Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My HEROINE [by Arczre]

Siapakah Tokoh yang Paling disuka?

  • Jung Han Jeong

  • Yuda Zulkarnain

  • Hana Fadeva Hendrajaya

  • Ryu Matsumoto

  • Azkiya a.k.a Brooke

  • Rina Takeda

  • Jung Ji Moon

  • Ray

  • Astarot

  • Putra Nagarawan


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
setelah menguasai level terakhir jurus harimau.. entah kenapa han jeong terlihat gak ada apa2nya dihadapan azkiya... kesannya azkiya sedikit mengalah..

oiya satu lagi... detektif kim update jugaa sanaaah :galak:

Eh bukannya emang azkiya harusnya lebih hebat dr hanjeong ya
Kan si jeong g pernah perang2an tanpa zirah, lah si azkiya udah kebiasa bunuh tanpa bantuan zirah penambah kekuatan
Eh bener g sih
:bingung:
 
kayaknya update terakahir nanggung deh.....:huh:

tu jleb....jleb....jleb..... bunyi apaan sih :huh:

:mancing: dlu ah sambil nunggu update nya

mngkin di update selanjutnya bisa tau jleb itu bunyi apaan
:taimacan:

"sshht... Jleb.. Jleb itu bunyii...KYAAAAAAAA..."
(langsung ngibrit gara2 TS nya tau2 muncul bawa pentungan..)
 
Ane yakin kalo di narasi Azkiya gaada Proof of Love nya pasti Han Jeong udah mati ditangan Azkiya. Dan disitulah konfliknya yg pasti bisa bikin semua pembaca cerita ini sakit hati. Tp gaada artinya juga kan kalo Han Jeong diakhiri gitu aja:D
 
Wuihh masih rada nanggung ntuu, tapii biarlah waktu yg menjawab :ngeteh:

Detektipnya monggo diapdet juga agan ,,

:ampun:
 
kayaknya update terakahir nanggung deh.....:huh:

tu jleb....jleb....jleb..... bunyi apaan sih :huh:

:mancing: dlu ah sambil nunggu update nya

mngkin di update selanjutnya bisa tau jleb itu bunyi apaan
:taimacan:

:pandaketawa:
Kek bunyii.. Konti kluar masuk meki gan..???

:bata: aduhhhh..

:mabuk: mangap ane kebanyakan minum
 
BAB XV: KAZE no Ryuu

1fd9a1382649111.jpg


3766db387837087.jpg


#PoV Ryu#

Aku, Hana dan Han Jeong pergi ke Taman Cendana. Taman ini bisa ditempuh dengan naik angkutan umum satu kali. Han Jeong bersiap-siap. Aku tahu mungkin ia sedikit grogi atau mungkin juga galau. Aku tak begitu faham perasaan perempuan untuk masalah yang seperti ini. Tapi dari sorot mata Han Jeong, tersirat dua hal, kerinduan dan kesedihan.

Kami bertiga sudah sampai di taman ini, tapi sesuatu terjadi. Perasaanku tidak enak. Begitu turun dari bis, aku langsung menghentikan langkahku.

"Kenapa Ryu-kun?" tanya Hana.

"Sesuatu datang! Segera temui Yuda, aku akan melihat keadaan," jawabku.

Han Jeong melihat kanan kiri, "Sepertinya benar, aku juga merasakan hawa membunuh."

"Kalian ini apaan sih? Cenayang?" gerutu Hana.

"Hana, ayo!" Han Jeong menarik Hana. Mereka segera berlari masuk ke dalam taman.

Aku mempersiapkan katanaku. Angin mulai berhembus kencang membawa sifat kegelapan yang menusuk hingga ke dalam tulang. Langit mulai mendung. Awan gelap bergulung-gulung seperti karpet yang digelar di atas lantai. Dedaunan terbang tertiup angin mengakibatkan suara riuh bersahut-sahutan, sambung-menyambung seiring geraknya dedaunan di taman ini.

Dan perasaanku pun benar, tidak bohong. Aku melihat beberapa gerombolan orang berbaju hitam masuk ke Taman Cendana. Mereka langsung berhadapan denganku.

"Assasins," gumamku.

Aku lihat orang yang dulu ada di rumah sakit, dia memakai mantel tebal dan memakai kacamata minus. Orang ini didampingi dua ninja, Kazuki dan Ukio. Mau apa mereka di sini.

"Kebetulan sekali Samurai boy, kami tadi melihat dari layar CCTV sang Red Assasin ada di sini, tak tahunya bertemu dengan kamu lagi," kata sang pemimpin.

Aku mencabut katana kayuku. Pedang masamune masih berada di punggungku. Aku akan memakainya kalau diperlukan. Sepertinya pertempuran tak bisa dielakkan lagi.

"Katakan kepadaku ada urusan apa kalian sampai kemari?" tanyaku.

"Tentu saja, menghabisi Red Assasin dan teman-temannya. Kalau kemarin aku tidak membawa kartuku, maka sekarang aku membawanya. Shinobi dan Kunoichi," kata sang pemimpin.

"Oh, ayolah. Aku sudah mengalahkannya kemarin," kataku.

Sang pemimpin menoleh ke arah Kazuki. Kazuki mengacungkan katananya, "Tapi kali ini jangan harap akan terulang lagi. Aku akan mengeluarkan semua kekuatanku."

"Sebelum kita bertarung, aku ingin tahu siapa kamu! Pemimpin assasin kah?" tanyaku.

"Bisa dibilang begitu, aku bos dari The Continental, Bram," jawabnya.

"Shouka, Kakatte koi! (bring it on)" kataku. Aku sudah bersiap bertempur, kuambil posisi kuda-kuda.

Semua orang-orang berbaju hitam menyerbu ke arahku. Tipikal keroyokan, jangan meremehkan aku!

"Kaze no Ryu wa Taifu o Fuku [風の龍は台風を吹く](Naga angin menghembuskan Typhoon)!"

Aku memutar tubuhku bersamaan dengan itu katanaku terayun searah aku berputar, musuh pun terkena sabetanku. Satu, dua, tiga, empat, lima, pada sabetan ke enam aku melompat dan kupakai kedua tanganku untuk menghantam salah satu dari kepala mereka.

PLETAK!

Tujuh orang tumbang. Masih banyak. Satu orang berlari sambil membawa goloknya, aku menedang dan menusukkan katanaku ke perutnya. Dia langsung tersungkur ke tanah. Beberapa orang langsung menerjangku lagi dengan senjata tajam mereka, tak hanya golok sih. Ada juga clurit, ada juga pisau. Macam-macam, aku tetap bisa meladeni mereka, hingga semuanya terkapar di atas tanah. Katana kayuku kebanyakan menghantam kepala dan dada mereka. Meninggalkan bekas lebam yang cukup dalam.

Aku masih bisa bertarung lagi. Jadi bagaimana?

"Siapa selanjutnya?" tanyaku.

Tiga orang. Bram, Kazuki dan Ukio.

"Cih, emang percuma aku membawa mereka semua, tak bisa diharapkan," kata Bram. "Kazuki, Ukio, lawan dia!"

"Aku duluan, kita masih punya hutang yang belum terselesaikan kemarin," kata Kazuki.

"Keroyokan juga tak masalah," kataku.

"Sombong!" Kazuki langsung menyerangku dengan katananya. Ternyata dia mengeluarkan dua katana dari pinggangnya

"Paling tidak, kita sama-sama menggunakan dua pedang," kataku. Kucabut katana Masamune.

Terjadilah perang pedang antara aku dan Kazuki. Benturan-benturan katana kami menimbulkan suara-suara yang memekakan telinga. Tangan kananku adalah katana kayu Zero dan tangan kiriku adalah katana Masamune. Pertempuran antara dua pedang ini benar-benar membuat suasana makin panas. Bram pun berinisiatif menyerangku. Dia menggunakan penanya dan mengendalikannya untuk menyerangku. Aku kini meladeni serangan dari dua orang.

Ketika aku sibuk menahan tebasan dari Kazuki, aku juga harus berkonsentrasi untuk menghalangi pena yang ujungnya runcing itu mencoba untuk menembus tubuhku. Aku memukul sekerasnya pena terbang itu dengan katana masamune hingga pena itu melesat ke arah Ukio. Ukio yang dari tadi diam saja kemudian menebas pena itu hingga terbela menjadi dua.

"Hei, kenapa kamu belah pena itu?" tanya Bram.

Ukio mengangkat bahunya.

"Kenapa kamu nggak ikut menyerang?" tanya Bram.

"Klan Hanagumo bukan klan yang menghadapi seorang ksatria dengan cara keroyokan," jawab Ukio.

"Blah, persetan dengan prinsip kalian," kata Bram.

Bram membuka mantelnya dan mengeluarkan beberapa pena lagi. Kali ini penanya lebih banyak. Dia setidaknya mengambil lima pena, kemudian pena yang berujung runcing itu dilemparkannya ke arahku. Ah, brengsek! Kembali aku keluarkan jurus Kaze no Ryu wa Taifu o Fuku. Aku berputar-putar dengan cepat menangkis seluruh pena-pena itu.

TRANG! TRANG! TRANG! TRANG! TRANG!

Kazuki bertahan ketika putaran katanaku mengenai katananya. Sungguh ini pertempuran yang tidak seimbang tapi aku lebih menyukai pertempuran seperti ini. Kazuki kembali menyerangku, aku kembali bertahan, Bram sekali lagi menggerakkan tangannya dan pena-penanya melayang lagi menyerangku. Sekali lagi kukeluarkan jurus Kaze no Ryu wa Taifu o Fuku. Namun kali ini putaranku tidak berhenti sekali pun telah menyerang seluruh pena-pena itu dan Kazuki makin terdesak mundur karena seranganku. Aku terus menyerang dengan berputar dan kuakhiri dengan hantaman yang paling keras, membuat lengan Kazuki terangkat. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, akhirnya dengan tebasan menyilang aku membuat dadanya terkena sabetanku.

Kazuki mundur ke belakang beberapa langkah.

"Kazuki!?" panggil Ukio.

"Daijofu," katanya.

Aku berdiri mengacungkan katana Masamune ke arahnya. "Sudah cukupkah?"

"Konayaro!" Kazuki mengumpat. "Baiklah, bagaimana kalau kita kembali perang armor?"

"Bukan ide yang buruk," kataku. Tanpa menunggu lama aku pun mengubah tubuhku menjadi Zero.

"Zero Changed!"

"Genji Armor!"

Kami berdua telah berubah sekarang menjadi dua orang dengan tubuh dibalut oleh armor. Aku dengan armor futuristik menggenggam dua katana, Kazuki dengan armor kuno Samurai Genji dengan dua tanduk dan sebuah katana besar di punggungnya saling berhadapan. Kazuki berlari ke arahku dan menerjangku. Dia melemparkan katananya ke arahku dan mengambil katana besarnya. Aku bisa menghindar dari lemparannya itu.

WUUUSSSHH!

Seperti yang telah lalu, ayunan katana besarnya membuat angin di sekelilingnya serasa mendorongku. Katana Masamune milikku bisa menangkisnya. TRANG!

"Kamu itu besar, tapi sungguh lambat!" kataku.

Aku melompat ke atas, dia terkejut karena aku melompat sangat tinggi kemudian turun dengan posisi hendak menebasnya dari atas. Kazuki mengayunkan katana besarnya ke udara.

TRANNGG!

Benturan kekuatan dahsyat kami membuat apa yang ada di sekitar kami terhempas, termasuk Ukio dan Bram. Mereka terdorong oleh kekuatan kami berdua. Aku menebaskan gantian katanaku kiri dan kanan. Kazuki menangkisnya dengan cepat. Aku pun bersalto ke belakang tubuhnya dan memutarkan tubuhku kemudian kembali Kaze no Ryu wa Taifu o Fuku kukeluarkan. Katana besar milik Kazuki dibuat bertahan atas seranganku yang berputar-putar dan bertubi-tubi ke arahnya. Kemudian aku melompat hingga bersalto ke belakang. Kakiku terseret beberapa meter.

"Hei Samurai, kenapa kamu tidak mengeluarkan lagi jurus andalanmu kemarin?" tanya Kazuki.

"Kamu jangan meminta, kamu tak akan kuat menahannya," kataku.

"Ayo kita coba," kata Kazuki.

"Baiklah, kamu yang meminta," kataku.

Aku pun mengambil ancang-ancang. Katana zeroku, kuhadapkan matanya ke bawah. Semoga saja kekuatannya cukup besar untuk menumbangkan Kazuki dengan Genji Armornya. Aku sebenarnya belum menguasai sepenuhnya jurus Kaze no Ryuu Tsuki no Kiritoru. Aku pernah dengar kata-kata otou-san. Tebasan pertama seperti membelah angin. Aku sudah melihatnya. Aku sudah mengetahui seperti apa tebasan pertama. Tebasan kedua seperti membelah dunia. Dan tebasan ketiga seperti membelah rembulan. Aku tak pernah tahu rahasia tebasan kedua dan ketiga.

Otou-san telah berkata, rahasia berhasilnya jurus ini adalah pada kekuatan tebasan. Sampai sekarang, aku tak pernah tahu maknanya.

"Bersiaplah!" kataku.

"Ayo lakukan!" katanya.

Aku mengumpulkan kekuatanku pada katanaku, kemudian kutebaskan dari atas ke bawah. Seketika itu tebasan itu menimbulkan dorongan energi yang besar menerjang apapun yang ada di depannya.

"Aku juga punya sesuatu anak muda," kata Kazuki. "Rei Ken!"

Dia mengayunkan katana besarnya ke atas. Seketika itu benturan kekuatan besar meledak. Lagi-lagi getaran kekuatannya membuat apa yang ada di sekitar tempat itu terhempas. Hasilnya diluar dugaan Naga Angin Membelah Rembulan bisa dilawan! Aku cukup terkejut melihatnya.

"Hahahaha, kalau kekuatannya cuma segini aku bisa menahannya!" ujarnya.

Kalau kekuatannya cuma segini, aku tak bisa menembusnya. Kazuki kini menyerangku lagi.

WUUUSSSHHH! Kembali katananya menebasku. Aku bisa menghindarinya. Ia terlalu lamban tapi energinya kuat. Di saat aku lengah tiba-tiba ada yang menghantamku. CRATZZ! Sesuatu menancap punggungku. Brengsek! Penanya Bram menancap di punggungku. Menembus armorku!?

CRATZZ! CRATZZ! CRATZZ! CRATZZ! CRATZZ! CRATZZ! CRATZZ!

Secara beruntun sepuluh pena menancap di seluruh bagian tubuhku. Arghh..! Aku lengah. Pena itu tiba-tiba semuanya berputar seperti mencoba mengebor baju armorku. Brengsek! Aku mencoba mencabutnya satu persatu dan merusaknya. Namun ketika aku sibuk mencabut pena-pena tajam itu, tiba-tiba Kazuki menebaskan katana besarnya tepat ke tubuhku.

BUK! ZRRRAAASSHH!

Aku tertebas dan terhempas beberapa meter ke belakang. Seketika itu armorku tergores membujur dari atas ke bawah. Pena-pena milik Bram berhasil mencapai kulitku. Pena-pena itu terus mengebor dan aku pun mulai merasakannya, darah mulai keluar. Aku pun mencabut dan meremasnya satu per satu hingga lepas pena-pena itu dari tubuhku.

Bram membuka mantelnya dan mengeluarkan pena-penanya lagi. Oh, ayolah. Mau seberapa banyak pena-pena yang menjengkelkan itu terbang menyerangku?

6e51f9389288460.jpg

Kembali aku diserang oleh Kazuki. "Rei Ken!"

Hembusan angin dan api menerjang ke arahku. Apa? Dengan api? Sepertinya ada yang aneh. Aku berkelit, berguling menjauh.

"Kamu baru sadar? Ya, kekuatanku adalah api. Itulah sebabnya katanaku bisa menebasmu, karena ujung katanaku ini suhunya bisa mencapai 5.000 derajat celcius," jelas Kazuki. Pantas saja.

Otou-san, kenapa engkau tidak memberitahuku rahasia tebasan kedua dan ketiga? Aarrggh! Pertarungan ini membuatku frustasi. Aku pun menebas pena-pena terbang milik Bram. Ternyata pena itu makin cepat dari sebelumnya, apakah Bram menambahkan kecepatannya? Sepertinya begitu.

TRANG! TRANG! TRANG! TRANG! TRANG! TRANG!

Kedua tanganku mengayun kiri kanan menangkis serangan pena-pena terbang. Ditambah lagi serangan beruntun dari Kazuki. Temeee! (mothafacka)

Aku menggerakkan katanaku makin cepat dari sebelumnya ketika serangan beruntun pena-pena itu makin banyak. Tunggu dulu! Makin cepat! Itu dia. Begitukah maksudnya, tebasan kedua dan ketiga, aku tahu sekarang. Maksudnya adalah tebasan yang tenaga dan kecepatannya makin besar dari yang pertama. Itu artinya aku harus menggandakan kekuatan tebasanku. Benar itu dia! Tapi kelemahan jurus ini adalah butuh waktu. Lari aja ah!

Aku pun berlari menghindar. Lebih tepatnya lari berputar-putar mengelilingi mereka bertiga. Kazuki menurunkan katananya dan mengangkat bahunya. Bram menatapku aneh.

"Hei, kamu kenapa?" tanya Bram.

"Ada masalah?" tanyaku.

"Kamu sudah putus asa?" tanya Kazuki.

Aku pun berhenti. Mengambil ancang-ancang Naga Angin Membelah Rembulan. Kazuki bersiap juga dengan Rei Ken miliknya. Bram pun mengarahkan pena-pena terbangnya menuju ke arahku.

"Kaze no Ryu Tsuki on Kiritoru!" Tebasan pertama.

Rei Ken dan Naga Angin Membelah Rembulan berbenturan. Tampak pena-pena milik Bram hancur semua terkena tebasan pertamaku. Belum selesai! Aku menganyunkan katana Masamuneku lebih cepat daripada tebasan pertama berikut juga energinya lebih besar daripada energi pertama. Kazuki terkejut, ia tak pernah menyangkanya. Aku bisa rasakan getaran energi yang menghempaskan mereka, menusuk dan menyayat mereka. Angin berpihak kepadaku.

Armor Genji yang dipakai oleh Kazuki pun terpotong-potong lagi. Kedua tanduknya pun patah Berikut juga helmnya. Bram ikut merasakan tebasanku ini. Angin menghembuskan pisau-pisau dan pedang-pedangnya ke arah mereka, merobek apapun yang mereka kenakan. Kazuki terbelalak dan pasti tentu saja terkejut.

Tebasan ketiga dengan kedua pedang aku menyilangkan tebasan terakhir ini dengan seluruh tenagaku, tentu saja dengan kecepatan yang lebih cepat dari sebelumnya.

WUUUUSSSSHHHH!

Tiba-tiba, angin berhenti. Tak ada apa-apa? Kazuki dan Bram sedikit terkejut. Mereka tak merasakan apa-apa. Tubuh keduanya seperti keheranan, mematung. Pakaian mereka compang-camping, terutama Genji Armor yang dikenakan kazuki sekarang benar-benar hancur.

Ukio mencoba mendekat, tapi ketika mendekat tangannya terkena sayatan angin. ZRRATT!

"Ahh....apa yang terjadi?" tanyanya.

"Inilah Naga Angin Membelah Rembulan," jawabku. "Jangan bergerak kalian berdua. Sedikit saja kalian bergerak, maka sang angin akan memotong-motong kalian."

"Apaa maksud...," Kazuki belum menyelesaikan kata-katanya tubuhnya langsung seperti disayat-sayat oleh katana. Darah mengucur, mengalir dari luka-lukanya, lalu kemudian secara bersamaan tubuhnya terpotong-potong menjadi berpuluh-puluh bagian.

"Sudah kubilang jangan bergerak," kataku.

"Kazuki!" jerit Ukio.

"AAAARRGGGGHHHH!" aku mendengar suara itu. Apa itu? Aku menoleh ke tempat pertemuan Yuda dan Han Jeong. Apa yang terjadi di sana?
 
Terakhir diubah:
BAB XVI: The Man Behind The Shadow

1fd9a1382649111.jpg



#PoV Narator#

Virus R-09-PX-9. Atau dikenal sebagai flu kelelawar pertama kali melanda Ethopia. Flu ini cukup unik, orang yang menderitanya hanya akan demam pada malam hari. Suhu tubuhnya meningkat disertai panas yang tinggi. Namun ia akan sembuh pada siang hari. Tidak hanya demam, tapi juga disertai dengan muntah dan berak yang tak henti-hentinya. Terus menerus seperti ini, dan pada hari ke sembilan virus ini tiba-tiba membuat jantung penderitanya berhenti begitu saja.

Flu kelelawar tidak hanya menjadi pembunuh nomor satu di Ethopia tapi juga ancaman di dunia, menyamai anthrax. Tapi karena tidak populer di negara Eropa kabar mengenai flu ini pun tenggelam dengan sendirinya. Tak begitu lama, setahun kemudian muncul sebuah wabah lagi. Ini disebut sebagai wabah rabies terbesar yang pernah ada di muka bumi.

Orang-orang yang telah mati hidup kembali seperti manusia pada umumnya, bukan sebagai zombi. Benar-benar hidup sebagai manusia pada umumnya, hal itu terjadi setelah mereka selama satu minggu penuh mengalami kegilaan meraung-raung seperti serigala lalu mati pada hari ketujuh. Pada hari ke delapan mereka bangkit dari kubur. Hidup dan berbaur dengan manusia pada umumnya meninggalkan sedikit demi sedikit benih-benih virus mereka setelah itu pada hari ke sepuluh mereka semua mati secara mendadak. Tak ada yang menyangka bahwa sebenarnya ini adalah ulah virus R-09-PX-9 yang termutasi. Orang-orang menyebutnya virus vampire. Karena mereka bisa tenang setelah kenyang dengan darah.

Dua tahun setelahnya sesuatu yang mengejutkan terjadi ketika sebuah wabah menyerang Afrika Tengah. Satu desa mati tanpa diketahui penyebabnya. Dan terus merambat dari satu desa ke desa yang lainnya, tanpa henti. Pemerintah kebingungan menghadapinya dan menganggap hal ini adalah kutukan dewa. Namun yang terjadi sebenarnya adalah mereka diserang oleh mutasi yang lain dari virus R-09-PX-9. Virusnya lebih beda lagi. Mereka semua mengalami kematian setelah saling menjabat tangan, bersalaman, saling menyentuh kemudian sentuhan itu terhirup oleh hidup ataupun terkena air liur mereka. Dan masing-masing desa yang menjadi korban itu sama-sama melakukan pesta ketika malam hari. Dan dalam satu malam itulah mereka semua mati.

Ini belum berakhir. Flu kelelawar terus berkembang, merambat dari satu daerah ke daerah lainnya dengan berbagai macam bentuk dan dengan berbagai macam obat. Dan yang terakhir flu ini lebih mengerikan lagi. Seseorang yang terjangkit flu ini akan mengalami rasa sakit seperti terbakar ketika siang hari. Takut terhadap cahaya matahari. Pusing, mual, pilek, alergi terhadap sesuatu yang bernama ultra violet. Malam harinya mereka mengalami rasa menggigil yang amat sangat, siangnya mengalami rasa panas yang amat sangat. Sistem imune berkurang sehingga banyak penyakit lain yang masuk. Sistem pencernaan dan syaraf rusak. Akibatnya penderita mengalami diare dan halusinasi parah. Umumnya sang penderita tak akan selamat dalam waktu sembilan hari. Hal itu ditandai dengan adanya bercak berwarna putih pada kulit yang meluas ketika terkena sinar matahari. Dan virus ini pun mulai menjalar ke Eropa dibawa oleh salah seorang dokter.

Tak ada yang pernah tahu, bahwa semua wabah itu obatnya ada di negara ini. Ya, siapa lagi otak yang mendalangi semua ini kalau bukan Putra Nagarawan. Satu per satu pionnya telah sampai di garis musuh tanpa sekalipu terdeteksi.

Sejak ia menjadi presiden beberapa tahun lalu, dia telah membeli perusahaan industri teknologi TREC. Dia jugalah yang mengembangkanilmuwan untuk menciptakan robot-robot canggih. Dan dia tertarik kepada Super Human Soldier Gnome-X. Setelah dia gagal membunuh Riska anak dari Menteri Pertahanan kala ia berkuasa dulu, dan gagal mendapatkan Gnome-X, ia frustasi melacak keberadaannya.

Apalagi keadaannya yang bukan menjadi kepala negara lagi membuatnya makin susah untuk mengakses hal-hal yang dulu ia mengakses. Kasusnya pun tenggelam seiring jauhnya masa periode dia. Juga tentang Arci, tak ada yang ia ketahui lagi. Namun hal itu tidak berhenti di situ saja ternyata. Ia masih berusaha untuk mencari keberadaan Gnome-X. Kenapa ia sangat ingin mengetahuinya, semuanya karena ia ingin mendapatkan dan memakai Gnome Soldier itu. Hal itu tak lain karena dia adalah seorang elemental besi, sedangkan Gnome-X bukan terbuat dari elemental logam biasa, merupakan besi organik yang disebut Adamantium.

Lama dia melacak keberadaan Arci, hingga akhirnya dia pun menemukan mereka lagi. Tapi sayangnya ia sudah tak tertarik lagi dengan keberadaan Arci. Dia hanya ingin memastikan bahwa Gnome-X tidak dalam kepemilikan Arci. Maka dibuatlah skenario untuk memancing Gnome-X keluar. Apa skenarionya?

Telah lama Putra Nagarawan tertarik dengan Yuda. Sebab ia yakin kandidat terkuat untuk menjadi Gnome Soldier adalah anak ini. Sejak dia mengetahui bahwa Arci terluka parah akibat pertarungannya melawan Isna sang Serigala gurun, maka sudah pasti dia tidak akan menggunakannya apalagi kode DNA terakhir adalah milik Riska bukan dirinya. Artinya Yuda adalah satu-satunya kandidat terkuat.

Tanpa sepengetahuan Yuda, Putra Nagarawan selalu mengawasinya. Mengawasi seluruh kehidupannya. Siapa orang terdekatnya, siapa pula kekasihnya. Ketika diketahui bahwa kekasihnya adalah Black Knight, ia pun punya rencana besar. Rencana yang membuat dia akan menjadi satu-satunya orang yang paling berkuasa.

Dia bekerja sama dengan Astarot, menggerakkan para robot seolah-olah sedang dihack. Black Knight pun muncul. Hingga akhirnya ia pun terus dan terus mengirimkan robot-robot dengan target Jung Han Jeong. Bahkan memasukkan virus ke dalam sistem operasi Jung Han Jeong dengan melalui sebuah microbot yang ditembakkan ke punggung Black Knight.

Mungkin sedikit di luar prediksi bahwa ada agen rahasia CCC yang juga menginginkannya. Tapi rencana terus berjalan. Akhirnya puncaknya adalah dia mengeluarkan robot CUMI-08 yang bergerak menyerang pelabuhan. Bersamaan dengan itu muncullah para superhero. Ini juga diluar perkiraan, tapi hal itu justru menjadikan rencananya makin cepat terlaksana. Karena yakin tak akan ada yang sanggup untuk mengalahkan robot bertentakel itu kecuali Gnome-X.

Dialah yang menggerakkan Black Knight secara tiba-tiba. Karena sebagian besar Nanobot terbuat dari logam besi. Sehingga Putra Nagarawan bisa mengendalikan Black Knight dari jauh. Datanglah sang kekasih kepadanya. Tentu saja Putra Nagarawan sangat senang melihat Gnome Soldier. Terlebih setelah itu benar-benar tahu kekuatan dari Gnome Soldier. Harapannya selama ini pun menjadi kenyataan.

Dia juga mengetahui ketika robot CUMI-08 meledak Gnome-X jatuh ke laut dan ditolong oleh Azkiya. Dengan melalui satelit pengintai dia melihat seluruh pertarungan itu hingga saat-saat Gnome-X jatuh ke laut. Awalnya dia senang mengetahui kondisi Yuda yang amnesia. Di saat Azkiya tidak ada di kamarnya, Putra Nagarawan ingin melepaskan gelang Gnome-X itu, tapi sulit. Entah kenapa. Akhirnya ia urungkan niat itu dan ingin membuat sebuah plot lagi. Apalagi yang dia inginkan?

Para superhero harus dianggap kriminal. Itulah yang ia lakukan. Dengan kampanyenya ia menyalahkan para superhero atas apa yang terjadi barusan. Rencananya untuk menangkap para superhero ternyata telah ia rencanakan sejak ia jadi presiden dulu. Dia menyebutnya Penjara Besi. Penjara yang sudah ia persiapkan untuk mengurung para penjahat yang punya kemampuan khusus. Ia tahu ada orang berkemampuan khusus karena ia sendiri bisa mengendalikan besi. Dan penjara itu, dia sendiri yang membuatnya dengan kemampuannya menggerakkan elemen besi. Berdirilah sebuah penjara di daerah Nusa Kambangan yang disebut Penjara Besi.

Putra Nagarawan pun menunggu, hanya menunggu saat yang tepat untuk membuat Gnome-X membuat kekacauan. Kehidupan Yuda diteropong olehnya hingga anak muda ini pun menghancurkan The Continental. Putra Nagarawan tak mengira Gnome-X secepat ini keluarnya. Akhirnya dia pun turun tangan. Dia memberitahukan kepada The Continental keberadaan Azkiya dan Yuda secara tak langsung dibantu oleh sang ahli teknologi Astarot. The Continental sendiri kebingungan siapa yang mengirim pesan itu?

Akhirnya kejar-kejaran antara Azkiya, Yuda dan The Continental dimulai. Dan plotnya sungguh manis. Putra Nagarawan selalu mengawasi mereka bahkan pertemuan antara Yuda dan kekasihnya di Taman Cendana pun bisa terendus. Plot yang sempurna.

"Bagaimana sekarang?" tanya Astarot.

"Kamu masih punya chip yang dulu membuat orang jadi gila?" tanya Putra Nagarawan.

"Berserk chip?"

"Iya."

"Ah, ada. Kamu mau menggunakannya?"

"Aku ada skenario untuk mereka. Selama ini penghalang kita adalah Black Knight dan Gnome-X. Teknologi mereka adalah kelemahan kita, tapi bagaimana kalau kita adu mereka? Toh Black Knight sudah tidak ada lagi. Tinggal kita adu Gnome-X melawan Zero."

"Ide bagus."

"Setelah persoalan ini selesai, dunia makin melihat bahwa superhero itu adalah penjahat. Sedikit lagi kita akan mendapatkan semuanya. Astarot, keluarkan Titan. Mereka biar aku tangani."

"Ini yang aku suka."

Putra Nagarawan berjalan dengan tenang di Taman Cendana, sementara Astarot pergi meninggalkan dia. Putra Nagarawan melihat pertarungan Azkiya melawan Han Jeong. Mantelnya berkibar-kibar terkena angin kencang. Sebentar lagi hujan, pikirnya.

Putra Nagarawan melihat liontin yang ia kenakan. Ia pun membukanya, ada dua buah foto. Satu fotonya dan satu lagi foto seorang wanita yang sangat cantik. Dia pun mencium foto itu.

"Mama, sebentar lagi cita-cita Putra akan tercapai," katanya.

Putra Nagarawan melihat Han Jeong menusuk Azkiya. Ia pun buru-buru memasukkan liontinnya. Dengan tenang ia berjalan mendekati pertarungan itu. Dilihatnya Hana yang terkejut melihat Han Jeong menusukkan karambitnya lalu ambruk. Yuda kemudian mencekik Han Jeong, entah mereka bicara apa Putra Nagarawan tak mendengarnya. Kemudian dilihatnya Yuda mencium Han Jeong. Sepertinya Yuda sudah kembali ingatannya. Putra Nagarawan menghentikan langkahnya.

Hana menoleh ke arah lain. Ia terbelalak melihat sang Presiden sudah ada di tempat itu. Ia pun bertanya-tanya kenapa? Kenapa Presiden, orang nomor satu di negara ini bisa ada di sini?? Hana mulai takut. Tiba-tiba ada hawa ketakutan di dalam dirinya yang tak biasa.

Azkiya berbaring di atas tanah. Yuda mulai bicara kepada Han Jeong.

"Han Jeong, maafkan aku. Aku...aku tak ingat kamu. Maafkan aku," kata Yuda.

Han Jeong memeluk Yuda lagi.

"Yuda, tidak apa-apa, aku tahu perasaanmu sekarang bingung, bukan? Aku maafkan kamu. Kita harus menyelamatkan Brooke dulu, dia sangat mencintaimu Yud."

"Han Jeong....aku......," Tangan Han Jeong diletakkan di bibir Yuda.

"Sudah, aku memaafkanmu. Yang penting kita bisa bersama lagi," kata Han Jeong. "Brooke! Ayo kita bawa ke rumah sakit."

Yuda dan Han Jeong menghampiri Azkiya.

"Azkiyaa!......Azkiya! Sadarlah! Kamu harus selamat, bangunlah!" seru Yuda.

"Brooke, bangun! Kita akan membawamu ke rumah sakit, kamu harus tertolong! Kamu ingin Yuda kan? AKu akan berikan Yuda ke kamu, tapi kamu harus hidup! Brooke! Jangan pergi!" seru Han Jeong.

Terlalu melankolis, pikir Putra Nagarawan. Putra mengeluarkan tangan kanannya. Di telapak tangannya ada sebuah benda kecil berbentuk pipih segitiga. Di permukaannya ada kaki-kaki yang di tengahnya ada sebuah jarum kecil dan panjang. Ini adalah Berserk Chip. Chip yang akan membuat orang menjadi gila, psikopat, sinting, sebut saja namanya.

Putra Nagarawan melemparkan chip itu ke arah Yuda. Hujan yang turun dengan deras ini merupakan pemandangan indah baginya, saat chip itu melayang cepat ke kepala Yuda, tepat mengenai keningnya. Yuda seketika itu juga diam. Matanya melotot.

"Han Jeong! Yuda! Awaaaass!" teriak Hana.

Putra kemudian mengendalikan elemen besi yang ada di taman ini. Mereka adalah Jork, Weizl, Blark, Gan. Dia memanggil nama mereka semua. Tak berapa lama kemudian besi-besi yang ada di taman itu yang berasal dari lampu dan pagar melayang diudara. Mereka saling memilin dan membentuk tiga buah tombak panjang dan besar. Tangan Putra Nagarawan mengeluarkan cahaya berwarna ungu, dia seperti membentuk-bentuk sesuatu. Tombak itu pun makin panjang dan panjang. Ujungnya runcing. Dan berada di atas Han Jeong tanpa sepengetahuannya. Dengan satu gerakan tangan ke bawah.

JLEB!
JLEB!
JLEB!

Tiga tombak besar menembus tubuh Azkiya.

"AAAAARRGHHHHHH!" Yuda menjerit keras. Matanya memerah. Dia memegangi kepalanya dan berguling-guling di tanah.

"Yudaaaa!" Han Jeong menjerit langsung memegangi Yuda.

Putra Nagarawan mengangkat tubuh Azkiya ke atas lalu melemparnya beberapa meter menjauh. Han Jeong langsung melihat Putra Nagarawan.

"Pak Presiden?" gumam Han Jeong.

Putra Nagarawan lalu melemparkan tiga tombak tadi ke arah Hana.

"Hanaaaa!" seru Han Jeong.

"KYaaaaaaa!" Hana menjerit. Tapi sesuai dugaannya, Zero datang menjadi penyelamat dan menghalau tiga tombak tadi hingga terpental.

"Apa yang terjadi?" tanya Ryu.

"Azkiya, dibunuh orang itu!" jawab Hana.

"Itu? Presiden? Kenapa dia ada di sini?" tanya Ryu.

"Dia tadi entah bagaimana menancapkan sesuatu di kepala Yuda," kata Hana.

Putra Nagarawan dengan santai meninggalkan tempat itu. Misinya berakhir. Dia meninggalkan tempat itu. Ryu ingin mengejarnya tapi dia melihat sesuatu yang lain. Yuda berdiri dengan berteriak keras. Han Jeong pun kemudian diserangnya, Han Jeong berhasil menghindar.

"Han....Jeeoonngg.....tooo...looongg....aa...kkuuuu..!" bisik Yuda.

"Apa yang terjadi dengan Yuda?" tanya Ryu.

"Entahlah," jawab Han Jeong.

Yuda menyilangkan kedua lengannya.

"GNOME CHANGE!"

Kilatan cahaya putih menyelimuti Yuda dan dia pun berubah menjadi Gnome-X. Dia langsung melesat dengan cepat ke arah Ryu dengan Armor Zeronya. Zero langsung dicekik dan diajak Gnome-X terbang ke udara dengan cepat. Kemudian Gnome-X membanting Zero ke tanah dengan keras hingga suaranya bedebum dan menyisakan kehancuran di Taman Cendana.

"GROOOOAAAAAAAGGHHHH!" Yuda mengaum. Ia sekarang seperti macan yang lepas kendali.

Sementara itu Ai yang menjadi Artificial Intelegence di dalam Gnome-X protes. "Yuda, sepertinya ada sesuatu di dalam tubuhmu yang membuatmu kehilangan kendali. Aku merasa chip ini telah mengendalikan fungsi otakmu. Aku bisa membantumu untuk sembuh, aku akan mencoba untuk mendisfungsikannya."

"FACE OFF!"

"No No, tidak Yuda, jangan lakukan itu!" kata Ai. "Oh, we are doomed!"

Sementara itu bumi bergetar. Air laut menyusut dengan cepat, orang-orang yang berada di Kepulauan Seribu merasa ada yang aneh.

"Tsunami! Tsunami!" mereka semua berteriak seperti itu. Dari arah utara jauh terlihat sebuah gulungan ombak besar setinggi 20 meter bergerak. Jauh dari utara sesuatu yang besar bangkit dari bawah laut. Sesuatu yang terbungkus oleh air, dengan mata menyala berwarna putih. Dari sudut yang lain juga, dari arah barat tepatnya dari Gunung Krakatau. Muncullah sesuatu yang sangat besar. Bergerak dari dalam kawah Gunung Krakatau yang ada di bawah laut.

Monster Raksasa bangkit dari dalam laut. Monster yang seluruh tubuhnya diselimuti oleh kawah. Dari dalam tanah di kota Jakarta pun muncul retakan-retakan. Sebuah gedung yang tinggi di kawasan Kepala Gading tiba-tiba saja runtuh. Gempa bumi dengan getaran 7 skala ritcher mengguncang Jakarta. Dari bawah gedung itu muncullah sebuah tangan besar. Tangan yang terbuat dari batu, dan tak berapa lama kemudian keluarlah raksasa batu.

"GRROOOOAAAAARRR!" raksasa itu berteriak.


bf11b6389291827.jpg


da918c389291835.jpg


3cf9d7389291853.jpg


069013389291868.jpg


Awan tiba-tiba bergulung-gulung di atas langit Senayan. Petir menyambar-nyambar. Tampaklah awan memunculkan sebuah puting beliung besar dan membuat semuanya kaget. Manusia mendapatkan bencana yang bersamaan. Monster angin pun keluar dan dia berpesta dengan puting beliung dengan diameter sampai 300 meter. Sebuah puting beliung yang memiliki mata berwarna putih, monster angin.

Dan dari kejauhan Yuda menjerit, lepas kendali. Zero pun dengan gusar bangun dari tempat ia jatuh tadi.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" kata Ryu.

Titan telah keluar.

(Bersambung.............)

Ah....:ngeteh: dulu sambil menikmati wifi di kafe.
untunglah wifi di bawah ini lumayan.
 
Terakhir diubah:
copy pastenya kurang :Peace: :Peace: udah ditambahin :D
 
Ketigax stlah ts..:haha:maaf master arci,baru bisa ngash grp skrng,makash bnyak atas cerita yg mkin menarik ini.:semangat:
 
Terakhir diubah:
Wah titannya mulai keluar...azkiya kenapa mati...kirain bakal jadi lesbi sama han jeong :galau:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd