Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MY DICK

Malming ppkm ....sepi sepi poll...mohon updatednya suhu
 

PART 7
SURYA POV

Aku bergegas membereskan beberapa berkas ke dalam tas kerjaku, sudah hampir 5 jam Aku dan Sasa ditemani Pak Salman mensurvey sebuah bangunan apartemen baru di selatan kota Lombok yang prospeknya cukup menjanjikan. Setelah menemui manajer gedung akhirnya Kami bertiga dipertemukan dengan jajaran direksi pemilik gedung tersebut yang ternyata dikelola sebuah perusahaan property. Pertemuan berlanjut dengan pemaparan rencana perusahaan kami yang berencana untuk mengembangkan bisnis di kota Lombok, beberapa detail teknis dan rencana kerjasama dengan perusahaan tesebut Aku paparkan dengan lugas dan tepat, sesuai dengan yang diarahkan oleh Bu Cecilia sebelum Aku dan Sasa berangkat ke kota Lombok beberapa hari lalu.

Sasa, setelah persetubuhan kami yang berakhir dengan kemarahannya, nyaris tak pernah mau ngobrol denganku. Bahkan menatap wajahku saja sepertinya Sasa begitu jijik, Aku tidak menyangka jika Sasa akan semarah ini denganku. Jika boleh memilih, Aku lebih senang jika Sasa mengungkapkan kemarahannya sampai dirinya puas. Dimaki, dicaci, bahkan diludahipun Aku rela hanya untuk meredam kemarahannya kepadaku. Tapi, Sasa lebih memilih untuk mendiamkanku, sesuatu yang membuatku jauh lebih tersiksa akibat rasa bersalah.

Semalam Aku sudah mencoba untuk meminta maaf dan mencairkan suasana tapi sia-sia, Sasa lebih memilih untuk meninggalkanku, pergi ke pantai dan baru kembali ke kamar setelah lewat tengah malam. Sikap dingin Sasa berlanjut sampai dengan hari ini, disaat seharusnya kami bekerja sebagai tim tapi kenyatannya hanya Aku yang bekerja, sepanjang pertemuan dengan pemilik gedung apartemen, Sasa hanya duduk diam, seolah membiarkanku untuk pergi berperang seorang diri.

"Kita pergi kemana ini?" Tanya Pak Salman saat Aku sudah duduk di samping kemudinya, sementara Sasa sudah duduk di kursi penumpang, sibuk dengan gadgetnya.

"Emang mau kemana lagi Pak ? " Tanyaku setelah memasang seatbelt .

"Loh, gimana to? Kan kerjaan udah beres, tinggal nunggu follow up aja dari pusat, ya kita pergi senang-senang lah! " Jawab Pak Salman antusias.

"Saya sih ngikut aja Pak, nggak tau deh kalo yang di belakang." Kataku menyindiri Sasa.

"Gimana Mbak? Kita karaoke saja biar bisa teriak-teriak, Saya kalo di kontrakan nggak bisa teriak-teriak, takut dilempar panci sama istri. Hahahaha !"

"Hmmm." Sasa hanya menganggukkan kepalanya, sementara pandangannya masih terfokus pada layar gadget.

" Oke kalo gitu langsung berangkat !!!" Pekik Pak Salman semangat sebelum memacu mobil menuju tengah kota.

Setengah jam kemudian kami bertiga sudah sampai di area hotel bintang lima yang berada di tengah kota, menurut Pak Salman di hotel ini terdapat tempat karaoke yang terbaik di kota ini. Aku sebenarnya tidak terlalu bersemangat mengikuti kemauan Pak Salman untuk berkaraoke ria, bukan saja karena menyanyi adalah sesuatu yang Aku hindari, tapi lebih kepada menghindari sikap dingin Sasa. Tapi mungkin dengan cara seperti ini Sasa bisa sedikit melupakan kemarahannya kepadaku, meskipun Aku tidak terlalu berharap banyak.

"Beres ! Yuk ke room !" Kata Pak Salman setelah melakukan proses check in ruang karaoke.

Room yang dipilih Pak Salman adalah room VIP, ruangannya terlihat cukup luas karena memang diperuntukkan untuk 5-10 orang, sementara kami hanya bertiga, jadi bisa kalian bayangkan bagaimana luasnya ruangan ini. Di dalam ruangan terdapat dua buah monitor besar sekitar 50 inch, terlihat sangat mencolok di salah satu sisi tembok. Sofa panjang mewah dan sebuah meja kaca premium sudah menyambut kami. Aku langsung merebahkan tubuhku di atas sofa, sementara Sasa memilih duduk di sisi lain sofa, menjauh dariku.

"Ayo pilih lagu Bos !" Kata Pak Salman masih dengan intonasi semangat 45, kedua matanya tertuju pada monitor komputer yang diletakkan di bawah meja kaca, jari-jarinya sibuk menggerakkan mouse, memilih dan memilah playlist lagu yang akan dinyanyikan.

"Pilih aja Pak, Saya nggak begitu paham soal musik." Kataku.

"Ah masak ? Ini lagu loh, bukan ujian negara, jadi nggak usah ada beban kayak gitu. Hahahaha!"

"Sasa aja Pak, kayaknya dia lebih tau soal musik." Kataku sambil melirik Sasa yang masih bersikap cuek dan memilih fokus pada layar gadget miliknya.

"Apa aja Pak yang penting seru dan nggak bikin boring." Jawab Sasa.

"Siap laksanakan Bos!"

"Nggak ada minumnya Pak? Nyanyi doang nih kita?" Kata Sasa kemudian.

"Oh tenang, sudah Saya pesankan semuanya, yang penting hari ini kita happy-happy ! Hahahaha.!"

Tak berselang lama, dua orang room boy masuk ke dalam ruangan sambil membawa nampan berisi sebotol Jack D, satu tower medium berisi beer, dan beberapa makanan kecil. Aku cukup terkejut melihat apa yang dipesan oleh Pak Salman, ini seperti acara privat party.

"Wah pesta Pak?" Kata Sasa, raut wajahnya berubah drastis saat melihat botol-botol minuman keras terpampang di hadapannya.

"Hahahaha!! Aku sudah bilang, pokoknya hari ini kita happy-happy ! Hahahaha!"

Detik berikutnya ruangan yang sebelumnya sepi berubah menjadi hingar bingar musik dangdut dan suara fals Pak Salman, Sasa merapat ke meja dan mulai menuangkan alkohol ke dalam gelas kemudian menenggaknya.

******

Wajah Sasa memerah, cara berdirinya sudah sempoyongan akibat pengaruh alkohol yang ditenggaknya. Nyaris hampir selama satu jam, hanya Pak Salman yang asyik mendendangkan lagu, Sasa lebih banyak minum dan berjoget sementara Aku menghabiskan makanan kecil karena Aku memang tidak pernah minum alkohol. Sempat Aku menahan Sasa untuk tidak minum terlalu banyak, tapi justru dia terlihat kembali marah, akhirnya Aku hanya melihatnya saja menikmati ketidaksadaran dirinya sendiri.

"Ayo ikutan nyanyi dong Bos...." Ucap Pak Salman yang terlihat mulai sedikit mabuk, Pak Salman sepertinya sudah kecapekan memekakkan telingaku dan mungkin saja telinga Sasa.

" Kalo capek nyanyi tiduran aja Pak, biar Saya set lagunya otomatis." Kataku sambil memilih beberapa lagu yang aku masukkan ke playlist .

"Boleh..Boleh..Mbak Sasa kayaknya enjoy banget ya?" Kata Pak Salman sambil melihat tubuh Sasa yang bergoyang di depan monitor.

"Kayaknya sih gitu." Jawabku singkat.

Sasa sepertinya tak mendengar apa yang dikatakan oleh Pak Salman, dia masih saja bergoyang menikmati alunan musik RnB yang aku putar lengkap dengan suara penyanyi aslinya. Lekuk tubuhnya terlihat gemulai, tangan kanannya masih memegang gelas . Pak Salman menyalakan rokok kemudian menghisapnya perlahan, tak lupa dia juga membasahi kerongkongannya dengan alkohol. Tiba-tiba Pak salman beranjak dari kursinya dan mendekati Sasa, Aku terkejut saat melihat Pak Salman melingkarkan tangannya pada pinggang Sasa dari belakang, dia ikut bergoyang, Sasa sama sekali tak menolaknya dan justru terlihat tersenyum.

Musik menghentak semakin kencang, sementara Sasa dan Pak Salman mulai kehilangan kontrol. Awalnya Pak Salman hanya memeluk tubuh Sasa dari belakang, tapi kemudian tangannya bergerak ke atas dan mulai menyasar area dada. Sasa bukannya melawan, tapi justru seperti menantang untuk dilecehkan. Diraihnya kepala Pak Salman kemudian mengecup bibir pria yang 10 tahun lebih tua dariku. Aku terhenyak beberapa saat, Aku bingung apa yang harus Aku lakukan saat ini. Keduanya sudah terpengaruh minuman keras, Aku yakin jika Sasa tidak akan mungkin mau melakukan hal itu jika berada dalam kondisi sadar.

Pak Salman semakin beringas, pria itu mulai menciumi leher Sasa dari belakang, pantat Sasa yang sedari tadi bergoyang sengaja bergerak perlahan menggesek-gesek penis Pak Salman yang masih berada di dalam celana. Aku yakin benar jika penis pria itu sudah mengeras. Tak puas hanya dengan meremas-remas payudara Sasa dari luar, satu tangan Pak Salman menelusup masuk ke dalam kemeja Sasa setelah sebelumnya melepas beberapa kancingnya.

"Eeemmcchh..." Sasa melenguh manja, tubuhnya masih bergoyang pelan.

Seperti mendapat lampu hijau, Pak Salman semakin intens menciumi leher dan memainkan jemarinya pada gundukan payudara Sasa, payudara yang sebelumnya sudah Aku jelajahi tiap lekuknya. Keduanya mulai larut dalam permainan gila, Pak Salman mendorong tubuh Sasa ke depan sampai menyentuh permukaan tembok. Dengan satu gerakan dia menyingkap bagian ujung rok mini Sasa ke atas, lalu dia mulai melepas ikat pinggang celananya. Kesabaranku sudah habis, ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Aku berdiri dari sofa segera Aku dekati tubuh Pak Salman dari belakang dan menariknya menjauh.

"Hei ! Lepasin!" Hardikku sambil menyeret Pak Salman ke belakang agar menjauh dari tubuh Sasa.

"Loh ? Kenapa Bos?" Tanya Pak Salman dengan raut kaget, entahlah apakah kesadarannya sudah mulai pulih setelah mendapat perlakuan kasar dariku.

"Lu kenapa sih Sur?!" Hardik Sasa, meskipun alkohol sudah mempengaruhi kesadarannya tapi tatapannya kepadaku masih menyiratkan kemarahan.

"Ayo balik ke hotel ! Lu udah mabuk banget !" Kataku sambil berusaha meraih tangan Sasa, tapi buru-buru ditepisnya dengan kasar, detik itu emosiku mulai terpancing.

"Santai Bos, kita disini mau sen..."

BUGH !

Belum sempat Pak Salman meneruskan kalimatnya satu bogem mentahku menyasar kepalanya, pria itu terhuyung sesaat kemudian jatuh ke atas lantai, jatuh tak sadarkan diri.

PLAKK!

"Lu apa-apaan sih Sur?!" Satu tamparan keras kembali mendarat telak ke pipiku, ini tamparan kedua yang Aku terima dari Sasa setelah sebelumnya juga.

"Lu yang apa-apaan ?! Kalo Lu mau marah sama Gue, silahkan marah ! Tapi nggak kayak gini caranya!" Hardikku, Aku menatap tajam , entah kenapa Aku bisa seemosi ini pada wanita yang sebelumnya sama sekali tak bisa menyentuh perasaanku.

"Iya Gue marah sama Lu ! Gue benci sama Lu! Bangsat Lu Sur!!!" Teriak Sasa, kedua matanya berair, untuk kedua kalinya dalam hidup Aku membuat seorang wanita menangis.

Aku mendekati tubuh Sasa yang sudah terlihat acak-acakan, kemudian memeluknya dari depan. Sasa sempat menghindar beberapa saat, tapi aku memaksanya untuk mau menyandarkan kepalanya ke dadaku. Tangis Sasa pecah detik itu juga, kedua tanganya berusaha memukul pundak dan dadaku, Aku sama sekali tak menghindarinya. Aku biarkan Sasa menumpahkan amarah serta emosinya.

"Gue benci banget sama Lu Sur! Gue benci..."

"Maafin Gue Sa, Gue emang bodoh banget udah nyakitin Lu kemarin malem, Gue akuin itu. Kalo ada yang lebih dari maaf, Gue akan berikan itu saat ini juga." Kataku sambil membelai rambut Sasa.

Setelah emosi serta tangisan Sasa mereda, Aku mengajaknya untuk kembali ke resort tempat Kami menginap selama di Lombok. Karena kesal, aku tinggalkan Pak Salman di ruang karaoke seorang diri, biar room boy yang mengurus sisanya. Malam harinya, sikap Sasa mulai berubah kepadaku, tak ada lagi sikap dingin dan jutek, seolah semuanya kembali baik-baik saja. Malam itu tak ada sex diantara kami, kami hanya menghabiskan waktu untuk saling bercerita tentang kehidupan masing-masing. Jujur malam itu Aku mulai nyaman pada sosok Sasa yang ceria, tapi entah kenapa nyaman itu sama sekali tak bisa menggantikan lukaku yang masih tersirat sosok lain, Nadia.

****



SURYA POV

Perlahan Aku membuka kedua mataku, Aku terbangun dari tidurku yang lelap karena merasakan ada sesuatu yang membuat area selangkanganku terasa basah dan hangat. Aku terkejut karena mendapati Sasa sudah berada di bawah tubuhku, memberiku blowjob . Kesadaranku belum pulih benar dari tidur semalam, tapi apa yang dilakukan Sasa seperti memacu darahku untuk berusaha sekuat tenaga menyadarkanku.

"Sasa..?" Sasa menoleh ke arahku, kemudian tersenyum tipis.

"Sorry Sur, Gue lagi pengen banget nih." Kata Sasa kemudian kembali mengulum batang penisku yang sudah mengeras sempurna.

"Bos!! Kenapa Lu mesti baru bangun saat tubuh Gue udah basah kuyup kayak gini sih ?!" Protes Jalu yang sudah basah kuyup akibat air liur Sasa. Aku tak menanggapinya, karena lidah dan mulut Sasa seperti sudah menghipnotisku, bahkan jika saja di luar sana sedang terjadi perang dunia Aku tidak peduli, blowjob Sasa sudah mengalihkan duniaku.

Sasa memasukkan seluruh batang penisku ke dalam mulutnya. Mulutnya pun mulai maju mundur, sehingga seluruh batang penisku bergesekkan secara terus menerus dengan rongga mulut dan lidahnya. Seiring dengan maju mundur kepalanya, lidahnya pun bermain-main melilit dan menggelitiki batang penisku. Aku betul-betul hanya dibuat merem melek karenanya. Ini betul-betul tidak ada apa-apanya dibanding masturbasi.

"Eeemchhh...Enak banget Sa.." Lenguhku, Sasa terus mengulum dan menghisap batang penisku. Aku hanya melihat bagian belakang kepalanya yang bergerak naik turun. Perlahan Aku membelai kepalanya kemudian Aku naikkan pinggulku ke atas, membuat ujung penisku masuk lebih dalam lagi.

"Oocchhgggg..!!!" Sasa menekan perutku, dan memaksa mengeluarkan penisku dari dalam mulutnya.

"Mentok banget Sur!" Protesnya sambil menunjukkan raut wajah cemberut.

Sasa berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah. Kemudian, ia mendorong tubuhku dengan lembut sehingga kini tubuhku kembali berbaring. Sasa lalu berdiri, dan mulai membuka pakaiannya satu demi satu. Tak butuh waktu lama, celana pendek dan kaos tipis tanpa lengan yang dikenakannya sudah tergeletak di atas lantai. Sasa kini sudah telanjang bulat di hadapanku. Tak mau kalah dengannya, aku juga segera melepas celana kolor yang masih berada diantara kedua pahaku.

Sasa mendatangiku, mengecup bibirku sesaat kemudian dia intens menciumi leher serta caping telingaku. Kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang kenyal menyembul kencang. Penisku yang menegang bergesekan langsung dengan kulit perutnya yang ramping, pagi yang dingin sama sekali tak terasa, kami bergumul hangat dan mengalahkan dinginnya udara.

Puas menciumi leher dan telingaku, Sasa bergerak turun kemudian mengalihkan mulutnya menuju putingku. Jilatan lidah Sasa mulai menyasar dua titik kecil dia atas dada bidangku itu secara bergantian. Tangan kanannya turun ke bawah, diraihnya kembali batang penisku yang masih menegang kemudian mulai mengocoknya secara perlahan. Kini dua titik erotisku sedang dicumbui oleh Sasa, kenikmatan yang membuat pagiku menjadi bergelora.

"Oughhh!" Desahku menikmati tiap kocokan tangannya pada batang penisku.

"Enak?" Tanya Sasa sambil mengerlingkan matanya padaku, senyumya merekah seperti begitu menikmati kenakalan jari-jarinya.

"Banget..." Lenguhku sambil nendongakkan kepala ke atas.

Makin lama, Sasa mengocok batang penisku semakin kencang. Perlahan kepalanya kembali turun ke bawah, diciuminya perut, lubang pusar,paha, lalu berakhir pada batang penisku. ia mulai mengulum ujung batang penisku. Rasanya begitu geli dan nikmat.

Tangan kirinya mulai memainkan kantung zakarku, sementara tangan kanannya masih mengocok batang penisku, bibir dan lidahnya sedang bermain-main di ujung lubang kencingku. Aliran geli dan nikmat pun makin kencang melanda seluruh tubuhku. Gila, ia begitu telaten dalam memainkannya.

"Eeemmchhh!! Fuck..." Aku kembali melenguh panjang saat mulut Sasa menyedot kencang ujung kepala Jalu, sedikit ngilu.

"Uaaaanjiirr!!! Kepala Gue mau lepas Boossss!!!!! Eeeeeeccchhhgg!!!" Teriak Jalu di bawah sana saat sedotan mulut Sasa semakin dalam dan kencang.

Tak tahan, Aku menarik kepala Sasa ke atas. Aku raih dagunya yang lancip sempurna, kemudian menciumi bibirnya dengan rakus. Sasa meladeni ciumanku dengan ganas pula, kami saling berpagut, sementara lidah kamipun saling berbelit, bertukar air liur.

"Eeemmcchhh!!!" Kali ini Sasa yang melenguh manja saat dengan sengaja Aku membetot kedua putingnya yang sudah mengeras menggunakan kedua tanganku.

"Nakal..." Bisiknya lirih.

"Masukin Sa, Gue udah nggak tahan." Kataku.

"Gue juga udah nggak tahan Sur..."

Sasa kemudian memposisikan batang penisku ke depan lubang kemaluannya. Aku sedikit merapatkan tubuhku untuk memudahkan penetrasi. Setelah batang penisku sudah tepat berada di depan lubang kemaluannya, Sasa kembali mencium bibirku dengan lembut sambil mengelus rambutku. Permainan lidahnya dalam mulutku betul-betul membuatku rileks. Tak berselang lama, Aku merasakan seolah ada yang melahap seluruh batang penisku. Sasa sudah mendorong pantatnya ke bawah, perlahan tapi pasti seluruh batang penisku terbenam kedalam liang senggamanya.

Kedua tangannya memeluk leherku dengan erat, bibir dan lidah kami saling berpagut , mengelitiki satu sama lain dengan mesra, sementara pantat Sasa mulai bergerak naik turun dengan irama yang pas sehingga batang penisku serasa seperti dipelintir dan dikocok-kocok.

Sasa terus menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga lubang kemaluannya terus-terusan melahap batang penisku. Lubang kemaluannya begitu pas sekali di batang penisku. Nafas kami berdua pun semakin tidak teratur. Desahan-desahan pun kembali terdengar kencang keluar dari mulut kami berdua.

"Ooocchhh!!! Oocchhhhhh!! Sur! Enak banget..."

Lenguh Sasa, tubuhnya meliuk-liuk di atas tubuhku.Gerakan Sasa mulai tak hanya menggenjot ke atas dan ke bawah tapi sesekali diselingi dengan gerakan memutar. Aku merasakan penisku seperti dipilin dan diperas di dalam rongga kewanitaannya.

"Oochhhh! Sa!!"

Aku sedikit mengangkat punggungku, kemudian memeluknya dari depan. Sasa menghentikan goyangannya, diraihnya kepalaku,kemudian kembali mengecup bibirku. Nafasku masih terengah-engah.

"Udah mau keluar?" Tanya Sasa sambil tersenyum.

"Belum, tapi ini enak banget Sa..." Jawabku. Sasa kembali tersenyum kemudian merengkuh leherku.

Entah kenapa Aku merasakan kenyamanan yang berbeda saat ini, kehangatan tubuh Sasa membuatku terbuai, kali ini Aku menyetubuhinya bukan hanya karena nafsu, tapi ada perasaan lain yang sulit untuk Aku jelaskan. Kami berpelukan sesaat, Aku gunakan momen itu untuk mengatur ritme nafasku. Perlahan Aku baringkan tubuh Sasa di atas ranjang, kali ini berganti posisiku yang di atas tubuhnya. Sesaat Aku pandangi wajahnya yang sayu, pipinya merona.

"Lu cantik banget Sa..." Kataku melontarkan pujian.

"Apaan sih Sur..!" Sasa terlihat kikuk mendengar pujianku dan mengalihkan pandangannya ke samping.

Aku raih dagunya, kemudian kembali melumat bibirnya yang merekah. Sasa meladeni ciumanku, di saat itu pinggulku mulai bergerak naik turun. Penisku yang sempat vakum beberapa saat kini kembali melakukan penetrasi di dalam liang vaginanya.

"Eemmcchh...Iya Sur...Mentokin...Aaacchhhh!" Desis Sasa ditengah usahaku melakukan penetrasi.

Sasa mengangkat kedua kakinya kemudian menyilangkannya pada punggungku, ini membuat tubuhku menghimpit lebih erat dan batang penisku masuk sampai mentok di dalam vaginanya. Aku merangkul tubuh Sasa, dadanya yang membusung kenyal terhimpit dada bidangku. Gerakan pinggulku memang tak terlalu kencang,tapi dalam posisi seperti ini lesakannya terasa begitu dalam, bahkan beberapa kali Aku merasakan kedutan-kedutan ringan diantara dinding vagina Sasa.

"Oocchhh!!Oocchhh!! Sur!! Gue ketagihan sama kontol Lu!! Aaacchhh!!!" Racau Sasa, kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan tiap kali Aku menghujamkan penisku.

"Enak...?"

"Enak banget Sur!! Terusin, jangan berhenti!! Aaachhh!!"

Aku mengangkat tubuhku, setelah sebelumnya memberi tanda pada Sasa agar menurunkan kedua kakinya dari pinggangku. Kini Aku berada di depan tubuh Sasa yang terlentang di hadapanku. Penisku masih tertancap di liang vaginanya, nafas Sasa terengah-engah. Aku masih memandanginya tanpa pergerakan.

"Sur.. Please, jangan berhenti! Lanjutin Sur ..." Rengek Sasa dengan nada bicara manja. Saking tidak sabarnya, Sasa menggerakkan pinggulnya sendiri maju mundur, memang itu membuat penisku kembali bergerak keluar masuk, tapi Aku yakin ini tidak senikmat jika Aku sendiri yang menggerakannya.

"Sur...Ayo terusin..."

Sasa kembali merengek manja sambil menggigit bibirnya sendiri. Perlahan Akupun mulai menggerakkan pinggulku maju mundur, Aku rengkuh kedua sisi pinggang ramping Sasa menggunakan kedua tanganku.

"Ooocchhh...! Oocchhhh..! Iya Sur, enak banget ! Aaacchhh...!" Sasa mulai mengerang menahan nikmat akibat penetrasi penisku di dalam liang vaginanya.

Batang penisku begitu leluasa keluar masuk di dalam lubang vaginanya karena sudah sangat becek. Aku makin terangsang saja melihat tubuh Sasa yang tersentak-sentak dengan kencang, hingga membuat dua buah dadanya bergerak-gerak. Aku sedikit mempercepat gerakan pinggulku, Akupun mengencangkan cengkraman tanganku pada pinggul Sasa, menahannya agar tidak bergerak terlampau liar.

"Aaaacchhh ! Aaachhh! Fuckk!! Aaachh Suuurr!! Aaacchh!!!"

Kini tak hanya desahan manja yang keluar dari mulut Sasa, melainkan juga teriakan. Tubuhhnya bergerak liar, bahkan beberapa kali punggungnya melenting ke atas hingga membuat bongkahan pantatnya sampai terangkat ke atas untuk beberapa detik. Sasa meronta, tapi bukan ingin agar Aku menyudahi persetubuhan, tapi justru sebaliknya, dia meminta agar Aku terus melakukan penetrasi di dalam liang senggamanya.

"Eeemmcchh!! Eeemmcchh!!" Akupun tak kuasa untuk tidak larut dalam birahi, tubuh molek Sasa dan ekspresinya yang liar dan manja seperti memacu pikiranku untuk berbuat lebih nakal lagi.

Aku sedikit membungkukan tubuhku, ritme gerakan pinggulku sedikit Aku pelankan. Perlahan Aku mulai menciumi buah dada Sasa yang sedari tadi hanya bergerak mengikuti irama gerakan tubuh pemiliknya. Saat lidahku menyapu permukaan putingnya yang sebelah kanan, jemariku memilin putingnya yang sebelah kiri. keduanya sudah sangat keras.

"Ooocchhhh !! Sur!! Please jangan siksa Gue kayak gini !! Aaachhhhh..!" Sasa kembali merengek, kedua tangannya meremas rambutku.

"Enak ? " Tanyaku di sela-sela cumbuanku pada kedua putingnya.

"Banget..." Jawabnya sebelum meraih kepalaku dan menciumi bibirku dengan ganas.

Aku kembali mengangkat tubuhku, kali ini kedua tanganku meraih bongkahan padat pantatnya, seluruh berat tubuhku bertumpu pada lututku. Dengan kecepatan tinggi Aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur. Penisku melesat cepat ke dalam liang senggama Sasa. Dengan posisi seperti ini, kecepatan gerakan dan kedalaman penetrasi penis mutlak Aku kendalikan. Sasa hanya bisa pasrah menerima dari bawah meskipun tubuhnya seperti terpelanting ke kanan dan ke kiri.

"Ooocchhh!! Oooochhh!! Sur!! Surr ! Fuck!! Achh!!'' Teriak Sasa saat gerakan tubuhku semakin lama semakin cepat. Bahkan suara tumbukan antara paha dalamku dengan selangkangannya menimbulkan suara yang cukup keras, belum lagi efek vaginanya yang sudah begitu basah.

"Eemmcchhh!! Emmchh!!" Sekuat tenaga aku menahan diri agar tidak melontarkan spermaku sebelum Sasa mendapatkan orgasme terlebih dahulu.

Aku semakin mempercepat gerakanku, Aku lepaskan peganganku pada pantatnya, dan kembali menelungkupi tubuh Sasa dari atas. Sasa kembali melonggarkan kedua kakinya, memudahkan tubuh bagian bawahku untuk bergerak naik turun dengan kecepatan yang tetap tinggi.

"Ooocchhh!! Sa, Gue mau keluar nih!!" Kataku, Aku memang sudah tak bisa lagi membendung dorongan sperma yang terasa sudah berada di ujung penisku.

"Iiyyaaa!! Keluarin Sur ! Gue juga mau keluar!!! Aaacchhhh!!" Balas Sasa sambil merengkuh punggungku dari bawah.

Beberapa saat kemudian, ketika Aku merasakan dorongan kuat dari dalam penisku, Aku berusaha mengangkat tubuhku agar penisku segera terlepas dari dalam liang senggama Sasa. Tapi, Aku tak menduga jika Sasa justru menahan tubuhku agar tetap berada di atasnya. Kedua kakinya kembali mengunci pinggangku, sementara kedua tangannya semakin erat memelukku dari bawah.

"Sa..?"

"Keluarin di dalem Sur...Gue pengen ngrasain peju Lu..."

"Ta..Tapi Sa..?" Tanyaku ragu.

"Keluarin Sur, gue lagi nggak subur..."

Nalar dan pikiran jernihku sudah tertutup kabut birahi yang sudah memuncak, permintaan Sasa membuat akal sehatku untuk tetap kontrol dalam berhubungan sex hilang tanpa kendali begitu saja. Detik berikutnya, tubuh kami berdua mengejang secara bersamaan. Semprotan spermaku membanjiri seluruh liang senggama Sasa.

CROOOTT..

CROOTTT...

SREETTTT....

CROOT...


"Oooocchhhhhh...."

"Aaaacchhh....."

Aku masih berada di atas tubuh Sasa, menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja melanda tubuh. Nafas kami berdua masih tersenggal hebat, di bawah sana Aku merasakan penisku basah luar biasa, akibat cairan sperma dan cairan kewanitaan Sasa yang bahkan sampai meluber keluar. Sayup aku dengar teriakan Jalu.

"Wooii Booss!!! Keluarin Gue!! Gue tenggelam nihh!!! Help Me!! Help Me !! Blluurrpppp....!"
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd