mklovers
Kakak Semprot
Hai buat para pecinta kisah Bu Dokter..kali ini kembali lagi saya mendapatkan kesempatan untuk sharing beberapa kisah lanjutan dari Bu Dokter yang submissif ini....Hope you all will enjoy it...thread sebelumnya sudah dikunci..bisa dicari di cerbung The Story of A Submissive Doctor..selamat menikmati
[hide]
Komunikasi kami yang terputus sudah lebih dari enam bulan terus membawa anganku melayang mengenang memori di awang-awang. Kisah kami singkat, namun penuh kesan. Mungkin ini akibat drama dan hasrat yang terus naik turun layaknya roller coaster memainkan perasaan dan kemanusiawian kami..
Ku hanya bisa memandang instagramnya, dan mengingat tempat-tempat yang pernah kami tuju bersama, termasuk beberapa tempat yang memang hanya kami yang mengetahuinya.
Aku coba melanjutkan hidup dengan berusaha dekat dengan perempuan lain, tapi perasaan itu benar berbeda dengan yang kuberikan kepada Bu Dokter. Mungkin benar kata pepatah dahulu, "jangan kau berikan cinta 100% pada pasanganmu, karena jatuhnya akan sakit sekali"..Yah, itulah kesalahanku paling utama..memberikan hati dan kelaminku sepenuhnya kepadanya.
Tapi jujur saja, selama 3 tahun bersamanya, aku belum pernah merasakan kekecewaan saat bersenggama dengan vaginanya. Lubang kemewahan itu memberikan sensasi berbeda, tak layaknya lubang-lubang keindahan lainnya yang pernah kurasakan sebelumnya. Uniknya lagi, aku baru menyadari kalau dia sangat ketagihan dengan sentuhan dan tusukan di lubang anusnya setelah kami menjalani masa pacaran 1 tahun.
Memori yang masih terngiang mengacu saat aku secara tidak sengaja memilih memasukkan jari tanganku ke lubang "matahari" milik bu dokter yang bersih dan menganga.
Kala itu Bu Dokter ingin dipuaskan terlebih dahulu melalui sebuah aksi foreplay ku sebelum kami melakukan intercourse.
"Jilatin aku donk," pintanya manja. Suara yang tipis dengan balutan desahan dan napas menahan derup birahi, menyentil rasa kenafsuanku yang sudah di langit-langit untuk menuruti saja kemauannya. Toh, vagina dan anusnya merupakan bagian yang terasa lezat bagiku untuk dimainkan, entah itu dengan gigi ataupun lidah.
Aku senang sekali memainkan bagian bawahnya dengan berlama-lama, mulai dari depan, ke belakang hingga kedepan lagi..semua tentunya dengan campuran ludahku agar seluruh bagian tersebut basah bercampur lubrikasi alaminya.
Ia menunjukkan rasa menikmati dengan sering memejamkan mata, menggigit bagian bawah bibirnya yang penuh dan menggerakkan bahu dan punggungnya keatas kebawah.
Sungguh nikmat melihat pemandangan tersebut nyata dihadapanku. Saking nikmatnya melihat Bu Dok naik turun mengekspresikan birahinya, aku semakin gemas dengan seluruh tubuhnya sehingga ingin sekali menggigit putingnya, atau mencubit bagian pantatnya yang menggembung sampai dia sadar dan lupa utk orgasme.
Tapi, boro-boro aku hendak menggigit atau mencubit, aku justru tersedot seluruh keinginanku untuk mengerjai lubang anusnya yg sudah terbuka lebar dan memamerkan bentuknya ke hadapan wajahku. Aku kuatkan hati untuk tidak memberi 'early notice' kepadanya. Aku mulai memasukkan satu jari telunjuk hingga seluruhnya tertelan..ia bergeming...kulanjutkan dengan tiga jari sekaligus, ia masih bergeming..
Aku yang memang senang sekali merasakan bagian dalam dari anus, mencoba mengambil tindakan ekstrem dengan mendorong lebih dalam dan memasukkan seluruh kelima jari tangan ke anusnya sehingga dapat merasakan apa saja bagian yg terjangkau oleh jariku di dalam anus. Selain kehangatan, aku merasakan ada semacam bagian ekor tulang yang tersentuh.
Dia mulai bergerak liar. Matanya enggan membuka..pergerakan bibirnya sudah tidak karuan, pipinya berubah merah merona, malu sekaligus merasakan kenikmatan yang tiada tara.
Tak dinyana, 10 menit kemudian ia kelonjotan seperti cacing kepanasan bergerak ke kanan ke kiri dan mulai memeluk tanganku dan menggoyangkan bagian pinggulnya sebagai tanda kenikmatan dan kondisi mendekati klimaks. Tak pelak, tanpa rasa malu lagi, ia mendesah keras melepaskan kenikmatannya dan mencengkeram erat lenganku tanpa membuka mata dan hening sejenak menunggu pertanda ia siap melepas orgasme yang dirasakannya. (bersambung)
(kisah ini berdasarkan memori saat kami menginap di Mulia Hotel 12-**-201*)
[/hide]
[hide]
Komunikasi kami yang terputus sudah lebih dari enam bulan terus membawa anganku melayang mengenang memori di awang-awang. Kisah kami singkat, namun penuh kesan. Mungkin ini akibat drama dan hasrat yang terus naik turun layaknya roller coaster memainkan perasaan dan kemanusiawian kami..
Ku hanya bisa memandang instagramnya, dan mengingat tempat-tempat yang pernah kami tuju bersama, termasuk beberapa tempat yang memang hanya kami yang mengetahuinya.
Aku coba melanjutkan hidup dengan berusaha dekat dengan perempuan lain, tapi perasaan itu benar berbeda dengan yang kuberikan kepada Bu Dokter. Mungkin benar kata pepatah dahulu, "jangan kau berikan cinta 100% pada pasanganmu, karena jatuhnya akan sakit sekali"..Yah, itulah kesalahanku paling utama..memberikan hati dan kelaminku sepenuhnya kepadanya.
Tapi jujur saja, selama 3 tahun bersamanya, aku belum pernah merasakan kekecewaan saat bersenggama dengan vaginanya. Lubang kemewahan itu memberikan sensasi berbeda, tak layaknya lubang-lubang keindahan lainnya yang pernah kurasakan sebelumnya. Uniknya lagi, aku baru menyadari kalau dia sangat ketagihan dengan sentuhan dan tusukan di lubang anusnya setelah kami menjalani masa pacaran 1 tahun.
Memori yang masih terngiang mengacu saat aku secara tidak sengaja memilih memasukkan jari tanganku ke lubang "matahari" milik bu dokter yang bersih dan menganga.
Kala itu Bu Dokter ingin dipuaskan terlebih dahulu melalui sebuah aksi foreplay ku sebelum kami melakukan intercourse.
"Jilatin aku donk," pintanya manja. Suara yang tipis dengan balutan desahan dan napas menahan derup birahi, menyentil rasa kenafsuanku yang sudah di langit-langit untuk menuruti saja kemauannya. Toh, vagina dan anusnya merupakan bagian yang terasa lezat bagiku untuk dimainkan, entah itu dengan gigi ataupun lidah.
Aku senang sekali memainkan bagian bawahnya dengan berlama-lama, mulai dari depan, ke belakang hingga kedepan lagi..semua tentunya dengan campuran ludahku agar seluruh bagian tersebut basah bercampur lubrikasi alaminya.
Ia menunjukkan rasa menikmati dengan sering memejamkan mata, menggigit bagian bawah bibirnya yang penuh dan menggerakkan bahu dan punggungnya keatas kebawah.
Sungguh nikmat melihat pemandangan tersebut nyata dihadapanku. Saking nikmatnya melihat Bu Dok naik turun mengekspresikan birahinya, aku semakin gemas dengan seluruh tubuhnya sehingga ingin sekali menggigit putingnya, atau mencubit bagian pantatnya yang menggembung sampai dia sadar dan lupa utk orgasme.
Tapi, boro-boro aku hendak menggigit atau mencubit, aku justru tersedot seluruh keinginanku untuk mengerjai lubang anusnya yg sudah terbuka lebar dan memamerkan bentuknya ke hadapan wajahku. Aku kuatkan hati untuk tidak memberi 'early notice' kepadanya. Aku mulai memasukkan satu jari telunjuk hingga seluruhnya tertelan..ia bergeming...kulanjutkan dengan tiga jari sekaligus, ia masih bergeming..
Aku yang memang senang sekali merasakan bagian dalam dari anus, mencoba mengambil tindakan ekstrem dengan mendorong lebih dalam dan memasukkan seluruh kelima jari tangan ke anusnya sehingga dapat merasakan apa saja bagian yg terjangkau oleh jariku di dalam anus. Selain kehangatan, aku merasakan ada semacam bagian ekor tulang yang tersentuh.
Dia mulai bergerak liar. Matanya enggan membuka..pergerakan bibirnya sudah tidak karuan, pipinya berubah merah merona, malu sekaligus merasakan kenikmatan yang tiada tara.
Tak dinyana, 10 menit kemudian ia kelonjotan seperti cacing kepanasan bergerak ke kanan ke kiri dan mulai memeluk tanganku dan menggoyangkan bagian pinggulnya sebagai tanda kenikmatan dan kondisi mendekati klimaks. Tak pelak, tanpa rasa malu lagi, ia mendesah keras melepaskan kenikmatannya dan mencengkeram erat lenganku tanpa membuka mata dan hening sejenak menunggu pertanda ia siap melepas orgasme yang dirasakannya. (bersambung)
(kisah ini berdasarkan memori saat kami menginap di Mulia Hotel 12-**-201*)
[/hide]
Terakhir diubah: