Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mengejar Cita dan Cinta(jalan kedewasaan)

Status
Please reply by conversation.
Sedikit aja buat DP heheee

(Hari Ke 15)




Take care yoo,

Have fun :)


Iya Van, Makasih yaa

Lu jadi ga masuk hari ini?






Pagi ini aku mendapat penerbangan jam 10.00 WIB jadi aku harus sudah tiba di bandara jam satu atau dua jam sebelum take off. Aku kebandara tidak munggunakan mobil melaikan menggunakan StopCar. Saat sedang menunggu devan ngechat mengucapkan hati hati di jalan.

Aku sengaja tidak menggunakan make up karna kalau berpergian jauh aku agak malas untuk bermake up. Hari inipun aku menggunakan pakaian santai berwarna putih dan celana panjang bahan berwarna abu. Kunci mobil juga aktu tinggal dirumah siapa tau risa mau pake buat jalan sama pacarnya.
 
Sedikit aja buat DP heheee

(Hari Ke 15)




Take care yoo,

Have fun :)


Iya Van, Makasih yaa

Lu jadi ga masuk hari ini?






Pagi ini aku mendapat penerbangan jam 10.00 WIB jadi aku harus sudah tiba di bandara jam satu atau dua jam sebelum take off. Aku kebandara tidak munggunakan mobil melaikan menggunakan StopCar. Saat sedang menunggu devan ngechat mengucapkan hati hati di jalan.

Aku sengaja tidak menggunakan make up karna kalau berpergian jauh aku agak malas untuk bermake up. Hari inipun aku menggunakan pakaian santai berwarna putih dan celana panjang bahan berwarna abu. Kunci mobil juga aktu tinggal dirumah siapa tau risa mau pake buat jalan sama pacarnya.
makasih sop ilernya suhu @sukagoyang
ditunggu yg full... ;)
 
20. Peace.



-PoV Andria

(Hari ke 10)




Aku bangun dengan mata yang masih sangat berat, seperti biasanya baru bisa tidur di sepertiga malam. Perhatianku langsung tertuju ke layar hp, selain ada notifikasi chat dari pacarku dan ibu. Ada sebuah notifikasi lain dari sebuah nomor yang tidak biasa ada di pagi hari.

“Selamat pagi apakah anda ingin memesan Stopjek untuk melewati macetnya jalanan ibu kota?”

Aku sempat memutar kedua bola mata ke atas sambil merapikan rambut yang acak karna bagun tidur. Setelah berapa lama akupun teringat dan tersenyum, ku tau siapa di balik nomor WasApp ini. Sengaja aku tinggal dulu kedapur untuk menggabil air minum dan mengecek apakah aku di tinggali sarapan oleh risa.

Dari kejauhan aku sudah melihat semangkuk nasi goreng di atas meja makan. Sepertinya hari ini risa tidak kesiangan dan bisa membuatkan aku makanan. Biasanya dia bangun mepet waktu jadi tidak membuatkan sarapan.

“Hmm baunya si enak.” Aku mengambil sepering nasi di atas menja dan membawanya ke ruang tengah.

Aku taruh nasi itu di meja depan tv, lalu aku kembali ke dapur untuk mengambil satu botol air dingin dari kulkas. Aku menikmati makanan buatan risa dengan perlahan sambil melihat molly berlarian kesana kemari. Tidak lama hp yang aku tinggal di kamar berbunyi. Dengan malas aku bangkit dan mengambil hp tersebut tanpa melihat siapa yang menelephone.

“Hallo..”

“Hallo kamu udah bangun?” suara laki-laki yang tidak asing buatku, tanpa melihatpun aku sudah tau siapa yang menelephone.

“Udah, ini lagi makan nasi goreng buatan risa.” dengan mulut yang lumayan terisi penuh nasi aku mencoba berbicara.

“Tumben dia masak jarang jarang ya?”

“Iya tau lagi kesambet Putra kali..” Saat mengatakan itu aku langsung tersenyum kepada putra yang ada di tangga seperti biasa, tidak lupa melambai padanya. “Kamu kerja masuk apa?”



“Hahaaa, salam ya buat putra.” Tawanya renyah dari ujung telephone. “Nanti aku masuk siang sayang.”

“Iya, nanti di salamin.” Aku jawab sekenanya. “Yaudah jangan lupa makan ya kamu.”

“Iya kamu juga, jangan kecapean sama lupa makan.” Aku langsung menjawab cepatnya cepat “Iya sayang!”

“yaudah aku mau tidur lagi ya, love you.”

“Love you.”

Kalau kalian bertanya siapa yang tadi menelephone. Dia adalah pacarku yang di sumbang. Memang sudah menjadi kebiasanya untuk menghubungiku di pagi hari, walaupun dia baru pulang kerja dinas malampun pasti ia sempatkan untuk menelephone di pagi hari.

Walaupun saat menelephone dia hanya bertanya pertanyaan biasa dan hampir selalu sama setiap saat. Menanyakan sudah makan, kabar dan hal semacamnya. Kami sudah tidak bertemu beberapa bulan karna kami Cuma bisa bertemu bila aku pulang ke sumabang. Dia jarang sekali datang ke ibu kota, entah kenapa.

Setelah menutup telephone dari pacarku aku melanjutkan makan hingga habis baru bersiap untuk mandi.

.

.

.

Setelah mandi aku lihat hp ternyata suda banyak chat yang masuk. Kebanyakan dari klien dan teman kantor. Ketika ingin membalas aku melihat teryata sudah hampir waktunya aku berangkat. Langsung aku buru-buru memakai pakaian kerja serta memasukan laptop ke dalam tas. Sebelum pergi aku berpamitan kepada molly dengan mengelus elus kepalanya tidak lupa menambah makannya serta airnya.

Aku langsung berangkat ke kantor setelah memanaskan mobil sebentar. Ditemani oleh radio hits masakini aku berjalan membelah macet ibu kota. Layaknya wanita karir yang multitasking tentunya aku bisa berdandan sambil membawa mobil dengan baik. Kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana hebatnya seorang wanita bukan.

.

.

.

.

(Hari ke 11)





Sore ini aku baru pulang kantor dan segera harus berangkat ke kampus. Awalnya aku lupa kalau sekarang aku juga seorang mahasiswa di salah satu universitas swasta kalau tidak karna kara yang chat mungkin aku sudah lupa kalau hari ini aku ada kelas. perjalanan dari kantor ke kampus hari ini lebih cepat 10 menit dari hari biasanya.

Setelah sampai parkiran kampus aku langsung segera membuka hp bermaksud bertanya pada kara dia sudah sampai mana.




Ci Udah dimana?

Masih di jalan de,

Lu udah sampe kampus?


Iya nih baru banget

Masih lama ga?

Dikit lg si, masnya bawa motornya cepet

Yaudah gua tunggu lobby ya

Iya,

Itu kalo abangnya ganteng jgn

Di godain ya hahaa

Eh, emang gua cewek apaan goda godain

Abang StopJek hahaa





Setelah percakapan yang rada abrsub barusan aku langsung berjalan menuju lobby. Sore ini sangat ramai lalu lalang mahasiwa, ada yang terlihat baru datang ada juga yang mau kearah keluar kampus.

“Andria...!” Suara teriakan dari arah belakang yang memanggil namaku.

Aku langsung menegok kebelakang, ternyata laki laki tinggi gondrong dengan kaca mata tersenyum ke arahku.

“Eh...Van...!” Aku langsung menunggunya dan melambai kearahnya. “Baru sampe juga?” saat dia sampai aku langsung bertanya kepadanya.

“Iya, jalan tadi si macet banget.” Dia berhenti di sebelahku sambil mengatur nafas karna td sedikit berlari. “Lu dari kantor tadi ria?”

“Iya nih, baru balik gue.” Kami mulai berjalan kembali ketika dia sudah selesai mengambil nafas

“Bawa mobil ya?”

“Iya dong, mana tadi di jalan rame banget, tapi ga semacet biasanya si.”

“yahh...” Dia berbicara pelan sambil memalingkan muka, namun aku sempat mendengarnya.

“Hah? Lu tadi ngomong apa?” Aku coba menegaskan apa yang barusan dia biacarakan.

“Kaga, gua kira lu ga bawa mobil tadi.”

“Ouh, emang kenapa kalo gua ga bawa mobil.”

“Ya siapa tau mau pesen Stopjek lagi hehee.”

“hahaaa...” aku tertawa ketika mengerti apa yang dia maksudkan. “Ouh, jadi lu berharap gua ga bawa mobil biar bisa nganter balik lagi gitu?”

“Ya kurang lebih si gitu, hahaa.” Devan berbicara santai sambil terus berjalan melewati lorong menuju lobby

Kami sudah sampai di lobby tidak terasa karna obrolan dengan devan. Ku lihat betapa penuhnya kedua lift. Aku juga langsung melihat sekeliling mencari keberadaan Kara, karna tidak bisa menemukanya maka aku langsung membuka hp mencoba mengiriminya WasApp.

“Gokil, penuh banget yee, ria lu mau naik tangga aja ga?” Devan mengajakku untuk naik tangga saja, karna mungkin dia melihat lift yang sangat panjang antrinanya.

“Hmm, lu duluan aja deh Van, gua mau nunggu Kara dulu.”

“Ouh gitu, emang udah sampe mana dia?”

“Ga tau si, tp tadi katanya ga lama lagi sampe?” sambil mencoba melihat ke sekeliling siapa tau kara sudah sampai

“Yaudah kalo gitu gua duluan ya ria, soalnya mau ke kamar mandi juga gua.”

“Iya udah.” Aku melambai ke arah devan yang pergi melewati kerumunan untuk naik tangga yang terhalang oleh antrian lift.

Setelah devan pergi aku kembali menunggu kara dengan sabar hingga dia datang. Kami langsung segera kekelas karna sebentar lagi dimulai. Saat aku ketuk benar saja sudah ada dosen yang sedang menerangkan, di dalam aku lihat banyak teman teman maba dan beberapa anak psikologi termasuk Devan yang sedang fokus.

Aku duduk di samping eca yang sudah menyiapkan tempat untuk kami bersama teman teman maba yang lain. Aku langsung fokus untuk melihat dan memperhatikan dosen yang sedang menerangkan di depan. Walau kadang juga di selingi obrolan bersama teman dan membalas WasApp dari pacarku di sumbang.

.

.

.

“Iya sampai di sini dulu ya pertemuan kita hari ini.” Bu Debby menutup pertemuan hari ini setelah dia selesai menjelaskan

Eh pada mau ke kantin ga?” Eca megajak aku dan kara untuk ke kantin sambil ia memasukan semua barang barang.

“Boleh, gimana de mau ikut ga?” Kara memasukan barang barangnya sambil mengerling ke arahku.

“Hmmmm,” Aku berfikir sambil mebereskan barang barang. “Engga deh kayanya ci, gua capek banget mau balik.”

“Ouh yaudah, kita bareng nanti pisah di parkiran aja de.”

“Iya.”

Aku beserta kara dan eca yang sudah selesai berberes kemudian keluar dari kelas. Saat melihat sekeliling aku sudah tidak melihat devan beserta teman temannya. Kami memutuskan untuk keluar menggunakan tangga, karna pasti akan penuh dan lama bila menggunakan lift. Kami mengobrol banyak hal mulai dari info kamus hingga gosip artis atau teman satu maba kami.

Kebanyakan obrolanku hanya dengan kara, selebihnya mendengarkan teman teman yang lain terutama para cowok bercanda dan membahas hal hal tidak jelas. Akhirnya aku dan mereka berpisah di parkiran, mereka berjalan lurus ke kantin sedangkan aku berbelok ke mobil hitam kesayanganku.

“Tit...tit...tit...”

Bunyi alarm mobil yang menyala setelah aku menekan remot. Setelah masuk ke dalam mobil aku langsung melempar tas, ke bangku penumpang di sebalah. Kemudian mengganti flat shoes berwarna coklat dengan sendal jepit yang memang selalu ada di dalam mobil. Baru setelah itu aku menyalakan mesin mobil.

Ketika menyalakanya pertama kali tidak mau menyala, aku coba ke dua kalinya juga tidak mau menyala. “Ihhhhh, kamu kenapa siii...” Aku terus mencoba memutar kunci kontak beberapa kali namun tetap tidak bisa.

Karna sudah pasrah aku menyenderkan kepalaku ke kursi sambil merapikan rambut yang sedikit acak acakan. Ku gembungkan pipi dan memajukan bibir bawah. Saat ini aku sedang bt bercampur kesal niatnya pengen pulang terus tidur malah mobil tidak mendukung.

“Apa gua ke kantin aja ya? Siapa tau ada yang mau nebengin” Langsung aku mengabil hp di tas dan mencari nama Kara untuk aku chat.

“Tok...tok...tok....”

Aku kaget ketika baru mau mengechat kara ada orang yang mengetuk kaca mobil. Bila di lihat sesama aku mengenal siapa orang itu. Langsung aku turunkan kaca mobil, dia dengan wajah tersenyum manis menyapa saat aku membuka kaca.

“Kenapa Van?” Devan sudah berdiri dan agak menunduk melihat ke arah dalam mobil.

“Kenapa mobil lu?” Dia menaruh kedua tanganya di jendela lalu berjongkok dan menopangkan kepala di atas tangannya sambil tersenyum ke arahku.

Dia memasang senyum aneh di wajahnya dan hanya terdiam sambil memandangku seolah hanya akan berbicara ketika aku menjawab pertanyaanya. Aku yang salah tingkah malah diam beberapa saat.

“Gapapa Van.” Akhirnya aku berbicara setelah diam beberapa saat. “Yakin?” Devan langsung menjawab sambil tersenyum kepadaku.

“Iya beneran gapapa, gua...gua...” Dengan gagap mencari alsan kenapa masih berada di dalam mobil. “lagi nungguin kara...” jawabanku setelah beberapa saat gerogi ketika di tatap lama olehnya.

Dia tanpa bilang apapun langsung bangkit dan membuka pintu mobil. “Devan mau ngapain?” aku kaget ketika dia melakukan itu.

Devan menarik knop kap mesin mobilku. “Cewek cantik ga boleh boong” Dia tersenyum sambil menyentuh hidungku lembut dengan tanganya.

Sontak aku hanya terdiam dan kedua pipiku berubah warna menjadi merah. Apa yang baru dia lakukan?Andia tenang tarik nafas ga lu gaboleh geer dulu, tapi kenapa dia bisa tau kalo mobil gua lagi mogok. Aku coba menenangkan kembali fikiran sambil bertanya tanya kenapa dia bisa tau.

Pandanganku pada devan sudah terhalang oleh kap mobil yang terangkat. Ketika aku sudah bisa mengatur nafas, lalu langsung berkaca pada spion belakang mobil untuk melihat dan merapikan rambut yang sedikit berantakan, baru setelahnya aku susul devan ke luar. Aku melihat dia sendang mengutak atik bagian mesin dan hanya di bantu oleh lampu dari hpnya.

“Tuhkan ga kenapa kenapakan mobil gue?” Aku mencoba tetap menyakinkan dia bahwa mobilku tidak ada yang rusak.

“kwmhana....hanwakhaw...wahangga..”

“Hah, ngomong apa van?” Devan lupa kalau masih ada hp di mulutnya.”Hahaaa.” aku langsung tertawa melihat hal itu.

“ouh, maaap maap lupa gua hahaa.” Devan memasukan hp ke kantong celananya. “Sekarang gua mau liat, kalo emang bisa nyala mah?” Dia melipat kedua tanganya ke dada.

Aku hanya bisa tersenyum malu kepadanya, karna ketahuan berbohong. Dia langsung menutup kap mesinku setelah melihat eksresi yang aku tunjukan. “Ini mobil lu ga bisa jalan, ada masalah sama dynamostaternya sama alternatornya.”

“Hah, dinamo apa ? alter apa Van? Hehee.” Devan langsung menepuk jidatnya, ketika aku bertanya hal itu. “ya pokoknya lu malem ini balik ama siapa? Biarin aja mobil tinggal di kampus dulu.”

“Oh gitu, gue nanti balik bareng anak-anak maba deh paling atau pesen stopjek paling van.”

“Yaudah dari pada lu nunggu mending gua anter, kasian muka lu keliatan capek banget.”

Tanpa menunggu jawaban dariku dia pergi berlalu begitu saja. Aku tidak tau apa yang ada dipikirannya dan kenapa dia bisa tiba tiba tau kalau mobil sedang bermasalah. Sungguh laki laki yang tidak mudah di tebak. Beberapa saat kemudian dia sudah datang dengaan motornya untuk menjemputku.

“Yok naek...” Devan langsung memberikan ku helm.

“Bentar gua ambil barang barang dulu.” Aku langsung mengambil tas dan memeriksa apakah ada barang penting yang tertinggal. “Van, lu gapapa, nganterin gua balik?” Aku langsung mengambil helm yang ia berikan.

“Gapapa, asal?”

“Asal apa?” Aku penasaran dengan ucapanya yang terhenti tiba tiba.

“Asal nanti lu traktir gua.” Aku langsung tertawa mendengar ucapannya. “Kirain asalnya apa, taunya gitu doang.”

“Gue naek ya Van..” Tanpa menunggu jawaban dari devan aku langsung naik keatas motornya.

.

.

.

.

.



(Hari ke 14)




Andria lu kampus ga bsk?

Engga Van, kenapa?

Ouh, gua tadinya mau titip absen

Soalnya bsk gua ada urusan.


Yahh, gua juga bsk ada urusan

Coba lu tanya kara

Ouh gitu okeh nanti gua wa

Lu emng bsk knp ga masuk?


Mau pergi gua ke SG

SG itu sigapura?

Iya hehe

Wihh, jangan lupa oleh oleh yaa

Hahaa, iya siap

Asik asik, take care yaaa

Makasih Van




Entah ada angin apa tiba-tiba devan chat. Awalnya aku kira dia ingin menagih janji traktiran waktu itu ternyata Devan hanya ingin meminta absen, sayangnya aku juga besok tidak masuk karna ada pekerjaan yang memaksa harus pergi keluar negeri selama dua hari.

Sayang hanya dua hari padahal aku ingin bisa lebih lama lagi liburan. Siapa yang tidak mau liburan gratis dibiayai oleh kantor. Perjalanan kali ini aku ditemani oleh ibu, sengaja aku meminta untuk diizinkan mengajak ibu bersama. Karna pasti bosan bila pergi sendirian hanya untuk urusan meeting beberapa jam saja.

.

.

.

.

.

(Hari Ke 15)




Take care yoo,

Have fun J


Iya Van, Makasih yaa

Lu jadi ga masuk hari ini?






Pagi ini Devan mengucapkan hati-hati dijalan untuk kedua kalinya. Dia tau kalau aku akan take off pagi hari, aku juga sempat menanyakan apakah dia akan jadi tidak masuk hari ini, namun sebelum dibalas StopCar yang menjemputku sudah datang. Aku sengaja tidak menggunakan make up karna kalau berpergian jauh agak malas untuk bermake up. Hari inipun aku menggunakan pakaian santai berwarna putih dan celana panjang bahan berwarna abu.

.

.

.

.

(Hari ke 18)

Seperti biasa selasa sore, aku datang ke kampus untuk kuliah. Hari ini aku masih belum bisa menggunakan mobil karna masih berada di bengkel. Bengkel yang mengurus mobilku adalah bengkel temannya devan. Dia menawarkan jasa temannya saat sedang mengantarku pulang kemarin. Berhubung kata devan bengkel temanya bagus, jadi aku mengiyakan saja toh aku juga percaya kepada devan.

Karna naik stopjek aku jadi datang lebih cepat ke kampus, tidak seperti biasanya. Sama seperti kebiasanku ketika kekampus yang selalu janjian dengan kara di lobby. Langsung ketika sampai gerbang aku mengechat kara bertanya apakah dia sudah sampai. Dia bilang sudah ada di lobby. Tanpa membalas lagi aku langsung segera masuk.



Dari kejahuan aku sudah melihat wanita oriental yang tinggi cantik sedang berdiri melihat hpnya di dekat lift. Segera aku tambah kecepatan langkahku menghampirinya.

“Udah lama CI?”

“Belom lama si de.” Dia kemudian memasukan hpnya ke kantong celana. “Mana oleh-oleh gua?” Dia menjulurkan tangannya ke arahku.

“Ga gua bawa lah, ribet tau nanti balik kampus kerumah aja ya..”

“Eh ibu masih di sini?” Kara mulai berbalik dan berjalan menuju lift.

“Masih, rencana si besok baru pulang ke sumbang.”

“Eh waktu sabtu Devan masuk ci?” Kara tiba tiba mengerling ke arahku.

“Kenapa tiba-tiba lu nanya devan? Mulai naksir ya gara-gara di bantuin kemaren.” Dengan tatapan penuh curiga ia mulai bertanya dengan nada yang aneh.

Aku memang suka chating dengan kara, kami kadang ngobrol banyak hal. Aku juga cerita bahwa aku dibantu oleh devan waktu mobilku mogok kemarin. Sebisa mungkin aku mengatur nafas dan berbicara se biasa mungkin.

“Engga, soalnya kemaren dia wa mau tipsen tp gua suruh wa lu.” Aku coba menjelasakan padanya sambil maju perlahan dalam antrian lift.

“Ouhhh, kalo emng suka juga gpp tau. Ga ada yang larang hahaa.”

“Ihh, apaan si ci, kan gua masih punya pacar tau.”

“Iya pacar yang lu kasih kabar kalo inget doang itu kan? Hahaa”

Sial dia mengejekku karna memang aku bercerita padanya mengenai hubunganku dengan pacarku yang ada di sumbang. Selebihnya sambil menunggu lift kami banyak bergosip membicarakan banyak hal yang aku lewatkan selama dua hari tidak kuliah. Kata kara anak maba benar akan berangkat liburan bersama minggu depan. Saat aku tanya dia ikut atau tidak dia menjawab sepertinya tidak.

Kara kemudian bertanya padaku apakah aku akan ikut atau tidak, ya aku jawab saja mungkin tidak karna dia tidak ikut dan kemungkinan risa juga tidak ikut. Seperti biasa saat sampai kelas aku langsung duduk di dekat para anak maba.

“Eh, kak Elva udah masuk.” Eca menyambutku dengan wajah sangat gembira.

“Kenapa kamu kanget banget apa ama aku...” Aku langsung duduk di sebelahnya.

“jangan mau kak ade, dia mah mau oleh oleh lu doang.” Dado langsung bebicara dibarengin tawa untuk meledek Eca.

“Gue ga bawa do, oleh olehnya ada dirumah, soalnya hari ini gua naik stopjek.”

Dado yang mendengar itu langsung meledek Eca habis-habisan. Hingga mereka saling bercanda dan melekdek sampai bu Debby datang dan memulai kelas hari ini. Banyak juga mahasiswa yang terlambat seperti Jojo dan Riki. Tapi sampai pertengahan kelas aku tidak melihat devan.

Apa dia ga masuk ya? Padahal gua udah berharap balik bareng dia.

“De..!” Kara menggoyang goyangkan sikutnya kepada kearahku.

Sontak aku langsung melihat kearahnya dan tersadar dari lamunanku. Kara memberikan isyarat agar aku memperhatikan bu Debby yang sedang memberikan pertanyaan ke mahasiswa lain.

“Mikirin apa si lu?” Bisiknya padaku. “Mikirin Devan ya?”

“Apaan si ci engga.” Aku coba berfikir mencari jawaban yang paling masuk akal. “Mikirin Molly apa udah di kasih makan apa belom.”

Kara tidak sempat menjawabku karna dia sudah di suruh bu debby membaca cerita yang ada di buku paket. Aku bersyukur kali ini di selamatkan bu debby. Tapi kenapa devan hari ini engga masuk ya, padahal aku juga mau membayar hutang traktiran tempo hari.

.

.

.

.

(Hari ke 22)



“Hallo andira? Diamana?”

“kantin van, Kenapa?”

“yaudah gua kesono, di sebelah mananya?”

“di deket JariTiga van.”

“Ouh oke.”

Aku baru saja menutup telephone dari devan. Entah kenapa dia menelphone padahal tadi saat kelas kami bertemu, walau tidak duduk berdekatan. Aku, kara, dado sedang menikmati waktu jeda matakuliah yang bisa digunakan untuk makan. Kami di meja ini tidak sendiri ada beberapa anak maba yang juga sedang tidak ada mata kuliah.

“Siapa de?” Kara yang duduk di sebalahku langsung bertanya tidak lama setelah aku mematikan telephone.

“Devan, ci” Aku berbicara sambil kembali melanjutkan makan. “Ngapain devan telephone lu ka ade?” Dado yang duduk di depan kara, ikut bertananya karana mendengar percakapanku dengan kara.

“Ga tau dah, tapi kayanya dia mau kesini.”

“Lah gimana dah lu de? Aneh lu!”

“Ya abis dia pas gua tanya kenapa, ga dijawab malah bilang yaudah gua kesono.”

“Dah lu berdua cocok, sama sama aneh.” Kara membuang muka dan melanjutkan makannya.

Dado yang mendengarkan dari tadi hanya tertawa saya. Teman temanku yang lain yang juga ikut mendegarkan juga hanya tertawa biasa saja. selebihnya hanya asik dengan obrolan mereka sendiri. Di mejaku ini ada aku, dado, kara, eca, dan david. Eca dan dado berada didepanku, sedangkan kara dan david mengapitku.

Teman teman yang lain seperti para teman satu fakultas risa, anak IT berada di meja seberang. Biasanya kami sejajar samping sampingan namun karna meja disebelah ada yang isi jadi meraka memilih meja di belakang dado.

“hai....” Devan tiba tiba datang entah dari mana dan sudah duduk di sebelah dado.

“Weh dari mana lu van.” Dado yang langsung melihat kearah devan. “Tumben kemari mau ngapain lu? Minta makan yaa?”

“Kenapa van?” aku langsung bertanya ada perlu apa dia kemari. Sementara ci kara hanya melambai pada devan sedangkan dua temanku yang lain hanya tersenyum tipis tanpa berbicara apapun.

“ini, gua mau kasih tau mobil lu selesai, tapi baru bisa sampe ke kosan gua besok.” Devan menjelaskan sambil mengambil kentang goreng yang ada di atas meja. Padahal dia tidak tau itu kentang goreng punya siapa.

“Mending temen lu langsung bawa mobilnya ke rumah gua, van. Emang ga bisa kalo langsung dibawa ke rumah gua aja?”

“Van lu kentang siapa lu maen makan-makan aja.” Dado yang heran pada devan yang mengambil kentang tanpa tau itu punya siapa. “emang punya siapa?” Dia bertanya polos setelah memakan dua sampai tiga kentang, sambil matanya memperhatiakan kami satu persatu.

“Punya Eca bego, lu parah lu..”

“Eh maaf ya eca” Devan merapatkan kedua tanganya untuk meminta maaf kepada eca. “Eh iya kita belom kenalan. Kenalin aku devan.” Devan mengulurkan tangannya kearah Eca setelah dia mengelap sisa minyak ke celana jeansnya dado.

“Devaan Ajingg. Ngelapnya di celana gua.” Dado yang sedikit kesal karna devan mengelap tangan di celananya. “Nih udah ada teknologi namanya tisssu, bagst.” Dado mengambil tissuu lalu membersihkan celananya.

“Eca..” Eca menerima jabatan tangan dari devan.

“Maaf ya kentangnya, nanti gua beliin lg deh.”

“Hehee, ga usah kakak, gpp.” Eca tersenyum manis ke arah devan.

“ehmmm...” Aku berdeham aga keras supaya devan menjawab pertanyaanku yang terpotong oleh masalah kentang goreng barusan. “Jadi itu gimana van mobil gue.” Aku berbicara setelah semua yang berada satu meja denganku diam.

“Jadi gini ria, dereknya temen gua lagi ga ada, jadi gua harus ngambil sendiri mobil lu di bengkelnya.” Devan menerangkan sambil terus memakan kentang punya eca. “Nah masalahnya temen guanya lagi pergi ke luar kota ada urusan. Baru balik besok subuh sekitar jam 2an pagi.”

https://i.ibb.co/Fw8JvrG/sophie-on-twit**ter.jpg

“Emang temen lu ga punya pegawai van?” Ci kara yang tadi hanya sibuk chating sekarang ikut bertanya pada devan.

“Engga kar, soalnya hari ini jadwal bengkelnya tutup. Jadi karyawannya pada lg ga ada.”

“Ouh gitu, yaudah besok gua ambil aja ke kosan lu van, gampang.” Aku mencoba mencari jalan keluar agar devan tidak perlu mengantar mobilku ke rumah.

“Nah itu masalahnya.”

“Anjing masalah mulu idup lu, Van. Hahaa.” Dado yang sedikit kesal karna seolah devan mencari cari alasan prihal mobilku.

Aku sendiri sedikit aga jengkel namun aku coba tetap berfikir positif tentang mobilku yang ada di bengkel temannya devan. “Kenapa lagi van?”

“Masalahnya besok gua sama teman-temen gua si aldi, riki sama jojo mau ngajak kalian nonton.” Terang devan pada kami. “Eca juga boleh ikut nonton kok.” Devan langsung melihat ke arah eca dan tersenyum.

Kami semua yang mendengarkan dia sempat terdiam beberapa saat untuk berfikir dan mencerna baru kemudian kami tertawa karna alasan yang di buat buat oleh devan ternyata untuk mengajak kami nonton bersama dia dan teman temannya.

“Jadi lu ke sini cuman mau ngajak kita buat nonton bareng besok?” Aku bertanya kepadanya setelah puas tertawa.

“Si anjing hahaa.” Dado tertawa sangat kerasa dan puas, sampai para maba di meja belakangnya seperti melihat kearah kami semua.

“Ya kurang lebih si gitu, tapi kan emang awalnya mau ngasih tau kalo mobil lu udah beres juga.”

“Emang mau nonton dimana, sama jamberapa?” Aku bertanya lagi padanya.

“Kita ambil midnight aja, mau ga pas balik kampus?”

“Emang lu mau nonton apa?” Kara ikut mengambil kentang goreng yang ada di atas meja sambil bertanya ke devan.

“Itu lah film horor yang viral. Buat tiket gampang udah di atur jojo, lu orang tinggal bilang ikut udah cukup.” Devan menaik turunkan kedua alisnya.

Belum sempat kami menjawab hpnya devan berbunyi. dia langsung pergi agak menjauh untuk mengangkat telephone yang entah dari siapa. Saat devan pergi aku langsung bertanya kepada kara, eca, dado, dan david yang bahkan aku hampir lupa kalau dia ada di sini. Mereka bilang tidak tau, dado bilang tidak punya uang. Sedangkan david bilang besok ada urusan. Walau sebenarnya aku bertanya padanya karna tidak enak saja.

Devan kembali kemeja kami dan bertanya jadi bagaimana. Aku langsung bilang terus terang kalau kami belum memutuskan dan juga dado tidak punya uang untuk membeli tiket. Dia dengan sadantainya bilang kalau soal uang nanti masalah gampang yang penting kami bisa ikut pergi dulu. Kuat sekali keinginannya mengajak kami menonton bersama mereka.

Mungkinkah ini adalah langkah untuk mendekatkan kara dengan jojo, karna aku mendengar cerita kara bahwa jojo sekarang lebih aktif untuk chat dengannya. Ya kara tipe orangnya sama denganku yang terbuka dan menyambut baik, walau ya memang hanya sebatas teman. Sayangnya kebaikan perempuan seperti kami di salah artikan oleh banyak laki-laki dan ketika mereka sakit, mereka menyahkan perempuan.

Dasar laki-laki!

“Hai Va...,”

Fajar yang menyapaku ketika baru sampai di meja kami, dia datang bersama satria, yudi, miko dan rizal sepertinya mereka baru saja selesai kelas. Aku hanya tersenyum membalas sapaan fajar barusan. Fajar yang biasanya ramah ketika melihat devan berubah jadi sedikit sinis. Namun devannya tetap terlihat santai serta tidak acuh kepada fajar.

“Eh udah dulu ya, gua udah di cariin anak-anak” Devan berdiri untuk bersiap pamit pergi. “Oh iya, eca makasih ya kenatangnya haha.” Dia yang tadinya sudah berjalan pergi, malah kembali lagi hanya untuk mengucapkan terima kasih kepada eca untuk kentang gorengnya.

Laki-laki yang unik.

Aku berfikir sambil tersenyum melihat ada laki-laki se anah dia. Tidak lama awkarin datang membawakan sebuah kentang ke meja kami. Dado dan kara langsung bertanya ini siapa yang pesan karna kami tidak merasa memesan lagi. awkarin hanya menjelaskan bahwa ini di pesan oleh temen kami, dan ini juga sudah dibayar.

Dado langsung memberikan ciri-ciri devan ke awkarin dan di iyakan olehnya. Ternyata sekali lagi aku dikejutkan oleh tingkah laku seorang devan purtranto yang entah bagimana bisa tidak mudah di tebak.

.

.

.

21. 2nd peace!




Hallo semua!

Maaf sugoy harus hiatsu dari menulis cerita ini. ya karna belom dapet fillnya aja lg buat lanjutin.
semoga gaya bahasa yang baru ini ga bikin fill semua suhu tentang kehidupan devan jadi berubah. tapi gua, saya, aku, bisa menjamin bahwa jalan cerita tidak berubah dan tentu plot juga tidak hanya penggunaan kata dan cara menulis yang sedikit berganti.

semoga bisa mengobati akalu udah lupa boleh di flasback lg heheee.

see yaa di next chapter.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd