Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mendung Menggantung di Ambang Cinta

iiiish.. ini kak tirta kemana yess..
coba masukin ke acara tali kasih RTCI hu..
kan jadinya pernikahan aby ke pending..
jd aja malam pertama juga di pending..
jd ajah adegan ranjangnya dipending..
pliiisss bilamana ada dr suhu2 yg suka main michat klo ada yg nemu yg namanya tirta tolkong kabarin di thread ini yess..
asal jangan dokter tirta yess..
itu cowo broooo..

:konak:
 
PART XXVI



Duka dibalik Airmata rindu



Di sebuah desa di Panyingkiran – Majalengka, Jawa Barat

Lilis sedang mencuci baju di kali Cimanuk siang ini. Badannya masih terasa kurang sehat karena masih baru sembuh dari sakit, namun dia harus paksakan untuk mencuci pakaian yang banyak. Nanti setelah mencuci bajunya, kegiatannya belum selsai, karena ada kewajiban lagi baginya untuk nanti akan membantu di rumah juragan Neneng.

Sementara warungnya akan dtungguin oleh Amar anaknya satu-satunya yang sudah selesai sekolah SD dan akan masuk SMP.

Lilis hanya bisa tersenyum pahit menghadapi kenyataan hidupnya. Suaminya Ganda hanya mabuk-mabukan dan main judi, kumpul dengan teman-temannya seolah tidak ada beban, mentang-mentang ayah dan ibunya punya sawah, maka hidupnya begajulan begitu saja. Jika ditegur maka tangan dan kakinya yang bermain.

Dia akhirnya harus memutar otak untuk cari makan untuk keluarganya. Warung yang jadi andalan hidup mereka pun mati segan hidup enggan. Lilis akhirnya harus kerja di rumah orang untuk agar ada pendapatan lebih. Kadang dia dibantu oleh mertuanya, namun tetap saja itu bukan bantuan gratis, karena dia harus mencuci pakaian mertuanya.

Belum lagi cacian dari mertuanya yang menganggap bahwa dia tidak becus mengurus anak mereka. Bagi mereka Lilis adalah istri pembawa sial, makanya anak mereka jadi seperti itu karena dia sebagai istri yang tidak beres. Itu yang membuat Lilis merasa semakin tertekan.

Badannya kini kurus, dan terlihat banyak beban berat.

Memang Ganda bukanlah suami pertamanya, Adang adalah suami pertamanya, namun meninggal saat Amar baru berusia 5 tahun. 2 tahun dia menjanda lalu menikah dengan Ganda. Ganda adalah anak orang punya, temannya banyak dan termasuk pria terkenal di kampungnya ini. Dia memang menyukai Lilis dari dulu, dari jaman Lilis amsih berstatus istri Adang.

Lilis akhirnya menerima lamaran Ganda, meski Ganda belum ada pekerjaan tetap. Pendekatan dan hampir kemana Lilis pergi, Ganda selalu ikut dan mengantarnya, membuat akhirnya dia mau untuk emnerima Ganda sebagai suaminya. Dia berharap dengan menikah, Ganda kan menjadi lebih bertanggungjawab. Namun kenyataannya Ganda hanya manis saat berpacaran, saat sudah menikah perilakunya berubah dengan drastis 180 derajat.

Yang membuat Lilis miris ialah bukan hanya terhadap dirinya, ke anaknya Amar juga Ganda tidak segan-segan main tangan menghajar anak itu, meski kedang dia bingung apa salah anaknya. Dia suka kasihan melihat anaknya juga sering ikut dipukul jika dia marah ke Lilis, meski hanya karena hal sepele.

Sering dia berdua menangis bersama jika sudah mendapat penganiayaan dari Ganda. Dan celakanya tetangga juga pada tidak berani membantu jika Ganda sedang mabuk.

Ucep, tukang bangunan yang pernah hanya singgah beli kopi di warungnya, pernah merasakan getahnya karena cemburu butanya Ganda. Memang dulu Ucep ini sempat suka dengan Lilis, namum setelah Lilis menikah dengan ganda maka dia mundur pelan-pelan.

Ganda yang melihat ada Ucep di warung, langsung mengeroyok Ucep dengan teman-temannya. Status orangtuanya sebagai juragan tanah, membuat pak kades dan RT setempat memang sering malas berurusan dengan Ganda dan teman-temannya yang suka jadi jagoan di kampung mereka. Karena percuma mereka melapor, paling dipanggil, sorenya sudah pulang lagi.

Lilis sempat meminta cerai, tapi malah ancaman dan bogem mentah yang dia terima dari Ganda.

“kehed teh sia.... “ umpatnya waktu itu sambil badan Lilis jadi sansak baginya

Dan Amar yang sedang tidur juga ikuit dihajar sampai Lilis harus meminta ampun ke suaminya agar berhenti memukuli anaknya, yang tidak tahu apa masalahnya dan sedang tertidur.

Mengingat bagaimana baiknya suami pertamanya Adang, bagai langit dan bumi. Adang yang meski hanya tukang bangunan, tapi sangat menyayanginya. Pertemuan mereka saat Lilis jadi pembantu di rumah di majikannya di Jakarta, dan Adang sedang ikut proyek di sebelah rumah, membuat mereka saling suka dan menikah akhirnya.

Amar kemudian lahir setahun setelah mereka menikah, dan meski tinggal di gubuk sederhana miliknya yang sekarang ditinggali dengan Ganda dan Amar, tapi Adang sangat rajin bekerja dan sayang kepadanya.

“aku ngga percaya Lilis bisa suka sama saya....”

Kata-kata almarhum yang selalu dia ingat. Karena memang Lilis memilik wajah yang termasuk cantik, meski hanya pembantu rumah tangga, tapi kecantikannya memang terlihat menawan, dan Adang yang termasuk keren untuk ukuran tukang bangunanlah yang mampu memikat hatinya.

Lilis hanya bisa menangis jika mengingat masa-masa itu.

Rasanya hanya masa bersama Adanglah yang terasa manis baginya, setelah masa kecilnya yang kelam dan kelabu. Berumah tangga yang seharusnya dia bahagia, malah jadi neraka baginya dan bagi anaknya.

Untungnya dia dan Ganda belum punya anak. Dan karena itulah dia disalahkan dianggap tidak ingin punya anak oleh keluarganya Ganda. Setiap lebaran, dia dan Amar hanya jadi penonton saja, saat kakek dan neneknya bagi-bagi amplop untuk cucu cucunya yang lain.

Bagi Lilis, itu sih biasa saja, Ganda pun belum bekerja toh dia ada warung dan bisa bekerja, tapi perlakuan dan kejahatannya yang sampai mabuk-mabukan tidak tahu waktu, hingga kekerasan dalam rumah tangga itu yang mebuat dia sering merasa sangat sedih.

Pernah dia melapor ke sebuah lembaga bantuan hukum, file-filenya dia dan fotonya juga sudah sempat dibawa oleh lembaga itu, namun dia ragu untuk melanjutkannya. Karena meskipun dia dibantu oleh lembaga itu, namun setelah dia selesai dengan Ganda, dia dan Amar bingung hendak kemana. Karena hanya ini rumah dan tanah satu-satunya milik dia, keluarga dan tempat lain dia tidak punya.

Lebih jahat lagi ialah Ganda tega menggadaikan sertifikat rumah yang milik Lilis ke Juragan Neneng dan uangnya dipakai untuk membeli motor dan memodifikasinya. Sebagai gantinya akhirnya Lilis harus bekerja di tempatnya Neneng, lalu gajinya dipotong entah sampai kapan agar bisa melunasi sertifikat tanahnya.

Satu-satunya hiburan bagi Lilis ialah melihat anaknya Amar. Di usia 12 tahun Amar tingginya sudah lebih hampir sama dengan tingginya. Dia pun sudah mulai sering bergetar badannya saat melihat dia disiksa oleh papa tirinya, atau dia dipukulin oleh papa tirinya. Dia tahu ada amarah dan benci di matanya yang mungkin saja suatu saat akan meledak.

Amar anakku.... dialah satu satunya yang membuat Lilis kuat selama ini.

Wajah Amar memang berbeda dengan anak-anak disini. Dia memiliki wajah ganteng, yang tidak diwarisi oleh bapaknya, tapi lebih banyak oleh mamanya.

Wajah gantengnya yang selalu membuat Lilis menangis jika mengingat sosok lain, sosok yang sangat dia rindukan.... yang wajahnya nyaris mirip dengan anaknya.....

Airmata Lilis kini tumpah ruah sambil memindahkan pakain yang sudah dia bilas dan peras ke keranjang kosong, sebelum dia beranjak meninggalkan kali Cimanuk, meninggalkan airmatanya yang ikut hanyut dengan aliran sungai, seperti membawa duka dan juga rindunya yang tidak berujung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd