Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MUDA & BERBAHAYA

Siapakah tokoh yang dimaksud dalam judul?

  • Abimanyu Pramoedya Putra (Bimbim)

    Votes: 56 56,0%
  • Joko Unggul Pranoto (Joe)

    Votes: 3 3,0%
  • Keduanya (Bimbim & Joe)

    Votes: 20 20,0%
  • TS-nya (@Pedjuank)

    Votes: 21 21,0%

  • Total voters
    100
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Maraton bacanya
Mantap hu cerianya
Makasih gan nyempetin waktu buat baca rally cerita nubie....

Waduh....Siska kekasih Bimbim mati....?
Moga emosi Bimbim nggak disalurkan ke Guntur sahabatnya ya suhu@Pedjuank...
Kasih tahu nggak yaaaa....

Mending ngopi dulu sambil nunggu lanjutannya
:mabuk:

Selalu tegang setipa baca cerita ini haha lanjut hu
Nyang tegang apanya hu:huh:


Om temenin Ela pitnes yuk biar nggak tegang
 
Akhirnya sampe sini jg.
Makasih om Pedju, lancrotkan....
 
BAGIAN 22
BUMI SEMAKIN PANAS


”Je, perasaan gue kok nggak enak ya?” Ucap Guntur.

“Ah mungkin elu kecapekan kali Gun... kan akhir-akhir ini kita lagi ngadepin banyak masalah.”

”Hari ini elu udah liat Bimbim?......” Tanya Guntur lagi.

"Belum, paling lagi mampir cari sarapan."

Guntur terlihat bingung mau berbuat apa, sesaat kemudian dia berdiri lalu mengambil kunci motornya.

"Gue mau cari Bimbim dulu!" Ucap Guntur dengan tatapan serius.

"Gue ikut... Perasaan gue juga tiba-tiba nggak enak mikirin Bimbim."

Mereka berputar-putar ke lokasi yang sering dikunjungi Bimbim di pagi hari. Sepanjang jalan keduanya hanya diam sambil memperhatikan sekitar, semakin lama perasaan mereka makin cemas. Tiba-tiba kendaraan mereka dicegat seseorang. Guntur segera menghentikan motornya karena ia mengenal orang itu juga salah satu anak buah Budi.

"Sorry bang, ada berita gawat. Gue dapet laporan ada bunyi ledakan di daerah safe house 69. Kita juga lost contact sama Dede dan Tama."

"Gue langsung kesana, elu hubungin komandan."

Guntur segera memacu motornya ke lokasi yang dimaksud. Ketika sudah mendekati rumah tersebut Guntur dan Jati melihat kepulan asap tebal membumbung ke langit yang bersumber dari rumah itu. Beberapa warga sekitar terlihat mengerubungi rumah itu. Tampak pula beberapa petugas pemadam coba memadamkan api yang berkobar sambil mensterilkan lokasi tersebut.

Guntur memarkir motornya di tepi jalan, selanjutnya Guntur dan Jati bergegas mencari tahu keberadaan Bimbim ataupun Siska. Mereka melihat Bimbim bersimpuh didepan kendaraan yang terbakar sambil meraung.

"Biar gue aja yang kesitu, elu disini aja cari info." Ucap Jati setengah berbisik.

Jati segera mendekati Bimbim. Ditepuknya pundak Bimbim sambil memintanya untuk bersabar menerima kejadian ini.

"Mana tuh an**ng! Elu kemari bareng an**ng itu kan?!"

"Lu tenangin diri lu dulu. Ini takdir, Bim. Bukan salahnya Guntur."

"Bang temennya disuruh minum dulu biar agak tenang..." Tegur seorang warga.

"Makasih Pak..." Balas Jati ketika menerima segelas air dari warga tersebut. "Bim, elu minum dulu nih."

Bimbim meminum air tersebut beberapa tegukan. Kemudian Bimbim bangkit berdiri diikuti Jati, mereka berpelukan.

"Maaf mas, bisa kasih keterangan sebentar." Ucap seorang polisi yang baru saja tiba di lokasi.

Bimbim memberikan semua informasi yang dia ketahui pada polisi itersebut.

Sementara itu di tempat yang berbeda Guntur langsung mencari keberadaan kedua rekannya yang bertugas mengawasi rumah aman itu. Yang pertama ia mendatangi sebuah rumah yang juga brrfungsi sebagai warung.

("Kenapa jam segini belum buka, jangan-jangan telah terjadi sesuatu terhadap Dede.")

Guntur bermaksud mengetuk pintu rumah itu, ternyata pintu rumah itu tidak tertutup rapat. Guntur semakin was-was. Didorongnya pintu itu lalu masuk ke dalam rumah kemudian menutupnya kembali. Diperksanya tiap ruangan rumah itu, pemuda itu mendapati ada beberapa bagian rumah itu yang berantakan seperti telah terjadi pergumulan di tempat itu. Pemuda itu terus menyisir rumah tersebut hingga akhirnya pemuda itu menemukan jasad Dede beserta istrinya di dalam kamar mandi. Guntur segera melaporkan apa yang terjadi di rumah itu melalui radio.

"Kamar 691 chek-out segera kirim cleaning service..."

"8-6" Sahut operator.

Guntur segera meninggalkan rumah itu untuk mencari rekannya yang lain. Pemuda itu menyisir area di sekiitar rumah aman. Lokasi itu memang tidak terlalu ramai, letaknya di pinggiran sebelah kota tersebut. Jarak antar rumah cukup renggang ditambah hampir tiap rumah punya halaman masing-masing.
Setelah beberapa saat menyisir lokasi tersebut, akhirnya Guntur menemukan jasad Tama diantara rimbunan semak di belakang rumah aman. Guntur kembali membuat laporan ke markas.

"Teras belakang butuh cleaning service... quick, tamu udah pada datang."

"8-6... manajer sudah merapat ke aula utama"

Sebelum kembali menuju rumah aman, Guntur sekali lagi menyisir sekitar area tersebut berharap mendapatkan petunjuk. Setelah dirasa cukup, pemuda itu kembali menuju rumah aman. Saat tiba di rumah tersebut matanya beradu pandang dengan Jati, ia memberi kode agar Bimbim dan Jati mengikutinya. Setelah mereka bertemu di lokasi yang terpisah dari keramaian, Bimbim yang masih emosi bermaksud menyerang Guntur. Jati segera menahannya.

"Tenang dulu Bim, kalo Guntur berani ketemu sama elu sekarang berarti dia punya berita yang penting."

"Gue harap berita itu bener-bener penting."

"Siska masih hidup Bim..." Ucap Guntur sambil memperlihatkan sebuah benda yang ditemukannya di sekitar lokasi.


**********




Pagi itu Grace asik membaca buku sambil mengisi waktu saat tidak ada pelajaran di kelas. Sebenarnya ia agak terganggu dengan suasana gaduh seisi kelas karena ketidak hadiran seorang guru di kelasnya. Ela yang melihat hal itu mendekati sahabatnya.

"Grace, ke kantin yuk.. "

"Nanti aja La, aku belum laper."

"Temenin gue, mumpung Pak Ecko nggak ngajar. Daripada disini brisik, mending lu baca di kantin."

"OK deh... Yuk!"

Kedua gadis itupun berjalan beriringan ke arah kantin sekolah yang terletak di belakang kelas mereka.

"Lu mau nitip pesen apa?"

"Aku nitip es jeruk aja."

Ela segera memesan 2 gelas es jeruk. Sesaat kemudian gadis itu sudah kembali ke meja tempat Grace berada sambil membawa 2 gelas es jeruk pesanannya.

"Grace, nanti sore temenin gue jalan-jalan yuk. Udah lama kita nggak jalan bareng."

"Loh kamu sudah nggak kerja lagi di kantor papanya Joe?"

"Capek Grace, jadi gue cuti dulu. Gue make alesan lagi banyak tugas sekolah."

"Dasar kamu yaa... Mentang-mentang kenal sama anaknya bos kamu seenaknya aja kerjanya. "

"Gue kan tetep semangat kerjanya, cuma butuh refreshing sebentar."

"Memangnya kamu mau kemana La?"

"Gue lagi pingin ngunjungin TK gue dulu, kangen main ayunan disana."

"Main ayunan? Kayanya lucu juga, boleh deh."

"Deal yaa..."

Grace menganggukkan kepalanya lalu melanjutkan bacaannya sedangkan Ela walaupun gadis itu membuka buku yang dibawanya namun ia sama sekali tidak memperhatikan isi buku, pikirannya mengingat kembali kejadian tadi malam.

"Jadi apa rencana lu?"

"Apapun yang nanti elu kerjain pada akhirnya akan terganjal oleh restu bokap-nyokap lu. Maka satu-satunya jalan keluar adalah nyingkirin Pranoto..."

"Gue nggak mau sampai hal itu terjadi, Joe pasti nggak akan pernah maafin gue kalo sampe gue ngelakuin hal itu. Gue juga nggak setuju pake cara-cara seperti itu, lagipula apa yang dilakukan om Pranoto bukan kesalahan dia sepenuhnya."

"Elu pikir apa yang terjadi antara lu sama ba****an itu karena faktor kekhilafan aja. Elu belum kenal siapa dia sebenarnya. Gue bisa menduga kalo semua udah masuk dalam skenario dia, gue bisa nyari buktinya kalo perlu.

Coba elu pikir, kalo dia beneran nggak mau ketauan anaknya, ngapain dia bawa lu ke apartemennya bukan ke hotel. Gue tebak dia sebenernya tahu kalo pagi itu Joe akan ke apartemen, Pranoto pingin Joe bener-bener benci sama lu dan ngelupain elu. Tujuannya agar Joe fokus dapetin Grace."

"Jadi malsud elu kemarin om Pranoto cuma akting?"

"Sejak lu masuk ke kantornya, dia sudah menebar jaringnya buat merangkap elu. Apa lu nggak merasa aneh, anak SMA bisa langsung magang di posisi staff sekretaris walaupun elu kenal sama anaknya."

Ela menundukkan wajahnya karena merasa malu. Gadis itu merasa begitu lugu tidak menyadari telah masuk perangkap Pranoto. Di dalam benaknya mulai terbayang kilasan-kilasan peristiwa selama ia magang di perusahaan itu, dan saat ini ia baru menyadari banyak kejanggalan yang dialaminya. Mulai dari fasilitas yang diterimanya hingga perhatian yang diberikan Pranoto kepadanya.

"Udah elu nggak usah mikirin hal itu, seandainya nggak ada kejadian yang elu alami pun gue juga emang mau nyingkirin Pranoto. Ba****an itu biar gue yang urusin, bagian lu adalah ngupayain memorinya Grace balik lagi. Gue yakin elu pasti bisa ngelakuin itu. Tapi usahain jangan ngelibatin orang tuanya Grace."

"Loh kenapa?"

"Feeling gue ngerasa mereka lebih nyaman kondisi Grace seperti saat ini. Kemungkinan mereka memang berusaha menjauhkan Grace dari masa lalunya."

Sejak percakapannya dengan Bram semalam, Ela bertekad membantu memulihkan memori Grace, itu sebabnya ia mengajak Grace ke sekolah masa kecil mereka. Sebuah langkah awal mengajak gadis itu ke tempat-tempat yang bisa membangkitkan memorynya.

Selang beberapa saat terdengar bel tanda pergantian jam pelajaran. Kedua gadis itu pun segera kembali ke kelasnya.


**********
"Darimana elu bisa yakin kalo Siska masih idup?" Tanya Jati pada Guntur.

"Ada 3 kemungkinan barang ini jatuh. Pertama sengaja dijatuhin Siska, kedua sengaja dijatuhin orang yang bawa Siska, dan ketiga barang itu jatuh nggak sengaja.

Untuk kemungkinan pertama dan kedua alasannya sama, sengaja ngasih tahu kita kalo Siska masih idup. Sedangkan untuk kemungkinan ketiga, walau nggak sengaja tetep sama nunjukkin kalo Siska masih idup. Nggak mungkin mereka bawa Siska dalam keadaan mati."

"Ini berita bagus Bim, elu masih bisa nyelamatin cewek lu." Sahut Jati.

Guntur dan Jati menatap Bimbim, namun diluar dugaan mereka tidak ada kegembiraan yang terpancar dari raut wajah pemuda itu. Justru sorot matanya terlihat tajam penuh emosi memandang Guntur.

"Sejak kapan elu jadi bego. Elu pikir gue seneng denger berita itu. Elu pasti udah bisa nebak siapa yang bawa Siska. Gue lebih ngarep Siska mati dalam ledakan tadi daripada dia harus ketangkep anak buahnya Fredy. Gue nggak sanggup ngebayangin apa yang akan dilakukan Fredy." Ucap Bimbim emosi.

Guntur menyadari kesalahannya kali ini. Ditatapnya Bimbim dengan penuh penyesalan, namun di sisi lain ia juga sudah bersiap mengantisipasi serangan Bimbim.

"Gue udah bilang, elu harus tanggung jawab kalo terjadi sesuatu sama Siska ! " Seru Bimbim sambil berlari kearah Guntur.

Sebuah pukulan lurus menderu cepat ke arah Guntur, pukulan tersebut masih dapat ia hindari namun hawa pukulan tersebut mampu membuat merinding bulu kuduknya. Dari hal itu Guntur paham jika Bimbim tidak main-main, pemuda itu langsung menyerangnya dengan pukulan yang mematikan. Guntur segera meningkatkan kewaspadaannya.

"Bim tahan!"

Bimbim tak menghiraukan seruan dari Jati agar ia menahan serangan. Bimbim kembali menyerang Guntur dengan ganas. Tidak mau terus didesak setelah berhasil menangkis serangan, Guntur balas nenyerang Bimbim. Pukulan yang dilancarkan Guntur dengan telak mengenai wajah Bimbim namun tidak berhasil membuat pemuda itu bergeming, bahkan dari raut wajah Bimbim tidak tampak kesakitan. Justru saat ini ekspresi Bimbim terlihat sangat marah.

Sebuah tendangan menjejak dengan cepat dilakukan Bimbim, kali ini Guntur tidak punya kesempatan untuk menghindarinya sehingga jatuh terpelanting. Guntur segera bangkit, selanjutnya kedua pemuda itu kembali memasang kuda-kuda.

"HEAAAAAHHH!!!"

Didahului sebuah bentakan keras, Guntur kembali menyerang Bimbim. Kedua tangan Guntur menyerang bersamaan ke dua sisi tubuh Bimbim. Dengan santai Bimbim menangkis kedua serangan tersebut. Terjadi pergumulan sesaat, keduanya berusaha saling mendorong. Bimbim berhasil menyingkirkan lengan Guntur sehingga pertahanan pemuda itu menjadi terbuka. Sebuah pukulan kilat menyambar wajah Guntur dengan telak yang memaksa pemuda itu surut beberapa langkah.

Guntur kembali merangsek kearah Bimbim namun Bimbim berhasil menahan tubuh Guntur. Kembali terjadi pergulatan antara keduanya. Kedua tangan mereka saling mencengkram coba menjatuhkan lawannya, kedua kakipun silih berganti berusaha saling menendang, menjejak ataupun menyapu kaki lawannya.

Perkelahian berlangsung sebat dan cepat, dalam sebuah kesempatan akhirnya Bimbim berhasil menyapukan kakinya mengenai bagian belakang lutut Guntur hingga pemuda itu hilang keseimbangannya. Kesempatan tersebut segera digunakan Bimbim untuk membanting tubuh Guntur disusul pukulan beruntun kearah wajah pemuda tersebut.

Melihat hal itu Jati segera bergerak ke arah Bimbim untuk melerai. Dipeluknya Bimbim dari belakang lalu menarik tubuhnya agar menjauhi Guntur.

"Cukup Bim... "

Bimbim menangkap kedua pergelangan tangan Jati yang berusaha mengunci tubuhnya, dibukanya kuncian itu lalu badannya bergerak ke kiri sedikit merunduk melalui bawah ketiak lalu kebelakang tubuh Jati sambil satu tangannya memuntir tangan pemuda itu dan tangan lainnya mengunci leher Jati.

"Lu nggak usah ikut campur! "

Jati berusaha memberontak, tangannya yang bebas berusaha membebaskan kuncian Bimbim namun sia-sia, justru kuncian Bimbim makin kuat.

"Lepasin Jati, gue yang jadi lawan lu. " Seru Guntur walau dalam hatinya ia ragu sanggup menghadapi Bimbim seorang diri.

Bimbim melepaskan Jati lalu bersiap menghadapi Guntur. Sebuah pukulan keras dari Guntur menderu kearah Bimbim, namun baru separuh jalan Bimbim menangkap tinju Guntur dengan tangan kiri lalu tangan kanannya balik menyerang Guntur. Wajah Guntur terkena pukulan itu dengan telak. Pemuda itu membalasnya, sebelum Bimbim menarik pulang tangan kanannya, tangan kiri Guntur meluncur dengan deras menghajar wajah Bimbim. Keduanya silih berganti menghujamkan pukulan, namun Bimbim sedikit lebih unggul karena pukulannya lebih banyak yang masuk mengenai wajah dan tubuh Guntur.

Jati kembali berusaha melerai keduanya, ia bermaksud menerkam pinggang Bimbim. Namun Bimbim yang menyadari bahwa Jati kembali ikut campur segera menyapukan tendangannya menghalangi gerakan Jati. Menyadari maksudnya telah diantisipasi oleh Bimbim, Jati segera menarik sergapannya. Akan tetapi justru Bimbim balik menyerang Jati. Pukulan Bimbim datang dengan cepat kearah kepala Jati. Dengan merundukkan badannya Jati cepat menghindari pukulan tersebut. Menggunakan kelebihannya dalam hal kecepatan, Jati balas memukul Bimbim. Meskipun pukulan tetsebut mengenai wajahnya dengan telak, Bimbim seolah tidak merasakannya. Pemuda itu kembali menyerang Jati.

Sementara itu Guntur yang sempat tertekan sebelumnya seolah diberikan kesempatan untuk mengambil nafas sejenak. Setelah sesaat mengumpulkan kembali kekuatannya, Guntur kembali menyerang Bimbim.

Jati menyerang Bimbim dengan pukulan yang diarahkan ke wajahnya, namun segera ditangkis oleh Bimbim. Dengan cepat Jati melancarkan tendangan susulan ke sisi tubuh sebelah kiri Bimbim. Namun Bimbim menggunakan lengan kirinya sebagai pelindung. Di saat bersamaan Bimbim menendang ke bagian perut Jati. Walaupun sudah berusaha meredam tendangan tersebut dengan tangannya, namun karena posisi kakinya yang tadi digunakan untuk menyerang belum kembali menginjak tanah dengan sempurna maka Jati tidak bisa menahan tendangan Bimbim dengan baik. Tubuhnya terdorong mundur beberapa langkah.

Tanpa memberi jeda, giliran Guntur yang melancarkan pukulan. Bimbim mengibaskan tangannya untuk menghalau pukulan Guntur, kemudian kakinya disapukan mengincar sendi bagian belakang lutut yang memaksa Guntur setengah berlutut. Sebelum sempat Bimbim melakukan serangan susulan, Jati sudah kembali melepaskan pukulannya agar konsentrasi Bimbim terpecah.

Pertarungan dua melawan satu berlangsung cepat. Pukulan serta tendangan dilakukan silih berganti oleh ketiganya. Tidak ada satupun yang memberi kesempatan lawannya untuk mengambil nafas sejenak. Setelah lebih dari lima menit berjalan barulah terlihat siapa pemenangnya.
Guntur mengarahkan lututnya ke bagian perut Bimbim, namun baru separuh jalan Bimbim sudah menahan serangan itu menggunakan kakinya. Sesaat kemudian Jati ikut menyerang dari arah berlawanan. Dengan cepat Bimbim memutar tubuhnya kemudian menangkis pukulan Jati. Disaat bersamaan setelah usahanya menggunakan lututnya gagal, Guntur mengeluarkan tinjunya yang memaksa Bimbim untuk kembali memutar tubuhnya lalu menangkis tinju Guntur lalu dengan cepat balik menyerang dengan tangannya yang lain. Sekali lagi tinju Bimbim membuat Guntur terhuyung ke belakang.

Jati menyerang Bimbim dari arah belakang, membuat Bimbim mengurungkan niatnya memburu Guntur. Untuk menghindari serangan tersebut Bimbim segera merundukkan kepalanya, namun Jati dengan cepat mengarahkan lututnya memburu kepala Bimbim. Akan tetapi Bimbim sudah menduga hal itu sehingga ia cepat menutup gerakan Jati dengan kedua tangannya. Jati terus memburu Bimbim dengan kombinasi pukulan yang bertubi-tubi. Setelah lima pukulan berhasil dielakkan ataupun ditangkis, pada serangan pukulan yang keenam Bimbim berhasil menangkap pergelangan tangan Jati. Ditariknya pergelangan tangan Jati lalu mencengkram kaos yang dipakai Jati, selanjutnya Bimbim melakukan teknik bantingan yang membuat tubuh Jati menghantam tanah dengan keras.

Guntur yang sudah kembali melancarkan pukulan dan tendangan beruntun membuat Bimbim terdesak, namun sesaat kemudian situasi berbalik. Serangan balasan Bimbim bertubi-tubi menghajar tubuh Guntur. Setelah mampu menahan sekitar sepuluh pukulan dan tendangan, pada kesempatan berikutnya Guntur roboh akibat tendangan setengah memutar dari Bimbim.

Bimbim langsung kalap menghajar Guntur sementara Jati yang belum mampu bangkit hanya bisa menyaksikan Guntur jadi bulan-bulanan Bimbim. Untung saja Inspektur Budi tak lama kemudian tiba di lokasi itu beserta beberapa anak buahnya. Butuh lima orang anak buah Budi untuk bisa mencegah Bimbim terus menghajar Guntur.

"Tenang Bim... Saya tahu kamu saat ini sangat marah karena kematian Siska, tapi akan lebih baik jika energi kemarahanmu disalurkan untuk menghadapi Fredy bukan justru menghabisi teman sendiri." Budi berusaha menenangkan Bimbim.

"Jauh lebih baik kalau Siska beneran udah mati..."

"Maksud kamu...?"

"Tanya sama anak buah anda yang bego itu..."

Budi segera mendekati Guntur lalu berjongkok disebelahnya.

"Gimana kondisi kamu?"

"Saya ngapapa ndan... Resiko pekerjaan." Jawab Guntur sambil meringis menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Guntur menceritakan dengan singkat hasil penyelidikannya serta percakapan dengan Jati dan Bimbim yang berakibat perkelahian yang baru saja terjadi. Budi kembali berdiri lalu mendekati Bimbim.

"Lepasin dia..." Perintah Budi pada anak buahnya sambil memberi kode untuk tetap waspada jika Bimbim kembali ngamuk. "Kamu harus bisa lupakan Siska... Kamu bilang lebih baik Siska sudah mati, maka anggaplah Siska sudah mati. Jangan bebani isi pikiranmu dengan hal-hal yang seharusnya kamu abaikan. Mungkin aku terdengar jahat, tapi ini memang tugasku. Ketika seorang raja maju merebut tahtanya maka pasti ada prajurit yang dikorbankan, maka tugasku sebagai seorang perwira adalah meminimalisir jatuhnya korban walau jalan yang kuambil terlihat kejam."

Bimbim menatap tajam ke arah Budi, pemuda itu coba membaca arah pembicaraan perwira polisi tersebut.

"Anda bisa bicara seperti itu karena bukan orang dekat anda yang jadi korban..."

"Kamu salah Bim, justru aku yang paling banyak kehilangan. Sulit mencari anak buah yang bisa dipercaya saat ini. Maka dari itu aku sangat menyayangi semua anak buahku, bahkan mereka sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Termasuk Siska yang baru belakangan bergabung, dia seperti adikku sendiri yang baru kutemukan setelah dewasa. Tapi aku tidak mau terus larut dalam kesedihan karena akan mempengaruhi setiap pengambilan keputusanku. Seperti yang baru saja kamu lakukan, hal itu justru akan menambah daftar korban di pihak kita. "

"Jadi apa saran anda?"

"Jangan pikirkan apa yang terjadi pada Siska, dia sudah tahu resikonya. Kalau perlu anggap dia sudah mati supaya bayang-bayang Siska tidak menghantuimu. Fokuskan energimu untuk menghancurkan Fredy."

Bimbim diam sejenak memikirkan ucapan Inspektur Budi.

"Gue perlu waktu sendiri... Gue akan balik dalam dua tiga hari. Jauhin an**ng itu dari gue, karena gue tetep nggak akan maafin dia." Ucap Bimbim sambil menunjuk Guntur.

"Gue ikut elu Bim, elu butuh orang untuk nemenin lu. Gue janji nggak akan ganggu lu, gue cuman mau jagain lu jangan sampai ngelakuin hal-hal gila yang akan ngerugiin lu sendiri." Sahut Jati menawarkan diri menemani Bimbim.

"Terserah lu, tapi jangan coba ngelawan gue kaya tadi..."

"Mana mampu gue ngelawan lu sendirian."

Kedua pemuda itu berjalan meninggalkan lokasi tersebut. Mereka berjalan ke tempat Bimbim memarkirkan motornya lalu pergi entah kemana. Sementara itu Inspektur Budi menginstruksikan anak buahnya untuk mensterilkan daerah itu dan selanjutnya mencari tahu keberadaan Siska. Guntur ia suruh untuk sementara waktu menghindari Bimbim sampai situasinya menjadi kondusif.

Saat Bimbim dan Jati meninggalkan lokasi tersebut salah seorang anak buah Budi secara diam-diam mengirim pesan singkat pada seseorang melalui HT. Agar dia tidak dicurigai teman-temannya okum tersebut mengirim berita secara morse dengan mengetuk-ngetukkan jarinya.

TO + 1 sudah memisahkan diri.

Ditempat lainnya sang penerima pesan tersenyum licik karena situasi berjalan sesuai dengan skenarionya.


**********
Bram meninggalkan rumah keluarga Wijaya saat seluruh penghuni rumah itu masih tidur, pemuda itu menyampaikan salam perpisahan dalam sebuah kertas. Bram sengaja melakukan itu agar tidak terjadi seremonial tidak perlu yang justru bisa membuatnya berubah pikiran.

Setelah menyempatkan diri istirahat di tempat kediamannya, menjelang siang pemuda itu keluar untuk mencari perkembangan informasi selama ia dirawat di rumah keluarga Wijaya.

"Boy ada berita apa?"

"Informasi ini mahal harganya..."

"Ada apa Boy? Nggak biasanya lu matre gini. Lu ngomong dulu nanti gue tentuin berapa harganya."

"Bukan masalah uang, tapi gue mau elu ngelakuin sesuatu buat gue."

Bram memperhatikan pemuda yang duduk dihadapannya dengan serius. Boy menyerahkan secarik kertas kepada Bram.

"Temuin gue di alamat itu, gue jalan kesana duluan. Kasih waktu 10 menit baru elu nyusul gue." Ucap Boy lalu segera meninggalkan Bram.

Bram memperhatikan alamat yang tertera di kertas tersebut. Di benaknya mulai timbul pertanyaan, pemuda itu mulai menduga-duga kemungkinan yang akan dihadapinya.

("Sepertinya bukan Boy sendiri yang punya masalah, dia mau gue bantuin orang lain yang lagi kena masalah. Tapi orang itu pasti deket sama Boy.")

Bram menunggu hingga waktu yang ditentukan lalu ia meninggalkan tempat itu menuju ke alamat yang tertera dalam kertas yang di berikan oleh Boy. Sesampainya di alamat tersebut Bram segera masuk ke bagian teras yang terbuka.

Di alamat tersebut berdiri sebuah rumah petak yang berhimpitan dengan rumah di sekitarnya yang bentuk dan ukurannya mirip. Sepertinya rumah-rumah di lokasi tersebut dijadikan sebagai rumah kontrakan ataupun kost-kostan.

"Masuk Bram..." Ucap Boy lalu sesaat celingukan memperhatikan kondisi sekitar rumah.

Di dalam rumah itu Bram melihat seorang gadis dengan wajah seperti habis dipukuli.

"Siapa dia Boy... "

"Cewek gue... "

Bram menatap Boy dengan tatapan nggak yakin. Boy yang kerjaan sehariannya cuma bantu-bantu di bengkel langganan Bram, tampangnya pun pas-pasan sejurus sama isi kantongnya. Sedangkan cewek yang dimaksud terlihat seperti dari golongan berada, paling tidak gadis itu seorang mahasiswi ataupun pegawai kantoran. Jika keduanya disandingkan sangat tidak serasi.

"Lu sekarang main pelet yaa..."

"Hehehehe... bercanda gue, tapi kalo dianya mau gue nggak keberatan."

"Seriusan.... Siapa dia?"

Boy mulai menceritakan pertemuannya dengan gadis itu.


Empat bulan yang lalu...

Sebuah mobil van hitam mendekati sebuah bengkel motor yang baru saja buka. Mobil itu berhenti tepat di depan bengkel tersebut. Pintu tengah mobil itu bergeser membuka lalu turunlah seorang pemuda dari dalam mobil itu.

"Boy! Kemari sebentar... " Panggil pemuda itu pada salah seorang montir yang jadi langanannya.

Montir yang dipanggil namanya segera mendekat.

"Ada apa bos Farid? Mau nyeting motor lagi? Lah yang kemarin aja belum lunas..."

"Ini makanya mau gue lunasin. Kurang berapa gue?"

"Lima puluh..."

"Setan lu, ngomongnya kenceng bener. Bikin malu gue aja, masak cuman lima puluh ribu gue ngutang. Kalo didengar orang-orang malu gue."

"Tapi kan kenyataannya emang gitu..."

"Setan lu. Malah dibahas lagi, mau gue bayar nggak?"

"Maulah, kalo bisa lebihin..."

"Tenang aja gue lebihin kok. Tapi gue lagi nggak bawa uang, gue ganti pake cewek aja yaa."

"Gue lagi butuh uang bos, kalo cewek kapan-kapan aja deh."

"Liat dulu ceweknya... " Ucap Farid menyuruh Boy melihat kedalam mobil.

Sebenarnya Boy malas mengikuti permintaan Farid karena dia memang sedang butuh uang. Namun dengan setengah hati Boy terpaksa melongok kedalam mobil. Didalam mobil terlihat sesosok tubuh perempuan yang sudah telanjang berbaring di atas kasur tipis yang digelar di bagian tengah mobil. Walaupun wajahnya tertutup rambutnya yang awut-awutan namun dari bentuk body serta kemulusan kulit perempuan itu langsung membuat Boy berubah pikiran.

"Gimana, bisa kan buat ngelunasin utang gue."

"Bisa banget bos..."

"Ya udah lu buruan masuk ikut gue. Ngentotnya sambil jalan-jalan."

"Bentar bos gue ijin dulu sama babeh Dudung."

Boy segera kembali ke bengkel menemui pemilik bengkel untuk mohon ijin keluar sebentar. Tak lama kemudian Boy sudah kembali menemui Farid. Mereka segera masuk ke dalam van tersebut. Sesaat kemudian Van itu mulai meluncur.

Van tersebut seharusnya memiliki tiga baris kursi, namun kursi bagian tengah sudah dicopot diganti gelaran kasur tipis. Farid duduk dikursi belakang sedangkan Boy bersimpuh di samping gadis itu yang sepertinya tertidur katena kelelahan.

Boy menyibakkan rambut gadis itu ingin melihat wajahnya. Setelah melihat wajah sang gadis birahi Boy semakin naik. Wearpack yang dikenakannya segera ia buka termasuk kaos dalam serta celana dalam yang digunakannya. Selanjutnya Boy berbaring sejajar menghadap sang gadis lalu berusaha membangunkan gadis itu dengan cara meremasi payudaranya.

Gadis itu menggeliat sambil mendesah pelan namun matanya belum terbuka. Mendengar suara desahan gadis itu membuat Boy semakin bernafsu, remasan tangannya pada payudara gadis itu semakin kencang. Perbuatan Boy memaksa gadis itu terbangun dan membuka matanya.

"Selamat pagi cantik.... Siapa namanya?" Ucap Boy sok bersikap lembut namun gadis itu tidak meresponnya.

"Dijawab itu... Elu itu sekarang lonte jadi lu harus bisa nyenengin pelanggan lu." Ujar Farid keras.

"Ivana..." Jawab gadis itu lirih.

"Gue Boy... Elu ridho kan gue entot sekarang?"

Ivana hanya melongo mendengar pertanyaan dari Boy. Tentu saja gadis itu sebenarnya ingin berteriak "ENGGAK!!!" namun pita suaranya tiba-tiba seperti tercekik karena sangat shock.

"WAK... WAK... WAK... WAK... WAK... WAK... WAK... WAK... Nggak mungkinlah dia ridho ngentot sama elu, yang ada dia empet liat tampang elu. Ada-ada aja sih lu, Boy... " Cerocos Farid sambil menertawakan Boy.

"Elu ngerusak mood gue aja bos..."

"Tinggal ngentot aja kebanyakan gaya luh. Buruan ngentotnya, gue juga masih pengen ngentotin sekali lagi pagi ini sebelum gue balikin ke keluarganya."

"Iya, tahu... Gue juga musti balik ke bengkel."

Tidak menunggu lebih lama lagi Boy mulai menggerayangi tubuh Ivana. Mulutnya menyosor bibir gadis itu dengan ganas lalu dilumat. Lidahnya dimasukkan ke dalam rongga mulut Ivana lalu mengobok-oboknya, namun tidak ada reaksi sama sekali dari si gadis. Boy berusaha merangsang Ivana dengan berbagai macam cara, tidak ada satupun bagian tubuh gadis itu yang lupuut dari gerayangan kedua tangan Boy. Bahkan mulut serta lidah Boy juga ikut menjelajahi sekujur tubuh Ivana serta meninggalkan beberapa bekas cupangan. Akan tetapi gadis itu masih tidak memberikan respon. Boy mulai kesal terhadap Ivana.

"Elu mau gue kasarin apa milih ngelayanin gue yang bener." Ancam Boy berbisik di telinga Ivana.

Ivana takut mendengar ancaman Boy, gadis itu teringat kejadian kemarin sore saat ia dijebak teman kampusnya lalu diancam untuk melayani keinganannya. Ivana terpaksa menyerahkan keperawanannya pada Jor, teman kuliahnya itu. Namun karena ia tidak menginginkannya, Ivana sengaja bersikap pasif sehingga persetubuhan mereka lebih seperti pemerkosaan dimana sang korban hanya diam tak bereaksi. Joe yang kecewa menjadi marah. Ivana diperlakukan secara kasar, bahkan selanjutnya tubuhnya diserahkan pada Farid dan gengnya. Joe berpesan pada Farid agar memberi Ivana pelajaran dan di didik jadi pelacur. Maka sepanjang malam tadi ia digilir Farid beserta gengnya, tubuhnya disiksa, dipaksa menikmati perkosaan yang mereka lakukan.

Dan saat ini Ivana kembali mendapat ancaman dari pemuda yang baru dikenalnya, hatinya tentu menolak dipaksa melayani pemuda itu. Namun dirinya juga takut kejadian kemarin terulang lagi. Dengan berat hati ia memilih untuk melayani Boy, si montir bengkel. Ivana berfikir buat apa lagi dia mempertahankan harga dirinya yang sudah hancur.

Boy kembali mulai merangsang Ivana, dikecupnya leher Ivana yang jenjang serta putih bersih itu. Gadis itu mulai merasakan tubuhnya bergetar namun ia masih berusaha agar tidak mendesah. Selanjutnya Boy menggerakkan tangannya menangkup payudara Ivana lalu meremas-remasnya.

"Akhhh... ahhh..." Ivana mulai mendesah perlahan..

Setelah beberapa saat terus dirangsang, pori-pori di tubuh Ivana mulai muncul titik-titik peluh, semakin lama makin banyak peluh yang keluar. Boy berhasil meningkatkan libido Ivana sehingga gadis itu mulai kehilangan kontrol atas tubuhnya.

Tangan Boy terus aktif mempermainkan kedua payudara Ivana, jemarinya dengan nakal menekan serta memilin pentilnya yang berwarna merah jambu itu.

"Mmmhhh... aaahhh... Aakkhhhmmm" Ivana tidak mampu lagi menahan suara desahnya.

Tiba-tiba tubuh Ivana tersentak, gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya serta memejamkan matanya. Perasaannya berada diambang batas penolakan atau menikmati apa yang dirasakan tubuhnya.. Tanpa disadari vaginanya mulai basah.

Menyadari hal itu Boy tidak mau buang waktu lagi. Boy mengarahkan penisnya ke bibir vagina Ivana yang mulai basah. Penis itu digesekkan pada bibir vagina gadis itu sambil tangannya mengangkat kaki kiri Ivana lalu disampirkan pada bahunya.

Perlahan Boy memasukan penisnya dalam lubang vagina Ivana. Tangan Ivana dikepal erat selama proses penetrasi itu terjadi hingga seluruh batang penis Boy terbenam seutuhnya dalam lubang vagina Ivana. Boy membiarkan sejenak penisnya dalam lubang kenikmatan tersebut lalu mulai menggenjotnya.

"Akhhh... Akhhh... Akhhhhhh...." Erang Ivana menikmati persetubuhannya.

"Nikmat banget memek lu Ana... Untung banget gue bisa ngentotin lu cuman bayar lima puluh rebu." Ucap Boy sambil terus memaju-mundurkan penisnya.

Boy terus menyetubuhi Ivana hingga ia merasakan mobil Van itu berhenti. Pemuda itu menghentikan aktifitasnya sejenak lalu melihat kearah kaca jendela. Di luar terlihat detetan rumah-rumah yang terlihat asri.

"Dimana kita sekarang bos?" Tanya Boy yang tidak mengenali lokasi tersebut.

"Itu yang tembok rumahnya warna krem rumahnya Ivana." Tunjuk Farid ke sebuah rumah yang berjarak sekitar 100 meter dari lokasi Van itu berhenti.

"Loh, udah mau dibalikin nih cewek? Gue belum sampe ngecrot nih..."

"Santai Boy, justru gue mau buat suasana tambah hot. Sekarang lu lanjutin aja lagi, tapi ganti gaya dogy."

Boy langsung membalikkan tubuh Ivana dan menyuruhnya nungging dengan bertumpu pada kedua lutut dan sikunya. Boy meremasi pantat Ivana beberapa saat dengan gemas lalu mengarahkan penisnya bersiap menyetubuhi gadis itu kembali.

“Aahh...!” Ivana melenguh pelan saat Boy memasukkan penisnya ke dalam vaginanya.

Boy memaju-mundurkan penisnya sambil tangannya menggerayangi pantat, punggung dan payudara Ivana yang menggelantung.

Sementara itu dil luar Van tersebut melintas seorang penjual sayuran yang kemudian berhenti di dekat rumah Ivana. Penjual sayuran itu mulai meneriakkan dagangannya. Tidak lama kemudian ibu-ibu yang tinggal di sekitar tempat itu langsung mengerumuni si penjual sayuran, termasuk ibunya Ivana.

"Heh lonte ! Buka kacanya !" Perintah Farid.

Ivana tidak menanggapinya, tiba-tiba Farid mendekati Ivana lalu menjambak rambutnya dengan keras. Dengan terpaksa Ivana membuka kaca jendela Van tersebut. Namun gadis itu hanya membukanya sebagian saja,

"Panggil nyokap lu !" Perintah Farid sambil menarik jambakannya hingga wajah Ivana persis menghadap ke arah kerumunan tersebut.

Karena Ivana tidak mau menuruti perintah Farid, Boy sengaja mempercepat gerakan pinggulnya sambil sesekali menyodokkan penisnya dengan kasar. Disetubuhi sedemikian rupa membuat Ivana tidak dapat mengontrol dirinya, apalagi ditambah perasaan takut ketahuan dirinya sedang disetubuhi pemuda asing oleh ibunya ataupun tetangganya. Hal itu membuat sensasi tersendiri buatnya. Tanpa disadari Ivana tubuhnya juga ikut bergerak merespon sodokan Boy.

"Eeuuhh... Eegghh... Oouuhh... Eeessshhh..."

Suara erangan dari mulut Boy dan Ivana terdengar cukup keras. Mereka bersetubuh penuh nafsu. Rasa takut dipergoki orang-orang yang sedang berkerumun tidak jauh darinya seakan diabaikan sementara waktu oleh Ivana. Gadis itu justru begitu menikmati sensasi tersebut. Kepalanya menggeleng ke kanan dan ke kiri mengikuti gerakan tubuhnya yang disodok oleh Boy.

Crookk... Crookk... Cloopp... Cloopp... Crroopp... Crroopp... Cllookk... Cllookk...

"Oosshh... Oouughh... Ooohhh..."

Suara beradunya alat kelamin dan erangan keduanya terdengar sangat menggairahkan. Farid yang tidak tahan melihatnus kini satu ikut meremasi payudaranya Ivana. Wajah gadis itu dihadapkan pada wajahnya. Dengan buas Farid melumat bibir Ivana.

Sementara itu ibunya Ivana tiba-tiba memalingkan wajahnya ke arah Van tersebut. Perasaannya tidak enak, sehingga wanita itu memutuskan mendekati mobil tersebut.

"Bang saya titp belanjaan saya sebentar..."

Perlahan wanita itu semakin mendekati mobol tersebut. Dari sudut matanya Ivana melihat ibunya semakin mendekati mereka. Gadis itu mulai panik.

"Iiihhh... Mmmppphhh... Ssshhh..." Ivana bermaksud memberitahukan Farid situasinya, namun karena bibirnya sedang diciumi Farid maka gadis itu tidak bisa berkata dengan jelas.

Tiba-tiba saja mobil itu berjalan mundur menghindari ibunya Ivana yang mendekat lalu berputar arah dan meninggalkan lokasi tersebut.
Ivana yang sempat panik tak lama kemudian kembali mendesis kenikmatan.. Sensasi yang dialaminya mengantarkan gelombang orgasme datang lebih cepat. Tubuh Ivana membusung.

"Dasar lonte, ngecrot sembarangan." Ucap Boy sambil terus menyodokkan penisnya.

"Hehehehe... Enak kan sensasi barusan. Makanya jangan sok, lu itu emang bakat jadi perek." Tambah Farid sesaat setelah melepas ciumannya.

Sepuluh menit berlalu Ivana masih digumuli dalam posisi yang sama, sodokan-sodokan Boy ditambah tangan-tangan Farid dan Boy yang menggerayangi sekujur tubuhnya mendatangkan kembali gelombang kenikmatan yang tadi dirasakannya, kembali tubuh Ivana mengejang disertai erangan panjang.

Gelombang orgasme yang menerpa Ivana dirasakan juga nikmatnya oleh Boy, otot-otot vagina Ivana semakin menghimpit penisnya serta menghangatkannya dengan cairan yang dihasilkan. Hal ini tentu memicu Boy menggenjot tubuh Ivana lebih cepat lagi hingga diapun menyusul berejakulasi tidak lama kemudian, penisnya menyemprotkan sperma dengan derasnya ke rahim Ivana. Boy menarik lepas penisnya lalu dilapkannya pada belahan pantat gadis itu.

Tentu tidak semua hal Boy ceritakan pada Bram. Ia hanya bercerita garis besarnya saja. Boy menjelaskan semenjak peristiwa itu ia beberapa kali kembali mendapat jatah menikmati tubuh Ivana sebagai bayaran jasa seting motor Farid. Rasa sayang Boy pada gadis itu semakin bertambah, maka ia selalu memperlakukan Ivana dengan baik. Sampai akhirnya kemarin ketika Boy dapat kesempatan lagi, ia melihat disekujur tubuh dam wajah Ivana banyak bekas siksaan.

Boy yang memang sangat menyukai gadis itu merasa tidak terima dan minta penjelasan pada gadis itu. Ivana awalnya menolak menceritakan kejadiannya, namun setelah Boy terus mendesaknya serta berjanji akan menolongnya gadis itu akhirnya menceritakan penyebab lebam dan bekas siksaan di tubuhnya. Apalagi Ivana melihat keseriusan dari diri Boy walau gadis itu masih ragu apakah pemuda itu sanggup menolongnya.

"Jadi maksud lu gue kudu nolongin dulu nih cewek keluar dari jeratannya Farid? Terus hubungannya sama informasi yang mau lu kasih apa?"

"Ana, ceritain yang lu denger semalem ke temen gue ini."

"Semalem gue disuruh ngelayanin tamunya Joe, teenyata dia orang Thailand. Joe, Farid dan orang Thailand itu sempet ngobrol pake bahasa Thai, gue pura-pura nggak ngerti. Yang gue bisa tangkep mereka akan melakukan penculikan pada anak dari bos si orang Thailand besok."

"Terus gue disuruh nyelamatin dia juga? Emangnya siapa cewek itu?"

Ivana melanjutkan kisahnya. "Mereka nggak nyebutin nama si target, tapi orang Thailand itu sempet nunjukin fotonya. Gue tahu cewek itu seorang model sekaligus artis pendatang baru di negaranya. Nama sebenarnya Preechaya Luevisadpaibul, tapi orang-orang lebih mengenalnya sebagai punpun."


Foto Punpun sebagai model iklan springbed

Mendengar nama target penculikan Bram baru mengerti alasan Boy meminta bayaran mahal. Untuk memastikannya Bram bertanya langsung pada Boy.

"Luevisadpaibul... Anaknya si protektor?"

"Yup, dan gue udah ditunjukkin sama Ana siapa orang Thailand yang bermaksud nyulik ice princess... Arthit!"


B E R S A M B U N G
 
Terakhir diubah:
Mantap hu ceritanya
Makasih suhu, ikutin terus yaa

Terima kasih apdetnya Om @Pedjuank ..
Makin keren ajah nih ceritanya...
:mantap::mantap::mantap:
Makasih untuk kesetiaannya meramaikan trit nubie

Ijin bangun tenda disini om @Pedjuank


Ceritanya mantap...gregett:ampun::semangat:
Silahkan dipasang tendanya... Makasih apresiasinya.

Makin melebar sampe ke negri sebrang. Teruskan karyamu kisanak.
Ya begitulah kisanak...
Ceritanya boleh melebar tapi nubie udah siapin yg sempit2 untuk dibuka segelnya
:konak:

Pertamax naik harga tetap laris manis aja

Makasih apdet nya ya om :beer:
Kan ada pepatah climax nggak mungkin diraih tanpa pertamax
:bacol:
 
Woah semakin panas ceritanya gan. bimbim keluar naluri membunuh ny ngeri juga, wajar cuma bram lawan ny, guntur + jati bisa TKO di buat ny. Tapi kalau siska di culik cepat bgt pergerakan musuh, baru keluar rumah sdh hilang siska. Memang harus duet bimbim + bram buat hancurkan Fredi cs. Sehat selalu gan biar bisa nulis sampe tamat.. :mantap::perang:
 
Bimabet
Banyak yg tersembunyi, tambah seru.
Makasih om Pedju :beer:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd