Part 7
Lu, kenapa sih, Niv. Gue gak tega liat lu nangis gini' batin Boy yang dari tadi mencoba menenangkan Niva dalam d3k4pannya.
Beberapa menit kemudian, bel masuk berbunyi. Kring ... kring.
"Udah, Niv. Sini hadep, gue." Pelan-pelan tangan Boy menarik kedua bahu Niva agak menjauh dari d3k4pannya.
"Hiks .. hiks ...." Dengan sesenggukan Nivapun mendongak ke atas dan melihat wajah Boy karena tinggi Niva hanya sekitar 156 cm sedangkan Boy 172 cm.
"Udah, jangan nangis lagi, nanti bedaknya luntur, lo." Boy sedikit membungkuk lalu menyeka air mata Niva dengan tangannya.
"Sembarangan, gue gak pake bedak tau, kulit gue emang asli putih gini." Dengan tatapan yang kesal dan mulut yang mengerucut Niva melihat Boy.
"Iya ... iya, lucu banget, deh. Serigala kecilku." Senyum Boy terukir di wajahnya dan diapun mulai mengacak-acak rambut Niva.
"Lu ma gitu, berantak 'kan ni rambut, gue. Dan lu bilang apa tadi ..., serigala kecilku?" tanya Niva karena seperti pernah mendengar julukan itu dari seseorang.
"Udah sana, cuci mukamu dulu, Niva. Gue, mau ke kelas duluan, dah ...." Boy pergi meninggalkan Niva dengan melambaikan tangannya.
***
Sesampainya di kelas, Boy langsung menuju bangkunya yang di sana sudah ada Hilmi.
"Lu, kenapa senyum-senyum kek orang g1l4 gitu, Boy?" tanya Hilmi.
"Iya, gue emang gila tapi gila karena dia," balas Boy yang masih teringat kejadian di rooftop tadi sambil tersenyum.
'Kasian banget, temen gue. Ditolak Niva, sampai-sampai gila, kek gini' batin Hilmi yang hanya bisa geleng-geleng kepala.
Nivapun masuk ke kelas setelah mencuci muka, dia masuk seperti biasa dan seperti tidak terjadi apa-apa.
"Apa lu, liat-liat ?!" Dengan sedikit menaikkan alis kanannya dan wajah yang jutek Niva melihat Hilmi.
"Gak ada apa-apa, kok, hehehe ...."
Hilmi hanya cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ada apa, sih ? kok, ribut banget," ujar Boy pada Hilmi.
Boy menoleh ke arah Hilmi, tapi tanpa sengaja matanya bertatapan dengan Niva. Niva yang menyadari hal itupun langsung memalingkan wajah, karena merasa mukanya mulai memanas. Nivapun memilih pergi menuju bangkunya, karena dia tidak mau kalo ada orang yang melihatnya sedang blushing.
"Loh .. kok, wajah Niva jadi merah padam gitu, sih," ujar Hilmi yang bingung.
Lu, kenapa sih, Niv. Gue gak tega liat lu nangis gini' batin Boy yang dari tadi mencoba menenangkan Niva dalam d3k4pannya.
Beberapa menit kemudian, bel masuk berbunyi. Kring ... kring.
"Udah, Niv. Sini hadep, gue." Pelan-pelan tangan Boy menarik kedua bahu Niva agak menjauh dari d3k4pannya.
"Hiks .. hiks ...." Dengan sesenggukan Nivapun mendongak ke atas dan melihat wajah Boy karena tinggi Niva hanya sekitar 156 cm sedangkan Boy 172 cm.
"Udah, jangan nangis lagi, nanti bedaknya luntur, lo." Boy sedikit membungkuk lalu menyeka air mata Niva dengan tangannya.
"Sembarangan, gue gak pake bedak tau, kulit gue emang asli putih gini." Dengan tatapan yang kesal dan mulut yang mengerucut Niva melihat Boy.
"Iya ... iya, lucu banget, deh. Serigala kecilku." Senyum Boy terukir di wajahnya dan diapun mulai mengacak-acak rambut Niva.
"Lu ma gitu, berantak 'kan ni rambut, gue. Dan lu bilang apa tadi ..., serigala kecilku?" tanya Niva karena seperti pernah mendengar julukan itu dari seseorang.
"Udah sana, cuci mukamu dulu, Niva. Gue, mau ke kelas duluan, dah ...." Boy pergi meninggalkan Niva dengan melambaikan tangannya.
***
Sesampainya di kelas, Boy langsung menuju bangkunya yang di sana sudah ada Hilmi.
"Lu, kenapa senyum-senyum kek orang g1l4 gitu, Boy?" tanya Hilmi.
"Iya, gue emang gila tapi gila karena dia," balas Boy yang masih teringat kejadian di rooftop tadi sambil tersenyum.
'Kasian banget, temen gue. Ditolak Niva, sampai-sampai gila, kek gini' batin Hilmi yang hanya bisa geleng-geleng kepala.
Nivapun masuk ke kelas setelah mencuci muka, dia masuk seperti biasa dan seperti tidak terjadi apa-apa.
"Apa lu, liat-liat ?!" Dengan sedikit menaikkan alis kanannya dan wajah yang jutek Niva melihat Hilmi.
"Gak ada apa-apa, kok, hehehe ...."
Hilmi hanya cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ada apa, sih ? kok, ribut banget," ujar Boy pada Hilmi.
Boy menoleh ke arah Hilmi, tapi tanpa sengaja matanya bertatapan dengan Niva. Niva yang menyadari hal itupun langsung memalingkan wajah, karena merasa mukanya mulai memanas. Nivapun memilih pergi menuju bangkunya, karena dia tidak mau kalo ada orang yang melihatnya sedang blushing.
"Loh .. kok, wajah Niva jadi merah padam gitu, sih," ujar Hilmi yang bingung.