Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 2 (racebannon)

Bimabet
Sudah mau ngelampauin episode yang dulu ya hu RB?

Sebagai salah satu yang udah pernah baca rangkuman akhir (spoiler) dari MDT 2 ini, mau nanya hu, bakal diceritain ga gimana caranya AI bisa jadi sama si "itu" (biar ga spoiler) ?? :D :D
 
SEASON 2 – PART 58

--------------------------------------------

farida10.jpg

“Aya?”
“Hmm?”
“Ai chan sibuk sekali ya?”

“Kayaknya gitu deh sayang” aku tersenyum sambil menggenggam minuman ringan di tanganku itu. Kami sedang berada di rumah Stefan. Anggap saja sedang syukuran rumah barunya dan Kyoko diizinkan oleh Zul pulang jauh lebih awal hari Jumat ini.

Rumah baru Stefan sudah diisi furniture dan sudah rapih, dan bahkan sudah ditinggali. Di rumah ini ada aku dan Kyoko, Anin, Sena, Ilham dan Valentine. Dian beserta suami dan Anggia beserta suami tidak bisa datang karena kesibukan sehari-hari mereka masing-masing. Dan tentu saja Ai tidak ikut malam ini. Jarak antara diriku, lingkunganku dan dirinya makin lama semakin jauh. Sudah lama juga kami tidak bisa mengobrol, setelah malam pengakuan dosaku padanya. Terlebih lagi ketika waktu itu Arwen datang ke Mitaka. Dia makin-makin merasa kalau aku bukan kakak yang pantas untuk dirinya lagi sepertinya.

Aku dan Kyoko duduk di sebuah sofa kecil di depan TV, sementara beberapa orang lainnya scattered. Ada yang sedang mengobrol di meja makan, ada juga yang merokok di luar rumah.

Anin dan Ilham seperti biasa, mengobrol hal-hal yang tidak bisa kumengerti. Tampaknya pernikahannya dengan Zee membuat paradigma ke-otaku-an nya semakin lebar. Dia sekarang mungkin mendapatkan info dan ilmu lebih dari perempuan ultra geek itu. Sena sedang merokok di luar bersama Stefan, sedangkan Valentine juga duduk di meja makan bersama Anin dan Ilham. Tapi dia tidak ikut nimbrung di obrolan yang sangat-sangat niche itu. Dia hanya memainkan handphonenya.

“Sekarang ga boleh ya ngerokok di Mitaka” mendadak Stefan masuk, meninggalkan Sena yang masih berkutat dengan batang-batang yang terdiri dari kertas, tembakau dan filter itu di depan rumah mungil ini.

“Sudah tidak boleh Stefan, semenjak Kyoko hamil” senyum istriku sambil mengusap-ngusap perutnya yang makin hari kelihatan makin besar itu. Sekarang masih trimester pertama, dan masih dalam fase-fase penyesuaian. Dia sedang berusaha mengurangi kegiatannya, menjadi lebih cocok untuk perempuan hamil, walau kadang dia masih agak-agak bernafsu untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat seperti bersih-bersih Mitaka dan rumah.

“Baik amat si Zul”
“Elo juga baek, ini aja lo ngerokok di luar”
“Tapi biasanya rumah gue boleh ngerokok Ya”
“Biasanya? Belom ada seminggu kali lo nginep sini” tawaku sambil menatap muka sok serius Stefan.

“Ya pokoknya demi bini lo hari ini kita ngerokok di luar lah” balasnya.
“Lo sendiri disini gimana rasanya, ga ada bokap, ga ada nyokap, dan ga ada Mang Ujang?”
“Jujur gue agak kelimpungan karena apa-apa di rumah gue kan ada pembantu, tapi toh gue gak jorok kan, jadinya ya kayak sekarang ini, ini belom diberesin lho...”
“Bagus dong gak amburadul”
“Gue kan rapih orangnya” senyum Stefan dengan muka culasnya. Dia menarik sebuah kursi kecil dan duduk di dekat kami berdua.

“Kesepian tidak Stefan tinggal disini?” tanya istriku.
“Relatif, mana gue belom kenal sama tetangga kan, biasa lah, sama-sama pergi pagi pulang malem, belom bisa kenalan, mungkin besok gue mulai kenalan, mumpung weekend” jawabnya.
“Di depan rumah katanya ada cewek tinggal sendirian...” mendadak Valentine nimbrung dan duduk di dekat kami. Dia datang sambil membopong kursi makan.

“Kok pindah kesini?” tanya Stefan.
“Disana obrolannya lokal banget sih... Gak ngerti gue... Ngomongin robot apaan gitu...” jawab pemain cello ini.
“Hahahahaha.... Kita juga sama kok, ga bisa ngerti mereka ngobrolin apaan” jawabku sambil memegang-megang tangan istriku.

“Tapi gue seneng lho kesini, jadi bisa kenalan sama Bu Arya” senyum Valentine sambil melihat istriku dengan tatapan yang hangat
“Kyoko juga senang berkenalan dengan pacarnya Stefan” istriku balas tersenyum.

“Eh?” Stefan memperlihatkan muka kaget.
“Kyoko tapi heran kenapa Aya tidak pernah cerita kalau Stefan punya pacar, sudah sejak kapan?” tanya istriku ke mereka berdua. Aku hanya mengulum senyum saja, sambil mencoba menahan tawa yang mungkin ada. Stefan dan Valentine tidak pacaran sama sekali, tapi kesalah-pahaman ini mungkin sekali muncul. Dulu saja Ai dan Stefan sering disangka couple.

“Gue sama doi kagak pacaran, nyonya” jawab Valentine sambil tersenyum.
“Tapi...”
“Enggak kok, cuma temenan aja, kenapa ya orang suka nyangkain kita pacaran, aneh amat” Valentine menepuk tangan Stefan dengan lembut.

“Gara-gara lo sering megang-megang gue kali...” si pendeta dewa kontol menghindarkan tangannya dari Valentine.
“Ahahahaha.... Biasa lah orang-orang kalo liat cowo ama cewe pacaran suka nyangka yang engga-engga” senyumnya dengan manis.
“Makanya jangan keliatan kegatelan sama gue” ledek Stefan.

“Gue berusaha ramah tau sama elo, untung gue kagak dimodusin juga, jadi gue ngerasa aman-aman aja” balas Valentine.

“Eh, lanjutin yang tadi, katanya lo bilang di depan ada cewek tinggal sendirian?” tanya Stefan, menyelidik.

“Iya”
“Siapa yang bilang?”
“Gue tadi pas nyampe coba sok ramah aja sama satpam, biar kalo gue main-main ke sini ga disinisin, gue bilang aja gue sepupu lo, mumpung kita sama-sama Cina” tawa Valentine.
“Oh, terus? Cakep gak yang tinggal sendirian itu?”
“Ga tau sih belom liat langsung, tapi biasa mendadak si Satpam ngegosip gitu, katanya simpenan pejabat lah, terus kadang pulang ke rumah suka bawa cowo beda-beda... Entar elo juga pasti digosipin deh sama Satpam kalo bandel”

“Kagak, gue baikin aja si Satpamnya, pasti ngerti dia kan sama-sama cowok”
“Seksis abis”
“Biasanya kalo cewek tinggal sendirian emang rentan gosip, beda sama cowok” lanjut Stefan.

“Mana bisa begitu, digosipin tuh kalo emang mencurigakan, makanya lo jangan mencurigakan ntar gerak-geriknya, punya rumah sendiri, ada tetangga, ada satpam, ga bisa sembarangan kalo nakal bawa orang ke rumah” balas Valentine panjang.

“Suka-suka gue dong...”

“Makanya biar ga sendiri kalian cepetan dong punya anak, biar rame rumahnya” ledekku.
“Hahahaha” tawa istriku sambil meremas tanganku. Dia sepertinya gemas melihat interaksi Stefan dan Valentine.
“Cocok kan sayang?”
“Cocok sekali Aya”

“Eh kampret” umpat Stefan.
“Kasar itu ngomongnya bapak...” balasku.
“Kyoko senang lihat Stefan, sepertinya sudah siap berkeluarga” senyum istriku, entah benar itu harapannya, atau entah itu hanya meledek seperti diriku.

“Kok bini lo ledek-ledekan juga, sama kayak elo, kebanyakan bergaul sama elo sih Ya…..” Stefan menyipitkan matanya yang sudah sipit juga.
“Tidak Stefan, Kyoko berkata benar, tidak bercanda… Itu harapan Kyoko, ingin melihat Stefan berkeluarga dan hidup senang” senyum istriku dengan ramah.
“Sekarang aja udah seneng kok…”
“Haha, pasti lebih senang lagi kalau ada anak dan istri, Stefan”
“Suka-suka elo lah Kyok” jawabnya asal sambil beranjak dan mengeluarkan rokok dari kantong celananya. Dia lalu berjalan keluar sambil menggerutu.

“Kenapa lagi tu anak” Valentine menggelengkan kepalanya.
“Biasa kumat, anti sama komitmennya muncul… Kamu bandel sih pake ngomong gitu” aku memainkan hidung Kyoko dengan gemas.
“Haha Aya, Kyoko kan berharap yang baik” balas Kyoko.
“Aminin gak nih”
“Aminin aja lah, kasian kali, cowok single umur 32 dikelilingin sama temen-temennya yang udah pada nikah dan pada mau punya anak semua” senyum Valentine.

“Amin kalo gitu” aku bersandar ke sofa dan menikmati rumah baru Stefan. Mudah-mudahan rumahnya berkah, Amin.

--------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------

itemed11.jpg

Ya, Pierre T jadi rekaman single under Matahari Dari Timur. Rekaman sudah jalan beberapa kali dan musiknya juga tinggal menunggu ditambahkan vokal. Aku sedang menunggu mereka bertiga untuk datang di tempat yang sudah dijanjikan. Aku sedang duduk di tempatnya Cheryl, duduk tenang sambil bersabar.

Hari sudah mulai menuju malam dan aku sibuk sendiri dengan handphoneku, mengobrol dengan Kyoko via media sosial, sambil membalasi pesan-pesan di grup Hantaman. Kami sedang berembuk soal jadwal ke Jepang nanti. Memang sulit mengatur jadwalnya, apalagi yang berangkat ada dua kelompok musik. Dan lucunya gitarisnya satu. Aku saja.

Tadinya aku tidak setuju dengan ide ke Jepang pada akhir tahun ini, tapi melihat antusiasme awak Hantaman dan anak-anak di quartet Jazz ku, aku menyerah. Lagipula ini bisa saja jadi rejeki untuk si jabang bayi. Tak sabar rasanya menanti kehadiran anak itu. Ibunya Kyoko. Kalau anaknya perempuan pasti cantik sekali. Aku mendadak membayangkan adikku. Mungkin dia akan jadi mirip dengan adikku dan ada campuran Kyokonya.

Rencananya, malam ini aku dan awak Pierre T akan meeting, berdiskusi untuk membahas lagu mereka. Musik elektronik ringan memenuhi ruangan restoran/bar/lounge ini.

“Udah pada dimana? Lama amat?” aku bertanya ke Pras, karena hari ini aku tidak ingin pulang terlalu malam.

“Bentar, abis jemput temen, kita nyampe bentar lagi” jawab Pras. Tampaknya bukan dia yang menyetir malam ini.

“Oh, yaudah.... Kirain mampir mana dulu... Gue kenal gak orangnya” tawaku lagi.
“Rahasia hahahaha….”
“Taik pake dirahasiain segala, emang siapa sih? Gue kenal gak?”
“Gak mungkin elo gak kenal, dunia kita kan sempit” jawabnya.

Iya, dunia music indie, apapun genrenya, adalah dunia yang sempit. Tak peduli apakah kamu anak metal, anak jazz, atau anak music apapun, dunia music indie sempit dan rata-rata kami saling mengenal satu sama lain. Minimal saling tahu nama dan pernah ketemu di acara apalah entahlah.

“Dia kenal gue gak?” aku penasaran.
“Kenal, tapi dia juga ga tau kalo bakal ketemu elo hahahahaha…..”
“Usil amat”
“Biar dah” balas Pras dengan emoticon nyengir yang mengesalkan.

“Yaudah gue tunggu” aku menutup handphoneku dan lantas memanggil seorang waiter. Aku butuh teman untuk menemaniku menunggu. Teman semacam minuman ringan ataupun camilan, atau aku sekalian makan malam disini? Ah, pilihan yang sulit. Tapi makan malam disini sepertinya menggoda.

Akhirnya setelah melihat-lihat menu dengan tampang penasaran, aku mengangkat tanganku untuk memanggil waiter dan mulai memesan.

--------------------------------------------

“Di parkiran, bentar” aku membalas ucapan Pras di media sosial sambil menghabiskan makananku. Makan malam sudah selesai dan aku sekarang tinggal menunggu mereka sampai kesini.

Kepalaku masih menebak-nebak siapa yang mereka ajak, dan kenapa perlu dirahasiakan. Apakah ini seseorang yang kukenal dengan baik? Atau malah seseorang yang sudah sangat terkenal sehingga aku nanti akan sangat excited? Ataukah malah mereka membawa vokalis internasional seperti Celine Dion atau Mariah Carey? Haha. Tampaknya makin malam pikiranku malah makin ngaco.

SHIT

Mereka bertiga, bukan, berempat, masuk ke tempat ini dan aku bertemu mata dengan "teman" yang mereka jemput.

Aku shock, dan dia juga sepertinya merasakan perasaan yang sama. Perasaanku lantas berubah, dari excited, menjadi sangat-sangat tidak nyaman. Aku hapal orang itu. Rambut seleher berwarna coklat, dengan dandanan quirky semacam itu. Tidak lain dan tidak bukan…

“Nah, kenal kan elo?”

“Kenal…” jawabku pelan sambil tetap duduk, menyaksikan Pras, Mukti dan Raditya langsung duduk di meja yang sama denganku, beberapa dari mereka langsung menyalakan rokok. Aku hanya bisa menyaksikan teman yang mereka bawa ini duduk juga dengan enggan di hadapanku.

“Halo Mas….” Sapanya dengan enggan.
“Halo…” aku menelan ludahku sendiri, dan merasakan bahwa aura tidak nyaman ada di dalam diri kami berdua, sementara tiga orang lainnya tampak senang dan tampak bahagia,mungkin karena excited soal album mereka.

Arwen. Sudah lama aku tak bertemu dengannya sejak Bandung. Dan sejak itu, tidak ada apa-apa lagi. Kini kami berdua saling diam, saling membuang muka dan saling merasa tak nyaman.

“Jadi, kita udah dengerin part-part lagu kemaren itu ke Arwen pas di mobil tadi, dia bilang keren sih” senyum Mukti.
“Oh…” jawabku dengan malas.

“Tadi dia nanya, apa produsernya elo, soalnya kan album pertama kita produsernya elo, tapi karena pengen ngasih surprise ke kalian berdua, gue boong aja kalo bukan, dan gue ajakin sekarang, dia nebak-nebak terus gitu tadi di jalan hahahaha…..” tawa Pras.

“Hehe..” tawaku garing, dan Arwen cuma tersenyum palsu secara terpaksa.

“Eh sebelum bentar pergi” Raditya mengangkat handphonenya dan mengambil foto selfie. “Cheese” tawanya sambil tersenyum konyol.

Fuck. Aku dan Arwen bermuka kaget. Sial, apa-apaan ini. Keringat dingin merayap dan aku tidak kuasa untuk menghentikan Radiya mengambil foto. Dia tentu akan semakin curiga. Prosesku menolak Arwen yang terlalu cepat ini saja, sudah menjadikan mereka bingung dan bertanya-tanya. Apalagi sekarang kalau aku melarang Raditya mengambil foto bersama?

Fuck

Fuck

Dan sekarang aku berdoa, mudah-mudahan tak terjadi apa-apa lagi setelah ini.

--------------------------------------------

sebstu10.jpg

Aku memasukkan motorku ke dalam garasi rumah, sambil membayangkan kejadian tadi. Sial. Untung Arwen dapat bersandiwara dan dia berusaha untuk bersikap normal, . Selanjutnya aku mengobrol ringan dengan para anggota Pierre T, mencoba mengalihkan perhatian dari ke awkward-an yang baru saja terjadi tadi, dengan banyak menceritakan rencana perjalanan Hantaman dan Quartetku ke Jepang sana.

Untung saja Raditya tidak men-tag diriku malam ini di foto yang sudah dia posting ke akun resmi Pierre T, jadi aku bisa bernafas agak lega.

Setelah menaruh motorku di tempat yang sesuai, aku lantas berjalan ke dalam rumah, sambil menghela nafas, karena horror baru saja terlewat. Aku masuk ke dalam dapur, dan rumah sudah sepi. Ibuku biasanya sudah tidur jam segini, dan Kyoko belum pulang dari Mitaka. Tampaknya dia akan pulang menggunakan taksi online. Dan aku tidak tahu apakah adikku sudah pulang atau belum. Aku lantas mengambil air minum dan minum sambil duduk di kursi makan, melihat-lihat apapun yang bisa kulihat di handphone.

Mendadak aku mendengar suara langkah kaki ke dapur.

“Apa-apaan ini?” tanya Ai sambil melempar handphoenya ke atas meja, memperlihatkan akun instagram milik Pierre T, yang ada fotoku dan Arwen disana.

Shit. Ternyata adikku sudah pulang dan dia selama ini follow akun instagram resmi Pierre T.

“Meeting”
“Meeting apaan?”
“Meeting untuk singlenya Pierre T”
“Dia ngapain? Dia kan gak ada hubungannya sama Pierre T? sekalian ketemu sama dia?” aku bisa merasakan nafas marah Ai yang terdengar sungguh tak nyaman.

“Enggak, aku je…”
“Katanya udah selesai kalian?”
“Udah, makanya biarin aku ngomong dulu dong?” aku menatap adikku dengan nada marah yang natural, karena aku merasa tak nyaman dicurigai seperti itu.

“Jelasin”

“Dia cuma diajak sama yang lainnya buat kesana, entahlah, buat makan bareng atau apapun…”

“Terus?”

“Yaudah gitu aja…”
“Bohong…”
“Kenapa kamu bilang bohong?”
“Kalo cuma gitu aja, ngapain pake foto bareng segala? Di akun resmi Pierre T?”

“Dek…” aku menarik nafas. Sialan, apa-apaan, kenapa harus ada pertengkaran malam mini?

“Apa ini Mas cari-cari alasan buat bareng sama dia lagi?”

“Gak gitu…. Aku… Aku gak pengen ketemu dia lagi, dan tadi cuma gitu doang…. Tanya aja anak-anak itu kalo kamu gak percaya, kamu sendiri kenal kan sama mereka?” tanyaku dengan nada pasrah. Terserah dek, aku sudah gak bisa membela diri lagi kayaknya di depan kamu.

“Kenapa gak langsung pergi? Kenapa sempet-sempetnya foto bareng?
“Dek… Masa sih?”
“Masa sih apa?”
“Please… Tenang dulu, aku beneran gak ada apa-apa lagi sama dia, please….”

“Entah, aku udah gak bisa mikir kayak gitu lagi……” dia menarik nafasnya panjang.

“Maksudnya?”

“Gak tau, aku makin lama muak sama Mas Arya…”
“Pelanin suara kamu plis, ntar mama denger gimana?” suaranya memang terdengar begitu jelas, dan aku takut pertengkaran kami berdua terdengar oleh ibu kami.

Kami berdua terdiam dan saling menatap. Entah kenapa rasanya begitu sesak di dalam ruangan ini. Ruangan yang dulu jadi sering tempat mengobrolku dengan adikku, bercanda bersama, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan, seperti makan bersama dan lain lain, kini telah berubah menjadi tempat pertengkaran untuk kami berdua. Pertengkaran yang tidak perlu.

“Please jangan overreacted gara-gara satu foto itu doang dek…. Aku gak akan ngulangin kesalahanku lagi….”
“Gimana aku mau melanin suara kalo Mas Arya ngomong terus?” ucapnya tajam.
“Makanya gak penting kan buat kita ngomong dengan cara kayak gini?”

“Mendingan aku gak ada disini aja” dia membalikkan punggungnya dan berlalu. Aku menekuk jidatku dan langsung bangkit dari tempat duduk untuk menyusulnya.
“Dek?” Telat. Pintunya kamarnya dikunci dari dalam. Sial. “Dek?” aku tidak bisa mendengar suara di dalam dan aku mendengar suara-suara yang aku khawatirkan. Entah suara apa, tapi rasanya seperti orang sedang packing.

“Dek?” aku mengetuk pintu dan tidak ada jawaban. Aku menarik nafas panjang dengan kekesalan yang panjang. Malam ini bukan apa-apa dan sepertinya adikku overreacted. Setidaknya dia seharusnya mendengarkan penjelasanku terlebih dahulu. Atau kalau mau, dia bisa bertanya langsung ke tiga orang itu, walau itu tindakan yang nekat.

Tak lama kemudian pintu kamar Ai terbuka dan aku melihat dia berdiri dengan muka marah, mata berkaca-kaca, menenteng tas ransel yang berukuran besar.

“Kamu mau kemana?”
“Aku gak mau liat Mas Arya”
“Sampai kapan kita begini terus? Kita keluarga, dan keluarga gak kayak gini caranya kalau ada masalah…..” balasku.

“Keluarga harusnya gak pernah ngehianatin anggota keluarganya yang lain” ucapnya pelan, menahan tangisan, atau mungkin dia menahan emosi yang mungkin bisa meledak kalau aku terus memaksanya untuk tinggal di rumah. Tapi aku tidak ingin dia salah sangka.

“Aku gak ada apa-apa lagi sama dia?”
“Kalau gitu jangan pernah ketemu lagi sama dia”
“Aku hindarin, dan aku bukan Tuhan… Aku gak bisa ngatur-ngatur kapan dia ada di mana dan sama siapa…”
“Bullshit” ucapnya sambil berusaha melewatiku yang menghalanginya di depan pintu kamarnya.

“Jangan pergi”
“Kenapa? Mas kan gak bisa ngatur-ngatur kapan aku ada di mana dan aku sama siapa juga kan?” ucapnya tajam. Menusuk perasaanku. Aku menarik nafas, lagi-lagi berusaha agar aku juga tidak emosi seperti dirinya.

“Kamu mau gak, dengerin dulu, gak ada gunanya kamu kabur kayak gini, gak ada gunanya kamu pergi kemana, aku gak tau kamu kemana, kita selesain masalah kita berdua, gak pake kabur-kaburan….”
“Masalah kita berdua? Yang punya masalah Mas Arya, sendirian, dan itu makan perasaanku banget…. Udah lah, aku gak mau liat muka Mas…” Dia mendorong dadaku pelan dan aku tidak kuasa menahannya, tapi di detik-detik terakhir, aku meraih tangannya.

“Please dek… Aku…”
“Lepas….” Dia menggigit bibirnya sambil menahan apapun yang mungkin akan turun dari matanya.
“Dek…”
“Atau aku teriak dan mama keluar dari kamar, terus semuanya makin kacau” ancamnya.

“Dek…”
“…."

Aku terpaksa melepasnya. Dan dia berjalan jauh, dari pandanganku, menghilang, keluar dari rumah tanpa menengok ke belakang dengan langkah yang gusar. Entah kemana dia pergi, dan aku menatap ke kamarnya yang kosong. Kamar ini seperti tanpa jiwa sekarang.

Jiwa Ai sudah tidak ada di rumah ini lagi, dan walaupun aku sudah tidak bermasalah lagi, tapi akibatnya benar-benar terasa sampai sekarang. Ai belum pulang, sejak pertama kali dia pergi sewaktu kejadian di Mitaka. Dia tidak benar-benar pulang.

Aku masih kehilangan adikku. Kehilangan anggota keluargaku.

--------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Karenanya ada kejujuran yang sungguh menyakitkan...
Karenanya ada aib yang dijanjikan ditutupi...

Arya lupa adiknya manusia
 
Klo ga salah ini last part sblm di drop ya? Hmm..

Arwen sm PierreT.. Ke Jepang kyknya nih.. Wkwk
 
Gimana nggak marah,, orang yg selama ini dibangga2kan kesemua orang dan jadi sandaran keluh kesah kelakuan bapaknya malah ngikuti kelakuan bapaknya...

Thanks update nya om
 
Makasih updatenya suhu.*** semua hal harus di katakan jujur..apalagi klo berpotensi putusnya silaturahmi ke seseorang..arya sudah jujur ke stefan tentang masalahya..ngapain ngomong lagi ke ai dan kehilangan adiknya itu..?jadi pengen tahu apa alasan arya ke kyoko dan ibu mereka kenapa ai pergi.?
 
Bimabet
Entah gimana cara arya menutupi masalahnya dengan ai ke kyoko.,ibunya dan anak2 hantaman terutama stefan yg dekat dengan ai..btw makasih updatenya suhu
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd