Bagian Penutup: Berkah bagi warga Desa.
...
Keesokan malamnya, Kaia ditemani Kakek dan neneknya mendatangi balai adat ternyata sudah banyak warga yang hadir ingin mendengar keputusan dari ketua adat malam itu. Saat semua sudah berkumpul, sidang dimulai oleh Ketua adat.
"Hadirin yang saya hormati, seperti yang kita ketahui desa ini jarang sekali terjadi konflik, biasanya aman dan rukun saja. Mungkin karena kita manusia jadi kadang ada saja permasalahan yang disebabkan hal-hal kecil, nah oleh sebab itu agar permasalahan tidak melebar dan jadi panjang. Malam ini kita selesaikan disini. Kita mulai dari Bu Tuti dulu, apa alasan Ibu menyerang Kaia saat itu?" Ucap Mbah Sukun dengan bijaksana.
"Gini mbah, saya tidak terima Kaia menggoda suami saya, sehingga setelah malam ritual itu, suami saya sibuk memikirkan Kaia dan tidak bernafsu lagi sama istrinya lagi, jadi saya minta Kaia pergi dari desa ini" Ujar Bu Tuti
"Fitnah itu!" Teriak Sinta
"Iya fitnah, Kaia tidak seperti itu" Tambah Meri
"Sudah, tenang semuanya!. Kita dengarkan alasan dan kronologis dari Kaia" Ucap Mbah Sukun
"Jadi awalnya saya, Meri, dan Sinta sedang duduk di tepi sungai sambil makan buah-buahan. Karena buahnya cukup banyak. Jadi niat saya ingin membagikan buah-buahan itu ke para Ibu-ibu yang sedang di sungai. Beberapa Ibu-Ibu menerima buahnya, lalu datanglah Ibu Tuti langsung mengejek saya dengan mengatakan saya seorang pelacur yang menggoda suaminya, lalu Bu Tuti mendorong saya kemudian melucuti kain saya, kemudian meremas payudara saya dengan kencang" Ujar Kaia sambil menunduk.
Warga yang belum tau kejadian itu sontak terkejut mendengarnya.
"Disini hadir juga 4 orang saksi yaitu Sinta, Meri, Bu Yana, dan Mbok Tina. Cerita siapa yang benar dari Kaia atau Bu Tuti?" Ucap Mbah Sukun
"Jadi sudah jelas ya awal permasalahannya dari Bu Tuti yang cemburu buta terhadap Kaia sejak malam ritual persembahan dari Kaia, dimana itu sudah jadi adat kita disini dan tidak dapat ditolak dan dihiraukan. Untuk permasalahan hubungan intim suami-istri alangkah baiknya didiskusikan secara pribadi saja. Silakan keduanya saling memaafkan satu sama lain." Ucap Mbah Sukun.
"Ini belum selesai Mbah, saya minta Mbah mencarikan solusi untuk saya dan suami" Ucap Bu Tuti
"Oh baik kalo kemauan Ibu begitu, kita langsung minta pendapat dari suami Ibu, Pak Mulyo. Silakan" Ujar Mbah Sukun
"Kepada semuanya terutama Kaia saya minta maaf yang setulusnya karena permasalahan rumah tangga kami, kami jadi merepotkan semuanya. Jadi gini Mbah, saat saya mendapat jatah menyusu ke Kaia pada malam ritual, kan itu hanya sebentar, namun setelah itu saya langsung berhubungan dengan istri saya dengan nafsunya, membuat istri saya terpuaskan. Namun hari-hari setelah itu saya jadi tidak bernafsu lagi ke istri saya. Karena saya terus memikirkan, 'maaf Kaia' saya terus memikirkan buah dada kamu, Kaia. Gitu Mbah" Ujar suami Bu Tuti
"Ohh begitu, setelah menyusu ke Kaia, Pak Mulyo langsung bernafsu sekali ke istrinya, namun hari-hari setelah itu tidak bernafsu lagi. Apakah warga yang disini, yang sudah berumah tangga, ada mengalami hal serupa?" Ucap Mbah Sukun.
Banyak sekali warga yang menunjuk tangannya karena mengalami permasalahan serupa namun tidak berani berbicara.
"Baik, dari kalian ada saran atau tanggapan? Jika ada, langsung kita diskusikan, biar masalah ini selesai" Tanya Mbah Sukun.
"Saya Mbah"
"Iya silakan Pak Tono" Ucap Mbah Sukun
"Bagaimana kalau Kaia memberikan kita buah dadanya setiap malam ke warga desa, biar warga desa selalu bernafsu ke istrinya masing-masing setelah itu." Ujar Pak Tono
Setuju! Benar! Setuju!
Riuh warga yang setuju pendapat Pak Tono yang di dominasi lelaki. Kaia yang mendengar itu nampak lemas.
"Tenang warga, tenang!"
"Saya tidak bisa langsung memutuskan, saya perlu menanyakan ke yang bersangkutan. Kaia, gimana tanggapan kamu?." Ucap Mbah Sukun
"Maaf Mbah, warga sekalian, maaf saya potong, kita kan sudah mengadakan ritual sebulan sekali, kenapa kalian tidak merasa cukup?. Semestinya permasalahan rumah tangga ini diselesaikan di rumah masing-masing, bukan dengan mengorbankan cucu saya seperti ini, lihat cucu saya tertekan dengan permintaan kalian" Ujar Pak Usman dengan lantangnya.
Warga terdiam, Kaia dan neneknya meneteskan air matanya mendengar pembelaan kakeknya.
"Baik, demi kebaikan bersama. Agar rumah tangga warga desa tetap rukun, bagaimana kalau Kaia memberikan buah dadanya seminggu sekali. Namun kalian harus membayar upah 5000 rupiah per orang dan agar tak menambah beban, Kaia tidak perlu menari sebelum itu. Jadi acaranya langsung saja tapi tetap disaksikan semua warga agar tidak ada yang melewati batasan. Jadi, kita tanyakan dulu ke Kaia, mau atau tidak membantu menyelesaikan permasalahan kalian. Silakan Kaia" Ucap Mbah Sukun
Kaia pun menatap neneknya, lalu ia menarik nafas dalam-dalam untuk memutuskan.
Kaia mengangguk secara perlahan dan berkata "IYA". Suasana langsung riuh di sana.
" Baik sudah diputuskan, Kaia Berkenan, permasalahan selesai, untuk waktu acara nanti akan diberitahukan, silakan warga untuk membubarkan diri." Tutup Mbah Sukun.
Bu Tuti langsung memeluk Kaia.
"Saya minta maaf Kaia, saya sudah keterlaluan sama kamu, Terima kasih banyak Kaia, sekali lagi saya minta maaf" Ujar Bu Tuti sambil memeluk dan mencium kepala Kaia.
"Sudah Kaia maafkan kok, Bu" Ucap Kaia dengan lembut.
Lalu banyak yang bersalaman dan berterima kasih dengan Kaia terutama warga yang mendapatkan manfaatnya.
Anugerah atau bencana bagi Kaia?. Kaia tidak tahu, Kaia hanya bisa terus menjalani hidupnya dengan bermanfaat bagi warga desanya.
Malam itu mereka pulang ke rumah masing-masing dengan riang gembira.
-TAMAT-