Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lust & Love (Update Part 16)

Cuma penasaran aja. Di cerita ini yang paling suhu tunggu-tunggu siapa?

  • Kalala

    Votes: 84 24,6%
  • Kak Ay

    Votes: 40 11,7%
  • Tepini

    Votes: 37 10,9%
  • Meme

    Votes: 36 10,6%
  • Chikuy (coming soon)

    Votes: 144 42,2%

  • Total voters
    341
Part 13 - Jeritan Terdalam

Hamparan padang rumput luas yang dipenuhi bunga berwarna putih sejauh mata memandang.

"Kak Egi" Panggil seseorang yang mengenakan gaun putih, perlahan ia berjalan mendekatiku.

Makin dekat, makin jelas wajahnya dan akhirnya aku tahu bahwa dia adalah Yessica Tamara, Chika, gadis yang kemarin baru saja kutemui. Ia berdiri tepat di depanku, meraih kedua tanganku lalu melemparkan senyum yang begitu indah padaku. Chika berlari sambil menarik lenganku, tubuhku pun mau tak mau mengikutinya. Sesekali ia menengok ke belakang sambil tersenyum bahagia. Mata coklatnya yang begitu indah memberikan kehangatan di setiap pandangan kita bertemu.

Aku tahu ini adalah mimpi. Dunia ini diciptakan oleh tidurku dan akan hancur ketika aku bangun. Namun, aku mohon biarkan mimpi ini berjalan sedikit lebih lama. Aku masih ingin memandangi indahnya mata Chika. Aku masih ingin bersamanya.

Chika terjatuh saat berlari membuatku juga ikut tersungkur ke hamparan bunga berwarna putih itu. Kami tertawa lalu saling melempar bunga. Chika kembali berdiri dan berlari. Aku pun bangkit dan hendak kembali mengejarnya, namun pada langkah pertamaku. Tanah yang ku pijak menjadi sebuah genangan air yang menenggelamkanku. Bukan sekedar genangan, ini lautan. Hanya ada warna biru gelap di sekitarmu. Aku terus tenggelam jauh ke dasar. Aku tak bisa bernafas. Tak bisa bernafas.


"Haaaahhh... Haaah... Haaahhh." Sekejap aku terbangun dari tidurku, kehabisan nafas karena seseorang mengapit hidungku sehingga aku tidak bisa bernafas.

Di sampingku ada Lala yang tertawa terbahak-bahak. Sepertinya dia yang menjadi pelaku tindak kriminal ini.

"Bales dendam yang waktu itu, wleeeee... 1 - 1 ya skornya." Ucapnya meledek.

"Dih. Awas aja ya kamu." Aku langsung bangkit dari kasur, mengejar Lala yang sudah berlari.

Saat itu juga terjadi kejar-kejaran antara aku dan Lala. Terasa seperti anak kecil yang sedang bermain. Kami tertawa saat Lala bisa dengan lihainya menggocekku. Namun aku yang tidak mau kalah juga terus berusaha hingga Lala akhirnya aku bisa menangkap Lala. Tubuhnya kupeluk dari belakang, jamin tak henti-henti tertawa.

"Nah kena. Ampun gak." Aku mengapit hidung Lala dengan jariku.

"Aaaammmpuuuunnn." Suara Lala jadi aneh karena hidungnya tertutup.

"Hahaha. Aneh banget suara kamu, La."

"Kak, udah ih ampun. Ini lari-larian aku jadi keringetan lagi, padahal udah mandi, udah wangi."

"Ah apa iya udah wangi?" Aku membalikan tubuh Lala kemudian kembali memeluknya sambil menghirup aroma tubuh Lala.

Aroma tubuh dan rambutnya sangat tak asing di hidungku. Tentu saja karena pasti dia memakai sabun dan shampoo milikku.

"Ah iya udah wangi."

"Iyadong. Emangnya Kak Egi bau jigong."

"Bau jigong juga tetep ganteng kan?"

"Dih bau mah ya bau aja gak usah bawa-bawa ganteng."

Kami berdua bertatapan. Aku tak bisa berhenti memperhatikan setiap lekuk wajah Lala yang begitu indah dan menggemaskan, walau berbeda dengan indah versi Chika. Ah kenapa aku malah kepikiran dia.

"Morning kiss." Aku langsung saja menyambar bibir Lala, tapi Lala berontak dan berusaha menahan kepalaku.

"Mandi dulu ih bau jigong."

"Cium dulu bentar biar semangat mandinya."

"Gak mau bau." Lala menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Bau dikit gapapa lah."

"Gak."

"Aku maksa nih."

"Ya sok aja paksa."

Kedua tangan Lala yang menutupi bibirnya itu aku tarik sekuat tenaga hingga bibirnya tak terhalang. Setelah itu aku merengkuh tubuh Lala, tubuh kami bersatu dan aku langsung menempelkan bibirku pada bibirnya. Lala yang tadi pura-pura menolak pun akhirnya meladeni ciuman ku ini. Dua menit kami saling bercumbu dan membelit lidah.

"Udah ah." Lala mendorong tubuhku menjauh. "Mandi dulu sana biar gak bau. Aku buatin sarapan ya selagi kamu mandi."

"Oke."

20 menit waktu yang kugunakan untuk membersihkan tubuhku. Aku langsung keluar, berpakaian dan menghampiri Lala yang telah menyiapkan dua piring nasi goreng di ruang tengah. Kami bersantap dengan khidmat. Nasi goreng buatan Lala enak juga ternyata. Cakep, baik, pinter masak. Ner bener pacar gue mantap memang.

"Eh btw itu kamu pake baju sama celana kakak?" Aku baru ngeh dari tadi Lala memakai pakaianku.

"Iya kak. Aku pinjem dulu ya. Aku gabawa ganti."

"Iya. Pake aja selow."

Yang Lala kenakan adalah sebuah kaos polos berwarna putih yang tampak kebesaran di tubuhnya juga celana pendek di atas lutut. Lebih dari itu aku yakin dia sama sekali tidak memakai daleman.

"Kamu gapake daleman ya?"

"Issssshhhh diem ah, malu Kak."

Sudah kuduga.

"Kamu hari ini libur, La? Gak ada kegiatan gitu?"

"Iya. Hari ini aku libur kan kemaren abis event dua hari. Libur seharian ini terus mulai besok udah bakal sibuk banget latihan buat konser anniversary. Kakak sih kerja berangkat jam berapa?"

"Harusnya sih jam 8 udah ada di kantor. Tapi kayaknya hari ini gak berangkat deh."

"Loh kenapa?"

"Ya mau nemenin kamu aja kan mumpung libur. Terus nanti kalo kamu sibuk makin susah kedepan ketemunya."

"Emangnya gak apa-apa?"

"Santai. Kakak nih rajin gapernah cuti kerja. Sekali-kali cuti gak bakal masalah. Lagian lagi gak banyak kerjaan juga."

"Ih so sweet. Makasih banget Kak Egi sayang" Lala menciun pipiku.

"Iya. Apasih yang nggak buat kamu." Ucapku dengan nada dibuat sok romantis disusul oleh mencium pipi Lala. "Hih agak geli juga yak sok romantis gitu."

"Gapapa, sekali-kali."


*****

Kami berdua sekarang sedang tiduran di sofa sambil menonton sebuah series di layar TV. Kami memutuskan untuk menghabiskan hari seperti ini. Awalnya aku mengajak Lala untuk jalan-jalan tapi dia bilang mager dan butuh banyak istirahat. Jadi ya, seperti inilah jadinya.

Waktu sudah menunjukan pukul tiga sore dan kami masih berbaring di atas sofa yang ditarik menjadi kasur, maraton drama Korea di Netflix.

"Gila sih. Bener-bener itu Gyuri cakep banget dah." Komentarku melihat salah satu karakter pada series tersebut.

Lala spontan menepuk pahaku. "Ahh daritadi bilangnya itu mulu. Udah berapa kali coba." Wajah Lala cemberut.

"Ya emang cakep, La."

"Iiiihhhh" Sekarang dia malah mencubit perut sampingku. "Cakepan mana sama aku?"

"Ya cakepan dia lah jelas."

"Ahhhhh gitu kamu mah gaasik. Sana pacaran aja sama dia!" Lala tampak kesal dan mendorong-dorong tubuhku menjauh dari dirinya

"Ya aku juga mau pacaran sama dia mah. Kamu punya nomor WA nya gak?" Aku makin semangat menggoda Lala.

"AU AH." Dengan kesal Lala membalik badan, memunggungiku.

"Dih ngambek. Gaasik ah. Itu masa gak ditonton ntar gatau ceritanya loh."

"Nonton aja sendiri sono, liatin Gyuri sampe keluar tuh bola mata."

"Buset serem amat. Maaf maaf bercanda ih." Aku mendekatkan diriku padanya, kepalaku terangkat di atas kepala Lala dan hendak mencium pipinya yang menggemaskan itu.

"Jauh-jauh!" Lala mendorong kepalaku menjauh.

Aku tak mau kalah aku masih terus melawan mencoba menciumnya kini Lala menarik rambutku. Aku yang dijambak seperti itu tentu tak bisa apa-apa selain mundur menyiapkan strategi berikutnya.

Kini aku merangkak diatas tubuh Lala, kedua tangan dan kakiku menjebaknya sehingga ia tidak bisa ke mana-mana.

"Hayolooooohhhh" Ucapku sok menakut-nakuti, entahlah. Hehe.

Aku kembali mencoba mencium Lala. Lala kembali mendorong kepalaku menjauh. Tak menyerah aku mencoba mendekati pipi Lala yang menggemaskan itu dari berbagai sisi namun Lala selalu menghindar-hindar.

"Apaan si Kak ih. Cium aja sana Gyuri nya. Jangan cium aku." Ucap Lala setengah tertawa sambil menyembunyikan kepalanya di balik selimut.

"Oh coba-coba ya anda. Keluarkan jurus rahasia. Klitikan maut!!!!" Aku mengklitiki perut Lala. Dia tak henti-henti tertawa kegelian sambil membalik-balikan badan.

"Ampun gak?"

"Ampun kak... Ampuuuunn."

"Buka dulu selimutnya."

Kepala Lala muncul dari balik selimut dengan lidah yang menjulur meledek. Tanpa basa-basi aku langsung mencium bibirnya dan menyedot lidahnya itu. Lidah kami bermain-main sebentar kemudian Lala melepas ciuman itu.

"Ihhhhhh... Siapa suruh cium-cium. Aku bukan Gyuri."

Tanpa menjawab aku kembali menyosor bibirnya dengan ciuman yang agresif. Nafasku menderu begitu kencang selaras dengan nafsuku ini yang sudah sangat memuncak. Lidah kami saling melilit lalu saling menghisap, lidah Lala yang terasa manis itu aku hisap dengan sangat kuat.

"NgggHhHH... Kaaaakkhhh, pelanhhhh."

Aku tidak peduli kata-kata Lala, aku sudah tidak bisa menahan gejolak nafsu dalam diriku ini. Ciumanku pindah ke leher Lala, ciuman yang diselingi jilatan dan hisapan itu tampaknya membuat Lala keenakan.

"Kaaaakkhhh. Jangan dicupang disitu plissshhh.. Aaaaahh"

Aku bergerak cepat, kini aku sudah mengangkat kaos putih yang dikenakan Lala hingga kedua payudaranya menggelantung bebas. Langsung saja kedua puting yang kecoklatan itu aku jilat dan hisap.

Penisku sudah begitu keras, nafsuku sudah bergejolak. Yang ada di pikiranku kini hanya menyetubuhi Lala ku ini.

Buru-buru aku membuka celana serta celana dalam yang kupakai membiarkan penisku yang tegak itu terbentang bebas. Aku kembali menghisap kasar puting Lala, pinggul ku menempel pada pinggul Lala, dihalangi oleh celana yang masih dipakai Lala, penisku bergesekan dengan vagina Lala.

"Euuunnngghhh... Kakhhhhh"

Lala tampak menikmati ini semua, aku ingin maju ke tahap berikutnya. Aku melepas celana yang dikenakan Lala lalu mencoba melepas celana dalamnya, namun tangan Lala menahan tanganku.

"Kak. Jangan!"

"Ini bakal enak, La. Jangan takut."

Aku menyibak celana dalam Lala hingga kemaluannya itu bisa aku lihat, vagina dengan buku jarang yang begitu menggiurkan membuat aku makin terangsang. Aku bersiap menyodok vagina Lala namun Lala sedikit bangkit dari tidur sambil menahan pinggul ku.

"Kak. Jangan!" Air mata mulai mengalir membasahi pipi Lala

Aku sudah tidak peduli. Lala pasti hanya akan takut diawal, setelah ini ia akan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku terus mendorong pinggulku melawan dorongan tangan Lala. Kepala penisku telah menyentuh bibir vagina Lala.

"KAK!!!" Plaaaaaaakkkkkk. Sebuah tamparan keras menyadarkanku. Aku terdiam sejenak melihat air mata sudah mengalir deras dari mata Lala.

Terulang lagi kejadian ini dan sepertinya kali ini aku sudah terlalu jauh memaksa Lala. Nafsu membutakanku dari perasaan Lala.

"Aku.... Aku masih takut, Kak. Aku belum siaapp... " Ucapan Lala diselingi senggukan, ia terus menatap kebawah sambil menangis.

"Maafin aku, La. Aku... Aku terlalu nafsu sampai gak mikirin kalau emang berat buat pengalaman perta.... "

"Aku trauma, Kak..... Aku pernah diperkosa."





Bersambung.....
 
egi comeback juga akhirnya

updatenya pendek dan ringan, pemanasan buat nulis update panjang kah? wkwkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd