Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MY LOVE JOURNEY 2 (Boski Storys)

My Love Journey 2 – Boski Storys






CHAPTER 1.3






Plook…plookkk..

Terdengar dua orang insan tengah asik memadu kasih dalam kamar, di siang bolong, tubuh mereka penuh dengan peluh yang mengalir dengan deras.

“Aaarrggg yaahhh.. terusss yang kencang.. aahhh kamuuu maasiih perkasaa kayak duluuu.” ujar wanita itu sambil nungging dalam posisi doggy style, ia nampak begitu menikmati sodokan-sodokan kencang pada vaginanya.

“Iiyyaaa ssaaayyaaang.. kamu juga masih peerreet.. eenaakkk…” jawab lelaki setengah baya yang sedang memompakan penisnya sambil memegang pinggul wanita itu. Sesekali tangannya menelusup dan menggesekan jarinya ke area klitoris wanita itu. Pompaan dan remasannya semakin liar seiring erangan nikmat wanita yang sedang ia gauli.

“Aakhh.. akhhh.. akhhh…” wanita itu menengadahkan kepalanya lalu menoleh ke arah lelaki yang menggenjotnya lalu menjulurkan lidahnya dengan mulut terbuka. Mengerti maksud lawan mainnya, lelaki itu menempelkan badannya pada punggung wanita itu dan langsung melumat mulutnya.

“Sruullppss.. sllupprrss..” terdengar cumbuan dan belitan lidah mereka. Lalu diremasnya payudara yang menggantung dan bergoyang dengan lembut.

“Aaahhh… aaayyyyaaahh..!!” wanita itu semakin menggelinjang mendapat rangsangan pada payudaranya, pinggulnya bergoyang semakin liar seiiring genjotan pada vaginanya.

“Akkkuuuu kellluaaaarrrr..!!!” jeriit wanita itu.

Criittt crriitt… semburan cairan cintanya mulai membasahi batang penis lelaki itu.

“Haah.. haah.. haaaah..” dengan nafas tersengal wanita itu menikmati orgasme pertamanya.

Dengan lembut lelaki itu merebahkan wanitanya dan berbaring di belakang punggung wanita itu sambil memeluk dari belakang.

“Ayaahh belum keluar, sayang…!!” ujarnya sambil membelai pipi sang wanita lalu mengecup bibirnya. Lalu diangkatnya salah satu kaki wanita itu dan disandarkan pada tubuhnya.

“Seebeentar, Yah.. akuu tarikk nafas dulu.. awwwww….” jeritnya tertahan saat batang penis itu mulai menyodok kembali vaginanya dari belakang dengan gaya gunting.

Plook..plook…!!!

“Ayyyaaahh..” ia hanya bisa pasrah dan kembali mendesah dengan nada manja.

Sikap sang wanita, dan goyangan montok payudaranya membuat lelaki itu semakin terangsang, ia mempercepat genjotannya, dihisapnya juga leher wanita itu hingga menimbulkan tanda merah, sesekali tangannya meremas payudaranya dengan kencang, bergantian kiri dan kanan.

“Ayyaaahhhh….. aakkkhh..aahhh..” desah wanita itu.

“Ayah maauuu keluaar, ssayyaaang..” erang sang lelaki.

“Aku jjuuuggaaa, Yaaahhh…. Akhhhhhhh..” wanita itu melolong dan hingga akhirnya meraih kembali orgasmenya.

Croott croot..!!!

Tujuh tembakan sperma memancar ke dalam rahim wanita itu, menyembur deras dan hangat.

“Haah.. haah.. haaaah..” kedua insan itu terengah-engah menikmati puncak kenikmatan yang mereka raih bersama, alat kelamin mereka masih menyatu dengan posisi wanita menyandar pada lelaki tersebut.

Lalu tangan wanita itu meraih pipi lelakinya dan menarik wajahnya agar mendekat, lalu dikecupnya lelaki itu dengan mesra.

“Muuaahhh.. makasih, Ayah sayang.. ibu sangat puas, ayah selalu bikin ibu kewalahan..” ujarnya lembut, ternyata kedua insan itu adalah sepasang suami-istri yang sedang sedang saling menumpahkan rasa sayang mereka.

“Ayah juga sayang ibu. Adalah anugerah bagi ayah karena punya istri seperti ibu. Maafkan ayah karena jarang neminin ibu setiap hari, ayah sih kepengennya setiap hari.. biar bisa nambah anak.” bisiknya pelan sambil mengusap lembut payudara dan sesekali mencubit putting istrinya

“Iihhh ayah, ibu males nambah lagi, bagi ibu dah cukup dua anak saja hihi, lagian ibu yang harus berterima kasih, bagi ibu ayah adalah lelaki yang penuh tanggung jawab dan selalu bisa memuaskan ibu. Dan ibu bersyukur bisa melayani ayah.” dengan kerling mata genit pada suaminya, membuat suaminya semakin nakal memainkan payudaranya.

Saat tangannya hendak turun ke arah selangkangan, “Dah akh.. nanti malem aja dilanjutinnya, entar keburu anak-anak pulang, kan malu kalau ketauan.” wanita itu mencoba menepis tangan suaminya, lalu melepaskan penis suaminya yang masih tegang di dalam vaginanya.

“Yahh ibu.. kan baru satu ronde.. ini liat masih keras.” suaminya memelas sambil menunjukan penisnya yang tegang.

“Hihi.. entar malam kita lanjut lagi, ayah sayang, kita buat yang lebih panas.. muuah…” jawabnya sambil mengecup bibir suaminya, lalu ia bangun dan mengenakan kembali pakaiannya.

Tiiitt.. tittt…

Tiba-tiba hapenya di atas meja samping ranjang bergetar. Ia meraih HP itu dan membuka SMS yang masuk.

Téh, sekarang keponakan bengal aku dah ada yang berani melawan, perempuan lagi hihi.
Sambil tersenyum simpul wanita itu menyimpan kembali HP-nya.

“Dasar si Rizki, selalu aja bikin masalah, eh tapi siapa gadis yang berani ngelawan dia” pikirnya.

Ya. Wanita itu adalah Ratnawati (39 th), ibu dari Rizki, dan lelaki itu adalah ayahnya yang bernama Rangga Dinata (44 th). Saat ini Rangga sedang libur dari dinas dan memanfaatkan waktunya untuk memadu kasih dengan sang istri tercinta, di saat anak-anak sedang pergi ke sekolah.

“SMS dari siapa, bu?” tanya Rangga.

“Halimah, Yah, dia ngabarin bahwa sekarang sudah ada yang berani melawan Rizki di sekolah. Dasar anak nakal, gak kapok-kapoknya membuat masalah. Kayak ayahnya dulu hihi…” jawab Ratna.

“Kata siapa? Sok tau.. Kalau Rizki masih belum kapok juga, biar ayah hukum dia.” sanggah Rangga.

“Gak usah, Yah. Halimah masih bisa mengurusnya, nanti kita bicarakan secara baik-baik saja ama Rizki.”

“Ya udah deh terserah ibu aja, eh ngomong-ngomong siapa yang berani ngelawan si Rizki? Perasaan kakak kelasnya pun takut semua pada dia..?” tanya Rangga.

“Ih ayah… kesannya anak kita itu preman yang ditakuti, Rizki hanya ngelawan kalau emang perlu, Yah, dia bukan pembuat onar. Cuma ya itu… isengnya ketika mengganggu temennya kadang suka kelewatan.” Lalu lanjutnya, “Gak tau siapa yang berani melawan Rizki, Yah, Halimah gak bilang detail, yang jelas yang ngelawan Riski tuh anak perempuan.”

“Haaa… hahaha… bisa mati gaya tuh anak kalo dilawan anak perempuan!”

“Udah… gak usah ngetawain anak sendiri, ayo akh keluar, mulai gerah disini.” ujar Ratna.

Setelah berpakaian rapi mereka pun keluar kamar, namun saat tiba di depan kamar…

“Duuuuhhh… yang asiiikkk olahraga siang-siang, sampai-sampai orang masuk juga gak kedengeran.” ujar seorang anak gadis yang sedang duduk di sofa, di depan pintu kamar Rangga dan Ratna. Ia masih mengenakan seragam SMA.

“Wiiidya, kamu ngapain duduk di situ, terus kamu masuk lewat mana?” pekik Ratna sambil cepat menutup pintu kamar agar putrinya tidak melihat kondisi ayahnya yang belum berpakaian. Ratna sedikit heran karena ia yakin telah mengunci pintu depan sebelum mereka bercinta.

“Hihi.. lewat pintu gerasi, kan Widya punya kunci cadangan, terus pintu samping gak kekunci… Udah gak usah malu toh Bu, lagian wajar kok ibu ama ayah ‘wik wik wiiw” siang-siang hihi.. kan ayah jarang pulang, jadi butuh belaian hangat hihi…” Widya terus menggoda ibunya.

“Ada apa Bu kok rame-rame depan kamar?” Rangga pun membuka pintu dengan hanya bercelana pendek dan kaos oblong.

“Ngaaanu yaaah ada Widya, ahhh ayah… ibu malu.” wajah Ratna memerah menahan malu

“Hihi ibu malu, dah akh Widya ke kamar dulu..” Widya pun berlari kecil meninggalkan ayah dan ibunya, tetapi setibanya di depan kamar langkahnya terhenti.

“AYYYAAAH… BILANGIN KE IBU JANGAN LUPA PAKE CD AMA BH-NYA KELIATAN ITU… EEHH TRUS KALO MAIN VOLUMENYA KECILIN BIAR GAK KEDENGERAN KELUAR… HAHAHA!!” Teriak Widya sambil cepat menutup pintu.

“WIIIDDYYYAAAAA!!!” teriak Ratna lalu menutup wajahnya menahan malu, memang Widya memakai daster yang tipis tanpa memakai pakaian dalam sehingga lekukan tubuhnya terlihat samar di balik dasternya.

“Haahaaha.. udah toh Bu, gak usah malu, kan mainnya sama suami sendiri, lagian Widya juga udah gede, udah tau apa yang kita lakuin.” sambil menggandeng tubuh istrinya untuk duduk.

“Iya sih, tapi kan ibu tetep malu.” terdengar manja lalu direbahkan kepalanya di atas dada suaminya, Rangga pun mengusap rambut Ratna untuk menenangkannya.

Memang selama ini Ratna selalu melayani Rangga hanya pada malam hari atau ketika anak-anaknya sedang tidak ada di rumah.

“Bu, keliatannya kita musti pindah dari sini.” Rangga tiba-tiba mengalihkan percakapan.

“Loh kok ngedadak?” jawab Ratna.

“Semenjak meninggalnya mama, rumah peninggalan almarhum papah sudah tidak terawat. Sayang kalau didiamkan, apalagi kang Mamat sekarang udah gak jarang nengokin rumah karena Teh Euis, ibunya, juga sedang sakit..

“Lagian ini kan rumah dinas, sewaktu-waktu kita mesti pindah juga dari sini.” jelas Rangga.

Kehidupan Rangga yang sederhana tidak mencirikan dirinya adalah seorang perwira menengah, ia tidak pernah mencari uang tambahan dengan memanfaatkan pangkat dan jabatannya. Walaupun hanya mengandalkan gaji sebagai seorang prajurit tapi tak membuat surut cinta Ratna, sebaliknya ia malah sering membantu suaminya untuk menutupi kekurangan kebutuhan rumah tangga dengan berjualan kue dan makanan ringan. Ratna memang menyukai dunia memasak dari kecil, ditambah dia lulusan SMK jurusan Tata Boga.

Sebenarnya dulu mereka memiliki rumah, tetapi Rangga menjualnya untuk biaya pengobatan ibunya yang mengidap penyakit gagal ginjal hingga akhir hayatnya. Sang ayah yang juga pensiunan TNI dan juga termasuk pejuang kemerdekaan telah berpulang 10 tahun lebih dulu sebelum ibunya. Untungnya saat menjual rumah itu, Rangga mendapatkan rumah Dinas jadi Rangga tidak merasa kesulitan untuk mencari tempat teduh bagi anak istrinya.

Pernah ibu Rangga menyarankan untuk tinggal bersamanya, tetapi Rangga menolak secara halus, bukan maksud hati Rangga tak berbakti tetapi ia ingin membina rumah tangga jauh dari orangtuanya.

Rangga adalah anak tunggal, tetapi ia mempunyai kakak angkat, selama ini yang merawat ibunya adalah Teh Euis, kakak angkatnya itu, bersama Kang Mamat suaminya. Teh Euis adalah anak pembantu di rumah ibunya yang kemudian diangkat anak oleh orangtuanya semenjak SD. Sejak ibu Rangga meninggal, Teh Euis pun tidak lagi menempati rumah ibunya, ia kembali ke kampung halaman dan sekarang mulai fokus merawat orang tuanya yang sudah mulai sakit-sakitan karena usia.

Ratna tak pernah mengeluh sedikitpun, termasuk ketika Rangga menjual rumah untuk biaya pengobatan ibunya, malah Ratna sering meminta agar Rangga lebih banyak meluangkan waktu bersama ibunya. Kadang Ratna juga ikut membantu menambah biaya pengobatan dari uang yang ia sisihkan dari hasil berjualan. Bagi dia, sudah menjadi kewajiban jika suaminya untuk berbakti pada ibunya dan ia juga berkewajiban untuk selalu mentaati dan mendukung apa yang diinginkan oleh Rangga.

“Iya sih Yah, ibu juga sempat berpikiran begitu. Ibu sih ngikutin apa kata ayah aja.” ujarnya pelan dengan mata terpejam menikmati belaian mesra suaminya.

“Entar kalau udah ngumpul, kita bicarakan ama anak-anak.” ujar Rangga. Lalu lanjutnya, “Sekarang sudah gak malu lagi kan, yuk kita lanjut ronde kedua, lagian dah tanggung ketauan Widya.” Rangga membangunkan Ratna pada pangkuannya sambil sedikit menjiwil payudara Ratna.

“Heeeee… Apaan gak akh… Ibu mau mandi dah gerah, trus mau masak.” Ratna memelototi Rangga suaminya lalu berdiri meninggalka Rangga.

“Iiiihhh ada yang kentang tuh..” tiba-tiba kepala Widya nongol dari balik buffet.

“WIDYYAAA!! KAMU YAH NGINTIPIN IBU AMA AYAH!!” dengan gemas Ratna mengejar Widya yang berputar mengelilingi meja makan menghindar dari tangkapan Ratna sambil terus tertawa. Akhirnya Ratna pun ikut tertawa saat melihat tingkah anaknya sambil terus mengejar.

Rangga pun ikut tertawa melihat kelakuan istri dan putri sulungnya yang saling berkejaran, ia merasa beruntung memiliki mereka, meskipun kedua anaknya itu boleh dibilang sangatlah bengal dan iseng. Tapi bagi Rangga, dibalik caranya yang keras dalam mendidik anak-anak, ia menyadari bahwa sifat putra-putrinya tersebut merupakan proses dalam bertumbuh menjadi lebih dewasa.


*
*
*


Tiga perempat jam sudah berlalu ketika Rizki dan Rara masih berdiri berhadapan di depan tiang bendera. Mereka tidak peduli akan panasnya terik matahari, mereka mematung tanpa saling berucap kata. Meski begitu, mereka saling berpandangan dengan sorot penuh amarah.

Hingga akhirnya, “Ra… Boss… kalian berdua dipanggil Bu Halimah tuh di kelas.” Rini tiba-tiba datang, memang hampir seantero sekolah para siswa dan siswi memanggil Rizki dengan sebutan Boski. Bahkan para pedagang jajanan dan penjaga sekolah pun memanggil dia Boski, yang lebih parahnya lagi ada sebagian guru yang memanggil dia Boski juga, seperti guru olahraga dan bahasa Inggris.

Sebetulnya bukan karena mereka akrab dengan Rizki, tapi mungkin akibat mereka kesal pada kelakuan anak itu sehingga lebih memilih memanggil dengan sebutan Boski; mungkin juga maksudnya adalah bos aki-aki. Entahlah!

“Akhirnya selesai juga..” ujar Rara sambil mengusap peluh pada keningnya.

“Rin aku ke kantin dulu yah bentar, haus nih.” lanjutnya, Rini mengangguk.



“Duh apes gue, dijemur siang-siang gini kayak ikan asin, jadi bau nih badan gue.” keluh Rizki sambil mencium badannya, lalu ikut berjalan juga ke arah kantin.

Saat di depan kantin…

“Bu… minta air dong..??” ucap mereka bersamaan.

“Bu, aku duluan yah, kan aku nyampenya juga duluan dari pada monyet buluk ini.” ujar Rara sambil tersenyum sinis pada Rizki dan memasah ekspresi judes.

“Gue dulu bu, antepin aja cewek jadi-jadian ini, biar kering badannya.” ketus Rizki, tak mau kalah.

“Aku dulu!” ujar Rara.

“Gue!!” balas Rizki.

“Iya.. iya.. sabar ya, tangan ibu cuma dua, bentar atuh Boss.” ujar ibu kantin sambil menuangkan air pada gelas lalu disodorkan pada Rara.

Namun saat Rara akan menerima gelas itu, tangan Rizki langsung menyambar.

“Gue dulu..!!” Rizki berusaha merebut gelas tersebut, namun Rara pun langsung memegang erat gelasnya.

“Lu apaan sih? Ibu kantinnya juga ngasih ke aku duluan.” kedua tangan mereka pun saling menggenggam gelas.

“Dah jangan banyak omong gue dulu!” sambil menarik genggamannya.

“Ihhh ngalah dong ke cewek.” Rara mempertahankan gelasnya, sedangkan ibu kantin hanya bisa melongo melihat kedua siswa yang saling berebutan gelas di hadapannya.

“Ogah!!! Males gue ngalah ama cewek jadi-jadian kayak lu.”ia menarik kuat dan mendekatkan mulutnya ke bibir gelas itu.

“Huuhh!! Ya udah minum sono!!!” dengan kesal Rara malah mendorong gelas itu hingga sebagian air di dalamnya tumpah membasahi muka dan seragam Rizki.

“Hihi, rasain lu!” ledek Rara merasa puas.

“Lu yah…. Nih minum!!” Rizki menyiramkan sisa air pada seragam Rara sehingga basah.

“Brengsek!!! MONYETTT BULUUKKK!!!” maki Rara.

“Apaaan..??” Rizki mendongak menantang Rara.

“Udah udah neng.. bosss, entar pecah itu gelas, nih kalian minum.” ujar ibu kantin melerai dan memberikan dua gelas, Rara dan Rizki pun langsung menerima dan meneguknya sambil berbalik saling memunggungi.

“Bu, makasih yah airnya. Nih dia yang bayar.” ujar Rizki sambil mencomot sebungkus permen dan berbisik pada ibu kantin, lalu ia berlari meningalkan menuju ruang kelas.

“Bu makasih yah..” Rara pun telah menghabiskan air minumnya dan hendak mengejar Rizki.

“Neng neng…” ibu kantin memanggilnya.

“Apa bu?” jawab Rara sambil menghentikan langkah dan berbalik kembali.

“Itu tadi Boski ngambil permen, katanya neng yang bayar. Rp. 2000, neng.” ujar ibu kantin polos.

“HAAAAA?!!! MONYEEETTTT BULUUUUK!!” Rara kembali kesal menyadari bahwa ia telah dijahilin oleh Rizki. Dengan rasa tak ikhlas ia pun terpaksa membayar jajanan yang diambil Rizki. Setelah beres Rara pun bergegas cepat menyusul anak itu.

Rara berlari dengan kencang, dan ketika ia bisa mengejar Rizki yang baru tiba di ambang pintu kelas, ia langsung mendorong punggung Rizki hingga jatuh terjerembab.

“Uppss sorry.. sengaja!!” dengan wajah jutek dan tanpa dosa ia melangkah melewati tubuh Rizki.

Semua yang ada di sana, termasuk Bu Halimah hanya geleng-geleng melihat kelakuan mereka berdua.

“Maaf bu, barusan ada monyet buluk ngalangin jalan.” ujar Rara pada Bu Halimah dengan wajah tanpa dosa.

“Somprettt!!!” Rizki kembali bangun lalu mendekati Rara hendak membalasnya.

“Rizkkiii..” suara lembut Bu Halimah membuat Rizki mengurungkan niat, nyalinya mendadak ciut di hadapan wanita itu.

“Rara kenapa dorong Rizki? Terus itu kenapa seragam kamu basah? Kamu juga Riz?” Tanya Bu Halimah sambil memperhatikan seragam kedua anak didiknya yang basah.

“Gara-gara cewek jadi-jadian ini, dia nyembur aku dengan air, Bu.” jelas Rizki.

“Eeee enggak, Bu, itu gara-gara dia yang ngerebut gelas aku, aku tidak menyemburnya. Fitnah, Bu.” Rara tidak terima.

“Udah udah, kalian duduk!!” perintah Bu Halimah.

Rara pun kembali ke tempat duduknya, namun saat hendak duduk, tiba-tiba Rizku meraih dan menarik lengannya.

“Ngapain lu duduk ditempat gue lagi? Sono pindah!” ujar Rizki yang masih tak terima.

“Heee monyet buluk, ngaca dong!! Tadi Bu Halimah udah bilang kalau aku duduk disini, kamu cari tempat yang lain lah!” Rara nyolot, kedua tangan nya menepis tangan Rizki.

“Aaahhhh, basi, gue gak iklas tempat gue diduduki ama cewek jadi-jadian kayak elu.” mencoba merebut kursi dan mendudukinya.

“Whhh ngapain lu monyet..!” Rara menarik tubuh Rizki, sontak kelakuan mereka berdua menjadi perhatian seluruh kelas.

“RIZZZZKII, MAU DITAMBAH HUKUMANNYA??” terdengar suara Bu Halimah.

“Eh enggak, Bu.. aku cuma mau bersihin kursi yang diduduki ni cewek jadi-jadian ini.” Rizki ngeles sambil cengengesan dan pura-pura mengusap kursi. Ia sudah merasa ogah kalau harus mendapat hukuman lagi, cukup dua kali saja untuk hari ini.

“Kamu ambil kursi dan duduk disebelah Rara!” perintah Bu Halimah.

“Haa?! Bu, aku keberatan kalau sebelahan dengan monyet buluk ini.” ujar Rara sambil mengacungkan tangan merasa gak ingin duduk disamping Rizki.

“Rara, apa kamu juga mau ibu hukum lagi?” kali ini ancaman Bu Halimah ditujukan pada Rara.

“Baiklah, Bu.” jawab Rara pasrah.

Rizki pun menggeser kursi dan duduk di sebelah Rara, tanpa keduanya sadari Bu Halimah tersenyum karena merasa rencananya untuk merubah sifat Rizki mulai berhasil.

Belajar-mengajar pun dilanjutkan kembali, hanya Rizki dan Rara yang masih diam karena menahan emosi masing-masing, sesekali mereka saling menatap tajam penuh kebencian.





Bersambung
 
Terakhir diubah:
He he he siiip ibu halimah mah ...gitu seharus nya untuk merubah seseorang. Mungkin risky dapat berubah dan rara menjadi lebih feminin. Semoga mereka jodoh ....
Lajut bos @D 805 KI .
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd