Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MENGEJAR SHINKANSEN [by Arczre + Nona Violet] [TAMAT]

Bimabet
Untuk masta dan sista penulis, ane luncurin :cendol: +5 atas karyanya yang luar biasa ini.

:semangat:
 
punya sis vio mana ya???

kok bolak balik ga nemu???
 
Habis ini ada update, sabar yah gaes. Menyatukan 2 kepala itu berat loh. Tapi enjoy. :Peace:
 
OTAKU GIRL


Fujiwara Keiko POV


‘Drap! Tap! Tap! Tap!’

Suara langkah kakiku terdengar sangat berisik, saat aku yang sudah memakai seragam Sailor berlari kalang kabut dari kamarku menuju meja makan. disana sudah ada kedua orang tuaku dan Adik laki-lakiku yang sedang duduk manis menikmati sarapannya. Mereka tak perlu menungguku, pagi ini aku bangun terlambat lagi karena semalaman suntuk aku menonton Anime Winter yang tak sempat aku tonton selama satu musim ini, yah mungkin karena terlalu banyak yang harus aku tonton.


Kalau tidak salah Anime Winter tahun ini rilis sebanyak 65 judul, memang tidak semua aku tonton karena aku hanya menyukai genre Action, Comedy, Romance, Vampire, School, Ecchi! Eh? Echhi?! Ah bukan begitu, jangan salah paham! Meski aku sangat menyukai genre ini bukan berarti aku gadis pervert. Catat, bukan gadis pervert! Aku menyukai-nya karena jalan ceritanya yang keren. Lagipula biasanya disitu banyak Comedy, ambil saja contoh Highschool DXD, KissXsis, To Love Ru, Hentai Ouji to Wawaranai Neko, Baka to test dan masih banyak lagi yang pastinya selalu sukses membuatku nyengir sekaligus terbahak-bahak saat menontonnya.


Dari sekian banyak Anime musim ini, mungkin aku hanya menonton sekitar 20 judul masing-masing mempunyai jumlah episode sekitar 12-14, tidak banyak kan? Dan semalam itu adalah dua Anime terakhir yang akhirnya aku selesaikan. Ah salah! Hampir lupa, bahkan masih ada dua anime tentang Vampire belum sempat aku tonton. Baiklah mungkin nanti sepulang sekolah aku akan menontonnya kembali, karena ini sudah memasuki musim panas dimana akan muncul Anime baru musim ini. Jadi rasanya ada yang kurang kalau Anime musim lalu belum selesai aku tonton.


“Ohayou Touchan, Kaachan, Baka ototo,” Sapaku mengucapkan selamat pagi, sedikit terengah aku menghampiri ketiga orang yang sangat kucintai itu. Dan dijawab dengan ramahnya, kecuali adik laki-lakiku yang berumur 10 tahun mengerutkan wajahnya sebal padaku. Yaaa... dia paling tidak suka kalau aku memanggilnya Baka, sedangkan aku sangat suka menjahilinya.


“Kau terlambat lagi, heh?” Sambut Ayah menyantap supnya sambil melirikku. Kemudian aku mengambil tempat berhadapan dengan mereka dimeja makan, duduk disamping Adikku. “Pasti gara-gara Anime lagi,” lanjutnya menebak dan hanya dengan cengiranku sudah cukup menjawab semuanya. Ibu hanya menggeleng melihat kelakuanku. Ayahku ini seperti cenayang, padahal semalam suntuk aku sudah memakai headset! saat menonton Anime agar tidak ketahuan, tapi tetap saja Ayahku tau. Semoga saja Ayah tidak marah dan menyita kembali semua koleksi komik dan DVD Animeku.


Oh hampir lupa.


Namaku Fujiwara Keiko, umurku tahun ini 17 tahun. Aku tinggal di Tokyo-Jepang, tepatnya di Shinjuku. Kota yang sangat ramai dengan gedung yang tinggi, Shinjuku adalah salah satu dari 23 distrik khusus di Tokyo, salah satu kota teramai selain Shibuya, mungkin juga lebih padat dari pusat kota mode yang terkenal dengan kawasan Harajuku-nya itu. Shinjuku juga pusat perniagaan dan pemerintahan, aku tidak akan bercerita banyak soal itu karena memang aku tidak tertarik untuk membahasnya, tepatnya memang aku tidak mengerti. Lebih baik aku ceritakan tentang diriku saja.


Aku lahir dan tinggal di Shinjuku bersama Ayah dan Ibu beserta Adikku, akan aku ceritakan sedikit tentang mereka. Ayahku bernama Fujiwara Atsushi, Ayah adalah seorang pria pekerja keras yang tangguh, sifatnya juga sedikit keras tapi tidak pula menjadi tipe Ayah yang tidak dekat dengan anak-anaknya. Ayah sangat menyayangi kami, perhatian dan selalu menyempatkan diri untuk berkumpul atau berlibur bersama kami disela-sela libur kerjanya.


Ibuku bernama Fujiwara Ame, tau apa arti Ame? Ya, artinya adalah hujan. Ibu memang seperti hujan, berisik!


Eh, ups! Bukaaan bukan itu maksudku (maaf Ibu). Ibu seperti hujan karena kehadirannya selalu menyejukkan, aaahh... aku tidak pandai merangkai kata-kata indah. Aku lemah dalam ilmu sastra. Umm... setauku Ibu suka sekali memasak, ia mempunyai traditional cafe yang tak jauh dari tempat tinggal kami. Kenapa kusebut traditional cafe? Karena Ibu hanya menjual kue-kue yang resepnya entahlah, mungkin berasal dari jaman kuno, seperti kue beras, manju. Aku tidak terlalu menyukainya, aku sendiri lebih suka menghabiskan waktu dicafe yang menjual mini cake dan muffin berhias krim dan taburan cokelat. Ajaibnya kafe Ibu selalu ramai didatangi pengunjung dari yang tua sampai yang seumuran denganku.


Lanjut lagi tentang Ibu, Ibuku sedikit cerewet dan kadang terkesan galak, Ibu juga sedikit berisik. Mungkin kalau diperhalus lagi Ibu adalah orang yang terlalu bersemangat, yaahh... sifat itu mungkin diturunkan padaku. Bedanya sifat yang diturunkan itu sudah berevolusi menjadi sifat bersemangat yang lebih ekstreme, jatuhnya menyeramkan!


Yang terakhir adalah adik laki-lakiku, namanya Fujiwara Kaitaro. Ayah dan Ibu biasa memanggilnya Kai-kun. Dulu kami memanggilnya dengan suffix chan, tapi belakangan ini dia menolak dipanggil dengan imbuhan chan. Menurutnya ia sudah besar, tidak mau dipanggil dengan panggilan yang terkesan cute seperti itu. Kai mempunyai sifat yang manja, meski dia selalu berusaha keras untuk mandiri tetap saja pada akhirnya dia akan merepotkan kami. Aku senang sekali mengganggunya, karena saat dia marah kurasa itu sangat lucu dan menggemaskan.


“Nee... Keiko-chan, Ibu tidak melarangmu menonton Anime tapi jangan berlebihan seperti itu, kau tau kan segala sesuatu yang berlebihan tidak bagus?!” Aku mengangguk pelan mendengar Ibuku yang cantik itu mengatakannya dengan suara yang sedikit keras. Kemudian aku mengambil semangkuk nasi yang sudah disiapkan Ibu tanpa harus serius mendengarkannya, karena kalimat barusan mungkin sudah lebih dari seratus kali aku dengar dari bibirnya. Dan tentu saja itu hanya masuk dari telinga kiri dan keluar dari telinga kanan, bukannya aku tidak patuh bahkan aku sangat patuh pada kedua orang tuaku, tapi kalau untuk urusan hobiku satu ini aku memang sedikit membangkang. Selama itu tidak membahayakanku kurasa sah-sah saja, lagipula hobiku itu dilakukan dirumah kan?


Aku memakai sumpitku untuk mengambil Tamagoyaki atau telur gulung, pastinya Tamagoyaki versi Ibu beda dengan resep aslinya. Karena aku dan Adikku yang menggemaskan itu tidak suka memakan sayur, Ibu membuat Tamagoyaki ini dicampur dengan sayur cincang halus dan diberi bumbu, terbukti masakkan racikan Ibu berhasil membuat aku dan Adikku melupakan ada sayuran didalamnya. Selain Tamagoyaki menu sarapan yang tersedia dimeja makan kami adalah Sup jamur, Ikan tuna goreng dan semacam tumis tofu dengan bumbu kecap tiram. Semuanya terlihat sangat lezat, apalagi aromanya juga menggoda selera.


“Ittadakimasu! Setelah aku mengatakannya, satu gigitan besar Tamagoyaki yang kujepit dengan sumpit berhasil masuk kedalam mulutku, langsung aku kunyah. Seperti biasa masakkan Ibu sangat lezat, saat memakannya seperti ada ribuan malakat kecil muncul dan berterbangan disekitar kepalaku, sambil memainkan alat musik. Belum sempat kutelan Tamagoyaki-nya tak sabaran aku kembali memakan potongan terakhirnya diikuti sesumpit, dua sumpit, tiga sumpit Nasi, aku memakannya dengan sangat terburu-buru sampai penuh dan belepotan. Yah karena aku akan benar-benar terlambat sekolah kalau tidak cepat.


Ayah dan Ibu menatapku heran karena cara makanku persis seperti orang yang sudah satu bulan tidak menyentuh makanan, yah...yah...yah aku memang payah, aku memang terlahir sebagai seorang wanita. Tapi kadang sifatku sama sekali tidak mencerminkan gaya seorang wanita, wanita yang seharusnya sopan, lembut dan punya gaya keren, modis seperti teman-teman sekolahku.


Apa aku tomboy? Kurasa tidak. Meski rambutku yang lurus ini kupotong pendek sebahu, dan bergaya bob aku masih suka memakai rok dan merangkai bunga. Hanya saja mungkin aku terlalu ceroboh, sering tersandung, hyperaktif, over ekspresif yang kadang terlihat terlalu berlebihan. Yah mungkin karena terlalu banyak menonton Anime, aku jadi meniru secara tidak sengaja gesture, cara bicara dan sifat-sifat mereka yang memang terkesan berlebihan.


Sebagai seorang Otaku, sebenarnya aku tidak suka disebut Otaku. Kenapa? Entahlah, mungkin sama ketika seorang Metalhead disebut Metalhead dan ternyata mereka lebih suka disebut fans.


Baik kembali lagi tentangku, sebagai seorang yang tergila-gila dengan Anime sudah tentu aku pernah mengidap Chuunibyou saat usiaku masih 12 tahun, apa itu? Chuunibyou adalah sindrom yang dapat membuat pengidapnya mengkhayal seakan-akan memiliki sesuatu yang luar biasa. Bahkan aku pernah sampai merasa memiliki kekuatan supranatural didalam diriku dan menirukan gerakan-gerakan Anime yang aku tonton waktu itu. Sampai sekarang sebenarnya masih, tapi sudah cukup berkurang. Hanya saja sifat-sifat yang terlalu bersemangat dan berlebihan dalam mengekspresikan sesuatu itu masih terus ada. Bahkan karena sifatku yang seperti itu lebih sering merugikan diriku sendiri, misalnya membuatku selalu kandas saat menjalin hubungan asmara. Heh? Apa hubungannya?


Tentu saja ada, waktu kelas 10 dulu aku pernah berpacaran dengan seniorku. Namanya Tokugawa Renji, dia seorang pemuda cerdas yang sangat menyukai seni menyusun lego. Suatu hari Renji-kun, aku biasa memanggilnya begitu, ia berniat mengkuti perlombaan menyusun Lego tahunan yang diadakan sebuah toko mainan, saat itu lomba berhadiah 100.000 ¥ untuk pemenang pertama. Cukup untuk membeli satu buah sepeda motor.


“Keiko-chan ayo ikut aku sebentar,” Dia mengajakku, menggandeng tanganku saat pulang sekolah. Masih mengenakan seragam Sailor-ku Renji-kun mengajakku pulang kerumahnya, dan sesampainya disana dengan semangat ia menarikku kekamarnya.


“Nee... bagaimana menurutmu Kei-chan?” Dengan bangganya Renji menunjukkan hasil karyanya yang ia letakkan dimeja belajar. Disamping tumpukkan buku dan lampu mejanya. Aku membuka mulutku lebar-lebar saat melihat patung Doraemon setinggi 12 inchi terpajang disana, patung yang terbuat dari Lego itu sangat sempurna!


“Araaaa! Sugeee!” Aku memekik kagum dan senang. Aku merasa bangga mempunyai kekasih sepertinya.


Terlalu senang aku berniat melihatnya dari dekat, tak sabar aku berlari kemeja belajar Renji. Tapi sial! Karpet bulu bodoh dikamar Renji sangat licin. “Kyaaaaaaahh! ‘Jduug’!” Aku tergelincir dan terjatuh tepat didepan mejanya, kepalaku terasa ngilu karena terantuk laci meja.


“Keiko-chan?!” Beruntung aku tidak menabrak Legonya, dapat kulihat wajah Renji tampak khawatir. Tapi aku tau dia tidak menghawatirkanku melainkan Legonya. Yah aku juga bersyukur, setidaknya aku tidak merusakkan hasil kerja kerasnya itu. “Ayo aku bantu,” Renji mengulurkan tangannya membantuku berdiri.


Tapi sepertinya nasib baik tidak berpihak padaku. Saat Renji menghampiriku, menarik tanganku membantuku berdiri lagi-lagi kakiku terpeleset sebelum tubuhku benar-benar seimbang. Tubuhku terjengkang, terjatuh kebelakang dan terantuk meja belajarnya. ‘BRAAAKK!’ “Ouuhh! Sial!” Umpatku dalam hati, bukan karena punggungku yang sakit. Tapi karena Lego Renji yang rusak karena tanganku menyenggolnya dengan keras. Dapat aku lihat Renji melebarkan mata dan mulutnya melihat kerja kerasnya selama satu bulan itu kuhancurkan hanya dengan hitungan detik. Dadaku berdetak keras merasa sangat bersalah dan takut, sekarang aku merasa jadi raksasa jahat yang diperintahkan Gorgom untuk menghancurkan gedung-gedung di Tokyo, seperti serial Kamen Rider kesukaan Kaitaro.


“FUJIWARAAA!” Aku memejamkan mata, tiba-tiba angin kencang karena kemarahan Renji berhembus kuat menerpa wajahku dan membuat rambutku yang waktu itu panjang berkibar berantakan. Oke maaf aku terlalu mendramatisir, tidak ada angin kencang seperti di Anime yang aku tonton saat Renji berteriak.


Kusso! Kusso! Kusso! Aku merutuki diriku sendiri menyadari kekacauan yang aku buat. Siaal! Baru aku sadar kalau kaus kaki-ku yang ternyata bermasalah, bukan karpet Renji. Aku pasrah kalau saja Renji menghukumku dengan cara menciumku lama, satu jam tanpa dilepaskan misalnya. Seperti Anime-anime Romance yang melibatkan Vampire yang cenderung bersifat Cool saat marah pada gadis yang disukainya. Karena jujur saja Renji belum pernah menciumku selama satu bulan kami berkencan.


“Pergi dari hadapanku Fujiwara!” 'Blaaaarrr!' A-a-apa? Apa aku tidak salah dengar? Tiba-tiba dadaku terasa sakit, seketika harapanku untuk memberikan First kissu dengannya hancur. Renji mengusirku saat itu juga. “Kita putus dan jangan pernah temui aku lagi!” Satu tambahan kalimat itu benar-benar membuatku ingin pingsan, ditambah tatapan Shinigami-nya yang seolah tengah menarik jiwaku keluar.


Lupakan Renji, sebagai wanita yang pantang menyerah aku kembali bangkit dari keterpurukan pasca kandasnya hubunganku dengannya. Tidak perlu waktu lama untuk kembali pada diriku yang periang dan penuh semangat, hanya dalam waktu dua minggu aku berhasil melupakan Renji. Kita ucapkan terima kasih banyak untuk pencipta lagu-lagu AKIHABARA 48 atau lebih akrab disebut AKB48, Yashushi Akimoto-san. Karena berkat lagu-lagu yang dinyanyikan dewi-dewinya yang tergabung di Idol Group AKB48, mereka berhasil memotivasiku untuk terus bangkit. Aku sangat suka dengan lagu First Rabbit yang salah satu liriknya berbunyi “Setiap terluka jadi makin dewasa, airmata mengalir dada trasa sakit. Meski begitu ku tetap takkan menyerah, ayo jadi kelinci yang pertama,”


Yaa... karena itu aku putuskan untuk kembali jatuh cinta, jatuh cinta pada teman seangkatanku. Kami beda kelas, namanya Kotegawa Konan. Dia pemuda yang cerdas dan sedikit pendiam, berkacamata tebal, bajunya rapi dan selalu membawa bekal dari rumah. Ya sebenarnya dia bukan tipeku jujur saja, meski dia bukan Nerd tapi tetap saja dia bukan tipeku. Tapi karena dia yang selalu aku temui saat makan siang diatas atap sekolah, dan membuat kami sering ngobrol bersama dan membuat kami semakin dekat. Yaaah dia cerdas, pengetahuannya luas, jauh diatasku. Entah sejak kapan aku jadi suka padanya, memang pada dasarnya aku suka pada pria yang cerdas, dan mampu mengimbangi obrolanku, lagipula dia juga tampan.


Tapi sepertinya dia bukan tipe gentleman yang berani mengungkapkan perasaannya pada seorang wanita, tapi aku yang pandai menerima sinyal langsung tau bahwa dia juga menyukaiku. Kurasa tidak buruk juga kalau aku yang menyatakan perasaanku duluan padanya, ya sudah aku putuskan untuk menembaknya.


Saat itu kami pulang sekolah bersama, berjalan berdua menuju stasiun kereta. Aku tidak menyiapkan apa-apa untuk memintanya jadi pacarku, hanya saja suasana sore itu sudah sangat mendukung. Musim gugur yang sejuk dengan kelopak Sakura yang berjatuhan sepanjang kami berjalan menambah kesan romantis, karena memang dipinggir jalan sengaja ditanami bunga berwarna merah muda dan putih itu.


Aku menggengam tangannya ragu-ragu, bisa dipastikan tanganku terasa dingin karena gugup. Sekilas ia melirikku kaget. Tapi saat tiba didekat pintu stasiun aku berhenti dibawah pohon Sakura, saat itulah kuberanikan diri untuk menyatakan perasaanku ditengah degup jantungku yang kurasa lebih dari satu jumlahnya, karena degupannya terlalu berisik. “Watashi wa Kotegawa-san no koto ga suki desu!” Aku ingat mengatakan itu padanya, aku mengatakan bahwa aku menyukainya. Saat itu dia hanya diam dan menatapku dengan menautkan kedua alisnya. Sepertinya aku akan ditolak kalau melihat ekpresinya semacam itu, kepalang basah aku harus menuntaskannya. “Tsukiatte kudasai!” Imbuhku menundukkan kepala, menekankan bahwa aku ingin dia jadi pacarku.


Entahlah aku tidak lagi melihat ekspresinya seperti apa, karena aku sibuk menyembunyikan degup jantungku dan wajahku yang tengah memanas dengan cara menatap sepasang sepatu hitamku. Aku sangat malu.


Beberapa saat kemudian aku merasakan kedua bahuku dipegang oleh tangan kekar seseorang. “Kau serius?” Astagaaaa... suaranya itu membuat jantungku semakin berdebar, aku tidak menjawab hanya mengangguk.


Sedetik kemudian dagu-ku diangkat dengan telapak kanannya, membuatku mau tak mau harus menatap wajahnya. Aaaaa... tampan! Kurasa hatiku meleleh setelah melihatnya tersenyum manis seperti itu, dan astaga! Astaga! Astagaaaa! Apa-apaan?! Apa yang akan dia lakukan dengan mendekatkan wajahnya padaku?


Untuk beberapa saat aku terdiam tak dapat bergerak, meski aku sangat gemetaran aku sangat siap, yah ini adalah waktunya. Aku yakin dia mau menciumku, jadi dia ingin langsung menjawab dengan ciumannya ya? Di depan banyak orang yang berlalu lalang dan seolah mengabaikan mereka? Waaaah... sangat romantis, ini sempurna! Sempurna seperti Anime Romance yang aku tonton musim panas tahun lalu. Bedanya mereka berciuman ditengah turunnya salju.



Dadaku semakin berdegup kencang saat hidung mancungnya menyentuh hidungku, tapi sial! Sial! Siaaaaal! Hidungku terasa gatal, sepertinya ada serangga terkutuk yang memang sengaja ingin menghancurkan momen bersejarahku ini.


Aku panik! Bibirnya semakin mendekati bibir tipisku, tapi hidungku sangat gatal! Aaaaaakkkk! Gataaal! Gatal! Aku ingin bersin!


“Haaaattchhii!” Selesai! Selesai sudah acara romantisku dengan pangeran tampanku Kotegawa Konan. Saat aku membuka mataku perlahan, aku lihat sorot matanya yang seolah tak percaya pada apa yang baru saja kulakukan. Dan yang lebih memalukan lagi, wajahnya basah karena ludahku yang tak sengaja membasahi wajah tampannya. Okay itu tidak banyak, cuma percikan kecil seperti embun. Tapi baiklah itu cukup menjijikan dan tidak sopan, dan yang super memalukan orang-orang disekitar kami sedang menertawai kami.


Konan tampak malu saat ia menoleh sekitar, semua orang tengah berbisik-bisik sambil tertawa geli menatapnya. Kemudian tatapannya beralih padaku yang mematung seperti orang bodoh, aku ketakutan. “Jangan temui aku lagi!” Ucapnya membentakku, kemudian pergi begitu saja kedalam stasiun, meninggalkan aku sendiri dibawah pohon Sakura dengan kelopak yang berguguran. Sepertinya dia sangat marah padaku.


Aku mendunduk lesu sambil berkata lirih. “Shikatanai,” Yah sudahlah. Apa boleh buat, rasanya memang sakit tapi tadi aku sudah terlalu membanting harga diriku rendah-rendah dengan menembaknya, aku masih punya rasa malu untuk tidak memohon dan mengejarnya.


Kalau ditanya apa aku menyerah, jawabannya tidak! Sudah kubilang aku ini gadis kuat yang pantang menyerah, lagipula aku mempunyai motivator-motivator hebat yang selalu membuatku bangun ketika terjatuh. Mau tau siapa motivatorku? Baiklah akan aku jawab, bisa dibilang semua lagu AKB48 yang aku dengarkan adalah motivator, Anime yang aku tonton adalah motivator. Yaaaah setidaknya aku akan malu pada Uzumaki Naruto kalau aku berhenti berjuang hanya karna Konan yang meninggalkanku. Aku benci padanya, begitu saja marah padaku. Berlebihan!


Baiklah masa lalu itu tidak untuk diingat, bisa dibilang aku sudah berhasil melupakan Konan seutuhnya. Sebenarnya aku tidak ingin jatuh cinta lagi, bukan karena trauma tapi aku hanya malas. Disekolahku sepertinya sudah tidak ada pria yang menarik. Tapi ditangah keputus asaanku aku melihat sekelebat bayangan pria tinggi dengan jas putih panjang, sepanjang lututnya. Pakaiannya mirip jas dokter, bedanya dia bukan masuk kedalam ruang kesehatan melainkan masuk keruang praktek Kimia.


Kalau tidak salah namanya Takimoto Tetsuya. Pemuda tampan yang pendiam, tubuhnya tinggi dan keren. Tinggiku yang 160cm ini mungkin hanya setinggi dadanya saja jika kami berdiri berdampingan. Setauku dia juga anggota penegak aturan sekolah, atau biasanya disebut anggota Osis.


Dia sangat menyukai sains terutama Kimia, semenjak kelas 11 Takimoto-san sudah berhasil membuat penawar racun Ular yang ampuh, membuat bahan pengawet yang lebih aman dari sebelumnya. Tapi sayang dia sedikit tertutup, bahkan dia juga jarang sekali bicara pada siswa lainnya, hidupnya disekolah hanya ia habiskan didalam Lab dan kegiatan pengurusan Osisnya.


Aku sedikit beruntung saat nilai Kimiaku dinyatakan gagal oleh Kodama-Sensei untuk syarat kenaikan kelasku ke kelas 11, karena itu aku diperintahkan Kodama-sensei untuk membuat laporan berdasarkan praktikum tambahan Kimiaku di Lab. Tentu saja aku bertemu dengan Takimoto didalam ruangan penuh dengan tabung-tabung reaksi dari yang besar sampai yang kecil itu. Awalnya dia acuh, tapi saat aku menjatuhkan tabung kecil berisi larutan kimia dia datang membantuku.


Hahaha... rasanya aku sangat ingin berterima kasih pada Guru wanitaku yang sedikit genit dan galak itu, berkatnya kini aku semakin dekat dengan Takimoto. Bahkan satu bulan setelah pertemuan kami, Takimoto mengungkapkan perasaannya padaku. Tentu saja dengan senang hati aku menerimanya, yah walau dia hampir setipe dengan Renji yang selalu berkutat dengan apa yang disukainya, setidaknya aku bisa mengurangi sifat cerobohku yang bisa saja menimbulkan kekacauan untuk orang lain.


Saat itu aku sudah duduk dikelas 11, pelajaran Kimiaku sedikit tertolong karena aku mempunyai kekasih seperti Takimoto. Meski aku sekarang jarang menemaninya di Lab, karena aku sekarang sibuk dengan klub basket puteri. Tapi itu semua tidak mengurangi kualitas hubungan kami yang tengah hangat. Dia tetap menyempatkan diri untuk mengakjakku berkencan dikala waktunya senggang, yah meski pembicaraan kami tidak jauh dari Nacl, Fecl, Ca, Na, Hcl dan lain-lain yang jujur saja aku tak terlalu paham.


Kabar baiknya dia akan mengajakku untuk melakukan praktik penemuan barunya, kami berencana membuat cairan penghapus kuteks dengan formula yang lebih lembut. Tidak berbau dan membuat kulit terasa terbakar. Tentu saja aku sangat antusias, aku berfikir ini adalah gaya pacaranku yang paling keren.


Senin pagi aku berangkat lebih awal, karena hari itu aku ada janji dengan Takimoto untuk mempraktekan semua rencana kita kemarin. Setelah memakai pakaian khusus Lab Kimia aku masuk kedalam, disana sudah ada Takimoto didepan meja prakteknya yang dipenuhi cairan warna-warni dengan asap yang mengepul dari tabung-tabungnya. Sepertinya dia sudah lama disini.


“Kei-chan, kau sudah datang,” Sapanya lembut.


“Tentu saja!” Jawabku penuh semangat, katanya dia sangat menyukaiku karena aku selalu bersemangat. Kemudian aku duduk disampingnya, menunggunya memintaku untuk melakukan sesuatu.


“Keiko-chan kau mau kan mengambilkanku cairan berwarna merah itu?” Tunjuknya pada rak kecil berisi banyak cairan berwarna-warni yang tidak berasap seperti didepan Takimoto.


“Baiklah,tentu saja bisa!” Aku langsung berdiri dengan bersemangat, mengambil cairan yang diminta oleh Takimoto.


“Jangan sampai salah ya,” katanya mengingatkanku, dan aku mendehem pertanda mengerti kemudian mengambil tabung berisi cairan merah itu.


Takimoto tampak sibuk dengan salah satu tabung agak besar berisi cairan hijau, sambil terus memasukkan cairan-cairan lain yang tidak aku mengerti itu apa. Bahkan saat aku sudah duduk disampingnya ia tampak tersenyum sendiri memandangi pekerjaannya itu.


“Sempurna!” Pekiknya senang saat cairan yang hijau tadi berubah menjadi bening tanpa warna. “Kemarikan warna merahnya,” Lanjutnya meminta dengan tangan terbuka kearahku, kemudian aku memberikannya. Aku senyum-senyum sendiri membayangkan ketika praktek ini berhasil, Takimoto pasti akan menciumku. Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa ciuman pertamaku akan terjadi di Lab Kimia ini. Dengan penuh percaya diri Takimoto meneteskan cairan merah itu ,setelah cairan itu menyatu kemudian reaksi yang mengejutkan terjadi.


‘DHHHUUUAAAARR!’


Cairan itu meledak membentuk gumpalan asap hitam yang sangat pekat dan bau, bahkan aku merasa berada didalam kegelapan selama beberapa menit.


“Uhuk! Uhuk! Uhuk!” Kami terbatuk-batuk karena asap itu berbau sangat menyengat, aku berharap tidak mati karena menghirupnya.


Saat perlahan asap menghilang, samar-samar aku mendapati kekasihku Takimoto tengah terbatuk-batuk menutup mulutnya. Yang lebih mengejutkan lagi, wajahnya hitam, rambutnya berdiri keatas persis sekali seperti korban sengatan listrik. Dan aku yakin, keadaanku tak jauh beda dengannya karena saat aku melihat pakaianku warnanya juga hitam sama seperti Takimoto.


“Uhuk! Uhuk! Cairan apa yang kau berikan padaku Keiko?!” Tanyanya sambil menyipitkan matanya menahan asap yang bisa saja membuat mata kami sakit.


“Eh... i-in-ini,” Takut-takut aku memberikan tabung cairan yang aku bawa tadi, kebetulan masih tersisa sedikit cairannya dan kemudian Takimoto memeriksanya.


Mata dan mulutnya melebar kaget. “KUBILANG WARNA MERAH BUKAN KUNING KEIKOOO!” Sempurna! Teriakannya barusan menyempurnkan rambutku yang acak-acakan berdiri keatas semakin mengembang.


Aaaah... saat itu juga aku ingin menangis, aku sudah mengecewakan kekasihku yang paling keren. Tapi kalau aku menangis wajahku pasti semakin aneh, “Ma-maafkan aku Takimoto-kun!” Sesalku dengan wajah yang aku buat mirip anak kucing yang minta dikasihani. Ya itu memang salahku, karena terlalu bersemangat aku jadi tidak terlalu memperhatikan warnanya. Dasar bodooh! Aku bodoh!


Takimoto yang terlanjur kecewa padaku hanya diam, dia sama sekali tidak mau menatapku. Lalu tanpa nanti-nanti dia mengusirku. “Tinggalkan aku sendiri dan jangan pernah menemuiku lagi!”


Nee... tragis bukan kisah cintaku? Kurasa semua orang ingin memelukku saat tau kisahku ini. Lantas apa aku menyerah? Jawabannya tidak. Setuju kan kalau aku ini gadis yang kuat?


"Keiko, pelan sedikit nanti kau tersedak!" Aku tau, meski Ibu seorang yang cerewet dia sangat perhatian padaku.


Dengan mulutku yang masih penuh aku menjawab. "Um Aku teburu-buru Ibu, aku harus cepat."


"Tapi bukannya kau sudah mulai li-"


"Gochiso-sama desu!" Potongku menandakan aku sudah selesai makan, sebelum Ayah meneruskan kalimatnya.


Ayah terlihat menautkan dua alisnya heran melihatku.


Lalu saat aku melihat jam didinding dapur sudah menunjukkan pukul 08.02, aku segera meminum Ocha dari cangkir keramik yang disiapkan Ibu. Kemudian bergegas setelah terburu-buru berpamitan dengan Ayah dan Ibu. Karena jam sekolahku akan dimulai 30 menit lagi.


"Chotto Keiko-chan!" Teriak Ibu saat aku berlari dengan cepat, sepertinya ada yang ingin disampaikannya. Tapi ku abaikan karena aku harus cepat sampai kesekolah.


つづく​
 
Di up lagi biar cepet apdet, udah ga sabar dari sisi sis violettt....

Haloo udah update kok^^ baca yaa...

Untuk masta dan sista penulis, ane luncurin :cendol: +5 atas karyanya yang luar biasa ini.

:semangat:

Yeee blm juga nulis udh dkasih cendol... btw makasih yaa...
udah rilia betulan yg punya saya. hehehe

punya sis vio mana ya???

kok bolak balik ga nemu???

Haaii... maaf baru update kok^^


Numpang nimbrung ya suhu,,:ngeteh: mariii ngopi dlu

silahkaaan ^^
:kangen: Keiko...
mau kah kenalan dengan ku
:kk:

Keiko : "Pulsa dulu dong" *cabe2an mode on :v
 
:semangat: Go go go Next Fahmi mode :)
stay tuned.
 
Ternyata AKB48 yah, motivatornya..:sendirian:

:bingung:suka yg cerdas..mmhh iq 2 digit ane, kyaknya hrus d apgrade dlu nih. Dngan cara les private ama ibu guru kimianya Keiko... :haha:

#maaf sistVio kbiasaan d cerpan emang susah d ilangin nie..:ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd