Part 2
First Strike
Malam ini Kak Laras cantik sekali, dengan jilbab pink, dress maxi tanpa lengan dibalut cardigan kuning. benar2 sempurna di mataku. dan yang lebih membahagiakan ialah, dia berdandan untuk menemaniku nonton bioskop. salah satu hobiku dan Kak Laras ketika aku masih SMA.
si Nita jangan ditanya deh, walaupun kadang sekali2 ikut tapi dia lebih sibuk dengan kerjaannya guntingin foto2 artis korea yang dikliping di kamarnya. ga tau apa yang disukainya, bagiku artis korea itu mukanya mirip semua jd susah banget bedain satu persatu.
"Yuk Gha berangkat, ntar kalo ketinggalan yg jadwal sore, bisa2 kita nonton yg midnite" ajak kakakku.
"siap kak, cuss" sambil menggandeng lengan kakakku, sekalian nyuri kesempatan dikit lah.
kakakku tersenyum dan kamipun keluar rumah. segera kustarter Mio merahku, karena kupikir malam minggu seperti ini bakal macet pusat kota, jadi lebih baik naik motor aja. sekalian biar didekep wanita tercintaku ini hehehehe..
dan sialnya, kali ini aku lupa isi bensin, sehingga terpaksa mendorong motor nyari jual bensin eceran terdekat. untung aja ama kak laras, ga bakal ada omelan pedes deh, yg ada malah disemangatin.
kadang aku heran sih, sampai umur segini, kak laras belum pernah sekalipun bawa temen cowok ataupun deket ama cowok. tapi justru itu yang bikin aku makin suka.
setelah mendorong kira2 sekilo, akhirnya ketemu dengan penjual bensin eceran. dan benar saja, sampai di gedung bioskop, kami tertinggal jadwal sore, sementara jadwal selanjutnya adalah midnite.
"gimana kak? mau midnite atau pulang?" tanyaku
"midnite aja deh gpp, sekalian jalan yuk nyari makan nunggu jadwal berikutnya" ajak kakakku
akhirnya kami meluncur ke pujasera terdekat sambil ngobrol. berkali2 aku bengong melihat kecantikan kakakku. dan beberapa kali kakak melambaikan jarinya di depan mataku karena kebengonganku.
seandainya bukan kakakku tentu saja udah lama bakal kulanar, kunikahin, ga peduli kuliah atau setan apa. tapi, dia kakakku.. ah sudahlah, jalani dulu aja sampai nanti takdir berkata apa.
Hingga tiba saat kami masuk teater. karena midnite, agak kosong bioskop, dan kebetulan sekitaran kami kosong, sehingga berasa bioskop pribadi. kulihat kakakku sebenarnya agak mengantuk. tetapi aku tau dia adalah tipikal kakak yang selalu menuruti keinginan adiknya.
hingga kulihat dia memejamkan mata, mungkin tertidur dan kepalanya bersandar di bahuku. bahagia memandang wanita tercantik ini. kutempelkan pipiku di kepalanya yang masih tertutup jilbab. namun karena posisi miring itu, cardigan yang dia pakai agak terbuka sehingga ketiaknya terlihat.
film pun jadi tak menarik jika dibandingkan pemandangan di depanku. memang benar, cinta itu kadang bikin bego, lihat ketiak aja udah bahagianya minta ampun. perlahan makin kuturunkan bahuku agar semakin turun posisi kakakku. nafasnya juga semakin teratur menandakan nyenyak tidurmya.
sayang sekali kak laras memakai dress terusan yang susah dicari celahnya. jadi ya kupikir maksimal inilah yang bisa kudapat. hingga film selesai, posisi ini tak berubah.
perlahan kugoyangkan badan kak laras, dan tak lama kak laras sudah bangun, memperbaiki posisi duduknya dan tak sengaja tanganku menyenggol payudaranya. kaget, tapi kurasa dia ga ngeh, karena masih setengah sadar.
Akhirnya kamipun menuju parkiran motor. malam ini pun terlihat lebih sepi dari biasanya, sehingga aku lebih leluasa mengendarai motor.
namun tiba2 motor kami dipepet oleh 2 motor kanan dan kiri yang masing-masing ditumpangi 2 orang.
"Berhenti, serahkan motormu!!" teriak salah satu dari mereka sambil mengancungkan sejenis pedang panjang.
sesaat aku berfikir jika ku teruskan pasti motorku ini bakal mudah disusul mengingat mereka menggunakan motor dengan cc besar dan tipe motor racing. jika tersusul dan ditendang aku kuatir kak laras akan terluka.
pilihan kedua jika aku berhenti dan menyerahkan motorku hanya harapan semoga mereka segera pergi setelah mendapatkan motorku. karena jika aku melawan 4 orang aku yakin tak mampu melayani. meski badanku besar, tetapi aku tidak terbiasa berkelahi. hanya latihan beladiri yang tak pernah dipakai bertarung beneran.
akhirnya opsi kedua kuambil. aku berhenti dan berfikir untuk menyerahkan kunci motorku.
Tetapi keadaan menjadi berbeda ketika salah satu dari penjahat itu melihat kakakku yang tanpa sadar melepas helmnya.
"boss, rejeki nomplok nih, liat deh ceweknya' seru salah sati dari mereka
aku terkesiap. tidak mungkin kami berlari mencari pertolongan karena jalur ini bukanlah jalur ramai yang sering dilewati orang, juga jauh dari pemukiman penduduk karena berada di pinggir sungai.
"bang, ini kuncinya, tinggalin kami aja deh, atau kalau kurang ini dompetku" kataku mencoba membujuk orang yang dipanggil boss tadi
"eitsss, elo boleh pergi setelah nyerahin barang2 elo, tapi dia ikut kami" katanya sambil menyeret Kak Laras.
Aku meloncat mencoba melindungi Kak Laras, tetapi salah satu dari mereka menendang dadaku.
aku terhuyung tapi tetap bertahan berdiri. latihan beladiriku berguna juga menguatkan kuda2ku.
segera kulakukan sapuan bawah sehingga salah satu dari mereka terjungkal, disusul dengan sikutan di dadanya dan pukulan straight di mukanya. tentu saat itu posisiku diuntungkan mengingat dia di posisi bawah dan terkejut.
setelah tiga serangan beruntun tadi, kulihat orang yang kuserang tadi pingsan.
ketiga temannya tentu saja gusar. si boss kemudian mengikat tangan kakakku, kemudian kaki kakakku diikat dan ditengkurapkan di rerumputan pinggir jalan, lalu ikatan di tangan dan kakinya disatukan sehingga tidak mungkin kakakku kabur, sementara bossnya mengikat kakakku kedua temannya yang tersisa menyerangku dengan brutal.
salah satu dari mereka langsung mengeluarkan senjata tajam yang digunakan untuk mengancamku tadi, sementara yang satu membawa kayu pemukul yang aku yakin bakal sakit bila kutahan dengan tangan kosong.
adrenalin ku naik, mataku terang, kemudian perlahan kurasakan hawa panas dari punggung yang biasa menyerang ketika aku dalam birahi. namun kali ini berbeda. hawa panas ini terasa menguatkan tenagaku berlipat-lipat dan menebalkan keyakinanku pada pertarungan ini.
"Tet, lu serang kiri, gw kanan" bisik salah satu dari mereka
"oke Bo, serang barengan" sahut salah satunya juga berbisik
dan yang mengherankan meski mereka berbisik, aku dapat mendengar dengan jelas perkataan mereka. bahkan suara-suara halus lain seperti gerakan daun pun mampu kudengarkan.
tentu saja karena aku telah mendengar mereka, aku tau bakal serangan mereka. segera kurendahkan posisiku seolah-olah akan melakukan sapuan bawah lagi
Kribo dan Kontet yang memang berencana menyerang bersama, melihat posisi kuda2 ku yang turun langsung menyerang ke bawah. namun mereka mendadak tercekat melihat aku melentingkan tubuhku dari bawah melampaui kepala mereka dan langsung menghantamkan kaki kananku ke muka Kribo.
begitu kerasnya hingga Kribo langsung pingsan dengan seranganku. aku sendiri kaget dengan kerasnya tendanganku. sementara kontet gemetar tetapi mau tak mau dia harus melanjutkan serangan karena takut dengan bossnya.
namun karena panik, serangannya pun banyak mengundang celah. diayunkannya pemukul itu, tapi terlalu tinggi sehingga tentu saja keseimbangan tubuhnya terbawa maju yang otomatis juga kontrol serangannya awut2an.
dengan mudah kuelakkan serangannya sambil kusarangkan tendanganku ke perutnya
"bugh.."
tak lama kontet memegang perutnya dan menyusul pingsan.
"Sialan..!!" teriakku ketika melihat kakakku diletakkan di belakang motor si boss dan melaju dengan cepat.
segera kucari motorku, namun sepertinya kunci motorku terlempar entah kemana.
akhirnya teringat dengan 3 cecunguk yang pingsan tadi. kuambil air dari sungai lalu kuguyurkan ke muka kribo yang terlihat paling ringan lukanya.
segera setelah dia bangun ku tarik kerah bajunya dan kubentak dengan keras
"kemana bossmu membawa kakakku?!!"
Kribo tampak gagap, sementara aku sudah tidak sabar, kusarangkan satu pukulan di ulu hatinya.
"ampun Bang, ampun... gw ga kuat Bang"
"makanya, tunjukin dimana tempatnya!!"
Kribo lalu membisikkan sebuah alamat yang berada di pinggiran kota, tempat yang terkenal sebagai sarang bromocorah.
Sempat aku bergidik ngeri mengingatkan reputasi tempat itu. Tapi aku tak mau terjadi apa2 dengan wanitaku.
Segera kuambil teleponku. kukabari orang rumah kalo aku dan kakak menginap di rumah tanteku. lalu kukontak Satrio, salah satu temanku yang kutahu paling jago berantem dan punya koneksi luas di dunia hitam.
"Sat, sorry ganggu pagi buta, gw ada sedikit masalah nih' kataku di telepon
kemudian dengan singkat kujelaskan peristiwa tadi.
"Elo tunggu disitu Gha, gw ga lama nyampe' sahut Satrio di ujung telepon sana.
Ga berapa lama Satrio datang bersama 2 orang temannya.
"Gha kenalin, ini temen gw, Rangga dan Beni"
kami bersalaman sebentar, tapi tampak Rangga sedikit kaget ketika kami bersalaman.
"Thanks guys udah datang, gw bener2 butuh bantuan nih", sahutku
"Gpp bro, gw juga sebenernya ada urusan dikit disana, kebetulan aja si Bang Sat ini kontak gw, sekalian aja, jadi sama2 menguntungkan" sahut Beni
Rangga tersenyum simpul sambil menepuk pundak gw"Sob, kayaknya gw bakal sering ketemu elo habis ini, pokoknya pesen gw, malem ini elo kontrol diri ya, jangan kelepasan"
"Maksudnya?" tanyaku
"kelar misi ini gw bantu elo sebisa gw, terutama soal naga di punggung elo" sahut Rangga
"tapi sementara itu elo fokus dulu deh nyelametin kakak elo" tambahnya
Gw langsung teringat lagi urusan kakak gw lebih penting.
kami berempat akhirnya masuk ke Mitsubishi Strada milik Satrio, sementara motorku kunaikkan ke bak belakang. sambil tak lupa, kutendang satu persatu para cecunguk itu di muka mereka. tepat di hidung mereka..