap, sikapnya tanpa cela.

Penampilannya seperti baru tiga puluhan, walaupun usianya sebenarnya sudah empat puluh dua.

"Indah sekali—benar-benar indah!" katanya pada akhirnya.

"Dan Anda mengatakan punya set lengkapnya yang berjumlah enam. Saya heran kenapa saya tak pernah mendengar tentang barang ini. Saya tahu hanya ada sebuah lagi yang seperti ini di Inggris, dan itu tak mungkin dijual di luaran. Apakah Anda keberatan kalau saya bertanya, tuan Hill Kennedy, bagaimana Anda mendapatkan barang ini?"

"Apakah itu perlu?" tanyanya sesantai mungkin. "Anda sudah melihat sendiri barang ini asli, dan untuk menaksir nilainya, bagaimana kalau kita konsultasi pada seorang ahli?"

"Misterius benar" katanya dengan tatapan mata curiga. "Dalam jual-beli barang bernilai tinggi seperti ini, orang pasti ingin tahu banyak hal. Saya tak meragukan keaslian barang ini, tapi bagaimana kalau ternyata kelak terbukti Anda tak berhak menjualnya?"

"Saya jamin itu takkan terjadi."

"Jaminan macam apa yang bisa Anda tunjukkan?"

"Silakan cek ke bank-bank tempat saya menjadi nasabah."

"Begitu. Tapi saya tetap menganggap transaksi ini agak janggal."

"Saya tak memaksa Anda untuk membelinya," kata Reno masih dengan sikap tak acuh. "Saya memberikan penawaran pertama kepada Anda karena saya tahu Anda pakar. Tapi takkan sulit bagi saya untuk menjual barang ini ke tempat lain."

"Siapa yang mengatakan kepada Anda bahwa saya pakar?"

"Anda pernah menulis buku tentang keramik Cina, kan?"

"Anda sudah membacanya?"

"Belum."

"Wah, saya jadi makin bingung! Anda kolektor yang memiliki barang yang sangat berharga, tapi Anda tak pernah membaca buku khusus yang bisa memberikan informasi tentang arti dan nilai sebenarnya dari barang-barang koleksi Anda. Bagaimana bisa begitu?"

"Saya sangat sibuk dengan profesi saya."

"Itu bukan alasan. Kalau orang punya hobi, dia akan mengikuti perkembangan hobinya itu, sesibuk apa pun dia dengan kegiatan-kegiatan lainnya. Anda mengatakan di email Anda bahwa Anda juga pakar keramik Cina."

"Benar."

"Boleh saya mengajukan beberapa pertanyaan untuk menguji Anda? Saya perlu mengatakan kepada Anda, seorang arsitek—kalau Anda benar seorang arsitek—bahwa kehadiran Anda semakin lama semakin membuat saya curiga. Saya mau bertanya, apa yang Anda ketahui tentang Kaisar Shomu dan hubungannya dengan Shoso-in. Wah, Anda tampak bingung! Coba jelaskan sedikit tentang Dinasti Wei Timur dan peranannya dalam sejarah keramik."

Reno melompat dari kursi dengan sangat marah. "Semua ini sungguh keterlaluan, tuan" katanya. "Saya datang kemari untuk kepentingan Anda, bukan untuk diuji seperti murid sekolah dasar. Pengetahuan saya tentang keramik mungkin tak sehebat Anda, tapi saya tak sudi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan cara yang sangat mengganggu ini."

Dia menatap Reno dengan tajam. Matanya yang tadi memancarkan ketenangan tiba-tiba menjadi garang. Gigi-geliginya menyembul dari bibirnya yang memancarkan kekejaman.

"Permainan apa ini? Anda kemari untuk memata-matai saya. Anda diutus oleh seseorang. Dia yang sedang sekarat, jadi dia mengirim antek-anteknya untuk mengawasi saya. Anda masuk ke sini tanpa izin, jangan harap Anda dapat keluar dengan mudah."

Dia bangkit, dan Reno melangkah mundur untuk mempersiapkan diri kalau-kalau dia menyerangnya. Dia mungkin telah mencurigai Reno sejak awal, dan kini dia sadar bahwa berkata bohong kepadanya hanya akan memperkeruh suasana.

Dia merogoh ke sebuah laci dan mengobrak-abrik isinya dengan gusar. Kemudian telinganya menangkap sesuatu, dan dia berhenti sejenak untuk mendengarkan dengan saksama."Ah!" teriaknya. "Ah!" Dia berlari ke ruangan di belakangnya. Reno pun melangkah ke pintu yang terbuka itu, dan otaknya tak bisa menjelaskan apa yang dia lihat di ruang belakang itu. Jendela dekat taman terbuka lebar. Di dekat jendela itu—tampak bagaikan hantu yang mengerikan karena kepalanya terbungkus perban dan wajahnya pucat pasi—berdiri seorang Theo disana.

Sekejap kemudian, dia sudah melompat ke luar, dan terdengar bunyi berdebum ketika tubuhnya terjatuh ke semak-semak di halaman. Dengan amarah yang memuncak, tuan rumah mengejarnya sampai ke jendela yang terbuka. Perkembangan selanjutnya sungguh tak terduga. Reno melihatnya dengan jelas. Tampak sebuah tangan—tangan wanita—menyeruak dari semak-semak. Pada saat yang bersamaan, Cesario berteriak dengan amat nyaring—teriakan memilukan yang takkan terlupakan seumur hidup. Ditutupkannya kedua tangannya ke wajahnya, lalu dia lari berputar-putar di ruangan itu, sambil membentur-benturkan kepalanya ke dinding. Lalu dia menjatuhkan diri ke karpet, berguling-guling, dan menggeliat-geliat, sambil terus melolong-lolong dengan nyaring hingga terdengar ke seluruh penjuru rumah.

"Air! Tolong!! Air!" teriaknya. Reno menyambar botol minuman dari meja kecil dan berlari untuk menolongnya. Pada saat yang sama, kepala pelayan dan beberapa anak buahnya berdatangan. Salah satu dari mereka bahkan jatuh pingsan ketika Reno berjongkok di dekat orang yang terluka itu dan menolehkan wajahnya ke lampu. Cairan asam sulfat sedang merasuk ke semua bagian wajahnya, bahkan sampai menetes dari telinga ke dagunya. Salah satu matanya sudah menjadi putih dan kabur, sementara yang sebelah lagi merah membara.

Profil yang beberapa menit yang lalu sangat dikagumi ketampanannya kini bagaikan lukisan indah yang ketumpahan spons basah beraneka warna—coreng-moreng tak keruan, menakutkan, dan mengerikan.

Secara singkat Reno menjelaskan apa yang telah terjadi, khususnya bagaimana tragedi itu menimpa tuan rumah. Beberapa para pelayan lalu memanjat jendela, yang lainnya lari keluar ke halaman, tapi hari sudah gelap dan hujan pun turun. Sang korban bertenak-teriak mengumpat penyerangnya, "Hapsari, wanita sialan itu! Dia akan menerima ganjarannya! Dia akan menerima ganjarannya! Oh,Tuhan, sakitnya tak tertahankan!"

Reno membersihkan wajahnya dengan minyak, menaruh kapas pada bagian-bagian yang kasar, lalu memberinya obat penahan sakit. Semua kecurigaannya terhadap Reno telah mencair karena peristiwa ini, dan dia bergayut ke lengannya seolah Reno punya kekuatan untuk menyembuhkannya. Nyaris Reno menangis melihat kerusakan di wajahnya, andai dia tak menyadari bahwa ini merupakan ganjaran hidupnya yang penuh kekejian. Diam-diam Reno merasa sedikit jijik karena tangan yang terbakar itu tak juga melepaskan gayutannya. Betapa leganya Reno ketika ahli bedah dan dokter spesialis keluarganya tiba untuk menggantikan posisinya.

Polisi juga datang, dan Reno memberikan kartu nama yang asli kepadanya. Reno berpikir tak ada gunanya dan juga bodoh sekali bila dia memberikan kartu nama samarannya, karena para petugas di Jakarta sudah mengenal baik Reno maupun Theo.

Lalu dia bergegas meninggalkan rumah yang baru saja tertimpa kemalangan besar itu. Sejam kemudian, Reno sudah berada di rumah Theo. Terlihat dia sedang duduk di kursi favoritnya, pucat dan kecapekan. Sekuat apa pun sarafnya, dia terpukul juga oleh peristiwa itu, apalagi kesehatannya belum pulih betul. Dengan ngeri dia mendengarkan penuturan Reno tentang perubahan wajah Cesario.

"Pembalasan, Rookie—pembalasan!" katanya. "Cepat atau lambat pembalasan pasti akan tiba. Tuhan tahu, dosanya sudah bertumpuk," tambahnya sambil mengambil buku cokelat dari meja.

"Ini, buku yang disebutkan nona Hapsari. Kalau isi buku ini tak dapat menggagalkan pernikahan itu, aku betul-betul lepas tangan. Tapi aku yakin buku ini mampu menyadarkan nona Gracia. Tak ada wanita terhormat yang akan tahan menanggung penghinaan seperti ini."

"Buku harian yang memuat kisah cinta pria itu?"

"Lebih tepatnya, buku harian yang memuat nafsu pria itu. Begitu nona Hapsari menceritakan buku ini, aku langsung menyadari betapa buku ini akan menjadi senjata yang sangat ampuh kalau kita bisa mendapatkannya. Waktu itu aku tak mengatakan apa-apa, karena aku kuatir wanita itu akan membocorkan rahasia. Tapi aku terus mencari cara untuk mendapatkannya. Musibah yang kualami memberiku kesempatan untuk membuatnya lengah. Aku sebenarnya ingin menunggu dulu, tapi rencana kunjungannya ke Singapura memaksaku untuk segera bertindak. Selama bepergian, mustahil dia meninggalkan buku yang begitu pentingnya. Mencuri pada malam hari rasanya tak mungkin karena dia memasang alarm. Satu-satunya cara adalah dengan mengalihkan perhatiannya, dan di situlah kau dan piring keramik biru itu berperan. Tapi aku perlu tahu tempat buku itu, karena waktuku untuk bertindak di kamarnya terbatas sekali, mungkin hanya beberapa menit—tergantung pada kemampuanmu untuk berbicara tentang keramik Cina. Itulah sebabnya aku lalu mengajak wanita itu. Mana aku tahu apa isi bungkusan kecil yang dibawanya dan ditaruhnya dengan hati-hati di balik mantelnya? Aku mengira dia bersedia ikut karena dia memang sudah berjanji untuk membantuku, tapi nyatanya dia punya niat lain."

"Cesario curiga anda lah yang mengutusku."

"Itu sudah kuduga. Tapi kau telah menahannya sampai aku berhasil mengambil buku itu, hanya aku belum sempat melarikan diri. Ah tuan Arthur James, senang sekali Anda datang kemari!"

Teman mereka yang merupakan orang penting di pemerintahan itu datang karena diminta oleh Theo. Dengan saksama dia mendengarkan penuturannya tentang apa yang telah terjadi.

"Anda hebat sekali—hebat sekali!" teriaknya setelah mendengarkan semuanya. "Tapi kalau luka-luka di wajah pria itu sedemikian parahnya, tentunya rencana kita untuk menggagalkan pernikahan mereka bisa dilaksanakan tanpa memanfaatkan buku yang mengerikan ini."

Theo menggeleng. "Nona Gracia bukan tipe wanita yang demikian. Dia bahkan akan lebih mencintainya karena walaupun pria itu cacat, di mata wanita itu dia justru pahlawan. Tidak. Tidak. Yang perlu dihancurkan adalah citra moralnya, bukan fisiknya. Hanya buku ini yang akan menyadarkan gadis itu. Buku ini ditulis Cesario sendiri, nona Gracia tak dapat mengingkarinya."

Arthur James membawa buku itu dan juga piring keramik yang amat tinggi nilainya itu. Reno turun bersamanya karena dia pun sudah mau pulang. Di luar, sebuah mobil sedan hitam sedang menunggunya. Dia bergegas masuk, lalu dengan tergesa-gesa menyuruh sopirnya segera berangkat.

Direntangkannya mantelnya di jendela mobil untuk menutupi lambang kebesaran yang menempel dipanel jendela, tapi Reno masih sempat melihatnya. Dia terkesiap, lalu kembali menaiki tangga menuju kamar Theo.

"Apakah aku harus memastikan ini semua kepada anda?? Tentang siapa dia dan juga nona Gracia??!!" tanyanya sedikit berteriak mengumumkan berita besar itu.

"Dia teman yang sangat setia dan ksatria yang gagah berani," katanya sambil memberikan isyarat agar Reno tak melanjutkan kalimatnya.

"Baiklah, biarlah cukup begitu saja bagi kita, sampai kapan pun." gumam Reno. Namun hal yang pasti, lambang kebesaran itu akan selalu terngiang dalam ingatannya. Lambang dengan hewan berkantong di perutnya berhadapan dengan hewan unggas berkaki dua yang memiliki tubuh besar dan leher panjang. Dia menyadarinya sebagai salah satu agen khusus dari sebuah organisasi keamanan suatu negara.

Reno tak tahu bagaimana buku yang mengerikan itu dimanfaatkan. Mungkin tuan Arthur James sendiri yang menyampaikannya kepada nona Gracia. Atau, kemungkinan besar tugas yang sangat peka itu dipercayakan kepada ayah gadis itu. Yang jelas, hasilnya memang seperti yang diinginkan.

Keesokan harinya, suasana apartement Reno agak ramai dengan kehadiran Yona yang katanya datang dengan kedua orangtuanya. Mereka hendak menjemput anak gadisnya yang juga merupakan kakak Yona. Dia membawakan beberapa oleh-oleh dan makanan yang terlihat sangat menggiurkan.

28271458ac8d59078415f55f4fb4df6fc659ed93.jpg


"Kakak kapan kembali ke Surabaya??" tanya gadis dengan rambut berwarna coklat itu

"Ah, sepertinya tidak dalam waktu dekat ini. Ada apa memangnya?? Apakah seberat itu ketika ku tinggal?? godanya

"Tentu saja!! Dan juga kakak masih punya hutang padaku"

"Eh?? Aku lupa, secepatnya aku akan kembali ke Surabaya. Kamu harus siap menerima program latihanku" ujarnya seraya tertawa

"Tenang saja, aku tidak akan bermasalah dengan hal itu" jawabnya penuh keyakinan



Tiga hari kemudian sebuah surat kabar terkemuka di kota Jakarta memuat berita pemeriksaan polisi atas diri nona Cindy Hapsari yang dituduh mencederai orang lain. Dalam persidangan terbukti bahwa dia melakukan itu karena alasan yang sangat kuat, sehingga hukumannya pun sangat ringan. Dan dari kabar yang di dapat oleh Theo, pernikahan antara Cesario dan Gracia telah dibatalkan. Tentu saja ada sedikit rasa trauma pada diri Gracia mengetahui segala kebusukan mantan tunangannya. Oleh sebab itu dia dijemput oleh kedua orangtuanya untuk kembali ke Australia agar lebih tenang.

Theo mestinya akan diadili dengan tuduhan melakukan pencurian, tapi karena tujuannya baik dan orang yang memberi tugas pada Theo adalah benar-benar orang penting di pemerintahan, hukum di negara ini yang terkenal kaku itu pun bersikap manusiawi dan lunak terhadapnya. Kenyataannya, Theo-agen khusus yang sedang menyamar- tak pernah sekali pun berdiri sebagai terdakwa di pengadilan.



**To Be Continued**
 
Whoaaa njir makin seru suhu.. Kaya nonton pilem gimna gitu ya.. Tapi mungkin pas di gedung perlu di deskripsiin deh cara ngilang nya, secara polisi profesional harusnya gak mudah di begoin gitu hehe.. Apalagi Renonya gak dicurigain gitu. Eh apa dicurigain ya di mata matain gitu hehe.. Bdw keren banget om suhu.. Sehat selalu

hahah seharusnya sih udah ketebak, dia kan jago nyamar. Justru karena saking profesionalnya, dengan cara yang sederhana jadi tidak diperhatikan dan akhirnya bisa lolos.

terimakasih semoga sehat juga untuk anda :D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd