Noisy6
Semprot Baru
- Daftar
- 9 Dec 2022
- Post
- 27
- Like diterima
- 384
Bagian IV: Kehidupan Setelah Ritual.
...
Siangnya Kaia terbangun dari tidurnya, ia merasakan tubuhnya pegal-pegal serta nyeri terutama pada payudaranya. Kaia lalu keluar dari kamarnya. Terlihat neneknya yang tengah menyiapkan makan siang di dapur.
"Ehh udah bangun sayang, gimana pegel-pegel badannya?" Tanya Neneknya
"Iya Nek, lumayan" Jawab Kaia
"Yaudah nanti sore nenek anterin pijit sama Mbok Yem" Ujar Bu Wati
"Iya Nek" Ucap Kaia lalu ia mencuci muka
"Udah yuk makan siang dulu, ini nenek udah masakin gulai bebek kesukaanmu" Ujar Bu Wati
"Wah makasih Nek. Oh iya Kakek dimana Nek?" Ucap Kaia sambil mengelap mukanya.
"Mungkin di kebun sebelah rumah, bentar nenek panggilkan" Ujar Nenek
"Biar neng aja, nenek tunggu sini" Ujar Kaia
Kaia berjalan ke samping rumah untuk mencari kakeknya. Terlihat kakeknya sedang duduk di kursi bambu di bawah pohon.
"Kek!"
"Ehh Kaia udah bangun"
"Ayok kek kita makan siang"
"Iya neng"
Mereka pun berjalan beriringan.
"Neng, gimana badannya? Ada yang sakit?" Tanya kakeknya
"Engga Kek, cuman pegel dikit aja" Ucap kaia
"Yaudah jangan banyak aktivitas dulu Neng, banyakin istirahat" Ucap Pak Usman
"Iya Kek, tapi nanti Neng diajak nenek untuk pijit sama Mbok Yem" Ucap Kaia
"Iya bagus itu, biar enakan" Ucap Kakeknya.
Sampai di rumah, mereka pun makan bersama. Suasana di rumah itu selalu hangat dan tentram.
Selesai makan, Kaia mencuci piring lalu bersiap untuk mandi dengan mengganti pakaiannya dengan kain khusus mandi Lalu Kaia berjalan ke sungai, sesampainya di sungai ia langsung berendam di air yang jernih. Kaia melihat sekeliling, dirasa sepi, Kaia langsung menurunkan kainnya. Kaia sedikit terkejut melihat payudaranya terdapat banyak bercak merah sepertinya bekas remasan dan cupangan para warga semalam. Dirasa cukup mengecek Payudaranya Kaia langsung mandi, setelah itu bergegas pulang.
Sore harinya, Nenek dan Kaia pergi ke rumah Mbok Yem untuk berurut dan pijat. Di sepanjang menuju rumah Mbok Yem, banyak warga menyapa Kaia dan neneknya.
Sesampai di rumah Mbok Yem, rupanya disana Mbok Yem baru selesai memijat Juragan Karsim. Terlihat Kaia merasa malu dan sedikit takut saat melihat para pria di kampung itu termasuk Juragan Karsim yang juga menikmati buah dadanya tadi malam.
Apalagi Juragan Karsim juga dikenal punya banyak istri sehingga tak heran sering menggoda para wanita, Kaia juga sering di goda namun Juragan Karsim tidak berani berbuat macam-macam karena ada neneknya menemani Kaia saat kerja memetik teh, biasanya ia hanya menggoda Kaia secara verbal dan rayuan. Juragan Karsim ini berumur 50an tahun, memiliki postur perut buncit, berkumis tebal, dan rambut pendek sedikit beruban. Juragan Karsim juga mempunyai harta yang berlimpah mulai dari rumah, tanah, sawah, dan perkebunan teh yang luas.
Saat itu, di rumah Mbok Yem. Kaia dan Neneknya masuk langsung disuruh duduk lesehan oleh si empunya rumah sembari menunggu ia cuci tangan. Juragan yang saat itu sudah selesai langsung duduk juga di dekat Kaia dan neneknya, lalu basa-basi.
"Ehh Bu Wati sama Neng Kaia, mau pijit juga Neng?" Tanya Pak Karsim
Kaia hanya mengangguk.
"Sama saya bisa juga Neng, seperti malam tadi, kali ini saya yang bayar hehe" Goda Juragan ke Kaia
"Jangan ganggu cucu saya, juragan!" Ujar Bu Wati tegas.
Kaia hanya terdiam dan menunduk.
"Ya... saya hanya menawarkan, Bu Wati. Siapa tau nengnya mau dipijit saya, apalagi jadi istri saya hehe" Ujar Juragan Karsim
"Cucu saya masih muda sedangkan juragan sudah seumuran dengan saya. Inget, Juragan punya istri 3 di rumah" Ujar Bu Wati
"Umur hanyalah angka, Bu, lihat saja nanti, Kaia akan jadi milik saya haha" Ujar Juragan sambil berdiri mau pamit pulang.
"Ehh maaf ya nunggu lama, juragan mau pulang?" Ucap Mbok Yem datang dari belakang.
"Iya Mbok, ini ada urusan, oh iya ini upahnya sekalian yang Kaia ya" Ucap Juragan Karsim
"Gausah juragan!" Ucap Bu Wati
"Udah jangan nolak, saya pamit dulu" Ujar Juragan sambil berlalu keluar.
"Gapapa Bu, jangan nolak rezeki, ga baik" Ucap Mbok Yem
"Iya Mbok" Ucap Bu Wati
"Mari ke kamar, Neng" Ajak Mbok Yem
Mereka pun kamar Mbok Yem. Lalu Mbok Yem menutup hordeng pada jendela dan pintu.
"Silakan tengkurep Neng" Perintah Mbok Yem
"Ah anu.. neng ga bisa tengkurep, Mbok" Ucap Kaia
"Kenapa ga bisa?. Oh iyaa, tetek kamu kan guede. Yaudah kamu rebahan terlentang aja" Ucap Mbok Yem
Kaia pun berbaring, dengan melumuri minyak kelapa, Mbok Yem mulai memijat dari kaki terlebih dahulu.
"Pasti kecapaian gara-gara tadi malam?" Tanya Mbok Yem
"Iya Mbok, lumayan capek" Ucap Kaia
"Iya gitulah Neng, neng harus terbiasa, cuman sebulan sekali ritualnya" Ujar Mbok Yem
Setelah beberapa menit, tangan mbok yem sudah berada di paha Kaia, Kaia merasakan rileks dan nyaman saat tangan Mbok Yem memijatnya.
"Neng masih perawan rupanya" Ujar Mbok Yem saat meraba paha Kaia bagian dalam.
"Iya Mbok" Jawab Kaia
"Bagian sini ga boleh dipijit kalo masih perawan, yaudah Neng coba duduk, Mbok mau pijit bagian atas" Ucap Mbok Yem
"Iya Mbok" Ucap Kaia sambil beralih duduk di tepian kasur.
"Dibuka aja Neng kainnya" Perintah Mbok Yem
Kaia melihat sekeliling, dirasa aman hanya mereka bertiga, Kaia langsung menurunkan kainnya hingga ke pinggul.
"Kamu cantik sekali Neng ditambah lagi punya tetek segede itu" Puji Mbok Yem
"Makasih. Tapi.. sebenarnya Neng malu punya dada sebesar ini, Mbok." Ucap Kaia
"Kenapa malu, kamu harus bangga Neng, kamu punya tetek paling bagus di desa ini" Ucap Mbok Yem sambil memijit tengkuk dan bahu Kaia.
"Iya Neng, kamu itu wanita paling cantik di dunia ini, baik hati pula, lihat aja sudah berapa banyak lelaki datang ke rumah untuk meminang kamu" Tambah Bu Wati
"Setelah ritual kemarin, mungkin ga ada lagi yang mau sama neng, karena neng udah di nodai satu kampung" Ucap Kaia dengan mata berkaca-kaca.
"Lah tadi juragan contohnya, masih ngotot mau menikahi neng, ya walaupun bukan contoh yang baik, tapi kita semua juga tau semua lelaki satu desa ini masih mengagumi kamu, neng" Ucap Bu Wati
"Iya betul, ritual itu Neng bukan menodai kamu, malah mensucikan neng dan desa ini." Ujar Mbok Yem
"Iya nek, mbok, Kaia mengerti" Ucap Kaia
"Bagus, nahh ini. Neng pasti sering sakit punggung karena beban tetek neng, ini Mbok perbaiki biar sedikit mereda, lama-lama juga neng terbiasa dengan kondisi tubuh neng" Ucap Mbok Yem
Kaia hanya bisa menahan sakit saat Mbok mengurut punggungnya. Mbok Yem ini walaupun berumur 70 tahun namun pijitannya masih kuat dan bertenaga. Mbok yem ini badannya sedikit bungkuk, rambut sudah memutih semua, gigi hitam kecoklatan keliatan masih utuh karena sering mengunyah kapur sirih. Mbok Yem tinggal sendiri di rumah itu, karena sudah ditinggal mati suaminya bertahun-tahun lalu.
Tak lama, Kaia selesai melakukan pijatnya. Lalu mereka pamit pulang sebelum gelap.
...
Siangnya Kaia terbangun dari tidurnya, ia merasakan tubuhnya pegal-pegal serta nyeri terutama pada payudaranya. Kaia lalu keluar dari kamarnya. Terlihat neneknya yang tengah menyiapkan makan siang di dapur.
"Ehh udah bangun sayang, gimana pegel-pegel badannya?" Tanya Neneknya
"Iya Nek, lumayan" Jawab Kaia
"Yaudah nanti sore nenek anterin pijit sama Mbok Yem" Ujar Bu Wati
"Iya Nek" Ucap Kaia lalu ia mencuci muka
"Udah yuk makan siang dulu, ini nenek udah masakin gulai bebek kesukaanmu" Ujar Bu Wati
"Wah makasih Nek. Oh iya Kakek dimana Nek?" Ucap Kaia sambil mengelap mukanya.
"Mungkin di kebun sebelah rumah, bentar nenek panggilkan" Ujar Nenek
"Biar neng aja, nenek tunggu sini" Ujar Kaia
Kaia berjalan ke samping rumah untuk mencari kakeknya. Terlihat kakeknya sedang duduk di kursi bambu di bawah pohon.
"Kek!"
"Ehh Kaia udah bangun"
"Ayok kek kita makan siang"
"Iya neng"
Mereka pun berjalan beriringan.
"Neng, gimana badannya? Ada yang sakit?" Tanya kakeknya
"Engga Kek, cuman pegel dikit aja" Ucap kaia
"Yaudah jangan banyak aktivitas dulu Neng, banyakin istirahat" Ucap Pak Usman
"Iya Kek, tapi nanti Neng diajak nenek untuk pijit sama Mbok Yem" Ucap Kaia
"Iya bagus itu, biar enakan" Ucap Kakeknya.
Sampai di rumah, mereka pun makan bersama. Suasana di rumah itu selalu hangat dan tentram.
Selesai makan, Kaia mencuci piring lalu bersiap untuk mandi dengan mengganti pakaiannya dengan kain khusus mandi Lalu Kaia berjalan ke sungai, sesampainya di sungai ia langsung berendam di air yang jernih. Kaia melihat sekeliling, dirasa sepi, Kaia langsung menurunkan kainnya. Kaia sedikit terkejut melihat payudaranya terdapat banyak bercak merah sepertinya bekas remasan dan cupangan para warga semalam. Dirasa cukup mengecek Payudaranya Kaia langsung mandi, setelah itu bergegas pulang.
Sore harinya, Nenek dan Kaia pergi ke rumah Mbok Yem untuk berurut dan pijat. Di sepanjang menuju rumah Mbok Yem, banyak warga menyapa Kaia dan neneknya.
Sesampai di rumah Mbok Yem, rupanya disana Mbok Yem baru selesai memijat Juragan Karsim. Terlihat Kaia merasa malu dan sedikit takut saat melihat para pria di kampung itu termasuk Juragan Karsim yang juga menikmati buah dadanya tadi malam.
Apalagi Juragan Karsim juga dikenal punya banyak istri sehingga tak heran sering menggoda para wanita, Kaia juga sering di goda namun Juragan Karsim tidak berani berbuat macam-macam karena ada neneknya menemani Kaia saat kerja memetik teh, biasanya ia hanya menggoda Kaia secara verbal dan rayuan. Juragan Karsim ini berumur 50an tahun, memiliki postur perut buncit, berkumis tebal, dan rambut pendek sedikit beruban. Juragan Karsim juga mempunyai harta yang berlimpah mulai dari rumah, tanah, sawah, dan perkebunan teh yang luas.
Saat itu, di rumah Mbok Yem. Kaia dan Neneknya masuk langsung disuruh duduk lesehan oleh si empunya rumah sembari menunggu ia cuci tangan. Juragan yang saat itu sudah selesai langsung duduk juga di dekat Kaia dan neneknya, lalu basa-basi.
"Ehh Bu Wati sama Neng Kaia, mau pijit juga Neng?" Tanya Pak Karsim
Kaia hanya mengangguk.
"Sama saya bisa juga Neng, seperti malam tadi, kali ini saya yang bayar hehe" Goda Juragan ke Kaia
"Jangan ganggu cucu saya, juragan!" Ujar Bu Wati tegas.
Kaia hanya terdiam dan menunduk.
"Ya... saya hanya menawarkan, Bu Wati. Siapa tau nengnya mau dipijit saya, apalagi jadi istri saya hehe" Ujar Juragan Karsim
"Cucu saya masih muda sedangkan juragan sudah seumuran dengan saya. Inget, Juragan punya istri 3 di rumah" Ujar Bu Wati
"Umur hanyalah angka, Bu, lihat saja nanti, Kaia akan jadi milik saya haha" Ujar Juragan sambil berdiri mau pamit pulang.
"Ehh maaf ya nunggu lama, juragan mau pulang?" Ucap Mbok Yem datang dari belakang.
"Iya Mbok, ini ada urusan, oh iya ini upahnya sekalian yang Kaia ya" Ucap Juragan Karsim
"Gausah juragan!" Ucap Bu Wati
"Udah jangan nolak, saya pamit dulu" Ujar Juragan sambil berlalu keluar.
"Gapapa Bu, jangan nolak rezeki, ga baik" Ucap Mbok Yem
"Iya Mbok" Ucap Bu Wati
"Mari ke kamar, Neng" Ajak Mbok Yem
Mereka pun kamar Mbok Yem. Lalu Mbok Yem menutup hordeng pada jendela dan pintu.
"Silakan tengkurep Neng" Perintah Mbok Yem
"Ah anu.. neng ga bisa tengkurep, Mbok" Ucap Kaia
"Kenapa ga bisa?. Oh iyaa, tetek kamu kan guede. Yaudah kamu rebahan terlentang aja" Ucap Mbok Yem
Kaia pun berbaring, dengan melumuri minyak kelapa, Mbok Yem mulai memijat dari kaki terlebih dahulu.
"Pasti kecapaian gara-gara tadi malam?" Tanya Mbok Yem
"Iya Mbok, lumayan capek" Ucap Kaia
"Iya gitulah Neng, neng harus terbiasa, cuman sebulan sekali ritualnya" Ujar Mbok Yem
Setelah beberapa menit, tangan mbok yem sudah berada di paha Kaia, Kaia merasakan rileks dan nyaman saat tangan Mbok Yem memijatnya.
"Neng masih perawan rupanya" Ujar Mbok Yem saat meraba paha Kaia bagian dalam.
"Iya Mbok" Jawab Kaia
"Bagian sini ga boleh dipijit kalo masih perawan, yaudah Neng coba duduk, Mbok mau pijit bagian atas" Ucap Mbok Yem
"Iya Mbok" Ucap Kaia sambil beralih duduk di tepian kasur.
"Dibuka aja Neng kainnya" Perintah Mbok Yem
Kaia melihat sekeliling, dirasa aman hanya mereka bertiga, Kaia langsung menurunkan kainnya hingga ke pinggul.
"Kamu cantik sekali Neng ditambah lagi punya tetek segede itu" Puji Mbok Yem
"Makasih. Tapi.. sebenarnya Neng malu punya dada sebesar ini, Mbok." Ucap Kaia
"Kenapa malu, kamu harus bangga Neng, kamu punya tetek paling bagus di desa ini" Ucap Mbok Yem sambil memijit tengkuk dan bahu Kaia.
"Iya Neng, kamu itu wanita paling cantik di dunia ini, baik hati pula, lihat aja sudah berapa banyak lelaki datang ke rumah untuk meminang kamu" Tambah Bu Wati
"Setelah ritual kemarin, mungkin ga ada lagi yang mau sama neng, karena neng udah di nodai satu kampung" Ucap Kaia dengan mata berkaca-kaca.
"Lah tadi juragan contohnya, masih ngotot mau menikahi neng, ya walaupun bukan contoh yang baik, tapi kita semua juga tau semua lelaki satu desa ini masih mengagumi kamu, neng" Ucap Bu Wati
"Iya betul, ritual itu Neng bukan menodai kamu, malah mensucikan neng dan desa ini." Ujar Mbok Yem
"Iya nek, mbok, Kaia mengerti" Ucap Kaia
"Bagus, nahh ini. Neng pasti sering sakit punggung karena beban tetek neng, ini Mbok perbaiki biar sedikit mereda, lama-lama juga neng terbiasa dengan kondisi tubuh neng" Ucap Mbok Yem
Kaia hanya bisa menahan sakit saat Mbok mengurut punggungnya. Mbok Yem ini walaupun berumur 70 tahun namun pijitannya masih kuat dan bertenaga. Mbok yem ini badannya sedikit bungkuk, rambut sudah memutih semua, gigi hitam kecoklatan keliatan masih utuh karena sering mengunyah kapur sirih. Mbok Yem tinggal sendiri di rumah itu, karena sudah ditinggal mati suaminya bertahun-tahun lalu.
Tak lama, Kaia selesai melakukan pijatnya. Lalu mereka pamit pulang sebelum gelap.