8: Next step of the plan
Seminar hari ini sudah selesai dan saat ini aku dan Nura sedang di perjalanan menuju hotel, Vian tidak ikut karena tadi sudah ada Rani yang menunggunya dan akan pergi makan di luar, mereka sempat mengajak kami, tapi aku dan Nura menolak. Sesampainya di hotel aku dan Nura langsung menuju kamar. Sesampainya di depan kamar Nura...
D: “Ra, sekarang kamu bersih-bersih dulu, aku mau beli makan sebentar, kamu mau nitip apa?”
N: “Aku apa aja mas, yawdah aku duluan ya mas, makasih ya”
Nura lalu masuk ke dalam kamarnya, aku segera pergi lagi ke sekitaran hotel untuk membeli makan dan minum. Setelah itu aku kembali ke kamarku untuk bersih-bersih, selesai bersih-bersih aku chat Nura untuk menanyakan apa dia sudah selesai. Tidak lama Nura menjawab chatku dan bilang sudah selesai lalu aku menuju kamarnya, tentu dari pintu depan bukan dari connecting door. Ku ketuk pintu kamar Nura dan Nura membukakan pintu.
D: “Ra, ini makanan dan minuman buat kamu, tapi maaf Ra, kalau boleh aku izin masuk ke kamarmu sebentar”
Nura terlihat ragu, tapi tidak lama dia mengangguk dan membukakan pintu kamarnya untuk mempersilakanku masuk.
D: “Ayo makan dulu Ra”
N: “Iya mas”
Nura dan aku menyantap makanan kami masing-masing. Setelah selesai makan aku bukakan minuman untuknya.
D: “Ra, maaf kalau aku agak kurang sopan atau mungkin terlalu intrusif, tapi bisa tolong ceritain masalah kamu?”
N: “Aku gapapa kok mas” Jawab Nura dengan senyuman yang terlihat dipaksakan
D: “Gapapa gimana?aku ga buta kali Ra, aku bisa lihat kamu gimana daritadi pagi”
N: “Itu....Mmmm...gimana ya mas, aku...” Nura terlihat bingung dan matanya mulai berkaca-kaca lagi
D: “Maaf Ra, kalau kamu ada masalah mungkin aku bisa bantu, tapi aku ga enak ngeliat kamu daritadi kayak gini dari pagi, kelihatan banget kamu ngerasa beban”
Nura yang awalnya ragu untuk bercerita, setelah kupaksa dan kurayu akhirnya dia menceritakan masalahnya dari awal sampai akhir, tentunya masalah yang sudah kuketahui karena akulah biang masalahnya hehe. Sepanjang bercerita Nura yang dari awal berusaha menahan tangisnya, akhirnya dia bercerita sambil menangis dengan air mata bercucuran di pipinya. Setelah dia selesai cerita, aku sodorkan lagi minumannya.
D: “Ini Ra minum dulu”
N: “Iya mas makasih ya”
D: “Pelik banget urusannya ini, kok bisa sih ya tiba-tiba kayak gini”
N: “Aku juga bingung mas, kenapa bisa, aku sempet nanya juga ke mbak Rani, katanya dia semalam buru-buru meninggalkan kamar dan tidak sempat memastikan pintu kamarku apakah sudah tertutup rapat atau tidak, tapi dia merasa sudah menutup rapat.
D: “Berarti Rani sudah tau tentang ini?”
N: “Belum mas, aku baru cerita ke kamu, aku sebenarnya takut, karena orang itu mengancamku untuk tidak bercerita pada siapa-siapa”
D: “Udah Ra, gapapa, toh dia gatau juga kalau kamu cerita ke aku apa nggak, aku pasti usahain untuk bantu kamu termasuk mencari tahu siapa orang itu, dan aku akan bantu kamu sebisa aku untuk menyelesaikan masalah ini”
N: “Makasih banyak ya mas, tolong jangan pandang aku sebagai cewe murahan ya mas, aku bener-bener gatau kenapa bisa kejadian kayak gini”
D: “Tenang Ra, ini bukan salah kamu” Iyalah ini perbuatanku kataku dalam hati
N: “Aku gatau gimana nanti mas, katanya dia mau ngasih instruksi ke aku nanti, aku takut mas”
D: “Tenang Ra, sementara kamu ikutin apa instruksi orang itu, aku bakal hubungi temanku untuk mengurus masalah ini”
N: “Baik mas, makasih ya mas, aku gatau kenapa kamu baik banget ke aku kayak gini mas”
D: “It’s okay Ra, kalau kamu bersedia, kamu jangan kunci connecting door kamar kita dan aku juga ga akan kunci pintu connecting doornya, kalau ada apa-apa jadi aku bisa langsung ke kamar kamu”
N: “Iya mas kalau gitu”
D: “Oke kalau gitu aku balik dulu ke kamarku ya, gapapa kan aku lewat connecting door aja?”
N: “Iya mas, sekali lagi makasih ya mas”
D: “Iya Ra”
Aku kembali ke kamarku lewat connecting door dan sepertinya Nura tidak sadar kalau connecting door di bagian kamarnya sudah tidak terkunci. Sampai di kamar, aku menghubungi Rani.
R: “Halo mas, gimana?”
D: “Ya gitu Ran hehe, kamu di mana nih udah balik ke kamar?”
R: “Udah mas, ini aku abis bersih-bersih mau tidur, Vian juga udah tidur ini”
D: “Oke Ra, help me with something first ya”
Aku memberikan instruksi lagi kepada Rani...
POV Nura
Setelah mas Dhanar kembali ke kamarnya, aku mengabari suamiku tentang hari ini, tentunya aku tidak menceritakan masalah yang sedang istrinya ini hadapi agar dia tidak khawatir, tidak tahu apa yang akan terjadi kalau dia tahu ternyata istrinya mengalami hal memalukan seperti ini. Selesai mengabari suamiku, aku mengganti bajuku dengan piyama dan tiduran sambil berharap-harap cemas semoga orang itu tidak menghubungiku lagi. Tapi kadang harapan berbanding terbalik dengan kenyataan karena ada sebuah chat masuk ke dalam hpku.
X: ‘Saya lihat tadi kamu dengan seorang pria yang masuk ke kamarmu, apa kamu cerita ke dia?’
N: ‘Tidak, saya tidak cerita apa-apa ke dia, tolong jangan ganggu saya lagi, apa mau anda?’
X: ‘Bohong kamu! tidak mungkin kamu tidak bercerita apa-apa ke dia, dan setelah dia masuk ke kamarmu, dia tidak keluar lagi, pasti dia menginap di kamar sebelah kamarmu, dia ke sana lewat connecting door ya? Mau merencanakan apa kamu sampai sembunyi-sembunyi seperti itu?’
N: ‘Tidak saya tidak bercerita apa-apa ke dia, kami tidak ada rencana apa-apa’
X: ‘Kalau memang benar begitu, baiklah, kalau begitu ikuti instruksi saya, sebenarnya setelah menikmati tubuh indahmu itu saya hanya mau meminta uang saja, tapi demi keamanan, saya mau kamu untuk merayu pria tadi untuk berhubungan dengan kamu dan di rekam, lalu kirimkan rekamannya ke saya, setelah itu saya akan memberikan instruksi lagi ke kamu’
Nura yang membaca instruksi dari orang tersebut terkejut.
N: ‘Kenapa? Kenapa saya harus berhubungan dengan dia dan merekamnya lalu mengirimkan kepada anda? Kalau mau uang akan saya usahakan siapkan uangnya, tapi saya tidak mau berhubungan dengan lelaki lain selain suami saya’
X: ‘Bukankah semalam kamu sudah berhubungan dengan lelaki selain suami anda?hahaha’
N: ‘Itu bukan kemauan saya, anda telah memperkosa saya!’ Nura menjawab chat tersebut sambil menitikkan air mata
X: ‘pokoknya itu instruksi saya, saya butuh jaminan agar anda dan pria itu tidak bisa berbuat macam-macam kepada saya, saya tunggu sampai besok pagi jam 7, kalau yang saya minta tidak ada, siap-siap menjadi artis baru wahai nona’
N: ‘Jangan, tolong jangan, saya akan siapkan uangnya, saya tidak bisa memenuhi keinginan anda yang lain’
X: ‘Keputusan ada di tangan kamu nona manis, ingat jangan sampai dia tau kalau kamu merekamnya dan kamu melakukan ini karena instruksi dari saya’
N: ‘Tolong jangan lakukan itu’
Setelah itu aku berusaha memohon-mohon pada lelaki itu, tapi dia tidak membalas, aku hanya bisa menangis lagi memikirkan kejadian yang menimpaku ini.
POV Dhanar
Saat sedang bermain hp, tiba-tiba ada telepon masuk dari Nura, sepertinya ini saatnya.
D: “Halo Ra, kenapa?”
N: “Emmm...itu mas...eee...kamu bisa ke kamarku mas?”
D: “Ke kamar kamu?Kenapa Ra?” Jawabku pura-pura tidak tahu
N: “Itu mas...eee...aku takut mas, tolong temenin aku sebentar...”
D: “Oh gitu, oke Ra, sebentar ya”
Setelah telepon dimatikan, aku minum air sedikit lalu mengetuk connecting door ke kamar Nura. Tidak lama Nura membukakan pintu lalu aku masuk ke kamarnya. Nura memakai kerudung bergo pink, tubuhnya dibalut piyama berwarna pink yang imut dan agak mengetat di bagian payudara lalu celana nya agak mengetat di pinggul, pantat dan pahanya. Nura lalu duduk pinggir kasurnya, aku lalu mengambil kursi dan duduk di depan Nura.
D: “Kenapa Ra?”
N: “Itu mas...Aku takut, tolong temenin aku dulu mas”
D: “Oke Ra aku temenin kamu di sini, tenang ya Ra”
POV Nura
Saat ini mas Dhanar sudah di kamarku, aku bingung harus bagaimana. Tadi sebelum mas Dhanar masuk aku sudah meletakkan hpku di sudut kamar untuk merekam apa yang akan aku lakukan nanti. Namun sekarang aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi aku harus melakukan ini agar aku bisa selamat, maaf suamiku di sana, seandainya kamu tahu kalau istrimu ini tidak hanya diperkosa oleh lelaki yang tak dikenal tapi akan berhubungan juga dengan teman kerjanya, mungkin kamu akan menceraikanku saat itu juga.
POV Dhanar
D: “Ra, udah jangan murung gitu, tenang ya Ra, aku pasti bisa bantu kamu nyelesain ini semua”
N: “Iya mas, makasih mas, aku bingung banget mas, aku gatau kenapa aku bisa ketimpa masalah kayak gini”
Awalnya Nura terlihat masih bingung saat aku ajak ngobrol, lama-lama dia mulai menangis lagi, tetapi dia daritadi tidak mulai juga untuk merayuku, mungkin dia kebingungan harus bagaimana. Baiklah Nura sayang, aku akan memberikan arahan padamu.
D: “Udah-udah Ra udah nangisnya Ra” Kataku sambil aku pindah duduk ke sebelahnya di pinggir kasur
Nura yang masih bercerita sambil menangis mulai kurangkul dan kusandarkan kepalanya di bahu ku. Awalnya dia masih curhat kepadaku sambil menangis.
N: “Terima kasih mas ya, aku gatau kalau saat ini ga ada kamu aku harus gimana” Kata Nura sambil menatapku dan setelahnya dia memajukan mukanya kepadaku, lalu mencium bibirku.
D: “Ra, kamu kenapa? Jangan gini Ra” Kataku pura-pura terkejut sambil menariknya pelan
N: “Maaf mas, aku...mungkin saat ini ciuman tadi adalah hal yang sangat aku butuhkan mas”
D: “Ra, mungkin karena kamu sedang kalut, kamu jadi ngerasa seperti itu”
N: “Kenapa mas? Mungkin karena aku kurang menarik ya mas makanya kamu tidak mau menciumku?”
D: “Bukan Ra, bukan gitu, kamu sendiri tahu aku sudah punya istri dan kamu juga sudah punya suami dan anak”
N: “Iya mas, aku tahu, tapi mmm...saat ini mungkin ini adalah hal yang paling aku butuhkan supaya aku bisa tenang mas” Setelah terdiam sebentar, Nura menjawab sambil mulai memajukan lagi mukanya ke arahku