Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT MENANTU YANG BERUNTUNG

Kardiman_Lee

Semprot Baru
Daftar
21 Oct 2021
Post
31
Like diterima
3.317
Bimabet
PENGANTAR

Mungpung ane lagi nyantey, iseng-iseng lagi dah bikin celita. Kali ini celitanya enggak panjang-panjang, bial bisa tamat. Bial pala suhu di mali enggak kentang. Banyak yang plotes sama ane, kenape celitanya banyak yang gantung dan enggak tamat. Ane bilang, soalnya, ane juga sibuk di leal life. Lagian ane seling kehilangan tablet, di mana ane paling demen nulis.

Soalnya lebih enak nulis di tablet dalipada di leptop atau hape. Kalau di leptop, libet. Kalau nulis di hape, kekecilan.

Bagi pala suhu yang mau lequest celita, jangan segen-segen tulis di komen. Ane seneng kalau pala suhu komennya panjang-panjang. Komen yang paling panjang ental sama ane dikasih cendol.

Ane bikin talget, celita ini halus bisa selesai maksimal selama 2 minggu. Sebelumnya mohon maaf kalau ane sengaja ga akan bikin indeks atau daftal isi. Ini maksudnya bial ane fokus bikin tulisan aja.

Sekian pengantal dali ane, selamat membaca.


SUMANDONO​
 
Bagaimana dengan kelanjutan cinta rumit @Kardiman_Lee ??
Adakah kemungkinan dilanjutkan ceritanya, atau berhenti begitu saja seperti angkot di daerah cileunyi sana 😁😁😁
Mohon ane di kasih pencerahan, Suhu @Kardiman_Lee
Matur nuwun
Semoga selalu diberikan kesehatan dan rejeki yang berlimpah, Suhu @Kardiman_Lee
Aamiin
Cerita "rumit" ane tulis di tablet "sumsang", baik konsepnya mau pun rencana plotnya, termasuk beberapa detil data sex ritual yang ane kumpulkan yang merupakan hasil wawancara waktu ane ketemu beberapa temen yang pernah melakukan ritual tersebut. Sayangnya waktu di cililitan, tablet itu hilang. Sekarang ane udah punya gantinya walau bukan tablet yang baru, tapi cukup lumayan untuk sekedar tulis menulis mah. Sulit bagi ane meneruskan cerita tersebut karena data utamanya hilang. Seandainya diterusin juga kayaknya bakal kehilangan greget.

Buat para suhu di mari yang memiliki rasa penasaran yang sama dengan suhu @Ohyes84 , ane mohon maaflah sesori-sorinya.
 
MENANTU YANG BERUNTUNG





Bagian Satu





Sukardi merasa sebal ketika Imelda, mami mertuanya, membanding-bandingkan dirinya dengan Mas Alex, saudara iparnya. Selera makannya pagi itu langsung menguap entah ke mana. Padahal matahari baru saja bersinar dan roti panggang bikinan Mami mertua adalah yang paling enak se-pinggiran Jaksel.

“Alex kemalin ganti mobil lagi, Kal. Pajelo.” Katanya dengan cara bicaranya yang cadel sambil menyeduh kopi lalu menyodorkannya ke arah Kardi. “Lumahnya juga udah dilenovasi, jadi lebih bagus dan elegan.” Katanya lagi, kali ini sambil menatap Kardi dengan tatapan menuntut, “kamu kapan?”
“Kapan-kapan aja, Mi.” Jawab Kardi tak acuh.
“Kamu kan manajel, Kal. Cali dong uang yang banyak, bial bisa beli mobil sama lenov lumah mami.”

Sukardi ingin menjawab dengan kalimat seenaknya, namun saat itu istrinya, Melanie, masuk ke ruang makan dengan rambut acak-acakan dan daster panjang yang kusut. Melan melangkah dengan kaki seperti diseret. Setelah operasi kiret 3 bulan yang lalu karena bayi di dalam kandungannya meninggal, dia masih merasa sakit dan memeknya tidak bisa dipergunakan untuk diewe. Selama 3 bulan Sukardi menahan migrain yang berdenyut di kepalanya saat kontolnya tegang tapi tak ada liang hangat yang bisa digenjotnya.

“Halo sayang.” Kata Melanie sambil memeluk Sukardi dari belakang dan mencium pipinya, “belum berangkat?”
“Sebentar lagi, yang. Ini masih sarapan.”
“Nanti siang Melan mau ke dokter, periksa.”
“Mudah-mudahan kata dokter boleh dipake lagi.”
“Ayang, kenapa sih pikirannya ke situ mulu.” Kata Melanie sambil menerima sodoran roti panggang yang diberikan Mami. “Bukannya ngedoain cepet sembuh….”
“Ya ngedoain dong, kalau kamu sakit terus, aku juga bisa ikut tertular.”
“Ga mungkin ayang, ini bukan penyakit menular.”
“Menularnya karena aku sedih, beb, jadinya aku ikut sakit.” Sukardi menyesap kopinya lalu berdiri, dia kemudian mencium kening istrinya sambil meremas pantatnya dan mencolek memeknya dari luar daster lalu pamitan pergi.

Imelda melirik apa yang dilakukan Sukardi. Sebuah desiran lembut berkedut di selangkangannya. Rindu akan kehangatan tangan yang nakal menggoda kewanitaannya, mengusik memek Imelda yang mengkerut di balik celana dalamnya. Sudah 5 tahun dia menjanda. Sejak suaminya terkena serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit, praktis sejak itu pula memek dan toketnya nganggur. Beberapa kali dalam malam-malamnya yang sepi dan gelisah, dia melakukan colmek di kamarnya. Tapi itu tidak pernah benar-benar bisa memuaskan. Hanya sedikit hiburan untuk sebiji itil yang meronta-ronta minta digesek. Tak pernah lebih dari itu.

Imelda pura-pura tak peduli. Dia memalingkan muka. Namun di sana ada cermin kecil yang menggantung di dinding. Di cermin itu, ada memantul bayangan raut wajah seorang wanita berusia 45 tahun tengah menatapnya. Bermata sipit. Berkulit putih seperti susu dan berbibir tipis dengan hidung yang mungil. Bayangan di cermin itu terlihat sendu.

Imelda segera memalingkan wajahnya dari cermin. Dia melihat Sukardi melangkah dengan kaki-kakinya yang panjang dan kokoh, menuju skuter matiknya yang terparkir di halaman. Menaikinya dan meluncur ke luar pintu gerbang. Menghilang di balik pagar.

Imelda menghela nafas.
“Mami mau pelgi ke toko, mau ikut?”
“Nanti, Mi. Melan mau rebahan dulu… ininya masih sakit. Nanti kalau pulang dari rumah sakit, Melan langsung ke toko.”
“Jangan tellalu sole, soalnya mami mau ke bank bayal-bayal tagihan.”
“I ya, Mi.”
“Kalau ke toko nanti, jangan lupa, kamu halus selesein lapolan balang. Itu keljaan kamu.”
“I ya, Mi. Tenang, kalau melan sudah sembuh, melan akan kerja seperti biasa. Eh, Mi, besok katanya Shela mau ke sini. Dia udah bilang?”
“Udah. Katanya sih mau culhat.”
“Curhat karena kebanyakan duit kali ya, Mi.”

Imelda tersenyum kecil dan mengambil tas tangannya, “mami pelgi dulu ya.” Katanya berpamitan.


***​


Kepala Sukardi berdnyut-denyut lagi. Dia menelpon Melan tapi tidak diangkat. Chat-nya juga tidak dibalas, bahkan dibaca pun tidak. Matanya menangkap sebuah pinggul berlalu di depan meja kerjanya. Pinggul anak magang semeter 7 jurusan akutansi yang membelakanginya dan menjatuhkan ballpoint. Saat menungging untuk memungut ballpoint itu, Sukardi tersentak oleh kontolnya yang berontak. Dia ingin berlari dengan kontol terhunus, mengangkat roknya dan langsung menusuk memeknya. Dia akan mengentotnya secara membabi buta.

“Sial!” pikir Sukardi saat hayalannya berlarian seperti sapi gila. Dia langsung berdiri dan berniat pergi ke toliet untuk mengocok kontol di sana.
“Asal bisa muncrat sudah cukup lumayan untuk mengobati migrain ini.” Pikir Sukardi. Namun bersamaan itu, Richard datang dan menegurnya.
“Dipanggil, Bos.” Katanya.
“Ada apa?”

Bawahannya yang paling senior itu hanya mengangkat bahu dan duduk di mejanya sendiri dekat dinding. Sukardi cepat berbelok ke arah ruang kerja bosnya, Bu Iriani Putri, yang tengah duduk di sofa dengan menumpang kaki. Betisnya yang putih mulus membuat denyutan di kepala Sukardi bertambah kencang.

Bosnya mengatakan sesuatu… bla bla bla… Seperti biasa, dia mengomel panjang lebar karena angka penjualan yang tidak naik-naik. Sukardi hanya mengangguk-angguk karena tak tahan dengan denyutan di kepalanya.

“Pokoknya angka penjualan harus ditingkatkan, apa pun caranya.” Kata Bu Ria dengan nada cemprengnya yang tinggi. Saat itu tak sengaja Sukardi melihat sepasang lutut Bu Ria saling menjauh, mengakibatkan kedua pahanya membuka dan rok span-nya yang pendek menganga. Sebuah pemandangan indah yang berupa segunduk memek tembem di balik celana dalamnya yang mahal, terpampang di depan mata Sukardi.

Sukardi menelan ludah. Kontolnya memberontak dari dalam celananya dan hayalannya yang edan ingin menerjang ke arah bosnya. Merampas celana dalamnya dan melemparnya sembarangan. Lalu mengentotnya secara brutal tanpa henti. Dia akan bertaruh dengan dirinya sendiri, siapa yang lebih dulu mencapai klimaks.

“Kamu paham?” kata Bu Ria dengan nada keras.
“Siap, Bu.” Jawab Sukardi.
“Apalagi yang ditunggu? Sudah sana, kerja lagi.”

Sukardi mengangguk dan pergi meninggalkan ruang kerja bos-nya. Setelah menghilang dari balik pintu, bosnya, segera mengerang sendirian sambil mengusap-usap kelentitnya dari luar celana dalamnya.

Oh tuhan, aku ingin diewe oleh kontol gede anak buahku sendiri…” keluhnya dengan setengah menangis.


***​



Imelda tak mempedulikan wajah Melanie yang kusut saat masuk ke ruang kerja di belakang minimarket yang juga sekaligus sebagai gudang barang. Melani baru pulang dari rumah sakit. Imelda langsung berdiri dan sebelum pergi, sempat mengingatkan Melanie untuk menyelesaikan semua pekerjaannya yang menumpuk.
“Mi, kalau mau pergi ke bank, pakai motor Melan aja. Mobil biar melan yang bawa. Soalnya kata dokter Melan jangan dulu banyak kena angin.”
“I ya.” Jawab Imelda pendek.

Dia pergi ke bank dengan menggunakan motor Melanie dan membayar sedikitnya sepuluh tagihan kepada produsen barang yang berbeda. Setelah selesai, dia pulang. Dia lalu memasak gulai kambing kesukaannya dan juga kesukaan menantunya. Selesai masak, dia membersihkan rumah dan mencuci baju kotor miliknya, milik anaknya dan milik menantunya dengan menggunakan mesin cuci. Saat dia memasukan celana dalam milik menantunya, Imelda tersenyum. Menghirup baunya dan menggosok-gosokannya ke memeknya sampai mengeluarkan lendir kenikmatan walau sedikit. Dia ingat, dia pernah melihat kontol menantunya yang besar dan panjang. Terbayang oleh Imel jika kontol itu menusuk-nusuk memeknya. Dijamin kenyang.

Selesai mencuci, Imelda lalu mengeringkannya dengan mesin pengering khusus yang berbeda. Setelah selesai, dia membawa baju kering yang sudah bersih itu ke tempat setrika di halaman teras belakang yang tertutup benteng setinggi 3 meter. Giliran Melanie nanti yang akan menyetrika. Selintas terpikir oleh Imel untuk mempekerjakan Pembantu Rumah Tangga seperti setahun ke belakang. Tapi mencari pembantu yang rajin dan cekatan serta bisa dipercaya, sanglah sulit. Tiga kali dia memiliki PRT, 3 kali itu pula barang-barang berharga di rumahnya dan sejumlah uang, raib dicuri. Akhirnya Imelda memutuskan untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga bersama Melanie dan Kardi, dan telah melakukan pembagian tugas dengan baik.

“Sekalang mandi.” Katanya sambil menuju jemuran untuk mengambil handuk. Tapi handuk pink-nya ternyata tidak terkena panas matahari jadi agak sedikit lembab. “Ah, pinjam dulu punya Melan sebental, dia gakkan tau.”

Saat mandi, dia teringat dengan koleksi majalah porno milik almarhum suaminya yang dia simpan di bagian paling bawah lemari pakaian di kamar Melanie, yang tak diketahui siapa pun selain dirinya. Lemari tua yang besar dipakai oleh Melan karena ada tambahan baju-baju suaminya. Imelda berencana akan memindahkan setumpuk majalah porno dari luar negeri itu ke dalam kamarnya sendiri. Tapi selalu saja lupa dan tak sempat. Untung saja Melani yang mengisi kamar itu sejak menikah dengan Sukardi tidak tahu keberadaan majalah-majalah itu. Imelda berencana akan melihat-lihatnya dan mungkin akan segera memindahkannya nanti setelah mandi.


***​
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Denyut di kepala Sukardi semakin tak tertahankan. Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan, Sukardi melipir ke luar kantor dan pergi ke tempat parkir.
“Pokoknya aku harus ngentot, kalau tidak kepalaku bisa meledak.” Pikir Sukardi sambil menaiki skuternya dan langsung kabur menuju rumahnya. Tiba di rumah, Sukardi gembira luar biasa. Motor istrinya ada di halaman dan dia langsung masuk ke dalam rumah yang sepi.

“Mami pasti sedang di toko.” Katanya sambil melepaskan seluruh celananya dan menyaksikan bagaimana kontolnya sedang mengacung-acung marah. Dia berjalan dalam keadaan telanjang dari perut ke bawah. Batang kontolnya menegang keras membayangkan dia akan mengentot memek istrinya dan memuncratkan pejuhnya yang sudah 3 bulan terpendam tidak dimuncratkan di dalam memek, hanya muncrat di kamar mandi. Kardi langsung masuk ke dalam kamar dan menemukan seseorang yang dia duga adalah istrinya, masih mengenakan handuk kesukaannya yang berwarna merah, dia sedang menungging di depan lemari yang terbuka. Memeknya terlihat cantik di antara pahanya yang putih bagai susu. Liang pantatnya juga indah berwarna kecoklatan seperti lekukan pada buah apel.

Memek itu merekah. Berbentuk elips dengan liang di tengah-tengahnya.

“Hem, kelihatannya liang memek bebebku sudah basah, aku bisa langsung mencoblosnya nih.” Kata Sukardi sambil melangkah mendekati istrinya. Setelah dekat, dia mengarahkan dan menempelkan glandula kontolnya yang bagai helm tentara Jerman itu tepat di liangnya yang sedang merekah itu.

Cleb!!!

“Iiih!” wanita yang dikira istrinya itu berseru kaget. Suara kagetnya terdengar keras.
“Diam!” kata Sukardi, “aku akan mengentotmu pelahan-lahan, lalu aku akan menggenjotnya dengan cepat… seperti biasa. Kamu tahan ya Beb.”
“Aahh…” desah suara itu saat batang kontol Kardi masuk dengan mulus menelusup dan menyelinap ke dalam liang memek yang hangat, lembut dan nikmat.
“Ougkh… memek kamu makin kenceng aja.” Kata Sukardi sambil mencengkram pinggul istrinya dan menariknya hingga pantatnya mundur dan kontolnya maju.

Ssssllleeeebbbbbb….blessshhhhh!

“Aduuuuuuh….” Keluh suara itu. Saat itu Sukardi tidak bisa membedakan bahwa itu bukanlah suara istrinya. Soalnya dia terlanjur merasakan betapa nikmatnya liang memek itu.

Sukardi kemudian menusuk-nusuk memek itu dengan nikmat secara pelahan sambil mendesah karena sudah 3 bulan dia tidak menemukan liang memek istrinya. Dengan kecepatan stabil namun berirama, dia menggenjot memek itu tanpa henti dan tanpa memberi kesempatan perempuan yang dikiranya istrinya itu untuk bangkit atau menoleh.

“Oh bebb…memeknya enak sekali, legit benerrr…” kata Sukardi sambil terus menggenjot terus tanpa henti. Dia tak peduli lendir kenikmatan mengucur yang berasal dari memek istrinya itu menetes berjatuhan membasahi lantai. Walau sedikit agak heran dengan perbedaan rasa memek istrinya yang terasa lebih legit dari biasa, namun Sukardi tak begitu memperhatikan. Dia terus menggenjot hingga menimbulkan suara plak plok plak plok plak plok yang berirama, yang berasal dari bunyi pertemuan paha selangkangannya dengan pantat nikmat yang terus menunggingkan dirinya agar terus diewe. Biasanya, setelah lewat 5 menit, istrinya selalu minta perubahan posisi. Tapi kali ini tidak. Dia hanya mendesis-desis keras.

Shhhh…. Shhhh… shhhhh… shhhh…. Ougkhhhh…. Ougkhhhhh…

Dan karena tidak ada keluhan dengan posisi doggy sepeti itu, pantat Sukardi bergerak semakin lama semakin cepat mental mentul naik turun dan maju mundur. Hingga akhirnya pada menit ke 9, pantat istrinya itu menegang sangat keras lalu secara tiba-tiba terdengar sebuah bunyi yang agak aneh di telinga Sukardi karena tidak pernah mendengar sebelumnya.

Ceprot! Ceprot! Ceprot!

Lendir hangat membasahi batang kontol Sukardi diikuti sebuah denyaran dan empotan liang memek yang seakan-akan menyedot kontolnya masuk ke dalam dan menahannya di dalam sana seperti terhisap.

Sukardi menunduk. Dilihatnya seluruh kepala dan sebagian punggung perempuan yang dikiranya istrinya itu masuk ke dalam tumpukan baju-baju lama di bagian bawah lemari. Sementara buah pantat istrinya yang putih tampak memerah sebagai akibat tamparan dari pahanya.

Sukardi kemudian berpikir untuk menyemprotkan spermanya karena dia tak ingin melihat kepala istrinya terkubur di bawah tumpukan baju lama di bagian bawah lemari tua yang besar itu.

“Sekarang aku akan ke luar!” kata Sukardi sambil menarik perut istrinya dengan kedua tangannya dan dia menekan seluruh batang kontolnya hingga benar-benar terkubur dalam pendaman liang memek yang sedang berkedut-kedut.

Heup!

Crot crot crot crot crot….. Srrrrrrr… crot crot crot…
“Oargkhh…..” Sukardi menggeram keras memuncratkan pejuhnya. “Argkhhhh…. Arrrgggkhhhhhh…. ”

Dia berdiri sedikit gemetar. Membiarkan seluruh pejuhnya meluncur di dalam penampungan liang memek istrinya. Pantat itu pun diam menahan dentuman lahar cinta yang meledak di dalam.

Setelah satu menit terdiam, Sukardi menghapus peluh yang menetes di dahinya lalu berjalan mundur untuk duduk di bibir ranjang.

“Enggak nyangka beb, memeknya enak sekali… baru kali ini aku muncrat dengan sangat nikmat seperti ini.” Kata Sukardi dengan senyum puas tersungging di bibirnya. Namun wajah Sukardi mendadak pias saat perempuan itu ke luar dari lemari dan berdiri menghadap ke arahnya.

“Ma… ma… mami….”

Mertuanya menatap Sukardi dengan tatapan tajam. Sejak menikahi putrinya, Sukardi memang tidak begitu akur dengan sang mertua yang cerewet dan suka membanding-bandingkannya dengan Alex, menantunya yang lain, yang lebih kaya. Mereka juga sering bertengkar dalam perdebatan sinis yang saling menyinggung perasaan satu sama lain. Pada saat itu, sulit menggambarkan bagaimana perasaan Sukardi. Dia hanya bisa tercengang dan melongo. Tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

“Kamu benal-benal kulang ajal.” Kata Mami dengan suara cadelnya, “mami balu saja mandi, sekalang halus mandi lagi.”
“Ma… maaf… kirain…”
“Diam kamu!” bentak Mami sambil melangkah mendekati Sukardi, “lihat ini, memek mami sampe dobol begini… lihat…”

Sukardi menatap liang memek yang terkoyak akibat tusukan-tusukan tanpa ampun kontolnya. Bibir bagian dalamnya mendelik ke luar dan liang memeknya yang merekah terbuka, melongo memperlihatkan liang yang menganga. Ah, itu adalah memek yang indah.
“Ini gala-gala kontol kamu, tahu!”

Sukardi menunduk. Diam dan pasrah.

“Kamu juga kelual di dalam, kalau mami hamil gimana?”
“Maaf, mi.”
“Maaf-maaf… sekalang cepet kamu pelgi mandi, ini lantai banjil pejuh kamu dan pejuh mami… sekalang mau mami belsihin.”
“I ya, Mi.” Kata Sukardi sambil tetap duduk di bibir ranjang.
“Nunggu apa lagi? Cepet pelgi mandi sana.”

Sukardi pun melangkah ke luar kamar diikuti tatapan Mami yang berbinar-binar penuh cahaya kebahagiaan. Sukardi tidak tahu bagaimana Maminya yang menyebalkan itu sedang tersenyum penuh kepuasan karena kenikmatan yang baru saja diterimanya.

“Benel-benel kontol yang gede. Bikin aku melayang-layang di langit ke tujuh.” Kata Imelda dalam hatinya dengan sangat senang sekali. Selama 5 tahun ini, dia ingin memeknya dilinggis-linggis dengan kontol menantunya yang besar, gagah dan kuat… tidak disangka tidak dinyana, keinginannya terkabul tanpa diduga-duga.

“Kayaknya aku bakal ketagihan nih.” Kata Mami dalam hatinya.

***
bersambung ke bab 2​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd