Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mak Lela

Mak Lela (3)

"Kamal senang ya sekarang?" dia menangis. "Kita sudah mengkhianati orang-orang yang paling berarti dalam hidup. Untuk apa semua ini Mal? Supaya, kamu dapat menyombongkan diri ke teman-temanmu berhasil meniduri mertuamu? Menambah rekor perempuan yang sudah kamu tiduri? Mak belum pernah merasa begitu kotor seperti sekarang!" kata Mak Lela yang kemudian membenamkan kepalanya di bantal.

Aku tidak tahu bagaimana menanggapinya. Apakah Mak Lela benar? Apakah ini semua tentang penaklukan perempuan? Aku memandang ke arahnya dan menyusuri tubuh telanjang Mak Lela. Payudara besarnya tertangkup di kasur, putingnya menutupi seprai. Tapi aku masih dapat melihat perut rampingnya berlanjut ke pinggul lebarnya, paha mulusnya dan betisnya yang berisi. Terlalu banyak yang membuatku takjub. Aku merasakan gerakan di selangkangan dan penisku mulai mengeras, semua hanya karena memandangnya. Aku kemudian menyadari bahwa ini lebih dari semata birahi, lebih dari sekadar bersetubuh. Aku punya perasaan tertarik yang nyata kepada mertuaku. Dia memicu sesuatu dalam diriku yang aku tak tahu ada, dan aku menginginkan dia lagi, tidak cuma menidurinya, tetapi ingin bercinta dengannya!!!

Aku menunduk dan berkata "Mak Lela, nggak begitu Mak. Aku, eh.... aku nggak menganggap apa yang kita lakukan ini remeh. Sebenarnya selama beberapa hari ini aku merasa semakin tertarik sama Mak. Melihat Mak aja aku langsung pingin.

Pada saat aku berbicara dia mengangkat kepalanya dan memandang aku melalui matanya yang basah.

Aku tidak bisa menjelaskannya Mak, aku hanya terpikat karena Mak sangat memesona, menggairahkan dan aku hanya merasa terdorong mencoba lebih dekat sama Mak. Ketika kita..... melakukannya, benar-benar pengalaman yang sangat mendalam ...." Matanya berkedip-kedip beberapa saat seakan-akan setuju dengan kata-kataku.

"Mak membuat aku tak sanggup menahan diri. Waktu aku melihat Mak di dapur tadi, aku tak mampu melawan keinginan itu. Aku sungguh-sungguh menginginkan, pingin sekali sampai aku lepas kendali. Rasanya seperti mencoba untuk menolak sesuatu yang harus terjadi. Aku tidak sanggup Mak. Sekarang pun aku masih pingin..."

Kuarahkan bibirku menuju bibir Mak Lela dan mengecupnya lembut sementara ia menatap mataku. Kecupan itu berlanjut dan aku mulai menekan bibirku lebih kuat ke bibirnya. Ku dengar rintihan lembut keluar dari bibirnya. Aku melihat matanya mulai berkedip-kedip saat dia mulai menyambut kecupanku dan, akhirnya menyerah. Mak Lela memejamkan mata rapat-rapat dan perlahan-lahan lengannya beringsut sampai ke atas bahu dan leherku. Aku menyelipkan tanganku di pinggangnya, merapatkan tubuhnya ke arahku. Mak Lela membalas kecupanku dengan ganas, mulut kami pun bertemu, kepala kami bagaikan menari penuh birahi.

Kami kembali tenggelam dalam napsu yang meluap-luap, seolah-olah sudah berhari-hari tak pernah bersetubuh sejak yang pertama kali tadi. Entah berapa lama kami bermesraan hingga merasa kejantananku pulih. Aku bangga dapat mengembalikan gairah dalam beberapa menit, padahal biasanya aku baru siap untuk sesi kedua dalam satu jam atau lebih. Belum pernah dalam hidupku aku bisa pulih sangat cepat! Mak Lela dapat menyalakan gairah birahiku hanya dengan membiarkan aku melihat tubuhnya. Aku sadar tak dapat memperoleh yang lebih baik lagi.

Tubuh kami mulai bergesek satu sama lain, mengikuti irama ciuman kami, mengirimkan percikan birahi yang mengalir ke selangkangan kami. Aku tidak sabar dan cepat memosisikan diri di antara kakinya, menggerakkan penisku ke atas untuk menyentuh kelentitnya dan ke bawah berusaha membuka pintu gerbang vaginanya. sambil merintih satu sama lain. Aku tekan pinggulku ke bawah, berhenti sejenak saat kurasakan kepala penisku tepat berada di lubang kemaluannya. Selanjutnya, perlahan-lahan aku menenggelamkan penisku sekali lagi ke saluran yang terasa hangat itu. Bercampurlah gabungan sisa-sisa air maniku di vaginanya dengan cairan kental Mak Lela yang hangat di penisku yang kian lama semakin dalam. Aku sampai ke ujung vaginanya dan mulai memompa keluar masuk dengan pelan sementara Mak Lela menggerakkan pinggulnya. Tangannya mencengkeram lenganku dan Mak Lela menggulung kakinya di selingkar pinggangku. Kami menyudahi ciuman dan Mak Lela dia sejenak namun segera merintih seolah-olah kepedasan.

"Oh, Kamaaaaal! Oh oh oh! ia seperti menjerit.

Aku juga merasakan yang sama kuat dan mulai merintih juga

"Maaaak. Mak apakan aku Maaak!!!." aku merintih sambil merasakan nikmat persetubuhan.

Aku mengecup leher dan telinga Mak Lela, mencoba untuk mengendalikan desakan kuat di pangkal penisku. Bibirku menyapu pipinya hingga bibir basah kami bertemu satu sama lain. Kami lantas memulai gerakan lambat menyenangkan, penetrasi sensual yang sesuai dengan irama ciuman yang mendalam penuh perasaan. Rasanya kali ini adalah persetubuhan paling bergelora dalam hidupku saat kami menggigil dan merintih. Mak Lela mengangkat pinggulnya setiap saat menyambut penisku masuk. Setelah penisku tenggelam, vaginanya menjepit dan melepas penisku yang berdenyut.

Itu terus berlanjut. Tak satu pun dari kami ingin keintiman ini berakhir saat kami melekat satu sama lain, menggerakkan pinggul kami satu sama lain dalam persetubuhan ini! Tiba-tiba aku merasa sesuatu memicu percikan di pangkal selangkang dan mendaki ke kepala penis, memperingatkan bahwa aku akan kehilangan daya tahan. Aku mempercepat gerakan sedangkan Mak Lela mengiba dan mendesah kenikmatan. Pinggul kami terus saling menyambut satu sama lain. Ketika aku merasakan aliran maniku tak tertahan lagi, vagina Mak Lela seperti menjepit penisku, mencengkeram dengan pagutan yang lentur!! Mulut kami berpisah ketika punggung Mak Lela melengkung dan kami berdua mengeluarkan jeritan tertahan.

Penisku memuntahkan gumpalan demi gumpalan jauh ke dalam tubuh Mak Lela. Terasa vagina Mak Lela mencengkeram, dan memerah semburan maniku! Kami saling berpegangan erat-erat, bergetar dalam hempasan orgasme yang meluap! Lama setelah aku berhenti penisku terus bergerak-gerak, dan berdenyut, mengirimkan guncangan lembut di kedalaman vagina Mak Lela, membuatnya bergetar di sekeliling batangku, dan sebaliknya mengentakkannya. Terlalu nikmat untuk bergerak saat itu, sehingga kami terus saling mendekap satu sama lain, menyusuri akhir luapan birahi.

Ketika akhirnya semua mereda kami melonggarkan dekapan satu sama lain dan perlahan-lahan melandai, Aku masih berada di atas tubuh Mak Lela.. Napas kami berat dan tertahan. Pandangan kami masih meremang, akibat dorongan napsu yang terlepaskan. Aku menarik kepala dari lekuk leher Mak Lela dan menatap wajahnya. Mak Lela melakukan hal serupa. Aku pikir kami berdua merasakan hal yang sama, rasa saling terikat kuat yang mengantar kami ke situasi yang belum pernah kami alami sebelumnya. Perlahan-lahan aku menurunkan kepala dan dengan lembut menekan bibirku ke bibirnya. Mak Lela melingkarkan kedua tangannya di leherku dan membalas ciumanku. Ciuman ini, meski tanpa birahi, yang baru saja terpuaskan, ternyata lebih dalam, lebih bersemangat, dan lebih mesra ketika mulut kami menyatu selama beberapa menit. Aku bisa merasakan cairanku dan Mak Lela yang telah bercampur keluar dari vaginanya dan menggenang di bawah kami saat kami terus berciuman, penuh kasih, lembut, menyentuh mulut kami satu sama lain.

Akhirnya aku merasa penisku terlepas dari vagina hangat Mak Lela saat kami berhenti berciuman. Setelah itu kami berbaring berdampingan, tertidur.

Aku terbangun dari dengkuran oleh gerakan Mak Lela yang tergesa turun dari tempat tidur dan meraih dasternya di lantai. Aku mengangkat kepalaku dan hendak berbicara ketika dia menatapku, cepat-cepat menurunkan mata dalam perasaan bersalah.

"Bapak akan segera pulang ... Aku harus ... mandi dan berganti pakaian." katanya.

Dengan itu dia pergi, meninggalkan aku sendirian. Aku bertanya-tanya apakah ini akan menjadi yang terakhir kalinya bersamanya di tempat tidur? Tapi aku segera menyadari bahwa aku juga harus mandi dan berpakaian serta datang ke RS, karena hampir tengah hari.

Saat aku selesai berpakaian aku mendengar bapak mertuaku datang dan menuju ke ruang tamu tempat aku dapat mendengar percakapannya dengan Mak Lela. Ketika aku siap berangkat, aku masuk ke dapur dan melihat bapak sendirian membaca koran. Dia bilang Mak Lela masih berkemas, mereka akan menemui aku dan Nana di RS. Berarti aku akan pergi lebih dulu.

Aku sudah sekitar satu jam di RS dengan Nana dan bayinya ketika kedua mertuaku tiba. Mak Lela mengenakan blus tangan pendek bergaris-garis biru dengan kerah lebar yang memperlihatkan sebagian bahunya. Setelannya adalah rok putih berlipit. Dia menghindari kontak mata dengan aku, seakan menganggapku tak ada di ruang perawatan Nana, akibat perasaan bersalahnya yang begitu besar. Mak Lela dan Bapak mertuaku duduk berseberangan di ujung tempat tidur, bercakap dengan Nana yang berada di sampingku. Sementara Bapak berada di seberang, Mak Lela tepat saling berhadapan denganku. Selama percakapan mereka, Mak Lela menyilangkan kaki, menyebabkan roknya tertarik ke atas. Saat aku menatap mataku terhenti di pahanya yang sedikit tampak. Namun itu saja sudah terlalu terlalu banyak mengingat hanya beberapa jam lalu aku telah berbaring di antara kedua rentangannya, memompa penisku sampai aku meledak jauh di dalam dirinya! Aku merasakan gerakan yang akrab dalam celanaku dan berlanjut dengan keinginan menyetubuhi ibu mertuaku sekali lagi! Dengan keputusan dokter untuk mengirim Nana dan bayi pulang besok, aku benar-benar tertekan untuk berpikir mungkin aku hanya bisa sekali saja menyetubuhi ibunya.

Aku perlu keluar sebentar, jadi aku bilang ke Nana mau mencari makanan kecil di luar. Aku akhirnya berjalan di jalan-jalan di sekitar RS seperti anak yang mabuk cinta, mencoba berpikir apa yang akan aku lakukan dengan keinginan menyetubuhi Mak Lela. Setelah berpikir selama beberapa waktu, aku menyadari bahwa aku masih mencintai isteriku dan kehidupan yang akan kami miliki dengan bayi, dan aku harus menghentikan pikiran-pikiran birahiku terhadap ibu mertua. Lagi pula, toh setelah ini mertuaku akan kembali ke kota asalnya, entah kapan kami bertemu lagi.

Aku berjalan kembali ke RS dan menemukan bahwa mertuaku pergi berbelanja untuk persiapan pulang ke rumah. Aku masih agak lama di RS menggendong bayi dan menghabiskan waktu dengan isteriku. Aku ingin mereka segera pulang dan kembali ke kehidupan keluarga seperti sedia kala, termasuk menyetubuhi isteriku lagi! Aku duduk di tempat tidur dengan Nana, yang menggodaku dengan mengingatkan bahwa kami masih lima minggu lagi hingga bisa berhubungan seks lagi! Hebat kali, pikirku, tidak ada persetubuhan dengan isteri maupun ibu mertuaku yang masih seminggu lagi di rumah akan membuatku gila. Aku akan menghabiskan lebih banyak waktu di kamar mandi dengan sabun!

Nah, menjelang makan malam aku sampai di rumah dan menemukan mertuaku di dapur mempersiapkannya. Mereka telah berbelanja bahan makanan dan membeli perlengkapan dan pakaian untuk bayi. Bapak mertuaku memberi salam biasa dan Mak Lela hanya menatapku dan memberiku senyum tertahan yang membuatku sedih. Ini akan menjadi malam panjang yang menyusahkanku. Aku putuskan duduk di ruang tamu dan membaca koran, sementara mereka menyiapkan makan malam bersama. Sebelum meninggalkan dapur, aku tidak bisa menahan diri untuk mencuri-curi pandang ke Mak Lela, mengawasinya membungkuk untuk mengambil panci dan membuat mataku membuka lebar menatap bokong bulat dan betisnya yang berisi. Aku merasakan denyut nadi aku memnderu dengan melihat pemandangan itu. Langsung saja aku cepat-cepat pergi ke ruang tamu, tenggelam membaca koran.

Sekitar setengah jam kemudian Bapak mertuaku bilang makan malam sudah siap dan aku melempar koran ke samping dan membayangkan posisi kami masing-masing di meja makan. Bapak mertuaku dan aku saling berseberangan, dan Mak Lela di tengah, tidak ada yang banyak berbicara, hanya sibuk mengurusi sajian makan malam. Tapi kadang-kadang nasib memainkan perannya dalam hal-hal tertentu dan menawarkan kesempatan yang semula tak terbayangkan. Saat aku berjalan ke meja. Bapak telah mengambil tempat duduknya di satu ujung dan Mak Lela meletakkan piring ke tempat biasa, di kiri Bapak. Namun, mereka telah meninggalkan semua tas belanja di kursi yang lain kecuali satu di sebelah Mak Lela! Bapak menawarkan untuk memindahkan barang belanjaan itu ketika aku sampai di sana, tapi aku mengatakan bahwa itu tidak perlu dan aku duduk tepat di sebelah Mak Lela, yang membuatnya sangat terkejut!

Kami mulai makan dan Bapak mertuaku paling banyak berbicara, sedangkan Mak Lela mengangguk atau menggelengkan kepala kepad suaminya, tetapi tidak pernah menganggap aku ada di sana. Pada satu titik aku melirik ke bawah dan melihat paha krem Mak Lela. Selama makan malam itu aku terus mencuri pandang ke paha itu, berhati-hati agar tidak ketahuan. Namun aku kehilangan kendali dan menyerah pada keinginan menyentuhnya. Aku biarkan tangan kananku turun ke pangkuanku dan kemudian perlahan-lahan merayap ke samping kursi dan kemudian ke pinggir kursi Mak Lela,, sambil mengamati mereka berdua. Mereka tengah membicarakan murahnya barang-barang belanjaan yang mereka beli dan tak memperhatikan aku. Ujung jariku menyentuh paha putih Mak Lela, dan penisku tersentak di celana sementara Mak Lela menghela napas tiba-tiba! Bapak bertanya apakah dia baik-baik saja dan ia berpura-pura dengan mengatakan agak kedinginan dan mencoba santai ketika tanganku menjelajahi pahanya ke atas hingga menyentuh kelentitnya. Rasanya begitu lembut dan halus. Aku juga jadi tahu dia telah mencukur bulu vaginya tadi. Sebuah bayangan di benakku membuat penisku menyentak lagi.

Mak Lela berjuang untuk kembali tenang dan berusaha bersandar menjauh dariku untuk melepaskan diri dari penjelajahan tanganku, namun sia-sia belaka. Dia mencoba menyilangkan kaki, tapi itu hanya membuka bagian bawah pahanya dan membawa jemariku dekat dengan gundukan browniesnya, yang mulai memancarkan kehangatan. Bapak mertuaku bilang dia ingin membuat kopi dan segera bangkit berdiri. Sedangkan aku terpaku dengan tangan di paha Mak Lela. Saat Bapak mertua meninggalkan kami, Mak Lela menepis tanganku, menatapku dengan kesal.

"Apakah kamu sudah gila ???!!!" bisiknya, kesal. "Kita bisa ketahuan dan kehilangan semua yang kita sayangi!! Sekarang hentikan!!!"

Ia membanting tanganku kembali ke pangkuanku dan berdiri dengan piringnya untuk pergi ke dapur. Aku duduk di sana dan berpikir tentang apa yang dikatakannya. Aku pikir bahwa ia jelas takut hal ini akan merusak keluarga kami. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya, jadi aku pun membawa piringku ke dapur dan setelah itu kembali ke ruang tamu menyalakan tv. Mertuaku duduk di meja minum kopi dan berbincang ringan untuk sementara dan akhirnya Mak Lela berdiri meninggalkan ruangan.

Dari tempatku duduk aku mendengar Mak Lela memasuki kamar mandi dan segera pula terdengar gemercik air yang keluar dari keran, sementara bapak mertuaku bergabung denganku di ruang tamu. Kami tidak banyak bicara satu sama lain, sebagian karena dia sedang membaca majalah dan sebagian karena aku merasa sedikit bersalah. Maksudku, apakah aku harus katakan kepadanya, "Wah, Mak Lela sangat hebat ketika bercinta, apakah Bapak keberatan jika aku melakukannya lagi?"

Sebenarnya aku dan Bapak mertuaku sebelumnya pun jarang mengobrol lama, tapi sekarang agaknya semua lebih sulit. Kami duduk selama beberapa waktu, dia membaca dan aku menonton tv sementara aku mendengar Mak Lela keluar dari kamar mandi dan pergi ke kamarnya. Jelas setelah beberapa saat bahwa Mak Lela tidak akan bergabung dengan kami dan dalam waktu singkat Bapak mertuaku bangkit, mengucapkan sampai besok dan pergi tidur. Aku menonton beberapa film sesudah itu, tapi tidak bisa benar-benar berkonsentrasi, jadi aku menyerah dan pergi tidur. Aku hanya bisa berbaring selama lebih dari satu jam, membayangkan ulang peristiwa-peristiwa hari ini di benakku, terutama waktu yang dihabiskan dengan ibu mertua pagi ini. Kantuk datang perlahan-lahan, terasa lebih sulit dengan penis yang mengeras, tapi akhirnya aku tertidur.

Aku terbangun tengah malam oleh suara derit pintu kamarku ketika terbuka. Aku memang mudah terbangun dari tidur jika ada bunyi-bunyian, sehingga tidak perlu repot membangunkan aku. Ku lirik jam dan tampak angka 1:44 dan kemudian menoleh ke pintu, mencoba menyesuaikan diri dengan kegelapan. Aku berusaha tahu apakah seseorang benar-benar datang atau pintu hanya kebetulan terbuka tanpa sengaja. Aku bisa melihat satu sosok melewati kusen pintu dan diam-diam menutup pintu di belakangnya . Sebagian besar kamarku disinari oleh pendar cahaya bulan yang menembus tiga ventilasi di sepanjang dinding, kecuali sosok dekat pintu itu yang tetap dalam bentuk bayangan. Perlu beberapa saat untuk siapa pun berjalan dalam remang cahaya bulan. Sesaat aku khawatir seseorang mungkin telah menyelinap dan mencoba merampok aku! Ketakutan itu menghilang ketika sosok itu berjalan menuju tempat tidur dan aku bisa melihat dengan jelas bahwa itu adalah Mak Lela! Ketika ia sampai di sisi tempat tidurku aku duduk tegak, menatapnya.

"Mak Lela... Kenapa Mak ke sini?" Aku bertanya dengan nada lirih.

Dia memandangku dengan ekspresi sedih.

"Kamal, maafkan Mak, Mak... Mak tak bermaksud mengagetkan kamu," katanya "Mak uhm... Mak tidak bisa tidur. Mak belum bisa melupakan yang siang tadi. "Mak.. Mak sangat malu ... tapi .... Mak ... tidak bisa menahan... Menahan itu..."

(Bersambung)
 
Wow superb broe
Pandai memainkan ritme & alur crita
Ane msh penasaran menunggu kelanjutannya
 
jadi kefikiran trus ama mak lela. Syukur bgt ts baek hati, update trus gak pake lama.
 
cihuy bgt dah ceritanyaaaaaa setia menanti kelanjutan Scandal Mak Lela
jgn kelamaan gan keburu feel nya ga dapet<<<<<<:beer:
 
Ironis memang, artikel gw yang serius dan berguna bagi bangsa dan negara dan masa depan kita bersama, cuma dapat 1.000 klik lebih dikitlah. Itu juga setelah enam bulan. Lah, "Mak Lela" cuma tiga hari dah diklik > 5.000. Ampuuuun deh gw. Wkwkwkwkwkw.

Ini kerjaan gw waktu SMA. Apa cerita ginian bisa laku kalo gw bikin skenario bokep ya? Ha ha ha ha ha ha. Gw sambung deh dengan satu sequel terakhir. Mo nanya aja nih sama agan-agan. Endingnya enaknya happy atau sad? Jawaban ditunggu sampai Jumat pk 16.00 WIB. Kalau banyak yang milih happy, gw bikin happy. Kalau sad yg banyak dipilih, apa boleh buat, gw bikin sequel itu sedih.

Sampai Jumat pk 19 ya. Gw kan kudu nyari duit juga. Kami-Jumat Sibuk gan... Jumat malam ok deh kita bikin tamat. Gw tersanjung juga dengan klik > 5.000 padahal semprot.com belum seterkenal yg lain. So, thanks for all my readers. Salam semprot!!!
 
bikin nya happy ending aja gan << Tp klo bisa sedikit ber variasi gitu,,,persetubuhannya tiba2 mak lela jd ganas gitu dirty talking lick pussy, or oral sex tp jgn ke sampingkan
karakter mak lela yg malu2 tp mau,,,,,,,,bikin exmplar nyaa di jamin jadi best seller dah,,,,,,,,,di tunggu jumat mlm......cherss beers:beer:
 
Ironis memang, artikel gw yang serius dan berguna bagi bangsa dan negara dan masa depan kita bersama, cuma dapat 1.000 klik lebih dikitlah. Itu juga setelah enam bulan. Lah, "Mak Lela" cuma tiga hari dah diklik > 5.000. Ampuuuun deh gw. Wkwkwkwkwkw.


yg penting udh sempet nulis artikel yg serius om..;)
saran: jangan ikut arus klo aku...mo dibikin te2p hot ato sad end itu dari pengarang sendiri. nanti mengurangi mood..:rose:
 
Mantap gan . . . Buat penasaran aja. . . buat yang happy ending aja . . .
Sama - sama bisa menerima dan menikmati . . . .
Salam Semprot Terus
 
Happy ending, aj bung...dijamin lbh bermanfaat..wkwkwk
 
mendingan happy ending aja biar sama2 crooooot...............wkwkwkwkwk
 
Mak Lela (4 - TAMAT)

Dia menunduk. Namun tangannya malah menanggalkan daster, menyebabkan tubuhnya telanjang dalam siluet remang-remang. Tak ayal penisku langsung menegang saat ia menarik daster dari bahunya dan membiarkannya jatuh ke lantai. Dia berdiri di hadapanku, cahaya bulan menerangi tubuhnya. Payudara besar dengan putingnya yang tegak di ujung, pinggul demplonnya yang seperti biola bagaikan membingkai selangkang berambut tipis karena sudah dipangkas mengarah ke pahanya yang selembut sutra serta betis berisi itu! Jakunku bergerak-gerak sejenak kemudian aku ulurkan tangan untuk meraihnya.

Dia menatapku sejenak dan kemudian berseru, "Oh, Kamal." Ia menggenggam tanganku saat aku bergegas menariknya ke tempat tidur.

Lengannya menuju lingkar leherku ketika tanganku memeluk pinggangnya. Bibir kami yang terbuka bertemu untuk saling melumat dalam ciuman hangat! Kami langsung terpelanting ke ranjang, aku di atas, tenggelam oleh gairah menyala, mendekap satu sama lain dengan sangat ketat. Mulut kami bergerak bersama, bergesekan satu sama lain. Penisku yang tegang telah melekat di browniesnya yang kuyup saat kami terus meraba satu sama lain, tangan-tangan liar kami saling membelai, mengobarkan nafsu yang kian menyala-nyala. Seperti sebelumnya, aku tidak lama bertahan dan merasa akan segera meledak berkeping-keping di atas tubuh Mak Lela.

Aku mengangkat pinggul dan merasakan kepala penisku melintang di bibir vagina Mak Lela yang telah mekar. Segera aku bersiap memompa di pintu masuk saluran yang hangat itu! Aku dorong sedikit penisku dan merasakan dinding kelamin Mak Lela yang lembut menjepitnya, melumuri penisku dengan cairan vaginanya, hingga gembung kantung zakarku menyentuh bokongnya. Setiap ujung saraf tubuh menjadi aktif saat aku perlahan-lahan memompa penisku masuk-keluar dari cengkeraman hangat vagina Mak Lela. Tubuhnya menggelinjang di bawahku, kadang menggelepar-gelepar kadang mengejang. Aku menghentikan ciuman dan merambah payudaranya, menggilirnya satu demi satu, mengisap putingnya yang runcing di antara gigi-gigiku dan Melumat areolanya dengan lidahku! Ini membuat birahinya semakin tinggi sehingga vaginanya kian lahap mengisap penisku yang semakin geli, menjepitnya erat setiap bergerak masuk dan keluar!

Kami mulai merintih bersama-sama ketika dinding-dinding vagina-nya terus menggenggam dan memijat erat penisku di kedua belahan vaginanya!

Sungguh mengherankan rintihan dan erangan pada saat gairah birahi kami semakin mendekati puncaknya tidak membangunkan bapak mertuaku. Lantas aku bisa merasakan mani putih dan hangatku dalam kantung zakar mulai menyentak liar di kedalaman, sementara pinggul Mak Lela mengayak. Dekapan kami terasa kian erat, dan ku rasakan penisku bergetar tak terkendali, dan kian mengeras ketika menyemprotkan gumpalan mani di dinding-dinding dalam vagina Mak Lela! Mulut Mak Lela terbuka menahan suara di puncak birahinya ketika vaginanya menghisap maniku, membuat kami melayang tanpa sadar menuju kenikmatan persetubuhan yang dalam. Orgasme kami berlanjut dengan hisapan vaginanya hingga muntahan air maniku terhenti. Pada akhirnya semua tuntas dan aku berguling ke sisi Mak Lela. Tinggallah kini napas kami yang masih terengah-engah di ujung orgasme yang luar biasa.

Ada sekitar 15 menit sebelum salah satu dari kami dapat berbicara. Akhirnya Mak Lela memandangku dan memecah keheningan. "Ini yang terakhir kayaknya ya Mal. Karena Nana pulang besok, kita nggak punya kesempatan lagi. Kita harus menganggapnya sebagai masa lalu."

Aku tak berkata apa-apa saat ia melanjutkan. "Kamu memberiku pengalaman paling luar biasa dalam hidup aku dan aku akan selalu menghargai dan mengenangnya, tapi aku tidak bisa menyakiti anakku dengan cara ini. Kamu mengerti kan Mal?"

Dia tersenyum padaku, membungkuk dan dengan lembut mencium bibirku lalu bangkit dan mengenakan kembali dasternya. Aku memikirkan apa yang dikatakannya dan menyadari bahwa dia benar dan berjanji pada diri sendiri bahwa aku akan melakukan sekuat tenaga untuk berkonsentrasi pada Nana dan bayinya dan menyimpan perasaan terhadap Mak Lela serta memperlakukannya dengan benar. Maka Mak Lela pun kembali ke kamarnya.

Hari berikutnya adalah tergesa-gesa pergi ke rumah sakit dan menemui Nana beserta bayinya. Kami membawa mereka pulang, bertemu dengan semua teman dan kerabat yang berkunjung ke rumah dan menyiapkan segala macam keperluan bayi.

Dengan begitu aku hanya ala kadarnya memerhatikan Mak Lela dan apa yang ia kenakan. Toh aku telah bersumpah kepada diri sendiri untuk menempatkan dirinya ke dalam situasi yang tepat.

Di petang yang tenang, kami semua duduk di ruang tamu. Bapak mertuaku mencoba untuk menimang bayi, sedangkan Nana berbaring di sofa, dan aku duduk di dekat kakinya. Mak Lela berada di kursi dekat kepala sofa. Untuk pertama kalinya hari ini aku menyadari betapa menyenangkan melihatnya dalam blus lengan pendek yang berkancing di bagian depan.

Dia duduk di kursi dengan kaki disilangkan. Ketika aku mengamati ke bawah, paha yang tertutup itu ternyata membuatku tegang! Aku duduk di sana, menatap kaki dan pahanya saat aku merasa gerakan di dalam celana dan detak jantungku yang berdegup lebih kencang. Aku menyadari berdekatan dengan mertua perempuanku ini hanya membuatku terangsang!

Setelah beberapa saat, Mak Lela bilang ia akan menyiapkan makan malam dan menyarankan Nana tetap berbaring memulihkan tenaga. bapak menawarkan bantuan, tapi ia menolak sambil mempersilakannya menimang bayi dan bekerja di dapur sendiri. Dengan itu dia bangkit dan pergi ke dapur, kemudian kami bisa mendengar panci dan wajan serta peralatan dapur beradu ketika Mak Lela bekerja. Aku menunggu beberapa saat, mengawasi Nana yang saat ia tertidur. Ku nyalakan tv sehingga Bapak dapat mengurus bayi sambil menonton. Setelah itu aku bilang kepada Bapak akan pergi dan melihat mungkin Mak Lela membutuhkan bantuan, yang langsung disetujuinya.

Ketika aku tiba di dapur, Mak Lela berdiri di tengah meja dapur membelakangiku, sedang berbenah di sana.

Pelan-pelan aku berjalan sampai berada tepat di belakangnya. Begitu dekat hingga ujung rambutnya menggelitik daguku. Sejurus kemudian aku melingkari pinggangnya, mengarahkan penis tegangku ke celah roknya yang menutup bokong. Lantas aku langsung mencium sisi lehernya. Mak Lela mengeluarkan jeritan tertahan dan menghindarkan diri agar tak terdengar seisi rumah.

Dia meraih tanganku dengan lemah, berusaha melepaskan belitan di pinggangnya dan menoleh ke arah aku.

"Kamal!! Apakah kamu gila ??!!" ia bertanya dengan nada berbisik. "Nanti ada yang lihat!!! Lepaskan Mak!!!"

Aku terus menimpa lehernya dengan lidahku, sambil menekuk tubuhnya dari belakang.

"Eh, eh!" Aku menjawab permintaannya, saat aku merapatkan selangkanganku sedikit lebih keras ke bokongnya.

Tanganku merayap ke atas tubuhnya sampai aku menyentuh payudara dan mulai memijat perlahan-lahan dari luar blusnya. Mak Lela mengeluarkan rintihan dan sedikit memalingkan kepala ke arahku, lebih dari cukup untuk mendekatkan bibirku ke bibirnya.

"Aduh Maaal!" ia mengeluh ketika pinggulnya mulai bergerak, sedikit menggosok pantatnya kembali terhadap penisku yang menggembung.

Ia enggan menyerah, mencoba melepaskan tanganku dari payudaranya dan segera mendorong keras-keras .

Ketika ia mulai terangsang seperti aku, Mak Lela mulai terengah-engah "Oh, Kamal .... gimana kalau kita ketahuan? Kenapa Kamal ini!"

Dia benar-benar menggoyang bokongnya ke arahku dan aku tahu tidak akan ada lagi perlawanan dari Mak Lela. Aku segera melepaskan payudara dan membuka kancing bajunya, menariknya terpisah, meraba-raba dan berusaha melepaskan kaitan braa hingga aku dapat menyentuh dua buah dadanya. Lantas aku mulai memilin putingnya yang sudah mengeras. Kepalanya bersandar di bahuku ketika aku melanjutkan dengan menggesek penisku yang bergetar keras di lingkar bokongnya.

Mulutku menyusuri lehernya berlanjut ke telinga dan serentak iamenoleh dan, dan bersusah payah untuk berciuman! Lengan kirinya merayap di bahu aku dan tangannya meraih bagian belakang kepalaku, menariknya ke arahnya. Mulutku langsung melumatnya dan Mak Lela mengeluarkan erangan tertahan.

Tanganku kemudian meraba buah dadanya yang berdebar, bokongnya bergerak-gerak mengimbangi gesekan penisku ketika mulut kami saling melumat! Aku lepaskan payudara dari genggaman dan dengan satu tangan membuka kaitan celanaku. Ku tarik celana dalamku ke bawah untuk mengeluarkan penisku, sementara dengan tangan yang lain mengangkat rok sampai pinggang dan celana dalamnya yang melekat sementara pinggulnya berputar-putar. Aku menghentikan ciuman dan menarik pinggulku ke belakang, membiarkan penisku meluncur di celah bokongnya melewati lubang kencingnya dan melekat di pintu masuk vaginanya yang menghangat!

Alih-alih menahan diri, aku melajukan penisku menempel bibir basah dan memasuki saluran kemaluannya yang berkedut. Saat aku meraih payudaranya yang menggelembung, meremasnya sementara batangku masuk-keluar di vaginanya, Mak Lela menggigit bibir bawahnya dan menggerakkan bokongnya ke arahku pada setiap entakan, sambil merintih dalam nada tertahan. "Uhgh ... Ugh ... Ugh !!!" Mak Lela merintih setiap aku menyorongkan penis ke dalam vaginanya.

Dua sikunya menekan meja, sedangkan kedua tangannya melilit leherku dan menarik kepalaku turun ke pangkal lehernya. Aku mengisapnya, terus memompanya dari belakang, saat kami menemukan paduan gerak yang pas untuk entakan. Kami pun merintih bersama-sama! Dengan segera kami ingin mencapai akhir agar tak ketahuan. Gerakan aku dan Mak Lela kian cepat dan kami saling mencengkeram dalam posisi doggy menuju orgasme!

Aku merasakan penisku siap memuntahkan benih ketika pompaanku kian kencang. Pada saat yang sama vagina Mak Lela pun mulai mengeluarkan reaksi yang sudah kuketahui sebagai pertanda ia akan segera klimaks: mengisap batangku dengan ketat. Dia mencengkeram kepalaku ketika vaginanya mengisap sperma yang keluar dari kepala penisku. Pada saat itu bapak mertuaku memanggilnya sehingga dia tersentak ketika mendengar suara suaminya.

Mencapai orgasme sambil menyahut panggilan suaminya, Mak Lela berteriak "Yaaa!!" saat seluruh tubuhnya mengejang dan aku menyemprotkan sperma menuruni dinding rongga dengan gumpalan putih hangat itu!!

Kami berdua mengejang saat orgasme berlangsung, selangkangan Mak Lela melepas dahaganya dengan muntahan spermaku! Kami memegang satu sama lain sementara gelombang demi gelombang menghempaskan kami, menguras tenaga. Saat mereda, penisku berhenti memuntahkan sperma, mengecil dan keluar dari lubang Mak Lela yang kuyup. Kami masih melekat satu sama lain.

Sekali lagi bapak mertuaku memanggilnya dan dia cepat menoleh kepadaku dengan mimik terkejut di wajahnya. Mak Lela buru-buru membereskan pakaiannya, sedangkan aku menarik celana dan menutupnya. Begitu beha dan blusnya sudah rapi, Mak Lela masih merapikan rambutnya, mengusap wajahnya dengan kain serbet di dekatnya, dan bergegas menuju ruang tamu. Aku mengikutinya dengan berjalan dan ku lihat Mak Lela mengambil bayi sehingga Bapak bisa bangun. Nana pun hendak bangkit dari sofa tempatnya berbaring. Hampir saja!

Sisa petang itu berlangsung lancar, meskipun Mak Lela berhasil membuatku merasa bersalah dan kemudian pergi berganti pakaian, mungkin untuk membersihkan bagian bawahnya. Pelajaran yang kupetik, suka atau tidak, aku tidak mampu berada di sekitar ibu mertua tanpa ingin bercinta dan mengabaikan janji kepada diri sendiri ! Tentu saja aku tidak tahu apakah ia merasakan hal serupa.

Keesokan paginya kami semua bangun dan sarapan bersama. Bapak bilang akan keluar berjalan-jalan pagi seperti biasanya, sementara Nana mengatakan bahwa ia akan ke RS untuk pemeriksaan dan vaksinasi bayinya. Aku menawarkan diri untuk pergi bersamanya, tetapi ia mengatakan pemeriksaan itu cuma sebentar, tidak akan lebih dari setengah jam, jadi dia akan pergi hanya dengan bayinya.

Yang akan pergi dari rumah bergegas setelah sarapan. Kemudian setelah Nana dan bapak mertuaku meninggalkan rumah, saat itulah aku mendengar suara shower dan menyadari Mak Lela dan aku sendirian selama sedikitnya setengah jam. Langsung saja penisku mengeras!

Aku berjalan menuju pintu kamar mandi dan hendak masuk ketika aku pikir waktu itu dari dan segera berlari ke kamarku untuk mempreteli pakaianku. Aku kembali mendekati kamar mandi, telanjang bulat dan ngaceng sengaceng-ngacengnya! Aku diam-diam membuka pintu dan melangkah masuk ke kamar mandi dan bisa mendengar Mak Lela bersenandung di balik pintu kaca buram.

Aku perlahan-lahan menggeser pintu kembali dan melangkah. Ketika aku merapatkan pintu, suaranya cukup keras dan Mak Lela segera berbalik dengan sedikit terkesiap.

"OH!!" ia berseru.

Kami saling memandang sejenak dan kemudian dengan cepat merapat, ia memeluk leherku dan aku melingkari pinggangnya, bibir kami dengan cepat bertemu dengan penuh gairah, ciuman kerinduan! Suara gairah kami benar-benar memantul di dinding kamar mandi, bagaikan dua orang kelaparan menemukan hidangan kesukaan.

"MMMMMMMMMMHHHHHHMMMMMM !!!!" Kami merintih saat berciuman tergesa.

Tangan kami bergerak liar satu sama lain ketika aku menarik Mak Lela ke dinding kamar mandi. Tanganku segera meraih bokongnya, meremas sejenak dan kemudian mengangkatnya, menggesekkan penisku di perut dan selangkangnya, serta merapatkan punggungnya ke dinding.

Dia melingkarkan kakinya di pinggangku saat aku perlahan mulai menurunkan tubuhnya ke penisku yang menunggu. Pada sentuhan pertama kepala penisku di vaginanya, kami berdua mengerang keras dan aku segera menancapkan penisku sepanjang jalan masuk vagina sempitnya sampai aku menyentuh bokongnya. Ku benamkan kepalaku di dadanya, kami berdua saling berpegangan erat.

"OOOOOOOOOOOHHHHHHHHH !!!!!!!" kami merintih saat ujung penisku menyentuh pangkal vagina dalam tubuh Mak Lela.

Aku mulai mengangkat tubuhnya lagi dan Mak Lela membantu dengan mengangkat pantatnya ke atas dan ke bawah, tangannya dengan liar mengacak rambutku dan mencium wajahku. Ketika kami menemukan ritme yang pas, batang penisku memompa vaginanya yang hangat. Mata Mak Lela terpejam rapat dan ia mulai merintih mengiringi irama gerak tubuh kami.

"Ooohhh .... Kamal! OOOHHHH!! OOOOHHHH! Kamal OOOHHHHHH l!! ..... Mak baru tahu sambil berdiri itu enaaaak!!!!!"

Jelas bahwa suara perempuan dalam persetubuhan akan kian merangsang lelaki, tak terkecuali aku. Antara ucapannya dan seluruh adegan persetubuhan dengan mertuaku di kamar mandi sudah terlalu banyak merangsangku. Aku langsung merasa akan segera meletup.

Aku memeluknya erat-erat bokongnya dan berteriak, "Mak Lelaaaa aku mau sampai!!!"

Ia mencengkeram belakang leher dan berteriak kembali, "OH Kamal!! Mak juga. Mak juga mau sampai!!!"

Kami berdua meledak dalam orgasme yang melumpuhkan kesadaran. Penisku menyemprot dengan deras, memuntahkan tetes demi tetes mani matang ke celah vaginanya yang mengisap spermaku hingga kering. Kami berteriak, melenguh kesedapan ketika menikmati sensasi yang merambat senti demi senti tubuh kami.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Ini tampaknya menjadi orgasme paling kuat kami sejauh ini. Aku yakin sebagian besar karena akhirnya kami menyerah pada napsu birahi dan menyadari terlalu lemah untuk melawannya. Kami berpelukan dalam posisi berdiri, berciuman penuh gairah, seakan tak akan terpisah selamanya, sampai aku merasa punggungku pegal dan menyerah sehingga aku harus mengecewakan Mak Lela yang masih ingin ku pangku.

Dia meluncur ke bawah badan dan berdiri dengan kakinya, tapi kami tidak pernah melepas rangkulan. Kami meneruskan berciuman penuh nafsu namun lebih lembut, lebih kuat, lebih penuh perasaan, sepertinya di antara kami tak ada yang ingin ini berakhir!

Kami saling menumpahkan perasaan mendalam, saling merasa menjadi milik satu sama lain dan berjanji akan bersetubuh sembunyi-sembunyi lagi, setiap ada kesempatan! Akhirnya kami mandi bersama dan mengeringkan diri satu sama lain. Ketika berganti pakaian sebelum Nana datang, aku dan Mak Lela membicarakan kelanjutan hubungan ini dan mengakui tak sanggup menyangkal perasaan tertarik satu sama lain. Kami memutuskan bahwa selama tidak ada yang terluka, tidak ada yang mengetahui, ini akan berlanjut.

Kami baru selesai berganti pakaian ketika Nana tiba di rumah. Sisa hari itu kami habiskan bersama dengan baik, walaupun tidak ada kesempatan bagi Mak Lela dan aku menyelinap untuk bersetubuh kembali.

Hari-hari terakhir kunjungan mertuaku berjalan lebih lancar. Mak Lela dan aku menemukan beberapa peluang untuk memisahkan diri dan bercinta dengan birahi menyala-nyala. Beberapa kali kami meninggalkan tempat tidur masing-masing di tengah malam dan bertemu di sofa untuk bergumul dalam persetubuhan kilat, atau kami menyiapkan makan malam bersama dan memainkan skenario menggenjot Mak Lela dari belakang sementara yang lain berada di ruang lain!

Akhirnya sangat sedih terasa ketika mertuaku harus pergi. Kecintaanku pada Nana dan bayi kami dengan apa yang aku lakukan dengan Mak Lela secara seksual tak mungkin dibandingkan. Kami mengantarkan Pak Hasan dan Mak Lela hingga ke ruang tunggu bandara, mengucapkan salam perpisahan dan berharap dapat segera saling berjumpa. Pak Hasan bilang, setelah meremajakan batang-batang karet di kebunnya, ia dan Mak Lela akan kembali melihat Nana dan bayinya. Aku tahu, Mak Lela akan datang untukku juga.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd