Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Miskin Vs. Kaya

Menurut pembaca disini, Asep cocoknya berpasangan dengan siapa?


  • Total voters
    484
Status
Please reply by conversation.
Conditionally Love


5bfc281376029965.jpg

Nuri Maulidina

----
Hari berganti hari seolah tak peduli dengan perasaanku kepada pujaan hatiku yang sedang murung tidak karuan tersebut. Tidak ada yang bisa kuperbuat selain menyemangati dengan dukungan moril. Mau mendukung dengan dukungan batinpun terhalang dengan status kami yang bukan suami istri. Aku melihat pangeranku menjalani harinya dengan biasa saja, entah datang dari mana sebuah pikiran yang menganggap kalau dia sedang murung. Tapi yang pasti, aku tuan putri sedang merasa terabaikan olehnya untuk beberapa hari ini.


“Nur, ayok to nak jangan murung gitu. Jangan buat ibu bingung. Kamu bertengkar ta dengan Asep” suara seorang wanita yang akhir-akhir ini selalu menemani hariku


“kalau emang bertengkar, sini cerita sama ibu” kudengar langkah kaki mendekat dan akhirnya duduk di sisi ranjang kamarku


“Nur tidak paham bu, Mas Asep akhir-akhir sering menghindar. Tiap hari Nur kesana buat nganter makanan. Tapi tanggapannya dingin seolah tidak kenal Nur” aku mencoba membagi cerita agar terasa ringan sedikit.


“Nak, tidak mudah bagi seseorang untuk lepas dari rasa sedihnya saat mengetahui kenyataan kalau keduaan orang tuanya meninggal”


“kamu juga jangan egois mementingkan perasaanmu. Pikirin juga perasaan Asep yang habis tertimpa masalah” ibu coba meluruskan logikaku yang bengkok karena perasaan sayangku kepadanya


“iya Nur paham kok bu, tapi rasanya Mas Asep ini memang menghindar. Dia sudah beli HP tapi gak pernah menghubungi Nur, Nur minta no Hpnya juga gak dibolehin sama dia”


Memang dia sudah beli hp, dan dia ingkar dengan janjinya untuk menghubungiku saat dia dapat hp baru. Padahal itu salah satu cara agar aku makin dekat dengan dia. Sebelnya minta ampun kalau seperti ini. Apa jangan-jangan dia sudah pacaran sama Joanne ya? tapi apa mungkin itu terjadi. Eh tapi bisa saja terjadi, soalnya Joanne kulihat tatapannya kayak beda gitu sama Mas Asep. Ihh sebel!!!


“Yasudah, nanti malam kamu coba datangin lagi Asep. Ajak ngomong yang ringan-ringan aja. Seperti gimana kerjaannya dan kabarnya gitu” Ibuku beranjak pergi dari kamarku setelah melihat aku mulai melamun


Aku kalau seperti ini terus agak males ketemu dengan dia. Tapi aku tidak bisa melepaskan dia begitu saja. Aku masih mau dekat dengannya dan memberikan apa yang aku janjikan kepadanya waktu kecil. Aku memandangi gelang yang aku pakai saat ini, aku bergumam seolah sedang memarahi gelang yang aku pakai.


“Majikanmu itu nyebelin, susah ditebak, matanya sering jelalatan ke wanita lain. Ihh pokok dia nyebelin. Kamu tau gak?” aku sepertinya sudah mulai gila berbicara dengan gelang ini.


Aku terlentang dan memejamkan mataku sebentar sambil mikir soal hubunganku dengan Mas Asep. Hubungan kita sangat rumit akhir-akhir ini. Pikiranku terus gamang dan penasaran apa yang terjadi dengan dia. Apa langsung aku tanyakan saja ke dia ya? aku membuka mata dan melihat jam di dinding kamarku. Jam 18.30, sepertinya tidak terlalu malam kalau aku kerumahnya. Iyaa aku harus kerumahnya.


Aku beranjak dari tempat tidurku dan berdandan tipis, menggunakan lip blause agar terlihat menarik, terus memakai jaket agar bongkahan payudaraku tertutupi sedikit. Aku harus cari tau, perasaanku mulai tadi tidak enak, pasti ada sesuatu yang aku tidak tau selain kepergian kedua orang tuanya.


Aku pamit kepada ibuku untuk ke rumah Asep, tentunya di rumah tidak ada bapak. Entah sedang kemana dia, mungkin lagi ke balai atau kemana. Bodo amat, kadang ruwet kalau ada beliau. Aku berjalan melangkah dengan santai. Setiap orang yang berpapasan menyapaku dengan ramah dan aku balas dengan senyuman. Untung tidak tanya aku mau kemana. Hehe


Yes. Aku sudah didepan rumah Mas Asep. Aku mulai gugup, iya aku memang sebel sama dia. Tapi setiap ketemu, aku selalu kikuk dan merasa malu dengannya. Tatapannya kepadaku kadang membuatku serasa gimana gitu.


Tok…Tok…Tok…


“Salam…


Mas… Mas Asep dirumah?”


Aku mengetok pintunya dan coba memanggilnya. Tidak mungkin jam segini dia belum pulang kerja. Pasti sudah pulang


Cekreekk…


“oh, ada apa Nur” kan, dia manggil namaku lagi, biasanya kan Adek. Huuuh


“Nur pengen ngomong sesuatu dengan Mas Asep? Boleh?” tanya dengan wajah agak memelas


“Boleh. Mau ngomong apa?” tanya dia yang masih berdiri di pintu dan aku didepan pintu.


“Eeemmm.. kayaknya enaknya ngomong didalam mas. Disini tidak enak” kataku


“huuufftt. Yasudah masuk”


Akhirnya Mas Asep mengijinkanku buat masuk. Aku duduk di kursi kayu yang terpajang dia ruang tamunya. Aku melihat sekeliling rumahnya yang terpasang beberapa foto masa kecilnya dan beberapa foto orang tuanya. Aku lihat pintunya juga tidak ditutup, mungkin dia tidak enak dengan warga sekitar


“Jadi ada apa Nur?” tanya dia duduk dihadapanku dan wajah yang tidak enak


“Nur punya salah ke mas ta? Kok Nur perhatikan akhir-akhir ini Mas selalu menghindar” Aku langsung to the point biar tidak terlalu malam juga


“engga, Kamu gak punya salah apa-apa”


“Mas, perasaan seorang wanita itu tidak bisa dibohongi lo”


“Aku tidak bohong Nur, lagian aku bukan nyuekin kamu. Aku hanya sibuk kerja”


“jangan bohong!”


“ngapain aku bohong, tidak ada untungnya juga”


“Enak ya dikelilingi wanita cantik, bosen yang satu pergi ke satunya” entah darimana kata-kata itu terucap dari bibirku


“Apa kau bilang!”


“Udahlah, gausah mengelak Mas. Kamu sering sama Anne itu kan? Laki-laki semua sama, sama-sama mata keranjang”


“BRAAAKKK”


“jaga bicaramu Nur. Jika kamu datang kesini hanya buat marah-marah saja. Silahkan pulang”


“Lagian kita ini apa? Pacar juga bukan kan? Kenapa kamu larang aku buat dekat dengan wanita lain”


“KARENA AKU CINTA KAMU MAS, AKU CINTA KAMU! KAMU KENAPA SULIT MENGERTI. HAAH!” aku mulai berteriak menuturkan uneg-unegku beberapa hari lalu atas perbuatannya kepadaku


Mas Asep beranjak dari tempat duduknya dan segera menutup pintu yang tadi terbuka. Dia tidak lupa mengunci pintu tersebut. Aku yang masih marah merasakan kepalaku panas dan degub jantungku berdetak cepat.


“BUKA BAJUMU!” dia berkata demikian saat kembali duduk dihadapanku


“HAH!!”


Tentu saja aku kaget dengan ucapannya, seolah berusaha mencerna lagi atau mencoba mendengar kata itu lagi karena takut salah dengar.


“Kamu cinta padaku kan? Sekarang buktikan! Buka bajumu”


PLAAAAKKKK


Tanganku dengan ringan langsung menampar pipinya. Dia sudah keterlaluan, dia sudah berubah. Dia bukan Mas Asep yang aku kenal selama ini. Aku melihat wajahnya dengan mata berkaca-kaca seolah tidak percaya Arjunaku melecehkanku dengan sangat-sangat tidak sopan ini.


“Aku memang benar cinta padamu, tapi aku bukan wanita murahan. BRENGSEEKK! Dadaku serasa sasak, hatiku remuk redam karena Arjuna telah berubah.


Respon dia hanya diam sebentar dan nyengir ketawa dengan situasi saat ini. Benar-benar berubah ini orang. Aku mulai benci dengan dia, rasa cintaku kalah dengan rasa benciku kepadanya. Dia pikir dia bisa bertindak kurang ajar seperti itu.


“Bagaimana rasanya? Sakit? Malu? Merasa dilecehkan? Atau bagaimana?” dia mulai berujar lagi dengan wajah yang serius sekarang.


“Apa maksudmu? Kamu kira aku wanita gampangan hah” kau mulai muak dengannya.


“Ibuku merasakan apa yang kamu rasakan”


“dia malu, dia sakit hati, dia dilecehkan. Dia tidak tau apa-apa soal dunia ini. Tapi takdir membawanya ke sebuah dilemma pelecehan yang dilakukan oleh AYAHMU….” Dia berteriak dengan mata yang berkaca-kaca


DEEGGG


“kenapa kamu diam? Kaget? Aku juga kaget. Sekarang kamu tau alasanku kan?”


Wajahku mulai kaku, badanku lemas seketika dan tenggorokanku langsung kering mendengar pernyataan dari dia. Aku benar-benar shock dan tidak percaya dengan apa yang dengarkan tadi. Bagaimana bisa bapakku melakukan hal kejam seperti ini.


“Hiks…hiks…hiks.. kami hanya keluarga miskin, tidak banyak maunya kami. Kami hanya ingin hidup bahagia dengan apa yang kami miliki. Tapi ayahmu datang dengan bangganya dengan title kepala desa disini dan berhasil melecehkan ibuku. Dia IBUKU NUR, DIAAAAA IBUKUUU”


Aku masih mematung melihat ekspresi Mas Asep yang serasa berat sekali. Aku seolah terhanyut kedalam penderitaan yang ia alami. Tidak terasa air mataku juga jatuh mendengar kenyataan yang aku dengar. Tidak mungkin Mas Asep berbohong atau mengarang cerita.


“kamu sudah dapat apa yang kamu mau kan? Sekarang pulanglah dan jangan sekali-sekali bertemu denganku lagi. Aku tidak bisa lihat wajahmu, seorang anak dari ayah yang melecehkan ibuku dan menginjak-injak kehormatan keluargaku” kata Mas Asep dengan mengelap air matanya dengan kedua tangannya


Sekarang diriku yang ketar ketir mendengar apa yang diucapkan dia. Entahlah apa yang aku rasakan sekarang, yang pasti keringat dingin langsung merambah seluruh tubuhku.


“Kamu dengar kan? Sekarang pulanglah” katanya segera beranjak dari kursinya


Aku langsung berdiri dan segera memeluknya dengan erat. Aku terisak-isak menangis dipelukannya. Aku takut dengan ancaman yang ia katakana tadi. Perasaanku langsung benar-benar keder. Mungkin ini yang dinamakan “Kena Mental”.


“Hiksss.. jangan tinggalin aku… hikss…”


Aku melepas pelukannya dan menatap wajahnya yang kini membuang muka dariku.,


“Aku lakuin apa saja buatmu. Inih aku buka bajuku. Inih aku bukaaa yaa”


Aku membuka jaketku dan segera melepas kancing bajuku dengan cepat. Masa bodo dengan perawanku, aku tidak mau dia pergi dan menghindar dariku.


Saat sudah mulai membuka beberapa kancing bajuku, tangan Mas Asep mencegahku untuk membuka kancing selanjutnya.


“Jangan bertingkah bodoh” dia masih membuang mukanya


“Huaaaa… hiks.. hiks… aku lakukan apapun untukmu. Kalau kamu menginginkannya, maka aku berikan malam ini” aku menangis makin jadi dan kembali memeluknya dengan erat.


Aku sudah lupa dengan harga diriku, aku memang sengaja melupakan hal itu karena aku baru paham dengan apa yang terjadi selama ini dengan Arjunaku ini. Bapak, untukmu nanti ada porsi sendiri. Sekarang aku harus cari cara supaya Mas Asep tidak meninggalkanku.


Mas Asep membalas pelukanku, aku sedikit dengan lega dengan respon tersebut. Aku merasa kalau malam ini menang membujuknya untuk tidak meninggalkanku. Aku benar-benar lega sekali. Pelukan seperti ini yang aku inginkan dari dulu.


“Kamu yakin mau memberikan aku semuanya”


Aku melepas pelukannya dan melihat wajahnya yang nyengir mesum. Oh Shit…

- Bersambung
Cendol meluncur, buat nemenin ngetik update hu. ...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd