Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MENGEJAR SHINKANSEN [by Arczre + Nona Violet] [TAMAT]

Bimabet
Hehehehe krain kyak jdulnya jga updatetannya kwekkwekwqkekwkek
 
Maaf saya agak sibuk, bisa kok update tapi ga cepet yah maaf ^^
Kan ga enak liburan didepan kompi terus, ya sesekali harus kumpul keluarga, memperbanyak ibadah, bantu2 Okaasan masak. Ini sambil dicicil kok nulisnya, ttp sabar ya kakak2 semuanya^^. semangat puasanya....
 
Baru mau komen duluan baru baca, ternyata sis suhu lagi sibuk... Dtunggu sis...
 
:)
makan sahur pake redang ala jepangnya Keiko
mantrraaaap:thumbup
 
Terakhir diubah:
Jadi inget jaman dulu waktu doyan jepang"an.. Walaupun sampe skarang masih doyan cuma udah ga sempet waktunya...
 
Sabar yah guys, sedang dipercepat. Nona Vionya sibuk bantu2 mamanya jadi cuma malem aja kesempatan buat online. Ntar habis Nona Vio langsung ane bales update dari ane.
 
Well masih proses kayaknya. Btw yg terakhir belum masuk index, bang Arc

:semangat:
 
Beidewei,. Apakah memang disetting harus bergantian yah POVnya ganArc?? Maaf lho brada..:ampun:
 
Beidewei,. Apakah memang disetting harus bergantian yah POVnya ganArc?? Maaf lho brada..:ampun:

Yep emang gantian. Apa yang ditulis ama masing2 penulis menentukan cerita berikutnya. :)
 
Yep emang gantian. Apa yang ditulis ama masing2 penulis menentukan cerita berikutnya. :)

i see, brarti setiap apdetan satu author menentukan langkah apdetan author yg lainnya.. Atwa Lebih simplenya berjalan beriringan..:D

#berarti ganArc blum mempersiapkan chapt2 Fahmi selanjutnya dong?? Alias harus mndadak bkin stiap chaptnya..:jempol:
 
bisa dibilang begitu. Chapter yang akan datang belum ane tulis.
 
Bimabet
CHATING WITH YOU


Aku menuntun sepeda melewati kompleks perumahan sederhanaku, sepanjang jalan melewati tiang yang dipenuhi kabel listrik dan telephone beserta tembok-tembok tinggi pembatas gang satu dengan yang lainnya. Dengan dress rumahan musim panas tanpa lengan berwarna putih diatas lutut aku berjalan santai mengikuti bayangan pohon menghindari panas. Sesekali pandanganku kuarahkan kelangit yang amat biru, angin sepoi kadang membelai rambut dan pakaianku membuatnya berkibar halus. Beberapa kali juga aku berpapasan dengan tetanggaku yang lewat entah mau kemana


Udara hari ini sangat panas,... yeaaa memang sudah memasuki musim panas! Bisa dikatakan aku suka dan tidak suka. Kenapa? Ya karena aku tidak terlalu suka cuaca yang sangat panas dan waktu siang hari yang lama, Matahari akan terbit pukul 04.00 dan akan tenggelam pada pukul 19.00 nanti. Selain itu bisa saja hujan turun tiba-tiba, SIGH! Merepotkan bukan!


Sebenarnya diluar itu banyak hal yang aku sukai saat musim panas, tentu saja bukan udaranya. tapi karena akan banyak festival dimusim yang akan berlangsung selama kurang lebih sekitar 3 bulan ini. Kembang api, Lampu lampion, Yukata yang cantik, makanan enak, keramaian dan kegilaan kami para muda-mudi dimalam meriah yang hanya datang satu tahun sekali. Aku hanya menunggu hal-hal mengasyikan itu. Tapi itu masih nanti sekitar bulan Agustus, meski begitu aku tetap antusias untuk menantikannya.


Yaahh... meski masih sangat lama karena harus menunggu sekitar 3 minggu lagi. Kurasa satu minggu ini semua orang sedang sibuk berlibur kepantai, kerumah kerabat dekat seperti yang dilakukan Ayah dan Ibuku, begitu juga dengan Momoko satu-satunya teman yang aku punya. Aku sangat kesepian, itu pasti.


Aku mengembungkan pipiku agak lelah, menyempatkan diri menatap keranjang sepedaku yang penuh dengan bahan-bahan makanan yang mungkin cukup untuk persediaan selama Ibu tidak dirumah. Bisa dikatakan belanjaanku kali ini sangat banyak. Daging sapi, Ayam, Ikan tuna, Wortel, seledri, sayur-sayuran hijau dan buah. Aku berbelanja selengkap mungkin, karena aku tidak mau selama Ibu pergi aku akan kehilangan banyak gizi karena hanya disediakan mie ramen instan. Sepertinya ibu sangat terburu-buru saat pergi, karena tidak biasanya Ibu pergi meninggalkanku dengan kulkas yang kosong.


Ngomong-ngomong soal belanja, bukannya aku tadi berbelanja karena seorang pemuda yang baru saja aku kenal dari Facebook? Oh iyaaa.... jejaring sosial yang tidak terlalu aku pahami itu, disana aku bertemu seorang pemuda bernama Fahmi yang berasal dari Indonesia.



Hmm... aku tersenyum tipis mengingatnya, sebenarnya dia tidak terlalu istimewa, bahkan saat kami bertatap muka dengan video cam, penampilannya tak jauh beda dengan yang ada di photo profile facebooknya. Nerd. Tapi entah kenapa mau-maunya aku rela berbelanja kepasar hanya untuk masak sesuatu yang tidak pernah aku kenal sebelumnya. Satu lagi, aku kurang suka berada didapur untuk masak, dan sebelumnya hanya Daichi satu-satunya orang yang membuatku mau memasak didapur. Dan kali ini Fahmi, ummm... aku melirik keatas langit biru, aku benar-benar tidak paham kenapa aku mau!


Memang sih ada sesuatu yang membuatnya menarik, Fahmi seorang otaku addict, hampir semua Anime yang disebutkannya aku suka, walau hanya sebentar berbicara dengannya kurasa dia pemuda yang smart, pengetahuannya luas mampu mengimbangiku. Dan itu menarik.


Aku melembutkan tatapanku, menatap pada jalanan didepan tanpa menurunkan lengkungan dibibirku saat mengingat sesuatu tentang Fahmi. Jujur saja dia bukan hanya menarik karena kami sehobi, tapi senyumannya itu.... sangat mirip dengan Daichi, bahkan saat ia memasak, aku seperti melihat Daichi ada dalam dirinya. Sampai-sampai aku harus pergi sebentar untuk menyembunyikan tangisanku menghindari senyumannya, karena setiap melihatnya aku jadi teringat Daichi, Daichi seperti menjelma didalam diri pemuda itu. Beberapa kali pula aku tidak sanggup menahan airmataku didepannya, dan hasilnya Fahmi menanyaiku kenapa aku menangis. Hh... tidak mungkin kan aku mengatakannya pada orang asing, lagipula aku sangat malu.


Ngomong-ngomong soal masak, seharusnya aku harus cepat sampai dirumah, aku hampir lupa kalau tadi Fahmi bilang tidak akan mematikan videonya. Kyaaaaaahh! Aku menggeleng cepat, aku pergi hampir 2 jam lamanya, pasti dia bosan dan mematikan salurannya. Entah kenapa aku tidak rela kalau saja Fahmi memutus sambungannya, cepat-cepat aku menaiki sepedaku, mengayuhnya terburu-buru hanya untuk menemuinya dilayar monitor.


Setelah sampa didepan rumah, aku memakirkan sepedaku. Lalu mengambil 3 bungkusan belanjaanku dikantung plastik besar dan membawanya masuk kedalam rumah. Cepat-cepat aku melepas sendal jepitku, menaruhnya di rak sepatu yang ada didepan pintu rumah kemudian berlari kedapur meletakkan semua belanjaanku diatas meja dekat kompor listrik.


Aku terburu-buru berlari kekamarku tak sabar segera membuka pintu dan duduk didepan monitor diatas meja belajar. Syukurlah... aku tersenyum lega ternyata Fahmi masih ada disana, entah kenapa aku merasa selega itu melihat pemuda yang belum pernah aku temui secara langsung itu masih menungguku disana sampai ketiduran. Hei! Iya! Lihatlah dia tidur dimeja makannya, melipat kedua tangannya diatas meja dan memakainya untuk bantal. Disamping kanannya ada piring kotor dengan bekas masakannya tadi, sepertinya dia ketiduran setelah makan.


Hhhh... aku menurunkan kedua alisku, merasa bersalah telah membuatnya menunggu sampai lelah seperti itu. Kemudian tanganku terangkat, menyentuh pelan wajah Fahmi yang tidur dengan tenangnya disana melalui layar monitorku. Aku tersenyum sambil terus memandangi wajah lucunya, umm... tidak keren sih. Tapi juga tak seburuk itu, malahan Fahmi terlihat sangat manis, smart dengan kacamata berbingkai hitamnya. Aku yakin kalau saja dia mau mengganti model rambutnya yang seperti Nobita itu jadi lebih kekinian, pasti gadis-gadis dijepang juga akan berebut untuk kencan dengannya.



‘Krrruuuukkk....krruuukkk...’


“Oh!” aku membuka mulutku membentuk huruf O kecil, memegang perutku yang agak bersik. Yah sepertinya ia sedang protes ingin segera diisi. Tapi aku hanya punya ramen instan, ah aku bosaaan.


Kemudian aku menopang kepalaku dengan tangan kiri, bibirku terkuncir seperti pantat ayam sebal, entah aku tidak tau sebal pada siapa. Hanya saja moodku selalu suka berubah jadi buruk kalau aku sudah lapar. Aaaarrrggghhh iya aku sangat lapar! Sedangkan mentorku yang sudah berjanji mau mengajariku memasak nendang, um mendar, ah bukan! Redam! Uugghh! Aku lupa! Mengacak rambutku mungkin akan membuatku ingat, apa ya? Kembang? Rendang! Iya itu! Aahhh! Tapi dia malah tidur dengan pulasnya. Tapi ini juga salahku kan... aku jadi sewot dengan sendirinya.


Hhhh... baiklah, aku menegakkan dudukku, sebaiknya kubangunkan saja dia. Lagipula dia harus bertanggung jawab kan karena sudah membuatku ingin mencoba masakannya. Aku mendekatkan wajahku dimonitor agar dia bisa mendengar suaraku, seolah dia benar-benar ada didepanku, meski kurasa itu tidak terlalu berpengaruh. “Umm... Fahmi-san? Haloooo?” tidak ada sahutan.


Aku menaikan sudut bibirku kebingungan, apa iya Fahmi-san tidak mendengar suaraku? Aku hampir menyerah kalau berurusan dengan membangunkan seorang lelaki, kurasa mereka itu makhluk yang mempunyai kutukan susah dibangunkan jika sedang tidur. Ayah juga begitu setauku, sampai Ibu yang agak cerewet tingkat kecerewetannya berlipat menjadi 100% kalau berurusan dengan kegiatan membangunkan Ayah.


Umm... aku masih ragu mau membangunkannya lagi, tapi kalau dia tertidur seperti itu apa tidak capek? Baiklah sebaiknya kubangunkan saja lagi. “Okinasaaaaaiiii! Okinasaaaaiii!” teriakku dengan suara khas melengking milikku yang pasti sangat mengganggunya, hihi... suara gadis jepang memang seperti itu kan. Ya seperti yang aku duga, Fahmi langsung mengangkat kepalanya, mengerjapkan matanya kemudian membuka kacamatanya dan mengucek matanya untuk mempercepat proses cahaya yang masuk kedalam matanya, setelah itu dia memakai lagi kacamatanya dan menatap kearahku.


“Huaaaaaa!” Fahmi berteriak melonjak kaget dan hampir saja terjengkang kebelakang, sepertinya dia sangat kaget melihatku. Aku memasang wajah tak mengerti melihat Fahmi bertingkah seperti melihat hantu, memangnya ada yang aneh denganku?


“Ne? Kau kenapa Fahmi-san?” tanyaku mendekat kelayar monitor dengan wajah polos. Dan sepertinya Fahmi sudah kembali normal karena dia tersenyum, meski senyumannya agak ambigu tapi dia pasti tau itu aku.


“Ehehehe... gomenne Keiko-chan,” ucapnya dilayar monitorku sambil menggaruk kepalanya. Aku tau senyumannya itu dibuat-buat. Pasti dia malu tertangkap sedang tertidur.


“Huhfh!” sedangkan aku memilih memalingkan wajahku, menggembungkan pipi, melipat kedua tanganku didada memasang wajah sejutek mungkin agar dia merasa bersalah. Hahaha... aku hanya ingin menjahilinya.


“Maaf Keiko-chan aku ketiduran, apa kau marah?” aku hanya meliriknya sekilas, dari suaranya Fahmi sepertinya merasa sangat bersalah, bahkan ekpresi wajahnya yang sekilas nampak itu dia benar-benar berharap aku memaafknnya.


“Memangnya kalau aku memaafkanmu apa imbalannya?” jawabku masih pura-pura marah.


“Aa... bagaimana kalau memasak, iya aku mau menemanimu memasak,” jawab Fahmi sambil membetulkan letak kacamatanya yang tidak kenapa-napa. Itu hanya untuk mengalihkan rasa canggungnya, aku tau itu.


Aku memutar kepalaku, melihat ekspresi Fahmi yang masih tampak tegang. Aaahhaha.. tidak keren, tapi lucu, padahal kaus yang dipakainya keren, kaus berwarna putih dengan gambar GAT-303 AGEIS, salah satu karakter robot gagah berwarna merah dari Anime Gundam Seed. Hahaha! Tidak tega juga melihatnya seperti itu. Aku bukan tipe gadis yang suka menyiksa seorang pria dengan sifat bagai tuan putri hanya untuk membuktikan apa kita terlalu penting untuknya, pria tidak untuk diperlakukan seperti itu kan.


“Keiko-chan??” aku ingin tertawa melihat ekspresinya yang seperti itu, sekarang Fahmi malah menatapku dengan sorot mata memohon, persis seperti mata anak kucing yang berharap dirawat olehku. Hahaha... kawaaiii...


“Umm... “ aku menaikan salah satu alisku, berulah seolah-olah berfikir. Padahal aku sudah tidak tega membuatnya khawatir seperti itu. “Nee... baiklah mari kita memasak!” aku tersenyum selebar mungkin memamerkan gigi kelinciku sambil mengangkat jempol kananku didepan monitor, dan saat itu juga aku melihat Fahmi seperti menghembuskan nafas lega. Hehehe... memangnya setakut itukah Fahmi kalau aku sampai marah, padahalkan aku yang seharusnya salah karena terlalu lama berbelanja.


“Yokatta Keiko-chan,” ucapnya bersyukur.


“Hahahaha... kau lucu sekali, padahalkan aku hanya pura-pura marah. Kenapa wajahmu tegang seperti itu? Wleee....”


“E-em-ah. Keiko-chan kau tega sekali. Padahalkan aku sangat khawatir,” jawabnya agak gagap.


“Hihihihi... seharusnya aku yang meminta maaf karena membuatmu menunggu. Aku sangat lama mencari bahan makanan dan beberapa rempah, kau tau rempah yang ada diresepmu itu sangat susah disini. Aku harus mencarinya ditoko SUKA-SUKA, toko bahan makanan orang Indonesia yang ada disini.” Terangku padanya, tapi Fahmi hanya menatapku tak berkedip. Aku yakin dia tidak paham betul apa yang aku katakan!


“Nee... Fahmi-san kau mendengarku?” ujarku kemudian, membuyarkan tatapannya padaku. Memangnya kenapa dia harus menatapku seperti itu.


“A-eh, i-iya tentu saja,”


Aku memiringkan kepalaku menatapnya, “Ada apa?” jujur saja aku penasaran kenapa Fahmi-san bersikap seperti itu.


“Tidak, hanya saja aku baru tau ditempatmu ada toko yang seperti itu,” jawabnya, lagi-lagi tersenyum memasang wajah salah tingkah.


“Hihi... tentu saja, aku sering kesana membeli Indomie goreng, keripik singkong Q-tela.” Terangku. Iya memang akhir-akhir ini teman-temanku disekolah sedang menyukai produk mie instan dan keripik renyah berbumbu itu.


“Oh ya?! Kau suka?” tanyanya lagi terlihat antusias.


“Tentu saja, teman-temanku yang memberitahuku. Mereka sangat suka makanan itu dan produk itu sudah sangat terkenal disini,”


“Oh ya? Kalau begitu kau juga tau bir Bintang? Beberapa kali produk itu muncul di Anime,”


“Iya tentu saja,”


“Kau meminumnya juga?”


“Eeee... tidak-tidak! Aku belum 20 tahun, itu dilarang.”


“Hahahahaha.... aku kira kau meminumnya juga,”


“Haaaah... sudahlah, jadi kapan kita akan memulai memasak?” ujarku tak sabar. Karena cacing-cacing didalam perutku sudah sangat ingin diberi makan.


“Hehehhe... maaf, maaf. Ayo kita mulai memasak!” Fahmi nampak tersenyum lebar bersemangat, dan saat itu pula bayangan Daichi terlintas disana. Hatiku terasa agak pedih dan kurasa wajahku berubah agak sendu, bukan karena Fahmi jahat kepadaku. Aku hanya teringat Daichi. “Ne Keiko-chan? Kenapa kau diam, apa aku salah?” tanya Fahmi khawatir.


Aku membalasnya dengan tersenyum sehappy mungkin, “Hehehhe... tidak, hanya saja pipimu basah. Kau ngiler ya tadi? Hahahahaha!” godaku dan langsung membuatnya salah tingkah.


“Heeeeeee! Tidak mungkin, mana-mana-mana!”


“Ahahahahaahha!” Aku tertawa puas melihat Fahmi-san mengusap cepat kedua pipinya, sepertinya aku berhasil lagi menjahilinya.


“Keiko-chan, kau sengaja ya menjahiliku?”


“Ahahahhaa... maaf-maaf, habisnya kau rucu sekali,” jawabku mencoba menggunakan bahasa Indonesia yang sedikit aku tau.


“Rucu katamu? Bilang lucu saja kau tidak bisa, beraninya menjahliku,” ujar Fahmi agak sewot, mengomentari bahasaku yang mungkin aneh, aku hanya tertawa melihatnya seperti itu. Ya memang lidah kami orang jepang sangat susah untuk menyebut huruf L, mungkin bukan susah, hanya saja memang tidak ada huruf L, kami menyebutnya R. Misal LOVE, aku akan membacanya Rabu. Bukan hanya itu saja, kami juga kesulitan membaca huruf F/V, kami akan membacanya menjadi B. Hihihi...


“Hehehehhe.... kalau begitu ayo kita memasaaaak!” kemudian aku berdiri, mengangkat laptop hitamku sambil terus menyorot wajahku dan membawanya kedapur. Fahmi-san tidak terlalu berani tegas menatapku saat kami terdiam, dia selalu terlihat salah tingkah dan beberapa kali menyembunyikan wajahnya pura-pura sibuk dengan keyboard laptopnya. Hihhi... lucu...


Tidak perlu waktu yang lama untuk sampai kedapur, mungkin hanya sekitar 30 detik. Setelah sampai disana aku meletakkan laptopku dimeja panjang mirip meja bar, tempat dimana biasanya Ibu meletakkan masakannya yang sudah matang.


Setelah itu aku memakai Apron bergambar bunga-bunga Sakura milik Ibu yang kuambil dari laci didepanku. Tersenyum kepada Fahmi-san yang berani menatapku. “Nee... aku sudah siap! Apa yang harus aku lakukan Fahmi-san?” tanyaku berkacak pinggang sembari memamerkan penampilanku dengan apron.


“Etoo... kau terlihat cantik,” jawabnya. Seperti sadar dan tidak sadar, aku bisa melihat dari gesture-nya. Sepertinya Fahmi-san tidak sungguh-sungguh memperhatikanku! Menyebalkan!


“Nani? Aku tanya apa yang harus aku lakukan! Bukan bagaimana penampilanku,” jawabku agak sewot.


“A-ano... maaf Keiko-chan, kau terlalu cantik. Jadi... aku... sedari tadi hanya menatapmu, hehehe... maaf.” Oh Kamisama! Apa yang Fahmi-san katakan? Apa dia sedang merayuku. Entahlah apa itu namanya, kalau hanya untuk membuatku senang kurasa ia sangat berhasil. Pipiku memanas dan aku tau, pasti wajahku sudah seperti udang rebus.


“A-apa yang kau katakan?! Dasar pria,” balasku memalingkan wajah pura-pura sebal. Sebagai seorang wanita aku harus menjaga sikap, meski aku senang dan tersanjung karenanya pura-pura sebal itu seperti suatu kewajiban bagi seorang wanita agar tidak disebut murahan. Kita harus sok jual mahal.


“Aku serius Keiko-chan,” balasnya lagi membuat jantungku berdebar, apalagi ditambah senyumanya itu. Aaaaaa.... Fahmi-san aku sangat berharap kau merubah rambut tidak kerenmu itu.


“A-a su-sudahlah, aku sangat lapar ayo ajari aku memasak Rentdung!” jawabku berbalik membelakanginya, mengeluarkan semua belanjaanku dan menyembunyikan wajahku yang memerah.


“hehe.. baiklah, jadi apa saja yang sudah kau beli?”


“Tentu saja daging sapi, tidak banyak hanya ½ kilo.”


“Masakan ini awet jadi tidak apa-apa kalau kau mau memasak banyak,”


“Tapi lama apa tidak? Aku sudah lapar Fahmi-san,” rengeku manja.


“umm... kalau begitu ambil saja ¼ nya,”


“Baiklah kalau begitu! Semangaaaaattt!” aku berteriak menyemangati diriku sendiri diikuti Fahmi-san yang juga nampak bersemangat sekali.


Fahmi-san mengajariku memasak, dari mulai mencuci daging sampai proses akhir. Bahkan karenanya aku bisa lebih banyak tau soal nama-nama bumbu yang agak asing untukku. Maklum saja semua masakan Jepang memakai bumbu yang hampir sama setiap masakannya, karena kami biasanya membeli bumbu kemasan dalam botol tanpa harus repot meraciknya sendiri. Sejauh ini aku merasa sangat enjoy memasak makanan yang mulai harum diwajan yang aku aduk-aduk ini, bahkan walau badanku bau asap dan sedikit kepanasan itu tak lantas membuatku merasa terbebani seperti saat masak bersama Ibu. Rasa ini sama seperti saat aku memasak dengan Daichi. Aku merasa senang dan tidak ada rasa terpaksa.


Setelah sekitar 30 menit masakan yang pada tahun 2011 lalu dinobatkan sebagai makanan terlezat didunia nomor satu itu sudah tercium aroma yang sangat sedap. Ya, kata Fahmi makanan bernama Rendang ini memang makanan terlezat didunia, hehe... Fahmi-san tau saja ya. Tapi sepertinya dia serius, baru mencium aromnya saja aku sudah sangat lapar.


“Keiko-chan... coba sedikit bumbunya, jangan sampai asin,” ujar Fahmi-san yang masih setia menungguiku memasak. Sepertinya dia sedang meremehkanku, haaah... sama seperti Ibu selalu khawatir jika aku yang memasak.


“Huh?” aku yang membelakanginya berbalik kearahnya, memiringkan kepalaku dan bertanya, “memangnya tidak apa-apa kalau aku mencicipinya, padahal belum matang.”


”Hanya bumbunya tidak masalah,” jawab Fahmi-san meyakinkanku.


Setelah yakin akhirnya aku mengambil sedikit bumbu berwarna cokelat itu dan menggunakan sendok kecil, setelah kutiup agar uap panasnya hilang aku segera memakan masakan perdanaku ini. “Ummmmm.....” mataku melebar, “Oishiiiii!” ucapku dengan penuh ketidak percayaan. Seumur-umur aku belum pernah masak selezat ini, dan aku berani bertaruh kalau Ibu tau masakanku seenak ini pasti Ibu akan memberikanku penghargaan besar dan menuruti semua mauku. Hahahaha...


“Bagaiana Keiko-chan? Enak?”


“Waaaah.... ini enak sekali! Aku hebaaat! Yaaayyy! Hebaaaat!” aku berlonjak kegirangan seperti anak kecil mendapatkan permen. Sedangkan Daichi, um maksudku Fahmi-san tersenyum lebar dengan mata tertutup. Aku menghentikan tingkah kekanakanku dan beralih memperhatikannya yang masih tersenyum begitu, dadaku berdebar melihat senyumnya sama seperti Daichi.


Kemudian Fahmi-san menghentikan senyumannya padaku, mungkin dia sadar aku sedang menatapnya. Kami saling bertatapan dengan senyum canggung, aku juga tidak tau apa yang harus aku lakukan untuk mencairkan suasana awkward ini.


“Um, eh, em aku akan mengambil nasi. Aku sudah sangat lapar,” ucapku. Yaaah sepertinya aku berhasil membuat suasana ini agak mencair.


“Oh, i-ya silahkan,” jawab Fahmi-san menggaruk pipinya sambil tersenyum dan membiarkanku berbalik menyiapkan nasi untuk aku makan nanti.


“Jadi Fahmi-san harus berapa lama lagi aku menunggu masakanku ini matang?” tanyaku kemudian. Lalu membawa semangkuk nasi dan duduk didepan Laptopku yang masih menampilkan seorang pemuda dari Indonesia yang baru aku kenal beberapa hari yang lalu.


“Eh... itu, mungkin satu jam lagi,”


“Apaaa?! Satu jam lagi, yang benar saja? Aku sangat lapar Fahmi-san!”


“Ehehehehehe.... maaf aku lupa bilang kalau masak rendang memang membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama.” Terangnya. Lagi-lagi menggaruk pipinya yang pasti tidak gatal sama sekali. MENYEBALKAN!


MENGEJAR SHINKANSEN


“Nee... jadi bagaimana caranya kau melarikan diri dari gadis itu?” tanyaku pada Fahmi-san yang masih betah mengobrol denganku didapur melalui Web Cam. Fahmi-san menceritakan tentang event cosplay dikotanya, dia pergi kesana bersama temannya dan ingin berkenalan dengan seorang gadis Cosplayer yang ternyata mempunyai dendam pribadi dengannya. Fahmi-san dikejar, dan mungkin akan dihajar gadis itu. Hahaha... membayangkannya saja aku mau tertawa.


“Umm... kalau soal melarikan diri.... aku hebat soal itu!” jawabnya sedikit sombong.


“Huaaaah... aku yakin kau juga sering melarikan diri dari sekolah, hahahah!”


“Tidak pernah, aku kan murid paling disiplin,”


“Oh ya? Kudengar Indonesia bermasalah tentang kedisiplinan?” tukasku lagi. Sambil menyantap Ramen instan dari cupnya, yah karena Rendangku masih lama matangnya jadi kuputuskan untuk memakan ramen saja. Aku sudah tidak tahan lagi menahan lapar yang teramat sangat, toh rasa ramen ini juga sangat lezat, gurih dan sedikit pedas.


“Itu hanya beberapa saja, hehehe....”


“Oh ya?” jawabku mengangkat satu alisku tak percaya. Tapi belum sempat Fahmi-san menjawab pertanyaanku ponsel disampingku berbunyi. Setelah meminta ijin pada Fahmi-san untuk membaca pesan yang masuk aku membaca pesan yang berasal dari Kunieda Jung.


Pesan yang sedikit mengagetkan dari teman sekolah seangkatanku itu membuatku membuka mulutku tak percaya. Kunieda Jung, pemuda blasteran Jepang-Korea yang baru saja pindah beberapa bulan yang lalu, pemuda yang akhir-akhir ini menjadi topik hangat dikalangan siswi disekolah, pemuda yang langsung membuat pamor Daiki menurun, mengirimkan email singkat yang isinya ajakan untuk pergi ke Aquarium dan pergi ke kafe. Apa artinya ini sebuah ajakan kencan?


“Kenapa Keiko-chan?” suara Fahmi-san membuyarkan lamunanku tentang pemuda yang selalu menguncir rambutnya yang sedikit panjang itu kebelakang.


“A-ti-tidak apa-apa,” jawabku gugup. “Umm... Fahmi-san baterai Laptopku sebentar lagi habis. Bagaimana kalau kita matikan saja dulu, lagipula masakanku masih lama, kita bicara lagi nanti. Boleh?” entah kenapa aku merasa sangat senang sekaligus ragu dengan tawaran Jung-san, sampai-sampai Fahmi-san yang kurasa sangat istimewa beberapa jam yang lalu ini menjadi tak menarik lagi.


Ummm... mungkin aku terlalu jahat? Bukan maksudku begitu, tapi wanita manapun akan tergoda oleh pesona Kunieda Jung yang mempunyai tatapan tajam dan pesona bak pangeran-pangeran Vampire yang ada didalam Anime yang kutonton.


“Yaaah... begitu ya? Baiklah, aku juga harus mandi,” jawab Fahmi-san dengan wajah yang terlihat kecewa. Tapi bagaimanapun aku tidak mau kehilangan kesempatan lagi untuk mengenal pria lain selain Daichi.


Aku tersenyum canggung menanggapi Fahmi-san, “sampai jumpa lagi yaaa....” ucapku padanya. Dan beberapa detik kemudian Fahmi-san mematikan sambungan Web Camnya. Well... aku menghela nafas berat, aku benar-benar tidak enak hati. Tapi sudah kubilang ini kesempatanku untuk dekat dengan pria lain.


Aku memutuskan untuk membalas pesan Jung padaku, aku langsung bilang iya padanya. Tidak perlu kupusingkan darimana dia dapat alamat emailku karena aku yakin teman-teman basketnya semua mengenalku. Yah... aku menerima ajakan kencan Jung-san, kali ini aku akan mempersiapkan diriku sebaik mungkin. Semua kecerobohanku harus aku hilangkan. Yaaaaayyy! Semangaaattt!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd