Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MY DICK

PART 8
SURYA POV

Sudah hampir 2 minggu Aku tidak masuk kerja, bukan karena malas atau ada masalah tapi ini semua terjadi setelah virus corona menyerang bumi. Kantorku mengambil kebijakan untuk sementara waktu merumahkan sebagian besar karyawannya.

Karena virus ini pula rencana proyek perusahaanku di pulau Lombok terpaksa harus ditunda sampai dengan waktu yang belum ditentukan. Jadi, apa yang Aku dan Sasa kerjakan beberapa minggu lalu bisa dikatakan sia-sia, tapi meskipun begitu Aku sama sekali tak menyesalinya, Aku anggap kepergianku ke pulau Lombok waktu itu sebagai perjalanan liburan.

Tak banyak yang bisa Aku kerjakan di kos selama tidak masuk kerja, hanya menyelesaikan beberapa laporan mingguan yang rutin ditagih oleh Bu Cecil lewat email, selain itu Aku hanya menghabiskan waktu menonton film dan maen game consol di dalam kamar. Beberapa kali Sasa menghubungiku untuk minta sekedar bertemu atau nongkrong bareng, tapi selalu Aku tolak dengan alasan takut mati. Sasa hanya tergelak tiap kali Aku mengungkapkan alasanku untuk tidak menuruti kemauanya itu.

Hubunganku dengan Sasa?

Di Lombok memang kami berdua begitu sering menghabiskan waktu untuk bersama, belum lagi hampir setiap hari kami juga melakukan hubungan sex layaknya sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Tapi Aku tidak merasakan debar seperti itu, suatu hari Aku pernah membicarakan hal ini dengan Sasa, diapun merasakan hal yang sama. Hubungan kami berdua hanya sebatas hubungan silaturahmi kelamin, diluar itu, kami berdua hanyalah teman kerja di kantor, tidak lebih.

Setelah menyelesaikan beberapa draft proposal marketing, hari ini Aku berencana untuk merombak isi kamarku. Ya, di tengah pandemi seperti ini tidak banyak yang bisa Aku kerjakan untuk mengusir kejenuhan selama menjalani karantina mandiri. Aku harus tetap membuat otak dan ototku tetap bekerja seperti halnya hari-hari biasa. Memodifikasi isi kamar kali ini yg menjadi pilihanku untuk memawan kebosanan. Aku mulai menggeser lemari bajuku ke sisi lain, sementara beberapa perkakas lainnya Aku singkirkan ke luar kamar untuk mendapat space ruangan yang jelas. Setelah terasa cukup longgar, Aku mengamati isi kamarku dari luar guna menentukan posisi baru yang pas untuk meletakkan beberapa perkakasku. Sedang asyik memusatkan konsentrasiku pada isi ruangan, tiba-tiba Aku dikagetkan langkah kaki mendekat dari barisan anak tangga yang berada tak jauh dari kamarku.

Seorang wanita cantik mengenakan jilbab merah, berjalan mendekatiku sambil menenteng sebuah tas besar. Tubuhnya tak begitu tinggi mungkin hanya sekitar 155cm, langkah kakinya begitu ringan meskipun aku yakin benar jika tas yang dibawanya lumayan berat. Dia berjalan semakin mendekat, tanpa Aku sadari jika Aku beberapa detik termangu menatap kecantikan wajahnya. Senyumnya merekah saat berjalan melaluiku.

"Permisi Mas." Sapanya lembut, Aku hanya terdiam, tak ada balasan yang keluar dari mulutku. Aku hanya termangu menatap punggungnya menjauh, semerbak wangi parfumnya masih tertinggal di tempatku berdiri.

"Eh tumben jam segini udah bangun ?" Suara Bu Susi, wanita semok berusia 40 tahun, induk semangku, membuyarkan lamunanku pada gadis cantik berjilbab merah barusan.

"Hehehe, Iya Bu, mau beres-beres kamar."

"Wah rajin banget Mas Surya." Kata Buy Susi sambil melongokkan isi kepalanya ke dalam kamarku yang pintunya sudah terbuka lebar.

"Keliatannya udah rapi semua Mas, apa lagi yang mau dibereskan?"

" Cuma bosan aja Bu, mau ngrubah tempat beberapa barang aja, biar nggak membosankan." Jawabku sambil menggaruk-garuk kepalaku sendiri. Aku agak kikuk tiap kali ngobrol dengan Ibu Kosku ini, Aku mearasa risih aja tiap kali Bu Susi menatap tubuhku, seperti menelanjangi tiap senti lekuk tubuhku.

"Bos, apa perlu Gue sikat Ibu-Ibu ini?" Tawar Jalu dari balik celana dalamku.

"Jangan lupa mandi, inget sekarang musim penyakit, kebersihan tubuh harus dijaga bener-bener." Katanya lagi, kali ini diselingi dengan tatapan genit, sembari mencolek pinggangku.

"Eh, iya Bu." Jawabku sambil menahan geli akibat colekan jemari Bu Susi.

"Biar Gue yang beresin Bos! Lu tenang aja, seret ke dalam kamar kita kasih dua ronde !"

"Ya sudah, Ibu mau nemenin Ranti dulu untuk liat-liat kamar ya."

"Oh, Ranti namanya."

"Iya, itu penghuni kos baru, udah kenalan tadi?"

"Belum Bu, heheheh."

"Ya sudah, biar dia beres-beres kamar dulu, nanti kalo Mas Surya ada waktu coba kenalan sama dia, tapi inget ya, kenalan aja, nggak pake diapa-apain, hihihihi." Kata Bu Susi, untuk kedua kalinya dia kembali mencolek pinggangku.

"Iya, Bu.." Aku semakin kikuk menghadapi kegenitan Ibu Kosku ini, beruntung setelah itu Bu Susi beranjak dari depan kamarku menuju kamar Ranti, tetangga kos baruku yang berada hanya berjarak dua kamar.

*****

Kini, kuhanya ingin lupakan semua

Mengenangmu, menyesakkan jiwa

Ka Kuhapus airmata

Hingga Kudapat sembuhkan luka


Samar suara merdu wanita berpadu dengan harmoni petikan gitar akustik terdengar dari sisi kamarku, Aku yakin jika ini bukan suara dari Bimo, pria 31 tahun, bertubuh gendut, berkulit hitam, seorang supervisor perusahaan advertising yang sudah 1 tahun terakhir menjadi penghuni tepat di samping kamarku. Bimo bukan tipe pria yang menyukai keindahan seni musik, dia lebih tertarik dengan keindahan tubuh purel-purel sexy yang selalu dia pamerkan kepadaku sehabis menghabiskan malam di pusat hiburan malam. Aku yakin jika ini adalah suara Ranti, wanita berjilbab merah yang Aku temui tadi siang.

Penasaran, Aku mencoba mengintip dari balik jendela kamarku. Benar dugaanku, Ranti tampak anggun duduk di depan kamarnya sambil memainkan sebuah gitar akustik. Penampilannya cukup kasual, masih dengan potongan hijab yang menutupi kepalanya, kali ini warnanya hitam, sangat kontras dengan kulity wajahnya yang putih bersih. Badannya hanya terbalut kaos yang dilapisi jaket sporty adidas, sementara bagian bawah tubuhnya mengenakan celana jins cokelat.

"Bos, Lu yakin mau nakalin wanita sholehah seperti dia?? Apa kata kontol-kontol yang lain jika mengetahui tubuhku Kau gunakan untuk menodainya? Lu jahat banget Bos jadi cowok ! Aku benci padamu Bos!"

"Berisik !" Teriakku tanpa sadar pada Jalu.

Teriakan yang cukup keras dan bisa didengarkan oleh Ranti. Seketika dia berhenti bernyanyi.

"Ini semua gara-gara Lu!" Hardikku sambil memukul tubuh Jalu yang masih berada di dalam celanaku. Buru-buru aku membuka pintu kamar, berusaha menjelaskan pada Ranti jika teriakanku tadi Aku tujukan bukan untuknya tapi untuk titidku sendiri. Eh ? Gimana cara jelasinnya ya?

"Hei." Sapaku buru-buru sambil berjalan mendekati Ranti yang tampak ingin masuk ke dalam kamarnya.

"Maaf Mas kalau suara Saya mengganggu, lain kali nggak akan Saya ulangi lagi." Kata Ranti.

"Oh nggak, Aku suka denger Kamu nyanyi kok. Bagus banget malah." Ranti hanya terdiam.

"Aku tadi teriak gitu bukan untuk neriakin Kamu kok. Aku tadi lagi telepon sama temen yang nyebelin, gitu."

"Ohh, gitu..."

"Iya gitu.." Sesaat ada jeda diantara percakapan kami, entah kenapa sikapku menjadi random banget saat berdekatan dengan Ranti.

"Oh iya, kenalin Aku Surya, Aku tinggal di kamar sebelah ini." Kataku buru-buru sambil mengulurkan tangan padanya, Ranti menjabat tanganku.

"Ranti Mas." Jawabnya sambil tersenyum.

"Kamu anak band?"

"Hehehe, bukan Mas, cuma hobi nyanyi aja."

"Oh gitu, bagus banget loh suaramu, Aku kirain tadi Kikan Cokelat beneran yang nyanyi."

"Hahahah, Mas pinter banget kalo menghina." Kata Ranti sambil tergelak.

Setelah itu obrolan kami mengalir dengan mulus, Ranti tak lagi melanjutkan niatnya untuk masuk ke dalam kamarnya, malah dia masuk ke kamarnya dan membawakanku satu kursi lagi. Kami berdua menghabiskan malam dengan ngobrol sambil sesekali mendengarkan suara merdu Ranti menyanyikan beberapa lagu. Sempat beberapa kali Ranti memaksaku untuk menyanyikan lagu, tapi selalu Aku tolak dengan halus. aku tidak ingin setelah mendengar suaraku yang super duper fals Ranti mendadak kejang-kejang dan muntah paku layaknya seseorang yang baru saja terkena santet.

Dari obrolan kami, Aku jadi mulai tau latar belakang Ranti Rahayu Safitri. Wanita yang masih berusia 23 tahun ini sedang menempuh program studi S2 Hubungan Internasional di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Sebelumnya dia tinggal bersama kakak kandungnya, tapi karena ada beberapa masalah, Ranti memutuskan untuk kos seorang diri di tempatku. Ranti tipe wanita yang periang dan cerdas, meskipun baru berkenalan Aku merasa sudah mengenalnya cukup lama. Apa yang Aku bicarakan, secara cerdas dia mampu menanggapinya bahkan tak jarang dia juga menambahkan informasi lain yang sebelumnya sama sekali belum pernah aku dengar. Intinya, untuk teman ngobrol yang baik, Ranti juaranya.

"Kayaknya Aku udah ngantuk nih Mas." Kata Ranti beberapa jam kemudian, sekilas aku melirik jam tanganku, jam 2 dinihari.

"Ya udah Kamu tidur gih, makasih udah mau nemenin ngobrol ya, hehehehe." Jawabku sembari bangkit dari kursi plastik milik Ranti.

"Sama-sama Mas, next time kita ngobrol lagi ya."

"Pastinya, ya sudah aku balik ke kamar dulu ya." Kataku sebelum beranjak pergi.

"Iya Mas."

Aku berjalan menjauh kemudian membuka pintu kamarku, sebelum Aku masuk ke dalam kamar, Aku kembali melihat Ranti, diapun melihatku, kemudian kembali tersenyum. Adem.

"Inget neraka Bos, Lu nggak takut ntar disiksa sama malaikat tatkala Kau menodai gadis sesuci itu??? Lihat sinetron adzab Bos, disana digambarkan bagaimana menderitanya jenazah yang ahli zina ! Lihat Bos!! Di MNC tv Bos!!!"

"Denger ya, Lu itu cuma sebatang kontol, bukan penceramah, jadi stop ceramahin Gue tentang siksa neraka !"

"Gue sebagai kontol yang berbudi luhur berkewajiban mengingatkan Lu sebagai Bos Gue. Gue cuma nggak mau Lu terjerumus dalam pergaulan bebas yang bisa merugikan khalayak ramai."

"BACOOOTTTTTT !!!" Teriakku kencang-kencang, kali lebih keras daripada saat bersinggungan dengan Ranti, buru-buru Aku menutup mulutku sendiri.

Tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekati pintu kamarku, Aku khawatir jika ini adalah Ranti yang merasa terganggu karena teriakan kencangku.

TOK

TOK

TOK


Ragu, Aku paksakan diri untuk membuka pintu kamar.

"Mas Surya!!!!"

Tiba-tiba Bu Susi sudah menghamburkan tubuh semoknya ke pelukanku. Aku benar-benar dibuat terkejut oleh kedatangan induk semangku ini.

"Ada apa Bu?" Tanyaku bingung sambil berusaha melepaskan dekapan tubuhnya. Bu Susi yang hanya mengenakan daster tipis sebatas lutut tampak tak begitu risih mengobral pelukannya.

"Tolongin Mas! Tolongin !" Teriaknya panik.

"Iya Bu, Ibu kenapa? Jelasin pelan-pelan." Kataku mencoba menenangkan kepanikan Ibu kosku ini.

"Itu, di kamar mandi ada tikus gede banget ! Segede anjing!!! Hiihh!!"

"Ah mana mungkin Bu?" Tanyaku setengah tak percaya pada penjelasan Bu Susi.

"Ini sih cuma modus Bos ! Udah kalo modelnya kayak gini wajib kita zinahin Bos! Kuy lah! Sikat miring Bos!! Iris tipis-tipis!"

"Beneran ! Kalo nggak beneran ngapain Ibu sampai minta tolong Mas Surya kayak gini?!" Kata Bu Susi seperti mencoba mematahkan ketidakpercayaanku pada keterangannya.

"Lagian emang Pak Agus kemana ?" Tanyaku, Pak Agus adalah suami Bu Susi, bapak kosku.

"Bapak kan udah dua hari ini nggak pulang, ada urusan di Bogor, mau ngejual tanah warisan di sana."

"Ooh, gitu."

"Udah! Ayo Mas Surya liat tikusnya dan usir dari kamar mandi ! Ibu takut banget ini !" Tiba-tiba Bu Susi sudah menggandeng tanganku dan menyeretku menuju lantai satu bangunan, tempat dimana Ibu Kosku ini tinggal setiap harinya. Aku hanya bisa pasrah tanpa bisa menolak permintaan Ibu Kosku ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd