Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Miskin Vs. Kaya

Menurut pembaca disini, Asep cocoknya berpasangan dengan siapa?


  • Total voters
    484
Status
Please reply by conversation.
Beloved Mother, Beloved Daughter

--
Malam segera menyinsing mengalahkan matahari yang sudah lelah bersinar sepanjang hari. Aku duduk di depan bapak dan ibuku, kami semacam mengadakan sidang dadakan yang dilakukan oleh orang tuaku yang sedikit kepo dengan urusan anak perempuannya. Aku hanya duduk dengan ekspresi wajah datar dihadapan kedua orang tuaku.


“Nur, apa kamu sudah punya calon atau bagaimana? Kami ini bingung, setiap kali bapak carikan, kamu selalu menolak”


“Padahal pilihan bapak juga tidak ngaco, semuanya laki-laki baik, keluarganya terpandang..”


“dan mereka kaya” kataku memotong perkataan ayahku


“Apa kamu bilang!!!” kata ayahku kaget.


“karena mereka kaya, karena mereka sejajar dengan keluarga kita” kataku tetap dengan wajah datar mengatakan itu


“Nak, Bapakmu seperti itu supaya kamu tidak menderita di kemudian hari. Memang menikah itu bukan melulu soal harta, tapi bukan berarti kita tidak butuh harta kan?” Ibuku mencoba menenangkan suasana yang sudah mulai panas.


“bagus, kalau harta bukan segalanya berarti Nur bebas memilih laki-laki mana yang akan Nur nikahi” kataku menatap ibuku dengan melas


“Halah pusing! Buk, diomongi anaknya biar gak bantah orang tua terus” kata bapakku yang mulai kesal dan beranjak dari kursinya


Ibu menatapku dengan lembut dan tersenyum manis. Beliau beranjak dari tempat duduknya dan pindah duduk disampingku. Beliau peluk diriku dengan sangat erat seakan mengerti beban yang kurasakan. Sebuah beban di usia 25 tahun tapi tidak kunjung ada calon untuk menikah.


Bukannya aku tidak laku, tapi aku tolak semua laki-laki yang mau melamarku, aku tolak semua tanpa ragu, karena semua laki-laki yang melamarku niatnya tidak tulus, dan ditambah aku tidak suka dengan mereka semua. Kondisi tersebut diperparah dengan tindakan ayahku yang seolah-olah “menjajahkan” anak perempuannya ke setiap laki-laki yang mau melamarnya, tentu syarat dan ketentuan berlaku, seperti dari keluarga terpandang, kaya bla bla bla.


Ciih, aku ingin meludahi orang yang pertama kali buat sekat ini, orang yang berpikir yang kaya harus sama yg kaya dan yang miskin sama yang miskin. Beruntung Tuhan Maha Adil menciptakan Cinta yang bisa meredam itu semua. Karena cinta sekat itu seakan tidak ada, karena cinta semua standard masyarakat itu serasa lenyap.


Kan, aku lupa memperkenalkan diriku.

Namaku Nuri Maulidina, umurku 25 tahun, kulitku putih mulus mirip seperti ibuku. Ibuku asli orang sunda sementara bapakku jawa tulen, jangan tanya kenapa mereka menikah, aku juga tidak paham. Untuk ukuran perempuan sepertiku aku memiliki payudara yang cukup besar, ya sekitar 36B. dengan ukuran segitu memang agak rishi sih, tapi bodo amat lah. Aku juga baru lulus kuliah, dan seperti kalian tahu di desaku yang lulusan pendidikan tinggi mungkin hanya 2-3 orang. Karena kebanyakan warga di desaku kekurangan biaya untuk melanjutkan pendidikannya.


Terus apa aku tidak pernah jatuh cinta? Jangan salah, aku berkali-kali jatuh cinta, sialnya terhadap satu laki-laki saja. Kenapa aku bilang sial, karena dia tidak peka dengan perasaanku. Aku yang juga gengsi ya ogah mau mendekatinya. Siapa laki-laki itu? kalian akan tau nanti.


“Ibu minta maaf nak, menempatkan kamu dalam situasi ini. Ibu dan Bapakmu sudah berusaha membantu kamu untuk urusan ini, tapi kamu selalu tertutup soal ini” kata ibu memeluk dan mengelus-elus rambutku.


“Ibu percaya tidak semua anak di dunia ini mempunyai jalan kehidupan masing-masing dan tidak bisa dipercepat atau diperlambat?” kataku terus memeluk ibuku


“percaya kok, semua memang memiliki renggang waktu yang berbeda antara satu dengan yang lain”


“terus kenapa sudah tau seperti itu kenapa seakan salahku seperti ini bu, bapak selalu mendorongku ke suatu hal yang belum waktunya aku lalui”


“sebentar nak, jangan bilang kamu tidak suka laki-laki” kata ibu merenggangkan pelukannya dan melihatku


“Ihhh ibu!!! Nur masih normal, Nur juga suka sama laki-laki kok” kataku sebal


“hehehehe, iya nak. Ibu percaya” ibuku kembali memelukku.


Rasanya momen seperti ini tidak mau aku lalui begitu saja, aku pengen seperti ini terus bersama ibuku, dan tentunya aku beruntung banget bisa mendapatkan ibu yang sangat baik hati ini bak bidadari.


“Nur, Nuri adalah anak kesayangan ibu, semua yang Nur mau pasti ibu usahakan. Kami minta maaf jika terlalu keras soal masalah tadi, itu tak lebih kekhawatiran Bapak dan Ibu soal kamu nak”


“soal stigma perawan tua yang sudah mengakar kuat di masyarakat kita”


“Ih jaman sekarang rese ya bu, padahal Nur tidak minta duit dan makan ke mereka, tapi mereka malah ngurusin hidup Nur”


“ya mungkin karena Nur cantik kali” ibuku mulai menggodaku


“tapi sayang dia tidak laku dipasaran”


“Ih ibu, nih ya asal ibu tau. Barang yang laku dipasaran itu biasanya barang murah karena stok barang tersebut banyak makanya dijual murah dipasaran. Ibu mau Nur keliatan murahan di pasaran” kataku menjelaskan dengan julid


“hihihi, berarti ibu anggap kamu ini barang langka dan mahal ya. jadi siapa yang mau beli kira-kira?”


“Ih jangan salah, Nur punya pria idaman lo” kataku keceplosan saking enaknya ngobrol dengan ibuku


“heh, akhirnya kena juga. Ayo siapa laki-laki itu? hhihihi” kata ibu merayuku


Wajahku langsung memerah mendengar kata-kata ibuku, ah malah keceplosan lagi ngomong begitu. Aku beralasan apa lagi ke beliau? Aku bukannya tidak mau terus terang, tapi dengan kondisi dia tidak peka dan aku juga cuek jadi aku belum berani ambil langkah apapun, enak saja wanita disuruh ngejar laki-laki.


“Lah Nak, kok malah diem ngelamun sih. mikirin dia ta?” kata ibu memecah lamunanku.


Mungkin sudah waktunya kali aku cerita ke beliau soal pria ini, sapa dengan cerita, ibu bisa bantu aku untuk dekat dengan dia. Tapi aku bener-bener malu kalau cerita, tapi aku juga gamungkin nunggu dia sampai jadi perawan tua. Huhu


“hayoloh, ngelamun lagi kamu” kata ibuku dan sudah mulai gemes dengan tingkahku


“hehehe, engga bu. Nur gak ngelamun kok” kataku


“gak ngelamun tapi mikirin sesuatu itu ya sama aja nak”


“Nur cerita deh, tapi ibu jangan ember ke Bapak soal ini yaa” kataku memohon memelas


“Okey Cyn, eike bakal tutup rapet-rapet” Centil ibu menirukan emak-emak gossip di gang perumahan hahaha


“hahaha, ibu ngapain sih” aku dan ibu ketawa terbahak-bahak melihat tingkah ibuku.


“duh duh, sakit kan perutku” aku berusaha tenang dan mengambil nafas yang dalam agar tidak ketawa lagi


“laki-laki itu adalah….”


“APA!!!! Kok bisa? Iya-iya saya langsung berangkat kesana” Tiba-tiba suara bapak terasa kaget dan kencang sekali menerima telpon dari seseorang.


Aku dan Ibu sontak beranjak dari tempat duduk kami dan segera menghampiri bapak yang berada di kamar.


“Ada apa pak? Kok kaget seperti itu” tanya ibuku yang duluan menemui bapakku


“Bapak Ahmad dan Asep kecelakaan buk, tadi temannya Asep nelpon bapak”


DEEGGG


Jantungku serasa mau copot mendengar kata-kata ayahku, wajahku terasa kaku sekali, badanku juga ikut kaku. Aku tidak berkedip sama sekali mendengar kabar tersebut. Aku sangat khawatir sekali dengan Mas Asep, aku tidak mau itu pertemuan terakhirku dengan dia di Toko bu Asri tempo hari.


“Nur, cepet kamu kabari Bu Astutik, bapak sama ibu siap-siap disini. Kita berangkat pakek mobil bapak ke RS” bapakku panic langsung menyuruhku untuk ke rumah Mas Asep


Aku segera berjalan menuju Rumah Mas Asep diikutin tetesan air mata setiap langkahku. Aku kuat-kuatin jalan yang sebenarnya sudah tidak punya tenaga untuk melakukan itu. aku tidak henti-hentinya mengusap air mataku sepanjang jalan yang terus mengalir tanpa henti.


“Ibu Tutik, Bu… ibu…” kataku memanggil ibunya Mas Asep


“iya, siapa? Sebentar” jawab Bu Astutik didalam


“Loh nak Nuri, ada apa nak? Kok nangis gitu” Bu Astutik sampai kaget melihat kondisiku


“Mas Asep dan Bapak kecelakaan Bu, sekarang mereka di rumah sakit” kataku terbata-bata


“Astaga… bapak, Asep!!!” Bu Astutik langsung histeris


Aku coba menenangkannya dan segeralah kami kembali ke rumahku untuk segera berangkat. Untung ibunya Mas Asep cepat tenangnya, jadi beliau sekarang tidak terlalu khawatir seperti tadi.


Tanpa piker panjang, kami berempat langsung meluncur ke RS dimana Mas Asep dan bapaknya dirawat. Pikiranku kacau sekali, aku tidak bisa berhenti menggenggam gelang milikku. Aku kuat-kuatin untuk tidak menangis didalam mobil, karena berabe kalau ibu dan bapak tanya.


“Pak, RSnya dimana sih ini?” tanya Ibuku


“di RS Melati katanya buk, ini kita sudah hamper sampai”


Kulihat ibuku terus memeluk ibunya Mas Asep di jok belakang, beliau mencoba untuk menenangkan Bu Astutik. Aku yang duduk didepan bersama ayahku terus menghadap jalanan yang kami telusuri menembus angina malam yang sedang tidak bersahabat mala mini.



“Bu, Nur takut sendirian ke sekolah, huhuhu” seorang anak kecil menangis merenget ke ibunya


“Loh, kesanyangannya Ibu ga boleh seperti itu, itu teman-temanmu banyak yang sekolah” kata seorang ibu mencoba menenangkan anaknya


“Nur gamau sekolah, Nur takut sama anak-anak disana”


Anak kecil tersebut takut pergi ke sekolah karena selalu menjadi sasaran bully teman-temannya karena dia memasang behel di giginya. Untuk ukuran anak seusianya dan berada di masyarakat perdesaan, hal yang seperti itu menjadi bahan ejekan oleh teman-temannya.


“Diiih orang aneh, Giginya dikasik kawat, kayak monster. Hahaha” celoteh teman sekelasnya yang melihat Nur masuk ke dalam kelas.


Nur hanya diam dan berusaha tidak menanggapinya. Dia mencoba mendengarkan saran ibunya untuk tidak membalas setiap cacian yang ia alami.


“Anak orang kaya sih, tapi dianya kayak monster, Aaaaarrggghhh” kata seorang anak laki-laki sambil menirukan maonster.


Sontak aksi tersebut mendapat gelak tawa seisi kelas Sekolah Dasar tersebut, Nur makin menciut dan menunduk mendapatkan perlakuan seperti itu. dia sudah pasrah dengan kondisinya sekarang.


Bel istirahatpun bordering dan semua anak didalam kelas tersbut keluar untuk beristirahat. Tapi Nur tidak, dia tetap di kelas sambil menggambar atau baca buku kesukaannya.


“Nih esteh minum dulu Nur” kata seseorang anak laki-laki menjulurkan esteh dibungkus plastic


Nur mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang memberinya esteh. Nur melihat pria gendut dan kulitnya agak hitam sedang menjulurkan esteh milikya.


“Makasih Sep” kataku Nur mengambil es tersebut


“kamuh lagi gambar apa?” tanya Asep dengan antusias


“Aku tuh lagi gambar pemandangan Sep”


“Ini terus apah?” katanya menunjuk sebuah gambar siluet dua orang


“ini ratu dan raja yang sedang memandang pemandangan” kata Nur menjelaskan


“Waaah gambarmu bagus Nur, aku aja gabisa gambar seperti itu”


“hihihi” baru kali ini Nur tertawa melihat tingkah Asep


“Gigimu kenapa Nur, Kok hitam gitu” tanya Asep Polos


“bukan hitam sep, tapi ini behel. Kata ibu, aku harus pakek ini biar nanti pas dewasa aku jadi cantik, hihihi” kata Nur menjelaskan


“Oalah, emang sekarang Nur tidak cantik apa?”


“Eh..”


“inih Asep titip gelang punya asep” katanya sambil membuka gelang yang ia kenakan.


“Asep titipin ke Nur supaya ikutan cantik, terus Asep pakai lagi biar gak dibilang jelek sama teman-teman” kata dia polos untuk anak kelas 5 SD.


“Loh bukan begitu caranya Sep” katanya Nur mencoba menjelaskan


“Oh jadi seperti itu ya” katanya kecewa sambil mengambil gelangnya lagi


“Eh mana, biar Nur pakek. Nanti kalau Nur udah cantik, Nur balikin ke Asep ya” kata Nur merebut gelang yang akan dipasang lagi ke pergelangan tangan Asep.


“Waaah makasih Nur, Asep jadi gak sabar pengen ganteng kayak Beni” katanya senang.


Sejak saat itu Asep dan Nur selalu bersama karena merasa memiliki kesamaan nasib, yaitu sering dibully di sekolahnya. Asep yang dibully karena jelek dan gendut, sementara Nur dibully karena giginya yang memakai behel.


“Nur ayok turun, kita sudah sampai”


“Eh iya pak, Nur turun” aku kaget saat terbangun dari lamunanku. Aku usap dulu air mataku sebelum turun dan gabung bersama keluargaku, aku tidak mau kelihatan mencolok sedihnya.


“Kita langsung ke ruangan Mawar, katanya disana mereka berada. yuk buruan” ajak bapakku dan diikuti kami dibelakangnya


Kami berjalan agak cepat karena ingin segera tau kondisi Pak Ahmad dan Mas Asep, aku merasa sangat lama sekali jalannya, mungkin karena sudah tidak sabar ditambah khawatir dengan kondisi Mas Asep.


Kami terus jalan dan aku lihat ada dua orang yang berdiri menyambut kedatangan kami, aku sipitkan mataku untuk melihat lebih jelas, siapa mereka berdua. Aku sedikit terbelalak saat tau kalau itu Mas Asep, aku segera berlari ke arahnya dan segera menyapanya.


“Mas, Mas tidak apa-apa? Bapak gimana Mas?” kataku yang sudah sampai duluan dan langsung memberondong Mas Asep dengan pertanyaan.


“Aku baik-baik aja dek, Bapak sudah stabil kok. Tadi dokter udah melakukan pertelongan pertama” Kata Mas Asep dengan senyum lembut dan hangat, seolah meredam semua kekhawatiranku.


Huuufftt.. coba disini gak ada orang, sudah kupeluk kamu mas. Nyebelin banget jadi orang, suka bikin orang gemes dan penasaran.


“Sep, ayahmu mana nak? Dia tidak apa-apa kan?” katanya ibunya


“iya bu, ayah baik-baik aja didalam”


Bapak, ibu dan ibunya Asep langsung masuk kedalam kamar dimana Ayahnya Asep dirawat. Aku sampai lupa memperhatikan wanita yang bersama Mas Asep ini, jangan-jangan dia pacarnya. Mana dia pakek jaketnya Mas Asep lagi. aku dekati Mas Asep lalu menariknya menjauh darinya.


“Mas, dia siapa?” kataku penuh selidik


“Oh ini Joanne, dia….”


“halo, aku Joanne, senang bertemu denganmu” katanya menghampiri aku dan Mas Asep dan menjulurkan tangannya untuk kenalan


“Nuri” jawabku sambil memegang tangannya


“Mbak Nuri gausah khawatir, saya sudah tanggung semua biayanya dan sekaligus saya meminta maaf atas kecerobahan saya dan teman saya” katanya dengan ekspresi senyum ramah


“Haaah, jadi kamu yang…”


“Iya Nur, tapi gapapa kok. Selama dia ada iktikad baik ya kita terima saja” kata Mas Asep memotong pembicaraanku


“Lah terus gimana ceritanya jaketnya ada di kamu” kataku tidak mengindahkan perkataan Mas Asep


“Eeeee… aku kedinginan” katanya agak ragu


Aku kaget dan segera memandang Mas Asep dengan beribu pertanyaan. Aku memang tidak pernah melihat wanita berpakaian seksi secara langsung, tapi dengan melihat pertama kali wanita seperti itu apalagi bersama Mas Asep, membuat hatiku panas dan ingin menjambak wanita murahan ini.


Sialan nih wanita, batinku


Waktu terasa cepat berlalu, aku duduk bersama Mas Asep diruang tunggu sambil melihat tidak suka ke arah Joanne yang duduk didepan. Kulihat umurnya sudah tua, tapi aku gabisa menjamin itu sih, karenan dandanannya terlihat agak menor dan aku kurang suka. Waah gabisa dibiarin nih. Aku harus gerak cepat.


Saat semua berkumpul didepan ruangan dimana ayah Mas Asep dirawat, Joanne memperkenalkan diri dan menjelaskan kronologi yang terjadi. Dia menjelaskan dengan hati-hati dengan pemilihan kata-kata yang mudah dimengerti. Dia juga menjelaskan akan menanggung semua biaya pengobatan ayahnya Mas Asep.


Akhirnya bapak dan ibuku segera pamit ke Mas Asep dan ibunya, karena mengingat waktu sudah malam. Mau tidak mau aku juga ikut pulang, karena tidak mungkin orang tuaku mengijinkan aku menemani Mas Asep disni. Joanne sudah pulang dari tadi, katanya dia dijemput kakaknya diluar, dan yap dia pulang membawa jaket Mas Asep yang tetap ia gunakan.


“Mas aku pulang dulu ya, Besok Adek kesini lagi” kataku pamit ke Mas Asep


“Iya dek” Mas Asep tersenyum padaku, lagi-lagi senyuman itu membuat aku meleleh. Hihi


Aku sudah berada didalam mobil bersama bapak dan Ibuku, berbeda dengan tadi pas berangkat, aku duduk di jok belakang sementara bapak dan ibu di depan. Kita tidak berbicara sama sekali, mungkin karena sama-sama capek da nada rasa kantuk juga yang menerjang.


“Pak, Ibu. Nur mau nikah sama Mas Asep”


CRRRIIIITTTTTTT………


“APA!!” Kaget kedua orang tuaku.

- Bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd