POV Rina
Setelah mendengar kabar bahwa istri adik sepupu dari suamiku masuk rumah sakit aku dan anakku Riagy memutuskan menuju Jakarta sore ini juga. Barang bawaan yang berisikan baju dan belanjaan langsung ku bawa dan dimasukkan kedalam koper. Semua transport sudah diurus oleh suamiku baik itu supir, mobil serta uang untuk pegangan kami dijalan nanti, karena jarak yang cukup lumayan jauh.
5 jam sudah kami melawati lamanya perjalanan, akhirnya pukul 21.30 aku dan anakku sampai di rumah sakit tempat dimana Ana istri Deni adik dari suamiku dirawat. Deni langsung menyambut kami untuk menunjukkan ruangan tempat Ana dirawat, lumayan lama kami berbincang mengenai kondisi Ana, mengapa bisa Ana sampai masuk dan dirawat di rumah sakit semua dijelaskan oleh Deni. Karena sudah lumayan lama dan kami tak ingin mengganggu Ana yang sedang tertidur serta Deni cukup peka dengan kondisi kami, kemudian Deni mengajak aku dan anakku untuk menginap di rumahnya sekaligus dia akan membawa baju ganti dan beberapa perlengkapan untuk menjaga Ana nanti.
Ditengah perjalanan Deni menawarkan kami makan dan anakku Riagy mengambil inisiatif untuk membeli sate di depan perumahan Deni.
Deni : Gy satenya beli 2 porsi yah kambing 10 tusuk ayamnya 20 tusuk, bumbu kecap semua
Riagy : Siap om, mamah mau mesen apalagi mah biar sekalian?
Mamah : Udah mamah sih ikut aja
Riagy : Oke deh
Setelah memberikan uang untuk membayar kami meninggalkan Riagy, aku dan Deni duluan menuju rumahnya. Tak berapa lama akhirnya sampai, deni membawakan koper dan barang bawaan dan menunjukkan kamar yang akan aku dan anakku isi.
Aku : Den mbak pake kamar yang di lantai 2 aja ya
Deni : Oh iya mbak silahkan, kalo ada apa-apa bilang aja, aku mau beresin barang dulu yang mau dibawa nanti
Aku : Oke den
Karena perjalanan yang cukup lama dan melelahkan, sambil menunggu makanan pula sepertinya akan enak jika aku membersihkan badan dulu. Aku mengambil handuk dan kimono yang ada di koper, kemudian aku lekas memasuki kamar mandi.
Ketika sedang asik membasuh badan, aku mendengar suara pintu kamar terbuka, memang aku lupa untuk mengunci kamar, aku pikir tidak apa-apa toh ini rumah milik adik iparku.
Aku : Kamu udah pulang gy? (teriakku dari dalam kamar mandi)
Tak ada jawaban dari sana, mungkin suaraku tak cukup terdengar sampai keluar, kusudahi saja mandiku segera aku mengelap badan dan memakai kimono untuk melihat jika saja itu benar anakku maka aku akan segera makan untuk mengisi lagi tenaga yang sudah terkuras habis sepanjang perjalanan tadi.
Deni : Eh mbak maaf aku panggil-panggil mbak ga nyaut akhirnya aku kesini, pas aku sampai kamar gak mbak kunci makanya aku masuk eh mbak ternyata lagi mandi
Aku : eh.. oh iya den maaf aku lupa ngunci pintu
(aku sedikit salting karena yang masuk ternyata Deni, dan juga aku hanya memakai kimono tanpa dalaman apapun)
Deni : Iya mbak aku mau balik lagi nih ke rumah sakit
Aku : oh gitu ya den, ehmm... Riagy belum pulang yah?
Deni : Belum kayanya mbak
Aku : Yaudah aku mau lanjut mandi lagi kalo gitu
Akupun melangkah kembali ke arah kamar mandi, tapi tiba-tiba tanganku ditahan oleh tangan Deni.
Deni : Sebentar mbak
Deni menarikku sampai aku menghadap dan beratatap muka dengannya. Entah kenapa Deni dengan cepat memelukku dengan erat.
Aku : Eh.. anu ada apa den?
Deni : Sebentar mbak, aku ingin memeluk mbak
Kurasakan nafas Deni di leherku semakin memburu seraya berbicara seperti itu. Tak lama Deni melepaskan pelukannya lalu menatapku, mata kami saling beradu, dan entah siapa yang memulai tau-tau kami sudah berciuman dengan mesra. Deni yang sepertinya sudah bernafsu melumat bibirku dengan ganas, aku yang tadinya kaget dan tak tau harus bagaimana kini mulai mengikuti permainan bibir Deni.
Hmppphh... hmmppphh...
Deni pun mulai turun menjilati leher ku dan mencumbunya, memberikan sedikit cupangan terhadap leherku.
Aku : Ahhh.. Den kamu apain mbak
Deni : Sebentar mbak aku nafsu sama mbak, mas aku pinjam tubuh istrimu dulu yah
Aku : Ahhhhsssss.. ssshh...
Aku hanya mendesah atas perlakuan deni terhadap tubuhku, kemudian Deni melepaskan tali kimonoku, dan terpampanglah tubuh indahku ini. Dengan payudara bulat dan dihiasi puting yang menggemaskan ini membuat Deni terpukau, sejenak Deni melongo melihat keindahan tubuhku ini.
Tanpa izin dan lama-lama mulut Deni segera hinggap di putingku, dihisapnya kedua putingku secara bergantian kiri dan kanan, tak lupa pula 2 tangannya meremas dengan gemas kedua payudaraku. Kemudian semakin turun kebawah melewati perut dan akhirnya tibalah mulut Deni di gua kebanggaanku.
Deni : Indah sekali punyamu mbak, wangi pula
Aku : Ahsss.. kamu bisa aja Den (sambil tersipu malu)
Deni melahap memekku, dijilatinya air yang keluar dari memekku seolah tak rela jika air itu jatuh. Di emut nya klitorisku sehingga membuat aku mendesah semakin tak karuan, tanganku mulai meremas rambutnya dan semakin menenggelamkan kepalanya di memekku.
Aku : Asssshhh Den enak bangett memek mbak
Deni : Mbak aku masukkin yah sekarang
Aku : Sssshhh ahhh iya Den cepet memek mbak udah gatel
Deni pun mengeluarkan senjata nya, sebelum dimasukkan ke memekku digesek-gesekannya kontol itu di bibir vaginaku, membuatku semakin tersiksa.
Aku : Masukkin Den mbak udah ga tahannn...
Deni : Iya mbak
Sekali percobaan kontol Deni langsung masuk karena memekku sudah basah, kami melakukanya dengan posisi berdiri.
Deni : Ahhhh.. ssshh.. enak mbak memek mbak masih rapet jepit banget
Aku : ssshhh ahhh masa sih Den
Deni : Iya mbak bener ssshhh enak banget
Aku : Lebih enak mana sm Ana?
Deni : Sama-sama enak mbak cuma toket Ana sedikit lebih kecil dibanding punya mbak
Deni menngenjot langsung dengan rpm tinggi, mungkin karena sudah sangat bernafsu
Aku : sshhh ahhh gitu ya Den,, ayo den kita main cepet aja keburu Riagy datang
Deni : aahhh sshh iya mbak aku juga bentar lagi sampe, memek mbak enak banget
Aku : iyah den ayoo.. sshhh.. aaahhh.. goyang terus
Deni : Mbak aku bentar lagi mau sampe
Aku : Asshhh ayo den bareng nanti keburu Riagy datang
Deni : uhhh ahhh mbakkkkkk aku sampeee..
Aku : Mbak juga sampeee dennn...
Crott crott crott sangat banyak Deni mengeluarkannya di dalam memekku, terasa hangat dan penuuh di dalam.
Setelah pergumulan itu Deni langsung merapihkan pakaiannya dan segera bergegas menuju rumah sakit kembali karena kasian Ana sendirian disana.
Deni : Makasih ya mbak, aku izin balik lagi ke rumah sakit
Aku : Iya den sama-sama
Deni pun keluar kamar dan pergi meninggalkanku yang lemas, aku pun menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lagi.
Hmmm... kalo dipikir-pikir anakku lama juga yah beli satenya, apa jangan-jangan dia sudah pulang dan dengan sengaja dia melihat semuanya?
Bersambung...