Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

EPISODE 45 : Battle, Phase 3

DAAAKK!!

Kini, Ci Diana dan Aryo saling beradu tendangan kaki kanan masing-masing. Baru kali ini aku melihat Ci Diana dalam full action. Gerakan tubuhnya sangat cepat dan lentur. Tidak hanya itu, serangannya yang kebanyakan berupa tendangan juga sepertinya begitu mantap dan tajam. Akan tetapi, itu semua mampu ditahan oleh Aryo. Walau sudah tidak secepat dan sekuat tadi karena paru-parunya sudah kulukai, tetap saja Aryo ini masih bisa dikatakan lebih dari sekedar mampu. Memang untuk seorang mantan pelatih tentara rahasia kepresidenan, levelnya jauh berbeda dengan kami.

Setelah beradu tendangan kaki kanan dan tidak mendapatkan hasil, kini Aryo melancarkan tinju cepat bertubi-tubi kearah Ci Diana. Ci Diana pun dengan lincah menghindarinya. Begitu mendapat kesempatan, ia langsung menunduk dan melancarkan tendangan sapuan kaki kearah kaki Aryo. Aryo pun menghindarinya dengan cara melompat ke udara. Menanggapi hal itu, Ci Diana langsung menumpukan tangannya di lantai, kemudian melancarkan tendangan tusukan dengan kaki kirinya ke arah dada kiri Aryo. Karena berada di udara, Aryo hanya bisa menggunakan tangan kirinya untuk menahan serangan tendangan tusukan Ci Diana. Akan tetapi, Ci Diana tidak menyerah begitu saja. Ia langsung mendorong tangannya sehingga ia mendapatkan momentum untuk melompat ke udara. Saat sudah mengudara, Ci Diana langsung memutar tubuhnya dan kemudian melancarkan tendangan berputar dengan kaki kanannya ke arah tubuh bagian kiri Aryo. Aryo yang tidak memiliki pertahanan lain di bagian kirinya, terpaksa menerima tendangan yang sepertinya sangat kuat itu. Tendangan berputar Ci Diana mampu membuat Aryo meluncur dengan cepat ke lantai.

Aryo pun menghantam lantai denagn sangat keras. Akan tetapi, ia pun langsung bangun dengan cepat dan maju kearah Ci Diana tanpa memberi kesempatan bagi Ci Diana untuk memulihkan tubuhnya akibat serangan yang rumit itu. Aku pun langsung maju dan melancarkan [I[sliding[/I] kearah Aryo. Aryo menahan serangan sliding-ku dengan mengencangkan kakinya. Ukh, serangan sliding-ku berhasil diredam oleh kakinya. Aku langsung melancarkan tinju dengan tangan kananku keatas, kearah tubuh bagian atasnya. Aryo pun langsung menangkap tinjuku dengan tangan kirinya. Aku kembali melancarkan tinju dengan tangan kiriku, yang kemudian ditahan oleh tangan kanannya. Aku melihat Ci Diana yang sudah pulih langsung maju sambil melancarkan tendangan berputar miliknya kearah leher Aryo. Aryo pun mengangkat bahunya untuk menahan tendangan berputar milik Ci Diana. Kemudian, Ci Diana melakukan lompatan kecil, sambil melancarkan tendangan dengan kaki kirinya ke arah kepala Aryo. Melihat hal itu, Aryo langsung melepaskan seluruh pertahanannya, dan menghindar dengan melompat kebelakang. Kini, jarakku dan Ci Diana cukup jauh dengan Aryo.

“Lebih kuat dari dugaan gw.” Kata Ci Diana.

“Iye. Hati-hati, ci.” Kataku.

“Jay, inget. Walaupun gw disini ngebantu lu, tapi lu nggak boleh gegabah ya. Gw nggak mungkin bisa ngalahin orang ini sendirian.” Kata Ci Diana.

“Oke.” Kataku.

“Kita pake strategi klasik dua orang. satu serang, satu backup. Lumayan kalo ada yang bisa ngelancarin serangan kuat yang bisa ngelukain bagian tubuhnya yang lain dan ngurangin lagi kekuatannya.” Kata Ci Diana.

“Setuju gua.” Kataku.

“Yang terpenting, jaga diri. Salah satu dari kita nggak boleh ada yang tumbang. Kalo itu terjadi, satunya lagi pasti mati.” Kata Ci Diana.

Betul, betul sekali apa yang dikatakan oleh Ci Diana. Sejauh ini, Aryo ini betul-betul lawan paling kuat yang pernah kutemui. Aku tidak menyangka ada orang sekuat dia, sampai-sampai Ci Diana pun bersikukuh bahwa kita pasti kalah jika salah seorang dari kita tumbang. Orang sekuat Ci Diana, bisa sampai berpikiran seperti itu. Artinya, Aryo ini betul-betul orang yang tidak boleh diremehkan sama sekali.

“Gantian ci. Kali ini gua yang serang, lo backup, sekalian istirahat mulihin tenaga lo.” Kataku.

“Yah, dengan strategi gini, mungkin somehow kita bisa ngalahin dia.” Kata Ci Diana.

“Semoga aja.” Kataku.

Kali ini pun aku maju dan melancarkan tinju kearah Aryo. Aryo menghindarinya dengan cara melompat ke belakang. Eh, mengapa melompat ke belakang? Akan tetapi, ia memijakkan kakinya pada tembok di belakangnya, dan langsung melompat dengan cepat kearahku. Ia langsung melancarkan tinju dengan cepat kearah pipi kiriku. Aku menghindarinya dengan menjatuhkan tubuhku, kemudian melancarkan tendangan tusukan kearah Aryo yang masih mengudara. Aryo langsung menangkap tendanganku, dan menjadikannya tumpuan untuk menghentikan badannya di udara. Kemudian, ia memutar tubuhnya dan melancarkan tendangan tusukan kearahku. Karena kakiku masih dipegang olehnya, aku tidak mempunyai banyak gerakan untuk menghindar dari serangan Aryo. Akan tetapi, untunglah bantuan langsung datang. Saat itu juga, Ci Diana sudah melancarkan tendangan berputar khusus miliknya. Tendangan berputar itu mengenai Aryo dengan telak dan membuat tubuhnya terpental ke belakang. Saat ia terpental ke belakang, aku langsung bangun. Saat itu, Ci Diana langsung membisiki sesuatu kepadaku.

“Ganti strategi. Kita sama-sama maju, pola satu serang, satu bertahan. Ganti-gantian.” Kata Ci Diana.

“Secepat itu ganti strategi?” Tanyaku.

“Kalo kita tetep di strategi yang lama, pada akhirnya dia akan nemuin kelemahan dari strategi itu, dan numbangin salah satu dari kita. Inget, hal paling penting kalo kita mao ngalahin dia adalah, kita harus tetep berdua.” Kata Ci Diana.

Ya, betul. Aku melihat Aryo pun bangun. Sepertinya, tendangan berputar Ci Diana itu memberikan efek yang cukup bagi tubuh Aryo. Bukan main ketahanannya, padahal fungsi paru-parunya sudah berkurang, tetapi dia tetap masih bisa bangun setelah menerima serangan yang dalam dan kuat dari Ci Diana.

Aku melihat Aryo berusaha mengatur napasnya dengan susah payah. Eh tunggu, jika melihat pola cara dia mengatur napas, sepertinya dia tidak sekedar mengatur napasnya. Dia sedang merencanakan sesuatu. Hmmm, sebetulnya aku ingin sekali melihat apa yang hendak dia lakukan, tapi waktuku tidak banyak. Jika aku terlambat, bisa-bisa Valensia dalam bahaya karena kudengar dia sedang dibawa ke tempat yang bernama Arena Eksekusi.

Tanpa berpikir panjang, aku maju sekuat tenaga dan hendak melancarkan tinju kearah Aryo. Akan tetapi, tinju yang kulancarkan itu hanyalah sebagai tipuan saja. Setelah setengah melancarkan tinju dan aku melihat Aryo sudah mengantisipasinya, aku langsung menundukkan tubuhku dan melancarkan serangan sapuan kaki. Aryo menyambutnya dengan melancarkan tendangan pendek dan tumpul untuk beradu dengan tendangan sapuan kakiku. Setelah itu, Ci Diana langsung menumpukan tangannya di kedua pundakku, dan melancarkan tendangan berputar dengan kaki kanannya. Aryo pun langsung menahan serangan tendangan itu dengan tangan kirinya. Kemudian, Aryo menangkap kaki Ci Diana dengan tangan kanannya, dan sepertinya hendak melemparnya ke tembok. Sebelum dia bisa melakukan itu, aku segera melancarkan tendangan dengan kaki kiriku kearah lengan kanannya. Tendangan itu pun mengenai lengan kanannya dengan telak sehingga membuat pegangan tangannya terhadap kaki Ci Diana terlepas. Saat itu juga, Ci Diana langsung melancarkan tendangan tusukan ke perut Aryo dan mengenainya dengan telak. Aryo dibuat mundur sejauh kira-kira sepuluh langkah ke belakang.

Kupikir, Aryo akan jatuh. Akan tetapi, ternyata tidak demikian. Kali ini, ia menarik napas dalam-dalam dengan penuh kesulitan. Ia sedang menyiapkan suatu kuda-kuda, seperti kuda-kuda hendak melancarkan tinju yang sangat kuat. Kemudian, ia melancarkan tinju sekuat-kuatnya kearah kami, tetapi dia hanya meninju udara. Apa yang sebetulnya dia lakukan? Tiba-tiba, Ci Diana yang masih menumpukan tangannya di kedua pundakku, langsung melemparku jauh-jauh. Aku terlempar kearah lantai. Aku melihat Ci Diana seolah-olah terkena pukulan yang tidak kelihatan. Ia pun langsung memuntahkan darah dari mulutnya.

“Ci, lu kenapa??!!!” Kataku sambil mendatangi kearahnya.

“Jaay!!!” Kata Ci Diana sambil memegangi lengan kananku.

“Jangan... alihin pandangan lu dari... dia...” Kata Ci Diana sambil memuntahkan darah yang kedua kalinya.

Aku kembali bersiaga melihat kearah Aryo. Aryo pun terjatuh ke lantai dan memegangi dadanya. Sepertinya ia sangat kesakitan. Apa yang terjadi sebetulnya?

“Gw... gw lengah... Jay... Sialaan...” Kata Ci Diana sambil menahan rasa sakit di perutnya.

“Lo kenapa, ci?” Tanyaku dengan heran.

“Itu... pukulan tenaga dalam... Lebih-lebih lagi... dia mampu ngelontarin tenaga dalamnya... kaya meriam di udara.... Butuh tenaga dan penguasaan tenaga ki... yang betul-betul mantap untuk... bisa ngelakuin hal itu...” Kata Ci Diana.

“Terus, kenapa lo ngelindungin gua? Tadinya mah biarin aja gua yang kena!!” Kataku.

“Jay... Gw sebetulnya males ngomong hal ini... Tapi... harus tetep gw omongin sih... Jay... lo tuh disini aktor utamanya... Emang lu mao... kalo peran lu harus gw ambil?...” Kata Ci Diana.

“Yah elah, itu mah-“ Kataku.

“Cukup... Jay... Gw sempet denger dari Abby... Kalo lu siap mati kan?... Jay... ada momen khusus dalam hidup... dimana lu harus berani ngambil resiko... dan mempertaruhkan semuanya... demi sesuatu yang berharga... Gw nggak tau Jay... tapi mungkin inilah momen itu buat... lu....” Kata Ci Diana.

Aku hanya bisa memegangi tangan Ci Diana. Tangannya begitu dingin dan gemetaran. Sepertinya pukulan tenaga dalam itu begitu telak sekali. Tentu saja, pukulan tenaga dalam itu seolah-olah seperti dihantam langsung oleh tenaga ki. Kekuatan pukulannya akan selalu maksimum, meskipun kondisi tubuh orang itu tidak maksimum.

“Yaudah. Lo ga usah khawatir, ci. Biar gua yang urus ini semuanya. Lo mendingan cari tempat buat istirahat.” Kataku.

“Heh... Emang lu bisa apa... tanpa gw?... Lu bisa ngalahin dia sendirian?...” Kata Ci Diana sambil senyum meledekku.

“Bisa ato ga bisa, akan gua pertaruhin semuanya untuk ngalahin dia.” Kataku.

“Heh... Bagus deh... Paling nggak... lu ngerti Jay...” Kata Ci Diana.

Setelah itu, Ci Diana pun menutup matanya. Aku pun melepaskan tangannya. Aku menepuk-nepuk pundak Ci Diana sambil berkata dalam hati,”istirahat yang cukup dan jangan mati, ci.”. Kemudian, aku pun berdiri dan menyiapkan kuda-kudaku. Aryo pun juga sudah berdiri, walaupun ia masih terengah-engah sambil memegangi dadanya. Sepertinya, pukulan tenaga ki yang ia lancarkan tadi memberikan beban yang sangat berat untuk paru-parunya.

“Biar... kuberitahu sesuatu...” Kata Aryo.

“Hmm?” Kataku.

“Arvin... punya empat pengawal... Diriku, Ando... Bruno, dan Heru... Bruno dan Ando, udah kalian kalahin... Heru disini yang jadi masalah... Walau dia tidak sekuat aku... tapi kekuatannya hampir menyamai diriku... Apakah teman-temanmu aman diluar sana... dengan adanya Heru?...” Kata Aryo.

“Hmmm, sepertinya hanya Tuhan yang tau.” Kataku.

“Heh... Haahahah... ahaha... Jawaban yang sangat langsung...” Kata Aryo.

“Oke gini aja...” Kata Aryo.

“...” Kataku.

“Apa kamu tidak mau... menolong mereka?...” Kata Aryo.

“Hmmm, sebetulnya sih itu ide yang bagus. Tapi, sekalinya aku membiarkanmu berkeliaran, seandainya kamu sampai bertemu dengan salah satu malaikatku, sudah pasti mereka meregang nyawa di tanganmu. Dan aku tidak boleh membiarkan hal itu.” Kataku.

“... Masuk akal... Tapi, bukankah hasilnya... sama saja jika kamu disini? Kamu tidak akan menang melawanku... dan nantinya aku akan membunuh semua... penyusup tempat ini...” Kata Aryo.

“Mungkin memang begitu. Harus kuakui bahwa kekuatanku tidak mampu menandingimu. Tapi, camkan hal ini. Kalaupun aku harus mati disini, aku akan melancarkan pukulan sebanyak mungkin kepadamu, dan membuat kamu selemah mungkin sampai kamu bisa dikalahkan bahkan oleh orang selevel salah satu malaikatku.” Kataku.

“... Heh... Resolusi yang sangat menakjubkan... Perkataanku tentangmu... masih belum salah... Kamu memang seorang pemimpin... yang hebat bagi orang-orang yang... kamu sayangi...” Kata Aryo.

“Wah, pujiannya kuterima lagi.” Kataku.

“Sekarang... tinggal kita lihat... Apakah kemampuanmu mampu mengikuti resolusimu...” Kata Aryo sambil menyiapkan kuda-kuda bertarungnya.

Aku merasa bahwa pertarunganku tidak akan lama lagi. Sepertinya, siapapun yang jatuh duluan dan tidak bisa bangun lagi, akan kalah. Aku dan Aryo langsung maju secara bersamaan. Karena tangan Aryo lebih panjang dariku, ia melancarkan tinju bertubi-tubi kearahku lebih dulu. Aku memutar tubuhku kearah kanan, dan terus memutar tubuhku untuk mendapatkan kemajuan jarak.

Setelah aku sudah sampai di sebelah kanannya, aku langsung meninju pipi kirinya. Tinjuku kena telak karena ia tidak sempat menahan tinjuku akibat kehilangan momentum dari serangan pertamanya. Akan tetapi, ia menapakkan kakinya kuat-kuat di lantai sehingga tinjuku gagal membuatnya jatuh. Kemudian, aku melancarkan tendangan berputar dengan kaki kananku. Tendanganku sukses mengenai lengan kirinya dan membuatnya terpental. Akan tetapi, Aryo langung menapakan tangan kanannya ke lantai, dan menjadikannya tumpuan untuk melompat dan kembali berdiri. Ia pun maju dengan cepat kearahku. Aku langsung menundukkan badan dan melancarkan tendangan sapuan kaki kearah kakinya. Sial, ternyata ia sudah mengantisipasi seranganku. Ia pun menghindarinya dengan cara melompat kebelakang sedikit. Kemudian, ia maju lagi kearahku. Aku pun melancarkan tinju kearah perutnya. Aryo melompat pendek kesamping. Sekarang, Aryo sudah masuk ke dalam jangkauanku. Ia pun memegangi pundakku dengan erat, dan kemudian mengarahkan telapak tangannya ke perutku. Gawat! Kalau kulihat dari film-film, itu seperti kuda-kuda untuk melancarkan pukulan tenaga dalam.

“Sudah berakhir...” Kata Aryo.

Setelah ia selesai mengucapkan kata-kata itu, aku merasa seolah-olah perutku ditabrak oleh mobil. Rasa sakit itu langsung menyebar ke seluruh tubuhku. Karena sakitnya tidak tertahankan, aku tidak bisa mengingat apapun yang terjadi setelah pukulan itu. Bukan main rasanya. Ini lebih parah dari yang Ci Diana terima, karena kali ini, tenaga dalamnya langsung menyerang tubuhku tanpa perantara udara sehingga kekuatannya betul-betul tidak berkurang. Aku pun langsung terjatuh. Pandanganku menghitam semua.

--- Pada saat itu, di tempat lain... ---

Haah... Haaaah... Aku tidak menyangka dia sekuat itu. Aku tidak pernah bertarung dengannya secara langsung. Akan tetapi, mungkin sebagai seorang putri dari mahkota, ia pun juga mendapatkan pelatihan bela diri khusus. Aku pun segera mengintip dari boks kayu tempat aku bersembunyi.

DOOORRR!!!

Ukh, aku langsung kembali bersembunyi di balik boks kayu besar ini. Sejak rombonganku terpisah dari rombongan Ko Jay karena api yang disulut oleh para preman itu, aku dan rombonganku terus mencari jalan. Kami menemukan para preman yang menggunakan bom granat dan senjata api, yang terpaksa membuat kami berpencar ke segala arah. Tadinya, aku bersama dengan Pak Jent. Akan tetapi, Pak Jent harus tinggal karena menghadapi lawan yang sangat kuat. Lawan yang dihadapi Pak Jent adalah salah satu rombongan yang bersama Arvin tadi. Sepertinya orang itu sangat kuat, sampai-sampai Pak Jent harus tertahan untuk menghadapi orang itu. Akhirnya, aku memasuki suatu ruangan yang mungkin fungsinya adalah stok persediaan barang. Tidak kusangka aku akan bertemu dengannya di tempat ini.

Aku harus mengambil inisiatif. Aku segera melompat salto ke kiri, kemudian menembakkan pistolku ke kaki orang itu. DOORRR!!! Akan tetapi, orang itu juga sangat cepat. Ia langsung melompat ke balik boks kayu yang letaknya cukup jauh dari tempatku berada.

“Dev!! Sebenernya apa sih yang lu pikirin?? Kenapa kita nggak ngomongin hal ini aja?” Tanyaku.

“Sen, nggak usah banyak omong. Tangan gw udah terlalu kotor, gw udah nggak bisa kembali ke tempat lu pada.” Kata Devina.

“Dev, kita semua nganggep lu temen, sahabat. Dan bahkan sekarang pun, setelah semua yang lu lakuin, gw masih nganggep lu sahabat gw kok.” Kataku.

Aku tidak mendengar jawaban apapun dari Devina. Peluru pistolku tinggal tiga. Jika tipe pistol yang dibawa oleh Devina kurang lebih sama denganku, seharusnya peluru Devina pun juga tinggal sedikit. Kecuali... jika dia membawa peluru cadangan.

“PERHATIAN PERHATIAN... MOHON SEGERA LAKUKAN EVAKUASI...”

Eh, suara apa itu? Suara itu seperti suara operator markas ini. Setelah itu, tiba-tiba seluruh ruangan ini berguncang dengan hebat, seolah-olah seperti ditabrak oleh suatu benda yang sangat keras.

“Sialaaann!!!” Aku mendengar suara Devina.

“Devv!!! Kenapa??” Tanyaku.

“Sen, biar gw kasihtau lu sesuatu. Markas ini bakalan ditelan api seluruhnya. Saran gw buat lu, sebaiknya lu cepet keluar dari sini kalo nggak mao mati.” Kata Devina.

“Lah, lu sendiri gimana Dev?” Tanyaku.

“Emang lu masih punya waktu untuk ngurusin orang lain?” Kata Devina.

Aku pun mendengar suara pintu dibanting dari dekat tempat Devina berada. Aku langsung keluar dari tempat persembunyianku. Sepertinya Devina sudah tidak berada di ruangan ini lagi. Menurut Devina, markas ini akan segera ditelan api. Bagaimana kira-kira nasib semuanya ya? Aku harus mencari mereka, dan menyampaikan apa yang Devina katakan.

BERSAMBUNG KE EPISODE-46
 
Jay kena lagi ..... :mati:
wow Senja vs Devina ....
terimakasih updatenya om Megu ... :jempol:
 
Tidaaaakk ci dianaaa,
Yah ko jay pingsan lagi :aduh:

Makasi suhu buat updatenya, tokcer pisan euy :alamak:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Waduuuh jay .... klok emang aryo itu sekuat itu. bukankah dengan serangan sebesar itu jay akaan .... :bingung:
 
Bimabet
Mantap ini ceritanya.. tapi disini mengungkapkan beberapa hal

1. Aryo itu sangat kuat,mungkin selevel dengan phoenix
2. Kemampuan jent saat ini belum selevel dengan aryo saat ini
3. Kemampuan jent saat ini lebih kuat dari pasukan khusus yang dikirim pak budi

Saya menunggu lanjutamnya suhu megu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd