Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
BAGIAN III

POV MIRNA



Apabila dulu terong Pak Yanto hanya bahasan lisan. Aku tidak menyangka bahwa aku telah merasakan panas dan kerasnya terong itu dalam liang vaginaku. Aku lemas, tergeletak di kasur.

"Bagaimana sayang? Enak gak?

"Enaaak....", aku mengangguk, tepar seraya mengangkang, merasakan melelehnya sperma Pak Yanto dari rahim menjalar keluar vaginaku.

"Gak disangka ya Bu, dulu di warung Bu Aminah kita bahasanya terong-terongan, sekarang ibu beneran ngerasain terong"

"Terong Pak Yanto yah?"

"Ya Pak Riko, hehehehe"

"Ternyata udah sejauh itu, Pak Yanto dapat kontak Mirna dari siapa?"

"Dari Bu Aminah, aku bisa dekat karena dia, ya dekat sebatas ingin menjadi teman awalnya"
"Tapi tidak menyangka akhirnya kesampaian bisa merasakan jepitan memeknya Bu Mirna", jawab Pak Yanto berbaring di sebelahku, sedangkan Mas Riko duduk di pinggir tempat tidur. Penisnya masih berdiri mengacung tegak. Katanya belum mau diapa-apakan.

"Puas pak?"

"Jelas puas, ibu bagaimana?"

"Ennggg iya puass, Pak", jawabku malu-malu lantas Pak Yanto meraba-raba payudaraku.

"Kalau Pak Riko enggak usah ditanya ya? Hahahaha"

"Betul sekali hahaha"

"Dasar kamu!", timpalku memukul lengan Mas Riko.

"Kok aku, kamu juga, ternyata doyan kan akhirnya"

"Ishhhhhhh"

"Sudah bu, sudah hehehe", Pak Yanto menengahi kami yang berselisih kecil. Pak Yanto bangkit turun dari ranjang. Aku memintanya mengambilkan tisu untuk membersihkan benih-benihnya yang masih menyeplak. Ia lalu bertanya apakah cukup sampai di sini. Entah mengapa aku tidak rela Pak Yanto mengakhiri satu kali permainan saja. Aku ingin lebih darinya yang sudah sekian percobaan menggodaku. Apakah mentang-mentang ia berhasil melampiaskan kemudian aku sepah dicampakkan? Rasanya tidak.

"Saya sampai di sini saja Pak?"

"Enghhh, gak mau ikut liburan di sini Pak Yanto? Nginep sajalah, pulang bareng kami, masa baru datang juga"

"Enggak enak mengganggu"

"Pak Yanto mau ke mana?"

"Pulang Bu"

"Baru dateng kok pulang" ucapku tidak merelakan.

"Ya ibu dan bapak sedang tentrem, biasanya berselisih, dimanfaatkanlah"

"Semua kan karena Pak Yanto juga", jawab Mas Riko. Aku berusaha duduk, memandang penis Pak Yanto yang sudah terkulai. Penis itu yang meresahkan Pak Yanto sehingga dia tak patah arah mengejarku. Apakah dia benar-benar tidak ingin lagi? Atau hanya sebatas itu daya tahannya. Lagipula dia punya penyakit jantung aku khawatir. Di sisi lain aku masih merasa ada yang kurang dari permainan kami. Aku berdiri menghampiri Pak Yanto, memegang tangannya.

"Mass, aku boleh mandi dengan Pak Yanto?"

"Mandi bareng?"

"He'eh", aku mengangguk.

"Boleh, tapi tanya Pak Yantonya mau gak?"

"Kalau ditawarkan siapa mau menolak? Ya maulah hehehe", Pak Yanto meremas-remas bokongku dengan gemas, membuatku gairahku naik lagi.

"Kamu enggak berminat gabung, Mas?"

"Menyusul sayang"

PLAAAKKK PLLAAAK PLAAAAK

"Aaaaaihh maksudnya apa sih?", tanyaku heran Pak Yanto menepuk bokongku.

"Kalau saya masukkan lagi enggak apa kan," Pak Riko?

"Kalau masih kuat, ya harus dong"

"Kepengen lagi?", tanyaku menatap Pak Yanto. Dia malah menggiringku ke kamar mandi. Sampai di sana, pintu kami abaikan terbuka. kami langsung berciuman mesra seraya Pak Yanto menggerayangi buah dadaku. Aku mengelus-ngelus lengannya, membelai, meraba-raba punggung bidang Pak Yanto sekaligus memeluk. Aku cumbu leher Pak Yanto, menggigit bibirnya. Dibalas ciuman penuh nafsu. Kami berlomba menjilati lidah pasangan. Tak jijik kendati air liur berserakan di sekitar mulut. Pak Yanto menyibakkan rambutku. Ia mendekapku erat. Kami beradu bibir selayaknya pasangan suami-istri yang berminggu-minggu tidak ketemu.

"Hhhhhmmmfffhh muaachhhh"

"Hmmmmfffhhhh...."

Dari area selangkangan bawah, penis Pak Yanto menunjukkan kuasanya lagi. Selangkangan kami berantukan. Pak Yanto meraih kedua bokongku, menjamahnya kuat-kuat sehingga selangkanganku semakin menempel dengan batang penis Pak Yanto.

"Aahhhhhss geliii"

"Heheheheh"

"Aaaaaihhhhhh"

"Boleh kucupang di lehermu sayang?", tanya Pak Yanto memberanikan diri bilang sayang kepadaku.

"Bebaaass"

"Heheheh sayangnya aku lebih ingin mencupang susumu", ucap Pak Yanto seraya meraih salah satu payudaraku.

"Cyooooppphhhhh"

"Aaaaaaahhhhhh", desahku merasakan kenikmatan yang tak pernah didapat saat Pak Yanto dengan buas melahap susuku. Aku memegang kepalanya. Bibirnya masih mengecup-ngecup macam bayi yang sedang menetek kepada ibunya. Aku pun membalas dengan mencari batang penis Pak Yanto. Ia mulai keras sedari awal, uratnya makin terkuar menonjol karena tegangnya dipicu oleh nafsu birahi dan rangsangan yang ditimbulkan bagian tubuhku. Aku renyuk lembut kantong kemihnya, merambat menjamah batang kemaluan Pak Yanto selanjutnya aku urut maju-mundur tanpa melihat.

"Ggrrrrmmmm...."

"Urghhhhh....

"Keraaasss lagiii..."

"Boleh ngentot kamu lagi kan?"

"Boleh paaakkk", bisikku. Tubuh kami lalu menjauh sedikit. Kami bergantian menguyur air ke badan masing-masing. Pak Yanto geregetan membasahi badanku. Ia grepe-grepe bokong sebelah kanan dan kiri, pun kedua bukit kembarku. Padahal sudah ia sirami, namun bibirnya tak bisa menahan mengecup, menjilati puting susuku. Aku yang mencegahnya baru dia mengerti. Ia mengelus perut menampar bokongku. Katanya habis mandi mau tempur lagi. Aku tersenyum seraya membiarkan Pak Yanto menyabuni badanku. Ketika di daerah selangkangan,

"Boleh yaa?" , ucap Pak Yanto berjongkok.

"Mau ngapain? Berdiri pak"

"Buka pahamu lebar-lebar"

"Mau apa, jangan disabuni daerah itu"

"Bukan mau menyabuni"

"Terusss?", tanyaku melongok ke bawah. Kini wajahnya berhadapan dengan memekku. Aku tahu apa yang dia akan lakukan.

"Sleeephhhhhh"

"Aaaaaaahhhhhhh", ujung lidahnya menjulur sentuh klitorisku. Aku menahan geli.

"Ayo buka lebih lebar lagi"

"Iyaaaaaahhhh"

"Errmmmffhhh"

"Hiyaaaaaaaaaaahhhh", aku mendapat serangan dahsyat. Pak Yanto membenamkan mukanya ke liang peranakanku. Bibirnya berciuman dengan bibir kelamin yang semustinya hanya halal untuk Mas Riko, demi kenikmatan aku merelakan Pak Yanto ikut merasakan.

"Errrhhhmmmmmfff"

"Aaaaaaihhhhh"

"Hehehehe becek lagiiih", ucap Pak Yanto dengan bibir terlumeri sedikit cairan vaginaku.

"Uuhhh uhhhh.."

"Giliran kamu"

"Kocokkin aja gapapa kan?"

"Gapapa, jangan lupa sabuni aku"

Sekarang giliranku menyabuni Pak Yanto usai membasahinya dengan air. Berbeda dengannya, aku betul-betul menyabuni badan Pak Yanto walau sambil sebentar-sebentar mengocok penisnya. Pak Yanto tak suka. Tangannya tiba-tiba menyelinap ke selangkanganku. Jarinya kembali mrngacak klitorisku. Ia mau aku sungguh-sungguh mengocok penisnya. Kukatakan kepada Pak Yanto bahwa aku akan mengurut penisnya setelah badan Pak Yanto benar-benar bersih. Ia bisa memahami hal itu.

Kemudian aku mengguyurkan air ke badan Pak Yanto hingga tak menyisakan sabun serta busanya. Barulah aku meraih penis Pak Yanto. Ia girang bukan main.

"Urghhhh... gitu dong"

"Gak sabaran yaaahh", ucapku ternyata tangan Pak Yanto tidak mau pergi dari celah vaginaku. Ia melulu mencolek-colek klitorisku.

"Urffffhhh basah terus memekmu"

"Iyaaaaa aaaaahhh", desahku sontak berhenti mengocok penis Pak Yanto.

"Aku masukkin jariku ke memekmu, Mirna"

"Aaaaaaaaaaahhhhh jangaannnn! Ahhhhh"

"Urffhhhhh di dalam basah juga"

"Iyaaaaah aaaddduuhh"

Di dalam kamar mandi Pak Yanto membuat badanku megap-megap. Jeritnya membikin Mas Riko hendak mencari tahu.

"Maaasss memekku diacak-acak sama Pak Yanto, temenin aku mandi masss"

"Uhhh ckckck"

"Becek banget Pak, memekmu istrimu"

"Ada yang bakal minta dientot lagi nih ya? Hehehe"

"Bener iniih hahaha", Pak Yanto tidak menyingkirkan jarinya dari bibir vaginaku.

"Kamu kapan mau masukkinnya masss? Ahhhhhh..."

"Nanti sayanggg...", jawab Mas Riko mencium dahiku.

"Masalahnya Pak Yanto terus ini mass, yang ketagihan ngentotin aku"

"Tapiii enaaakkan?"

"Aaaahhh iyaa, enaaakkk..."

"Mauu lagi Pak Yanto?", tanya Mas Riko lantas dijawab dengan bibir Pak Yanto memagut bibirku seraya merangkul pinggang. Kami berdua berciuman mesra sampai Pak Yanto menggiringku keluar dari kamar mandi.
"Mmmmaaauuuu hmmmmfffhhh"

"Hhhmmmmffhhh"

Aku dihempaskan ke tempat tidur tadi yang belum dibereskan usai kami bercinta. Pak Yanto menghendakki aku menungging. Ia menampar-nampar bokongku, sekali meludahinya. Vaginaku yang bertahan becek ini sudah tak sabar menanti rudal Pak Yanto. Rudal yang siap meroket ke vaginaku. Aku basahi sedikit sehingga Pak Yanto bisa lebih mudah penetrasi.

"Siaaap bu?? Urghhh"

"Ayooo pakkk buruan, keburu keringg"

"Iyyyaaahhh ini ujungnya sudah di depan bibir memekmu"

"Aaaaaaiihhhhh, doronggg, masukkin", pintaku manja.

"Sabarrrr... urghhh....", Pak Yanto mengarahkan kepala penisnya dengan cermat agar benar-benar mulus masuk.

"Aaaaaaaahhh aduuuuhhh"

"Ooooorrhhhh", perlahan batang penis Pak Yanto tenggelam dalam liang senggama yang tak menganga, menelan penis Pak Yanto. Aku mendapatkan nikmat yang luar biasa. Sontak aku jepit saja kemaluan yang terkuak urat-urat penisnya. Bokongku naik-turun karena kekarnya penis Pak Yanto.

"Aaaauhhhhh"

"Gak akan ada bosennya kalau memeknya enak begini bu, hehehe"

"Iyaaa kontol Pak Yanto jugaaa, kerasss banget"

"Saya mulai genjot ya", ujar Pak Yanto kedua tangannya memegang pundakku seolah ia sedang mengendarai sepeda motor atau kuda betina.

"Iyaaa Pak, aaahhhhs, pelen-pelen", jawabku melirik ke Pak Yanto.

"Urghhhhh"

PLOP PLOP PLOP PLOP

Bunyi pertemuan kedua kelamin kami terdengar. Aku mulai bisa beradaptasi. Aku minta Pak Yanto mulai sedikit lebih cepat menusuk-nusuk. Tangannya kutuntun meremas payudaraku.

"Aaaahhhh..."

"Orhhhhhh, kalau tahu dari dulu begini, sudah aku perkosa ibu"

"Aaaihhh lebih enak sekarang"

"Kenapa?"

"Mau sama mau Pak", jawabku mengerang.

"Hmmmmffffhh", bibirku tiba-tiba disambar Pak Yanto sambil ia terus menerus pompa penisnya dalam vaginaku.

"Aaaaahhhhh, enaaakk"

"Bangeeettt bu"

Tiba-tiba Mas Riko muncul lagi. Aku menyadari dari tadi ia mengintip di celah pintu.

"Urghhhhh enaaak banget Pakkk Riko posisi nungging gini, urghhh", Penis pak yanto mendobrak dobrak liang vaginaku yang bertambah parah beceknya.

"Hehehehe"

"Kamu mau kapan gilirannya Mas?"

"Kamu puasin dulu Pak Yanto sayang"

"Aaaaaahhhh, kontol Pak Yanto keras banget Masss, berkedut-kedut di memek aku", Pak Yanto mencengkeram lenganku kuat-kuat sehingga amu tetarik ke belakang. Pak Yanto mulai beringas menghajar vaginaku.

"Urghhhhh, kucrotin di dalam lagi boleh ya Pak?"

"Bolehhhhhh, lagi gak subur kok Mirna", ujar Mas Riko memberi izin.

"Aaaaabhhh"

"Urghhh, saya mau keluaarrr, buu.....", penis Pak Yanto mulai tak teratur mengaduk-ngaduk vaginaku. Aku pula juga sudah tak bisa menahan gejolak vagina yang banjir, ingin meledakkan klimaksnya.

"Ayooo bareng pak, saya juga dikit lagi, aaaaahhh"

"Iyaaaaaahh bu.... urghhhhh saya cepetin iniiihh"

"Aaahhhhh Pak Yanto, enakk bangettt, Mirna gak kuaaaaattt aaahhhh"

"Saya jugaaaa, ayooo bu, arrghhhh mau keluaar sayaaa"

"Iyaaaaaa aaauhhhhh aahhhhhhh", tubuhku bergoncang hebat. Dalam satu hentakan, aku menjemput puncak birahiku. Pak Yanto menyemprotkan seluruh maninya. Ia ambuk menimpa tubuhku. Cairan kami saling bertemu pun keringat telah bercampur.

"Aaarghhhhhhhh!!"

"Aaaahhh!!"

CREEESSSSSTTTTTT

CROOTTT CROOOTTT CROOOTTT


=YYY=


Mas Riko tampak sengaja membiarkan aku bersetubuh dengan Pak Yanto dua kali malam ini. Sementara dia sudah terlelap, tak khawatir jika Pak Yanto masih mau menagih main. Sayangnya Pak Yanto sudah kelelahan. Kami berdua mandi keringat.

"Jadinya suamimu lagi fokus ke pasangan ini?"

"Iyaaa..."

"Mau apa lagi dia? Kita berdua belum cukup?"

"Entah", jawabku usai menonton bersama Pak yanto mengenai video porno Jajang dan Rani yang pernah ditunjukkan Mas Riko kepadaku.

BERSAMBUNG....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd