Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

EPISODE 46 : End of The Battle...?

“Aku sayang sama koko...” Kata Martha.

“Aku sayang sama koko...” Kata Villy.

“Aku sayang sama koko...” Kata Senja.

Ugh, sial. Tubuhku tidak bisa bergerak. Pandanganku pun hitam semua. Suara mereka bertiga pun mulai pudar. Apakah ini akhir dari semuanya? Aku betul-betul lelah dan tidak bertenaga sekali. Apakah kali ini aku benar-benar akan mati? Sensasi kematian kali ini betul-betul terasa lebih nyata dibandingkan dengan waktu aku dihajar habis-habisan oleh Valensia. Sial... Senja, Martha, Villy, aku minta maa-

“WOOYYY KOKOO!!!!” Tiba-tiba terdengar suara yang begitu familiar.

Suara itu betul-betul membuatku ingin membuka mata sekuat tenaga. Maka, aku pun membuka mataku sekuat tenaga. Sangat susah memang, tapi kulakukan dengan seluruh kekuatanku yang tersisa, bahkan aku memaksakan kesadaranku lebih dari yang aku bisa. Akhirnya, lambat laun, seluruh kehitaman yang kulihat pun mulai berkurang. Perlahan-lahan, mulai terlihat cahaya yang membuyarkan seluruh kehitaman pandanganku itu.

Ah, tempat ini adalah... tempat aku bertarung dengan Aryo. Ukh, saat itu juga aku merasakan sakit yang luar biasa di seluruh tubuhku. Rupanya aku masih hidup ya? Akan tetapi, aku sudah hampir tidak bisa bergerak. Aku tidak tahu, tapi mungkin aku sangat dekat dengan dunia kematian.

“KOO JAAAYYY!!!!” Tiba-tiba suara itu terdengar lagi.

Aku melihat di kejauhan, berdirilah sosok yang aku kenal betul siapa. Sial, kenapa dia ada disini? Lari, Val... Orang bernama Aryo itu sangat kuat. Bahkan gua aja ga bisa apa-apa lawan dia.

“TUNGGGU GWW KOO!!! GW KESANA SEKARAANG!!!” Kata Valensia sambil mengambil ancang-ancang untuk berlari kearahku.

Melihat Valensia yang hendak berlari ke tempatku, instingku untuk melindunginya muncul. Entah darimana, aku langsung mendapatkan tenaga untuk berteriak.

“VALLL!!! JANGAN KESINII!!! LO BAKALAN MATI DIHAJAR AMA DIA!!! LO LARI AJAA!!!” Teriakku sekuat tenaga.

Entah kenapa, tiba-tiba teriakanku keluar dengan begitu kerasnya.

“GW NGGAK BISA LARI NINGGALIN LU!! PALING NGGAK, KALO GW NGGAK BOLEH KESANA, BANGUUNN WOYY!!!” Kata Valensia.

“Sial lo, Val... Sejak kapan... lo berani merintah-merintah gua gitu, hah?...” Kataku.

“Tapi gua rasa... kata-kata lo bener juga...” Kataku.

Aku pun langsung memaksakan diriku untuk kembali bangun. Kutahan semua rasa sakit yang ada, dan kulawan seluruh keputusasaan yang ada dalam diriku. Aryo pun masih berdiri didepanku, hanya saja dia memunggungiku. Ia hanya melihat kearahku. Jika melihat Aryo, mungkin tidak begitu lama aku kehilangan kesadaran, karena dia masih belum sempat pergi dari ruangan ini.

“Mustahil... kamu masih bisa... berdiri?...” Kata Aryo dengan napas yang terengah-engah.

“Heh... Sayangnya begitu...” Kataku.

“Aku lengah... Rupanya kamu... bukan orang biasa...” Kata Aryo.

“Sayangnya... aku hanya orang biasa... Kalau boleh jujur... kekuatanku jauh dibawahmu...” Kataku.

“Jika kamu bisa bangun... karena kekuatanmu lebih kuat dari itu... berarti kamu hanyalah orang biasa...” Kata Aryo.

“Pujiankah... itu?” Tanyaku.

“Aku kagum sekali... Kamu mampu melebihi batas kekuatanmu... demi menolong wanita itu... Aku harus mengakui... bahwa kamu bukan orang biasa...” Kata Aryo.

“Heh...” Kataku.

Aku sudah tidak punya tenaga yang banyak untuk banyak bicara. Tidak bisa kupungkiri bahwa seluruh tubuhku sangat sakit.

“Aryo Wibowo... Itu namaku... Siapa nama panjangmu?...” Tanya Aryo.

“Perlukah pertanyaan itu?...” Tanyaku.

“Buatku, perlu... Kalau aku kalah atau mati... paling tidak aku tahu... siapa nama orang yang mengalahkanku...” Kata Aryo.

“Jay Ganama Yaeslim... Sama halnya denganku... Hanya saja sayangnya... aku tidak berniat... kalah atau mati disini...” Kataku.

“Kita lihat... resolusimu...” Kata Aryo sambil menyiapkan kuda-kuda bertarung.

Gawat, tidak cukup dengan begini. Aku harus lebih memaksakan diriku lagi. Jika dalam kondisi begini, aku akan menjadi mangsa empuk pukulan Aryo. Kumohon, tubuhku... Kuatkanlah dirimu...

Aku melihat Aryo sudah maju kearahku. Kecepatannya sudah berkurang jauh. Sepertinya luka di paru-parunya sudah semakin parah. Ditambah lagi, dua kali pukulan tenaga dalam mungkin memberikan beban yang sangat berat bagi tubuhnya. Akan tetapi, sama halnya denganku. Aku betul-betul sudah tidak punya tenaga yang kuat. Satu-satunya hal yang membuatku tetap sadar adalah karena aku begitu ingin membawa pulang Valensia. Dengan bekal itu pun, aku maju sekuat tenaga menghadapi Aryo.

Aku lihat Aryo langsung melompat sambil melancarkan tendangan berputar. Aku menundukkan badanku untuk menghindarinya. Saat tubuhnya kehilangan momentum akibat tendangan berputar yang dilancarkannya, aku mengambil kesempatan itu untuk melancarkan tinju ke tulang rusuk kanannya. Tinjuku pun mengenai telak dan mampu membuatnya terpental ke belakang. Saat ia terpental ke belakang, aku langsung mengambil kesempatan untuk mengejarnya. Aku berlari sekuat tenaga kearahnya, dan langsung melancarkan tendangan kearah kepalanya. Akan tetapi, ia menangkap tendanganku dengan tangan kirinya. Kemudian, ia mengarahkan telapak tangannya ke perutku. Oh tidak!!! Ini kan!!!

“Akhir dari semuanya, nak...” Kata Aryo.

BLEESSSS!!!! Kali ini, tubuhku kembali seperti dihantam oleh mobil rasanya. Hanya saja, mobil yang menghantamku seolah-olah terbuat dari plastik. Ah, tenaganya pasti sudah menurun drastis. Meskipun begitu, cukup untuk membuat tubuhku sakit seluruhnya. Tidak... Tidak... Jangan kehilangan kesadaran... Aku mohon... Tubuhku... bertahanlah sedikit lagi... Ini kesempatan yang baik, untuk melancarkan serangan sekuat tenaga ke Aryo...

“HAAAAA!!!!” Aku berteriak sekencang-kencangnya untuk membuat diriku tetap sadar.

Aryo yang melihatku hanya bisa terkejut dan tidak berkata apa-apa. Saat itu juga, kualirkan seluruh tenaga ki yang kumiliki ke kedua tanganku. Aku langsung melancarkan tinju sekuat tenaga ke wajahnya, kemudian ke tubuhnya, ke pundaknya, ke bahunya... Aku melancarkan tinju bertubi-tubi ke seluruh tubuhnya... Dan terakhir... aku melancarkan tinju penuh tenaga dengan tangan kananku ke pipi kanannya. DUAAKKK!!! Aku merasakan tinjuku sepertinya begitu masuk ke tubuhnya.

Setelah itu, aku betul-betul tidak kuat. Tubuhku terjatuh dengan sendirinya. Terakhir kulihat, Aryo pun juga terpental dan terjatuh. Aku masih bisa melirik kearah Aryo. Sepertinya kali ini dia sudah kehilangan kesadaran. Tubuhnya tidak bergerak sama sekali. Sementara, tubuhku begitu sakit. Kali ini, aku betul-betul tidak bisa bergerak. Menangkah aku melawan Aryo? Menang! Aku ingin berpikiran seperti itu. Menang! Menang! Menaaangg!!!

Saat itu, aku melihat wajah Valensia sedang memandangiku yang sedang terkapar.

“Val...” Kataku.

“He-eh...” Kata Valensia.

You alright there? (Kamu baik-baik saja?)” Tanyaku.

Mendengar perkataanku, tubuh Valensia mulai bergetar. Air matanya pun mulai keluar dari kedua matanya. Ia langsung membelai-belai rambutku sambil menangis.

You... stupid!!! (Lu... bego!!!)” Kata Valensia.

Oh... am I? (Oh, begitukah?)” Tanyaku.

Of course you are!!! How dare you make fun of me in front of the others!!! And now, how dare you hurt yourself like this for me!!! I’ll never forgive you!!!! (Jelas aja!!!! Beraninya lu bikin gw malu di depan semua orang!!! Dan sekarang, beraninya lu menyakiti diri lu sejauh ini demi gw!!! Nggak akan pernah gw maafin lu!!!!)” Kata Valensia sambil menangis.

“Dan lo, beraninya lo... mengambil keputusan seenaknya... Melindungi gua? Lo pikir gua selemah itu... sampe perlu dilindungin ama orang macem lo?...” Kataku.

“Bego... Begoo!!! Lu emang koko begoo!!!!” Kata Valensia sambil menangis.

“Yah... Gua rasa perkataan lu bener. Gua emang bego, Val...” Kataku.

“Heh... Tapi karena kebegoan lu itu, gw tuh bener-bener sayang sama lu, ko...” Kata Valensia sambil mengusap air matanya.

“Thank you, Val.” Kataku sambil menarik tubuh Valensia dan memeluknya diatas tubuhku.

Valensia pun juga memeluk tubuhku. Kini, ia berada diatas tubuhku yang sedang berbaring.

“Hey, Val...” Kataku.

“Hmmm?” Tanya Valensia.

Give me a kiss, will you? (Cium gua dong.)” Kataku.

Why a kiss? (Kenapa ciuman?)” Tanya Valensia.

“Val. Gua yakin lu tau, kalo kita itu sering ciuman. Tapi jujur, baru kali ini gua nyadar, kalo lo tuh bener-bener punya perasaan yang kuat sama gua. Dan entah kenapa gua ngerasa, dicium ama lo sekarang itu rasanya bakal beda banget ama yang udah lalu-lalu.” Kataku.

Heh, stupid idiot...” Kata Valensia.

Tidak lama setelah itu, Valensia langsung mencium bibirku dengan sangat lembut. Begitu lembut, dan penuh perasaan sekali. Valensia yang biasanya kurang pandai mengungkapkan perasaannya, kini ia bisa mengungkapkannya dengan begitu hebat dalam sebuah ciuman.

“Ehem...” Terdengar suara seseorang batuk.

Aku dan Valensia langsung berhenti berciuman. Aku langsung melihat siapa yang terbatuk-batuk itu. Rupanya Rendhy dan Pak Bagas.

“Kita cuekin aja mereka, Val. Ini momen kita.” Kataku.

Valensia hanya mengangguk dan tersenyum. Kemudian, kami sama-sama berciuman lagi dengan mesra. Kali ini, kami melakukannya sambil berpelukan. Bukan main, ada yang berbeda dengan Valensia selama ini. Atau... mungkin ada yang berbeda denganku. Mungkin aku sebetulnya juga memendam rasa sayang kepada Valensia, hanya saja selama ini aku sulit mengakuinya. Betulkah demikian? Ah, itu tidaklah penting. Aku hanya ingin menikmati momen ciuman yang begitu indah dan mesra ini.

“Gw janji, ko... Gw nggak bakal ninggalin lu lagi...” Kata Valensia sambil mengangkat bibirnya dan mengusap-usap kepalaku.

“Oke.” Kataku dengan senyum penuh maksud.

“Kenapa senyum lu begitu?” Tanya Valensia dengan penuh perhatian.

“Ummm... Val...” Kataku.

“Iya?” Tanya Valensia dengan lembut.

“Gua mikir aja sih...” Kataku.

“Kenapa?” Tanya Valensia.

“Ehem... Apakah kira-kira gua udah lolos kualifikasi... untuk dapetin keperawanan lu?” Tanyaku dengan senyum nakal.

“Astaga, Pak Jaaaayyy!!! Tobaaattt paakk, tobaattt!!!!” Kata Pak Bagas dengan panik.

Valensia hanya meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, tanda menyuruh Pak Bagas diam. Ia melakukannya dengan elegan, sangat elegan.

Of course, it’s fully yours. (Tentu saja, sepenuhnya milik lu.)” Kata Valensia.

“Heheheheh, saya beruntung kan?” Tanyaku kepada Rendhy dan Pak Bagas.

Rendhy dan Pak Bagas hanya melihatku dengan tampang yang kesal, tapi ingin tersenyum juga.

“Ga lah, gua cuma becanda kok, Val.” Kataku.

“Serius juga nggak apa-apa.” Kata Valensia.

“Val.” Kataku.

“Ya, ko?” Tanya Valensia.

Welcome home. (Selamat datang kembali.)” Kataku.

Valensia pun tersenyum dengan manis, kemudian kembali mencium bibirku.

“Ayo kita pulang.” Kataku.

“Ummm...” Kata Valensia.

“Kenapa, Val?” Tanyaku.

“Itu, ko... Devina...” Kata Valensia.

“Hmmm?” Tanyaku.

----- Di Tempat Lain -----

Markas ini akan ditelan api? Apa maksud Devina sebetulnya? Akan tetapi, aku merasa bahwa Devina tidak main-main dengan ucapannya. Aku yang kini sudah bergabung kembali dengan semuanya langsung berusaha mencari jalan keluar dari markas ini. Kami telah sampai di suatu lorong yang panjang. Hmmm? Di ujung lorong ini, aku melihat ada beberapa orang. Sepertinya aku mengenal mereka. Dua dari mereka adalah tentara rahasia negara. Dua orang lagi... Lho? Itu kan Ko Jay dan Valensia. Ko Jay terbaring di lantai. Apakah lukanya begitu parah?

“Ko Jaaayyy!!!” Kata Villy sambil menambah kecepatan larinya.

Kemudian, kami semua sampai di tempat Ko Jay dan yang lainnya.

“Ko, ya ampuuunn... Koko kenapa?” Tanya Martha.

“Akhh... aku nggak punya waktu... untuk sementara, tolong dengerin aku....” Kata Ko Jay.

“Iya, ko. Kita dengerin kok.” Kataku.

“Siapapun yang bisa pake tenaga ki untuk... nyembuhin luka dalam... aku minta tolong...” Kata Ko Jay.

“Serahkan padaku, Jay.” Kata Bu Novi sambil maju kearah Ko Jay.

“Ah, Bu Novi... Untung deh... Maaf bu... teman ibu masih ada?” Tanya Ko Jay.

“Sayangnya dia udah pergi. Walau nggak sekuat dia, paling nggak aku bisa nyembuhin luka dalam kamu kira-kira 40% sampe kamu paling nggak bisa berdiri. Tapi agak lama ya, Jay.” Kata Bu Novi sambil memegang dada Ko Jay.

Apa yang sedang dilakukan Bu Novi? Lalu, tenaga ki? Apa itu sebetulnya?

“Pak Jent... Aku minta tolong, tolong bawa Ci Diana pergi... Dia kena pukulan yang telak... Tapi harusnya ga membahayakan nyawanya...” Kata Ko Jay.

Hmmm, sepertinya napas Ko Jay lebih baik dibandingkan sebelumnya. Apakah Bu Novi sedang menyembuhkan Ko Jay dengan cara yang tidak aku pahami?

“Iya, Jay. Memangnya kamu masih mao disini?” Tanya Pak Jent.

“Iya, pak.” Kata Ko Jay.

“Oke. Apapun itu alasanmu, aku yakin kamu punya alasan yang kuat. Kalau begitu, aku pergi duluan. Hati-hati Jay, markas ini akan segera ditelan api dalam waktu beberapa jam.” Kata Pak Jent sambil memapah Ci Diana.

“Iya, pak. Terima kasih...” Kata Ko Jay.

“Bu, sudah cukup, bu... Aku sudah kuat berdiri.” Kata Ko Jay.

“Jay, bahkan 15% saja belum lho.” Kata Bu Novi.

“Iya, aku mengerti. Tapi bu, aku harus segera pergi dari sini. Ada urusan yang harus kuselesaikan.” Kata Ko Jay sambil membangunkan tubuhnya dan berdiri.

Ko Jay pun kini sudah berdiri. Akan tetapi, tampaknya ia belum pulih sepenuhnya. Ia masih sedikit sempoyongan.

“Martha, Villy, Senja. Misalkan kalian sampai mati disini sama-sama aku, apakah ada penyesalan?” Tanya Ko Jay.

Aku langsung menggeleng dengan sangat yakin. Villy dan Martha pun juga melakukan hal yang sama.

“Oke. Aku minta tolong kalian bertiga ikut aku. Val, tunjukkin jalan ya tolong.” Kataku.

“Sip.” Kata Valensia.

“Kita mao kemana, ko?” Tanyaku.

“Kayanya kita masih harus buat perhitungan sama satu orang lagi.” Kata Ko Jay.

Harus buat perhitungan dengan satu orang lagi?... OOHHH!!! Aku mengerti maksudnya. Sepertinya, Martha dan Villy pun juga paham maksudnya.

“Ayo!” Kata Ko Jay.

Aku, Villy, dan Martha pun langsung mengikuti Ko Jay.

BERSAMBUNG KE EPISODE-47
 
Dari beberapa episode, episode 46 yg agak nubie suka. Terutama akan pengendalian KI si Jay yg dpt melebihi batas dlm waktu singkat ditambah dorongan tekad yg kuat atas Val.....
Ditunggu action2 berikutnya suhu. Gabungan Jay, Marta, Val, Villy, Senja
 
Rendhy dan pak bagas disuguhi live kissing meen
Sikat valensia ko jay.. lu juara emang ;)
 
Dari beberapa episode, episode 46 yg agak nubie suka. Terutama akan pengendalian KI si Jay yg dpt melebihi batas dlm waktu singkat ditambah dorongan tekad yg kuat atas Val.....
Ditunggu action2 berikutnya suhu. Gabungan Jay, Marta, Val, Villy, Senja
makasih suhu updatenya.

Baca cerita suhu, serasa menjadi tokoh utama. seperti ane sedang menceritakan apa yang ane alami.

*Panjang dan pendeknya cerita/bacaan itu tergantung pada diri kita masing-masing dalam hal membacanya, menghayatinya, merasakannya dan berimajinasi sesuai apa yang sedang di ungkapkan oleh tokoh utama dalam cerita/bacaan tersebut.
Ane rasa itu juga termasuk tujuan suhu TS agar parea pembaca ikut terbawa dan merasakan suasana yang sedang di ceritakan, juga merasakan sebagai tokoh utama dalam cerita/bacaan tersebut.
:mantap::mantap::mantap: uda update makasi ya hu.:ampun:
:haha: tetap semangka hu:goyang:

terima kasih gan


Pertalite

Thanks updatenya suhu

sama2 gan

kok berasa pendek ya.....??

hah? masa sih? hahaha

Premium apa solar nih gw

minyak bumi gan

Index epsiode 45 salah link suhu :pandaketawa:

hee masa sih? oke nanti ane tengok dan dikoreksi
terima kasih gan atas notif nya

Ayo gebukin si arvin sampe mokad

hmmm...

kayaknya dah hampir tamat nih ...

ini final arc dalam cerita ini. tapi dari selesainya final arc sampe tamat... entah berapa episode

bukannya musuhnya masih ada yah om megu

memang masih ada kok

Rendhy dan pak bagas disuguhi live kissing meen
Sikat valensia ko jay.. lu juara emang ;)

hahahaha
thats's Jay for ya

Wah apa koh Jay ngajak nemuin Devina kah?

mungkin...


Bring devina home jay

definitely
otherwise, bukan lima malaikat
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd