Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA [Natashia Story] Us Against The World

Batwriter

Suka Semprot
Daftar
20 Mar 2016
Post
19
Like diterima
20
Bimabet
Dear Semproters,

Kali ini Ane akan bagikan tulisan yang sudah lama disimpan. hobi nulis sih tapi baru sekarang berani ngepost ke forum. Semoga ceritanya menarik dan berlanjut terus.
Kalau ada saran dan kritik tolong disampaikan.


PROLOG
----------------------
Dulu bagiku, sex adalah hal yang tabu dan tidak pantas. Namun semakin dewasa Aku semakin menyadari bahwa itu adalah hal yang biasa dan harus dihadapi, bahkan sekarang Aku hidup tak bisa lepas dari hal tersebut. Ini adalah kisahku dan pacarku. Kisah yang mugkin tidak biasa namun sudah sangat familiar bagiku. Pada awalnya mungkin kisah ini masih biasa, namun semakin jauh bisa dibilang merupakan kisah yang tidak biasa yang dialami oleh orang yang sedang berpacaran.


CHAPTER 1 : FIRST DAY

----------------------------------

Hari semakin sore dan hujan semakin deras di hari Jumat yang kelam ini. Aku seharusnya menjemput Nat pukul 18.00 WIB di apartemennya. Sekarang sudah jam 19.00 dan Aku baru saja sampai di apartemen Nat di bilangan Jakarta Barat. Sesampainya disana Aku langsung memarkirkan mobil dan segera menuju kamar Nat di lantai 10. Aku berlari dengan keadaan basah karena hujan-hujanan, memang jarak parkiran dan gedung apartemen Nat jauh dan juga outdoor. Sesampainya di depan kamarnya, langsung kutekan bel. Belum ada beberapa detik pintu langsung dibuka. Terlihat sesosok perempuan cantik berparas tinggi dan kurus. Rambutnya panjang lurus sebahu, bermata sipit dan berbibir tipis. Ya, Dia adalah Natashia Lesmana. Pacarku. Ia menyambutku dengan senyuman kecut dan mempersilahkanku masuk.

“Janjinya jam berapa ya Kita?” Tanyanya dengan nada menyindir sambil memberikan handuk kering kepadaku.

“Ehmm iya maaf Nat. Tadi tiba-tiba dikasih kerjaan banyak sama bos. Terus kan jalanan macet banget gara-gara hujan.” Jawabku sambil mengeringkan rambutku. “Eh iya, Tadi Aku lewat Mall Taman Anggrek macet banget lho, terus masuk parkirannya ngantri juga” tambahku.

Tidak ada jawaban. Nat sepertinya marah. Ia hanya diam sambil melipat tangannya dan hanya melihat kearahku dengan tatapannya yang dingin. Aku hanya senyum-senyum manis berharap dengan ini Nat jadi melembut.

“Terus?” Jawabnya dingin. Oh, masih marah.

“Yaa.. Jadi mau kesana gak? Takutnnya gak keburu Kita nonton..” Jawabku. Ya memang beberapa hari sebelumnya aku menjanjikan Nat nonton bioskop di akhir pekan. Kami sama-sama hobi nonton bioskop, namun Kami jarang meluangkan waktu bersama karena Kami sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Seringkali kami lembur dan tidak ada waktu untuk bertemu.

“Di, aku tuh bukannya gimana ya. Tapi please malem ini tuh waktunya Kita bisa bareng ngehabisin waktu. Harusnya Kamu sempetin diri dong..” dengan wajah serius Tiba-tiba Nat ngomel.

“ehm.. Iya. Maaf tadi Aku kan udah bilang banyak kerjaa..”

“Ya Aku juga harusnya lembur tapi Aku sengaja pulang cepet demi malem ini. Prioritas Kamu gimana sih. Sekarang kalo udah gini jadinya Kita batal nonton kan?” Potongnya sebelum Aku menyelesaikan kalimat pembelaanku. Ya Aku memang mengakui disini adalah kesalahanku. Aku seharusnya bisa membagi prioritas. Aku bisa maklum sih kalau Nat marah seperti ini.

Setelah itu Nat mengomeliku habis-habisan. Di meja makan Kami duduk dan Aku hanya mendengarkan omelannya. Nat adalah tipikal perempuan dewasa yang mandiri dan tegas. Sifatnya galak dan pendiam tapi jadi bawel ketika sedang marah. Nat bukan orang yang pemarah dan juga kalau marah biasanya tidak lama. Benar saja hanya 5 menit Nat sudah kembali tenang. Itupun Aku harus meminta maaf dan mengakui kesalahanku. Nat juga bisa dibilang “fair” dalam hal marah-marahan. Kalau memang Dia salah Nat akan mengakuinya dan segera meminta maaf. Dalam hal ini aku mencontoh dan mengaguminya. Jarang ada perempuan bersifat seperti ini.

“Maaf gaakan Aku ulangin lagi Nat” Kataku setelah Nat mulai tenang. Nat hanya melipat tangannya dan masih melihatku dengan tatapan yang tajam. “Tapi kalo mau nonton, kita nonton di Netfli* aja. Kita nonton di TV kamu kan layarnya gede.” Tambahku.

Nat hanya mengangguk. Belum ada senyum di wajahnya. Ya memang Nat adalah perempuan yang jarang tersennyum sih. Awkward Silence..

“Laper?” Tanyanya tiba-tiba.

“Ehmm.. Iya nih hehe.. Kamu udah makan?” Jawabku tertawa untuk mencairkan suasana. Aku baru sadar kalau aku belum makan dari siang.

“Yaudah bentar Aku masakin. Aku mau Mandi dulu ya” Jawabnya tanpa menjawab pertanyaanku. Nat terlihat masih mengenakan baju kantornya menandakan Ia juga baru pulang. Aku menunggu Nat mandi dengan perutku yang kosong.

Sedikit tentang Kami berdua sambil menunggu Nat mandi. Namaku Revaldi Setyo seorang peranakan yang lahir di Jakarta. Aku lahir dari di keluarga yang tidak kaya namun keluarga yang bekecukupan. Tubuhku tidak terlalu tinggi 172cm (tinggiku dan Nat hampir sama), berkulit putih, sedikit rupawan (kata orang-orang). Berbeda dengan Nat yang merupakan orang kaya. Terlihat dari apartemen mewahnya berukuran luas, 2 kamar tidur dan ruang keluaga. Ia tinggal sendiri di Apartemennya karena rumahnya diluar Jakarta. Aku bekerja di sebuah kantor hukum ternama di Jakarta Utara, disana Aku baru bekerja setahun karena baru lulus kuliah Aku langsung bekerja. Jadi sekarang adalah tahun yang sibuk buatku. Nat bekerja pada sebuah perusahaan Tax Consultant, kurang cocok menurutku untuk sifatnya yang tegas dan galak. Nat sudah bekerja disana 2 tahun lebih. Agak sukses menurutku, karena Ia mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Nat lebih tua dariku setahun, Aku berumur 25 dan Nat 26. Kami pertama kali bertemu pada saat SMA. Nat adalah kakak kelasku waktu itu, namun Kami hampir tidak pernah berhubungan dan tidak tertarik satu sama lain. Kami terpisah saat kuliah karena Aku kuliah diluar kota dan Nat di Jakarta. Kami dipertemukan lagi pada saat acara reuni SMA dimana Kami satu panitia. Hingga sekarang Kami sudah berpacaran belum ada setahun. Baru genap 10 Bulan.

Makanan Sudah siap. Nat memasak nasi kari. Kurang enak menuruku karena yang dimasak adalah kari instant. Disiapkan 2 porsi untuku dan Nat sendiri. Aku suka wangi dari kari yang dibuat Nat walaupun rasanya standart. Wangi dari campuran daging dan rempah-rempah pedas. Namun wangi tubuh Nat mengalahkan wangi dari kari didepanku dan Aku selalu lebih menyukainya. Wajar baru mandi mungkin. Tapi tubuh Nat memang wangi pada saat-saat biasa juga.

“Enak?” Tanyanya ditengah-tengah waktu Kami makan.

“Enak banget..” Jawabku pasti sambil mengacungkan jempol. Tidak ada jawaban lain. Apalagi setelah Nat mengomeliku habis-habisan barusan.

“Beneran?” tanyanya lagi untuk memastikan. Kali ini seperti biasa matanya menatap tajam mataku.

“Beneran banget Nat” Jawabku sambil tersenyum untuk meyakinkan.

“Makasih! Laen kali Aku buat lebih banyak deh ya.” Katanya sambil tersenyum dan tertawa sedikit. Akhirnya senyuman. Melihat senyumannya Aku selalu teringat bagaimana Aku bisa jatuh cinta sama Nat, Matanya yang juga ikut tersenyum.

“Akhirnya senyum kamu Ya..” Kataku sambil merapikan piring karena sudah selesai makan. “Aku yang cuci ya” Sambungku.

“Oh how sweet. Thank You Di..” Jawabnya. Spertinya suasana sudah kembali normal. Tidak ada tekanan dan awkward silence lagi.

“Nat Kita mau nonton apa?” Tanyaku sambil mencuci piring. Sekarang masih jam 20.00. Kupikir tidak ada salahnya menonton 1 film lalu pulang.

“Sebentar ini Aku cari dulu” Katanya sambil melihat daftar film yang mau ditonton. “Di Kamu mandi dulu gih. Nanti sakit lho habis hujan-hujanan” Sambungnya.

“Oke Nat”. Aku memang agak santai di apartemennya Nat. Aku boleh ambil makanan, mandi, dan tidur sesukaku. Bahkan Nat sampai membelikan dan mempersiapkan baju untukku di apartemennya jika suatu saat diperlukan. Bukan kali pertamanya Aku mandi disini. Jadi aku sudah mempersiapkan alat-alat mandiku juga.

Selesai mencuci piring Aku menuju kamar mandi, melepas seluruh bajuku dan meletakannya di keranjang cucian. Ya sudah biasa, kadang bajuku dicuci ditempatnya Nat. Aku menyikat gigiku sebelum mandi, lalu Aku teringat harus membalas e-mail penting. Aku keluar dengan memakai handuk mecari kemejaku, karena aku meletakan HP ku di saku kemeja. Aku meraih keranjang cucian namun tidak menemukan HP dan kemejaku disana. Kulihat keluar Nat juga sedang tidak ada di sofa. Aneh. Biasanya baju kotor diambil setiap pagi.

“Ditaruh dimana ya..” pikirku dalam hati. Aku keluar dengan hanya ditutupi handuk di pinggangku. Aku menuju ruang tamu dan tidak menemukannya. Bukannya takut Nat mengecek yang aneh-aneh tapi ini hal yang urgent. Aku menuju kamarnya Nat dengan niat untuk menanyakan Hpku. Belum sampai ke kamarnya Aku sudah menemukan Hpku di laci di seberang kamar Nat. Kuraih Hpku dan saat hendak kembali ke kamar mandi, Aku mendengar suara yang tidak biasa dari arah kamar Nat namun terdengar familiar. Pintu kamarnya agak sedikit terbuka. Penasaran kudekatkan wajahku ke dekat pintu, dan kuintip ada apa di dalam.

Aku terdiam tidak menyangka melihat pemandangan ini. Pemandangan yang janggal, namun umum jika Kalian menonton video porno. Kulihat Nat sedang tiduran mengangkang, tapi membelakangi pintu. Wajahnya ditutupi kemejaku yang hilang dari keranjang jemuran tadi. Sambil menciumi kemejaku dan memegangnya dengan tangan kanan, tangan kirinya sedang memainkan kemaluannya. Baju kaos putihnya masih utuh dipakai, namun Celana dan celana dalamnya menggantung di ujung kaki kirinya yang sedang mengangkang. Ya, Nat sedang bermasturbasi menggunakan kemejaku. Kemeja Pacarnya sendiri.

“Ngghh.. Ahh.. Di..” Suara yang keluar sesekali dari mulut Nat yang tertutup kemejaku. Pelan memang. Tak mungkin terdengar olehku yang sedang mandi. Nat terlihat sangat menikmati permainan jarinya sendiri. Tidak banyak yang bisa kulihat karena memang membelakangi pintu. Namun mendengar suara desahnya sudah membuatku cukup terangsang. Suara yang erotis yang tidak biasa kudengar keluar dari mulut pacarku.

Bingung Apa yang harus kulakukan, Aku berencana meninggalkannya dan lanjut pergi ke kamar mandi. Nasib berkata lain. Hpku yang berada di tanganku berbunyi ada telepon masuk. Aku kaget. Tak sengaja pintu kamar Nat kesenggol dan membukanya secara utuh. Nat yang juga kaget sontak melihat kearah pintu dan terlihat ekspresi wajahnya yang terkejut. Mata kami saling bertemu.

“ALDI?! KELUAR!!!” Nat berteriak dengan muka yang memerah dan segera menarik selimut utuk menutupi bagian bawah tubuhnya dan mebenamkan wajahnya ke bantal. Aku yang salah tingkah dan kaget juga langsung berlari menuju ke kamar mandi.

.

.

.

.

Sudah lama Aku berdiri sambil membiarkan diriku tersiram oleh air hangat yang keluar dari pancuran. Aku sudah selesai mandi sebenarnya hanya kamar mandi adalah tempat yang paling pas untuk berfikir menurutku. Sambil kepalaku diguyur, Aku berusaha mencerna dan berfikir tentang peristiwa yang kualami barusan. Sungguh canggung. Dan juga memalukan bagi kita berdua. Aku berandai-andai apa yang menyebabkan Nat melakukan hal seperti itu.

Memang selama Kami pacaran, Aku dan Nat belum melakukan hal-hal yang orang pacaran biasa lakukan. Seperti berciuman, foreplay, atau bahkan having sex. Paling hanya berpelukan saja. Bukan tanpa alasan, namun memang karena waktu Kami tidak banyak bersama dan Kami pernah LDR selama 3 bulan urusan Aku dinas diluar kota. Kami sama-sama sibuk dan tidak pernah berfikir untuk memenuhi urusan seksual masing-masing. Disini aku merasa bersalah. Sampai membiarkan Nat beramsturbasi sendiri padahal Ia sudah mempunyaiku. Nat sebelumnya belum mempunyai pacar, Akulah yang pertama. Sedangkan Aku pernah pacaran sekali, namun belum pernah melakukan yang begituan juga.

Setelah lama Aku berfikir, akhirnya Aku memberanikan diri untuk keluar dan dan meminta maaf ke Nat atas hal ini. Aku segera mengeringkan tubuhku dan memakai baju santai yang kubawa ke kamar mandi. Aku membuka pintu dan melihat Nat sedang duduk di sofa sambil memeluk bantal sofa masih dan mengenakan setelan baju yang sama saat masturbasi tadi. Kaos tidur putih dan celana pendek kuning. Mukanya masih merah dan matanya juga merah. Mungkin karena habis menangis.

“Nat.. Kamu nangis?” Tanyaku sambil menghampirinya, dan duduk di sebelahnya.

“Menurut Kamu?” Tanyanya balik dengan suara yang agak berat karena habis menangis. “Look I’m sorry for what happened earlier. Harusnya Aku gak ngelakuin itu” Sambungnya.

“Why sorry? Kamu gak salah kok” Jawabku.

“Aku takut Kamu tersinggung Di. Dan Aku tuh malu banget! Kamu gimana kalo kepergok pacar sendiri berbuat kayak gitu?” Katanya kepadaku setengah berteriak. Aku tidak berkata apa-apa. Aku hanya melihat wajahnya. Aku tahu kalau bertanya tentang apapun mengenai ini akan membuatnya semakin malu dan kesal. Ujung-ujungnya Aku dimarahi lagi.

“Sekarang di mata Kamu, Aku pasti rendah banget kan?! Nyiumin kemeja pacar sendiri buat dipake masturbasi?” Katanya.

“Hey, Nat. Kamu gak salah dan gak usah minta maaf. Dan gak peduli apa yang Kamu lakuin barusan, Kamu tetep sama di mataku. Nat yang baik , galak, dan cantik.” Jawabku. “Look. Hal yang Kamu lakuin itu manusiawi dan Aku gak akan nge-judge apa-apa soal itu. Jadi jangan takut gimana-gimana. Aku nggak apa-apa kok.”

Nat hanya diam. Mukanya semakin memerah dan perlahan air mata keluar dari matanya yang kecil tersebut. Melihat itu Aku langsung memeluknya, dan Nat membalas pelukanku. Tubuh kurusnya hangat dan wangi. Nat membenamkan wajahnya di dadaku sambil menangis tersedu. Pertama kalinya Aku melihat Nat menangis. Biasanya Ia kuat, mengeluhpun tidak pernah. Tapi Aku mengerti dan paham mengapa Nat menangis kali ini. Mungkin Ia sudah tidak tahan dan melampiaskannya. Dan sekalinya dilampiaskan, malah malu yang Nat dapatkan. Damn, pacar macam apa Aku ini?

Tak lama, Nat sudah mulai bisa menenangkan dirinya dan sudah tidak menangis lagi, namun Ia masih memeluku erat.

“Nat.. Aku..”

“Bentar, Nyaman” Katanya memotong perkataanku sambil semakin erat memeluku.

“Iya ngomongnya sambil pelukan aja. Aku mau bilang minta maaf ke Kamu” Kataku.

“For what?” Katanya masih membenamkan wajahnya di pelukanku.

“Karena Aku, Kamu bisa sampe ngelakuin hal itu. Harusnya Kamu gak perlu ngelakuin itu”

“Maksud Kamu?”

“Harusnya.. Aku yang ngelakuin itu, Soalnya Aku kan pacar Kamu.” Nat langsung melepas pelukannya secara tiba-tiba. Ekspresinya terlihat kaget.

“Seriously?” Katanya. Ekspresiku seperti orang kebingungan. Feelingku Dia tersinggung dan akan marah. Habislah Aku. Apa yang baru saja kukatakan?

“Kamu baru bilang ini sekarang? Telat banget” Mukanya yang tadinya serius menjadi tertawa. Jujur Aku lega. “ Sebenernya Aku udah nungguin Kamu ngomong gitu tau gak! Idiot.” Sambungnnya. Aku tersenyum lega, mengetahui Ia tidak tersinggung. Dan agak kaget juga.

“Jadi… gimana?” Tanyaku.

“I Don’t Know. What do you think?”

“Hmm.. let’s start with a kiss?” Nat menjawab hanya dengan mengangguk malu. Mukanya juga memerah lagi. Mungkin Ia malu akan mendapatkan ciuman pertamanya.

Wajah Kami semakin berdekatan. Wajah Nat terlihat grogi namun sangat cantik. Tanpa basa-basi akupun langsung menempelkan bibirku ke bibirnya. Aku mulai mengecupnya. Nat yang merasakan itu langsung memejamkan mata dan membalas kecupanku. Dua buah kecupan berubah menjadi sebuah ciuman. Aku bisa merasakan bibir Nat membalas ciumanku perlahan dan lembut. Kami berdua tengah terlarut dalam ciuman.

Tak perlu waktu lama untuk membuat ciuman Kami semakin intense. Nat mulai memegang kedua pipiku dengan tangannya. Menandakan tidak ingin dilepas. Ciuman Nat semakin menjadi-jadi.

“Cuup.. Mmmph.. nggh..” Sesekali terdengar suara dari mulut Nat yang menciumku tanpa mau melepasnya. Akupun berinisiatif memeluk pinggangnya dan memindahkan Nat yang diisebelah kananku menjadi duduk di pangkuanku. Setelah itu, Ciuman Kamipun semakin liar. Masih memegangi pipiku, Nat menciumiku dengan liar. Akupun membalasnya untuk menyeimbangkan keadaan. Yang Kami lakukan bukanlah berciuman lagi, melainkan berpagutan. Ya, Kami saling berpagutan satu sama lain, Nat memagut bibirku dan bibirku sebaliknya.

Cukup lama Kami berpagutan, Nat akhirnya meleas bibirnya dari bibirku. Tak kuberi isitrahat, Akupun bergantian dari bibir menuju lehernya.

“Nggh.. Ahh..” Desahnya pelan saat leher kanannya kuberikan kecupan. Mendengar desahannya Akupun semakin bernafsu. Tidak kukecup lagi, leher Nat yang putih mulus itu kuciumi seperti saat Aku menciumi bibirnya.

“Oooh.. Uhh. Enakh…” Nat mulai meracau sambil memegangi kepalaku dengan kedua tangannya menandakan untuk meneruskan apa yang Kulakuan. Akupun menurutinya. Akupun berpindah dari leher ke telinganya. Kucium caping telinganya dan kujilati.

“Eehhh.. Geliii” Katanya sambil menarik kepalaku.

“Ehh.. Maaf Nat.. geli ya?” Tanyaku.

“Iya.. Enak Tapi. Hehe” Jawab Nat sambil tertawa. Kulihat ekspresi wajahnya sudah mulai ‘naik’ membuatku semakin gemas. Masih dengan posisi yang sama, tanpa disuruh Akupun mulai mencium bibirnya lagi. Kali ini berbeda dari pertama kali. Nat langsung menyambutnya dengan pagutan penuh nafsu.

“Dii.. Jilatin..” Katanya sambil melanjutkan menciumku.

“Hmm??” Jawabku bingung sambil bibir kami masih berpagutan.

“Pake lidaah” Jawabnya kesal.

Aku yang mengerti itu, langsung melanjutkan ciuman Kami, Tapi kali ini ditengah ciuman tersebut kuselipkan lidahku masuk ke mulut Nat. Nat menyambut lidaku dengan lidahnya. Lidah Kami saling bergulat didalam mulut Nat. Sungguh ciuman pertama yang sangat erotis. Sedang Asik ‘bersilat lidah’ tiba-tiba Nat menyedot lidahku dengan mulutnya agak kencang.

“Nggh” Aku yang kaget dan agak kesakitan, langsung melepas ciumannya.

“Eeh. Sorry. Sakit ya?” Tanya Nat merasa bersalah.

“Nggak kok. Yuk lanjutin.” Ajakku. Aku bisa maklum soalnya ini pertama kalinya Nat melakukan ini.

“Gantian giliran Kamu” Jawabnya sambil langsung menjulurkan lidahnya kea rah bibirku. Melihat hal itu Aku langsung menyambutnya dengan menghisap balik lidah Nat. Tapi ini kulakukan dengan lembut dan perlahan seakan memberi contoh. “Muummph” Desah Nat pelan sedang menikmati hisapan lidahnya. Kamipun melanjutkan berpagutan setelahnya dan saling bergantian menghisap lidah masing-masing.

Entah sudah sekitar setengah jam lamanya Kami berpagutan pada posisi yang sama. Aku tidak bisa melihat jam karena rambut Nat menutupi wajah Kami berdu. Menikmati ciuman memang tidak kenal waktu, Kalian yang pernah pasti mengerti ini. Aku mulai terangsang. Kurasakan di celanaku kontolku semakin mengeras. Malam itu Aku tidak mengenakan daleman dan celana yang kukenakan juga tipis karena dipakai untuk tidur. Menyadari hal ini, Nat tidak hanya diam. Sambil bepagutan, Ia menggesek-gesekan vaginanya pada kemaluanku seakan sedang berhubungan seks. Aku yang menyadari hal ini juga langsung memegangi pinggulnya Nat yang mungil.

“Auuh.. Yaampun Di…” Katanya meracau sambil menikmati gesekan di vaginanya. Aku yang merasakan kontolku digesek-gesek vagina Nat juga mulai merasa keenaan.

“Nggh.. Nat Enaak..” Kataku melepaskan ciuman Kami

“Sama Aku juga enak banget.. nggh” Kami mulai berhenti berciuman menyadari menemukan sesuatu yang lebih merangsang, yaitu melihat ekspresi satu sama lain yang sedang ‘horny’. Kami saling bertatapan seolah memperhatikan ekspresi yang tidak pernah Kami tunjukan biasanya. Aku melihat wajah Nat yang memerah, matanya yang menatapku penuh nafsu, dan mulutnya yang basah berlendir akibat ciuman barusan. Pemandangan ini membuatku semakin bernafsu. Mungkin begitu juga dengan Nat. Kami berdua semakin mempercepat ‘gesekan’ kemaluan Kami yang masih ditutupi celana.

“Nggh.. Di, Sorry.. Aah ku udah gak tahan..” Katanya meracau sambil memeluku dan berhenti menggesekan.

“Do you mind?” Aku Tanya ke Nat sambil menarik ujung celananya.

“Mau Kamu apain?” Tanyanya.

“Hmm. Nyelesain yang tadi kamu belom selesain” Jawabku. Nat tertawa kecil sambil menciumku lagi. Mendapat sinyal bagus, Akupun hendak melepas celana Nat, tapi Nat mencegahku.

“Pindah dulu” ajaknya sambil beranjak dari pangkuanku di sofa. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Aku befirkir dalam hati “Mungkin malem ini Kami bakal lepas”. Nat meraih tanganku dan mengajakku ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Nat menutup dan mengunci pintu. Sebenarnya tidak ada yang perlu mengunci karena tidak ada yang akan mengganggu Kami, Nat tinggal sendiri jadi hanya ada Kami berdua di satu unit apartemen yang luas ini.

“Matiin lampu ya” Pintanya.

“Kenapa? Gelap tau”

“Aku gak pede.. malu.”

“Hmm yaudah gak papa. Aku juga malu” Jawabku. Ya, ini pengalaman pertama bagi Kami. Jadi keputusan yang baik untuk mematikan lampu.*KLIK* lampu dimatikan. Suasana kamar menjadi gelap. Hanya diterangi oleh cahaya dari luar gedung apartemen. Kami masih bisa saling melihat walaupun agak susah, tapi ini sudah cukup.

Tanpa disuruh, Nat menarik tanganku kearah kasur. Nat mulai duduk di kasur yang berukuran lumayan besar tersebut. Tanpa disuruh Aku jongkok dan menarik celana Nat dan melepasnya. Celana kuning yang terlihat ada bercak basah di tengahnya. Dan benar saja, setelah Kutarik celana dalam bewarna putih sudah basah tidak karuan. Tangan Nat meraih tanganku untuk digandeng.

“Wah Nat.. Ini basah banget lho” Kataku.

“Udah cepetan.. Gausah bikin Aku tambah malu” Jawabnya sambil mencubit tanganku yang sedang menggandeng tanganya.

“Ah iya maaf..” Jawabku sambil melepas tangan kananku dari genggamannya. Aku mendekatkan diriku ke Vagina Nat yang sudah basah dan masih ditutupi celana dalam tersebut. Aku dapat mencium wangi celana dalam dan wangi cairan vagina Nat yang bercampur. Sungguh merangsang. Celana dalam bewarna kuning tersebut kulepas dan kuletakan sembarang. Bagian bawah tubuh Nat terekspos, tidak ada sehelai kainpun dan hany kegelapan malam yang menutupinya. Kegelapan ini tidak menghalangiku untuk melihat pemandangan ini, walau samar Aku dapat melihat vagina Nat. Belahan kecil yang terlihat masih rapat, dan diatasnya terdapat bulu-bulu halus yang tidak terlalu lebat namun rapi. Aku mulai meraba sekitar selangkangannya. Mendapat rangsangan itu Nat langsung melebarkan kakinya tanpa kupinta. Dengan menggunakan kedua jari di tangan kananku, Aku mulai meraba lembut belahan Vagina Nat yang sudah basah. Ini pengalaman pertamaku dalam hal ini.

“Auuhh.. Diii” Nat mendesah pelan walaupun samar-samar. Mendengar itu, Akupun makin menjadi penasaran. Desahan apa yang akan keluar bila Aku makin merangsangnya. Jariku berpindah ke arah atas belahan diantara vagina dan bulu halusnya. Hendak meraih klitoris Nat, jariku agak sedikit dimasukan kedalam hingga menemukan sebuah tonjolan kecil. Basah dan hangat rasanya.

“Iyaanhh.. disitu enak.. Mainin..” Aku menuruti Nat. kupilin-pilin klitorisnya perlahan tapi konstan. Sontak, Nat sedikit menaikan pinggulnya karena reflek kenikmatan yang kuberikan.

“Aooouh.. Hmpph” Nat mendesah keenakan sembari menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Pinggulnya terus menerus bergerak tak karuan. Aku tetap tidak melepaskan permainan jariku di klitorisnya Nat yang sudah basah.

“oooh Diii Benthar aaaahh. Time out.. Geli banget aaah..” Tangan Nat meraih tangan kananku yang sedang memilin klitorisnya memaksanya untuk berhenti. Akupun melepas tangan kananku, bergantian dengan jari di tangan kiriku memilin klitorisnya.

“Anjrittthh.. Aldiii!!” Nat agak menjerit kali ini. Tangannya sudah menyerah untuk menahanku.

“Nat Kamu rileks dan enjoy aja..” Kataku sambil tangan kananku meraba-raba belahan vaginanya.

“Nggh.. Hati-hati Di.. Nanti ketusuk..” Peringat Nat. Aku mengiyakan dan melanjutkan permainan jariku. Kali ini Aku memilin klitorisnya dengan tangan kiri dan meraba-raba halus vaginanya dengan tangan kananku.

“Uuhh.. Aaa aahhh.. Ahh ahh AAH!!” Desahnya yang dari pelan menjadi semakin keras seiring permainan jariku yang dari lambat menjadi semakin cepat.

“Nat, enak sayang?” Tanyaku menggoda.

“Dii.. banget.. Enakkk bangethh.. Nghhh terusin.. Ahhh Jangan berhentiii..” Desahnya saat aku memilinnya semakin cepat. Akupun tidak berniat melepaskannya sampai Nat mencapai orgasmenya.

Sudah lumayan lama Aku merangsang Nat di vagiina dan klitorisnya. Vagina Nat sangat basah, begitu juga dengan jariku. Nat terlihat terengah-engah sambil terus-terusan mendesah. Tangannya yang satu memegangi dan meremas baju kaosnnya. Pinggulnya naik turun tidak karuan mengikuti permainan jariku. Sayangnya Aku tidak dapat melihat ekspresinya karena Nat sedang tiduran.

“Di Aku udah mau.. nghhh Udah mau keluar..” Nat meracau.

“Let go Nat.. Keluarin yang banyak” Kataku. Klitoris Nat sudah nongol keluar dan tonjolannya juga semakin keluar. Wangi cairannya Nat juga semakin tajam kucium. Akupun menjadi penasaran, ingin merasakan bagaimana rasanya cairan vagina tersebut. Kudekatkan wajahku ke vaginannya dan tangan kananku yang tadinya meraba belahan vagina Nat kuhentikan. Aku mulai mencium dengan bibirku dan sesekali menjilat cairan vagina Nat yang sudah membanjir.

“Nghh.. apa nih.. Ehh!!” Nat yang menyadari Aku mengoral vaginanya kaget. “Dii.. Kamu ngaphaiin.. Ahhh.. Kok pake mulut singghhh.. ” Aku tidak menghiraukan desahan Nat dan kulanjutkan mennjilati vagiinanya.

“Diii Itu kan.. ahahhh.. Jorok!” Nat setengah berteriak.

“Kamu mau Aku berhenti?” Tanyaku sambil menghentikan oralku pada vagina Nat. Nat tidak menjawab. Tangannya memegang kepalaku dan menekannya kea rah vaginanya menandakan untuk menajutkan oral.

“Dasar Kamu..” Akupun melanjutkan mengoral vagina Nat. Tapi kali ini semakin liar. Klitorisnya Aku hisap habis segingga agak tertarik saat Aku menghisapnya.

“Ouuuh!! Anjrithh!! Ahhhh.. Digituiin enak Dii.. Mpph…” Desah Nat saat klitorisnya kuhisap. Nat langsung menutup mulutnya sadar desahannya terlalu keras.

“Ouuh Dii Aldi!! Sayaang.. Nghhh.. Enakh… Jangan berhenti ahhh isep terus sayang!!” Nat meracau semakin tak karuan. Desahannya membuatku semakin menghisapnya dengan penuh nafsu. Kurasakan vagina Nat bertambah basah dan cairan vaginanya mengenai wajahku sedikit. Akupun mulai ikutan terangsang, kubuka celanaku sedikit sambil mengocok-kocok kontolku sendiri.

“Aldiiii.. Dii.. Ini keluar.. Ouuh dikit lagiiihh” Desah Nat. Aku tidak menghiraukan dan terus menghisap dan menjilati klitoris Nat.

“AAHH KELUAR!! Diii Aku pipis…. OUUUH.. AHHH…” Pinggul Nat semakin tegang dan naik agak tinggi. Sepersekian detik setelah Nat menjerit, keluar sedikit cairan hangat dan agak encer dari vaginanya. Hampir semuanya mengenai wajahku dan sebagian kuminum. Rasanya agak sepet dan asin, entah sulit menjelaskannya. Orgasme Nat tidak menghentikanku menjilati cairan tersebut. Karena jujur saja.. Aku sedikit menyukai rasanya.

“Anjritt. Enak bangeth.. Diii udah dong Aku ngilu nihh” Pinta Nat saat Aku menjilati seluruh cairannya.

“Oke oke.. Bentar lagi abis..” Jawabku setelah selesai menjilati habis seluruh cairan vaginanya. Aku langsung beranjak berdiri. Pegal juga. Nat tergeletak dalam posisi mengangkang. Selangkangannya sudah basah, sprei di tempat nat ngangkang juga ikutan basah akibat orgasme tadi.

“Haduuh Dii.. Kamu jago banget mainnya…” Kata Nat sambil berbaring lemas setengah telanjang. Melihat wajah Nat yang memerah dan berkeringat sungguh merangsang. Masih keliahatn walaupun agak gelap. Nat melihat kearahku dengan tatapan kaget.

“Eh. Itu Kamu minumin semua Di?” Kata Nat Kaget sambil menarik pinggulnya ke posisi duduk dan meraba vaginanya sendiri. Mengecek cairan cinta yang Ia keluarkan beberapa saat lalu. “Bersih..” Katanya.

“Ehmm Iya.. Kenapa?”

“Gila Kamu ya!? Jorok tau!” Kata Nat setengah kaget dan tidak percaya.

“Ya gimana habis Aku suka rasanyaa..” Jawabku. Nat tertawa saat mendengar jawabanku.

“Hahaha.. Dasar Kamu.. Liat tuh kan sekarang mukamu jadi belepotan gak karuan” Kata Nat sambil mengambilkanku tisu di meja dekat ranjangnya. “Nih Lap dulu, nanti lanjut lagi..” sambungnya.

“Hah? Lanjut apa nih?” Jawabku bercanda pura-pura tidak tahu.

“Kamu gamau?” Tanyanya sambil duduk kedepanku yang sedang berdiri. Dan melihat kearah celanaku dengan agak kaget. “Di. Ini gede lho.” Katanya. Celanaku belum terbuka sepenuhnya. Kontolku yang sudah ereksi ternyata keluar sedikit melalui celana pendeku.

“Eehh.. Keliatan ya? Kirain gelap..” Kataku juga kaget dan cepat-cepat membenarkan posisi celana. Nat segera mencegahnya dengan memegang tanganku.

“Gak papa. Biar Aku yang benerin..” Nat meraih Kontolku menggunakan tangan kirinya. Diraba-raba dari luar celana. Bukannya membenarkan posisi celana, malah dipeloroti celanaku. Sekarang Aku dalam posisi yang sama dengan Nat. sama-sama setengah telanjang dengan bagian bahwah terekspos.

“Ini Kamu udah ngaceng banget?” tanyanya kaget agak berbisik.

“I Iya.. kenapa?” Tanyaku bingung.

“Aku ragu bakal muat ato nggak Di..” Jawabnya sambil mengocok pelan kontolku.

“Muat.. Dimana?” Tanyaku

“Di dalem lah?!” Menurut Kamu dimana lagi? Katanya sambil terus mengocok kontolku.

“Di dalem.. mau dicoba masukin Nat?”

“Ehmm.. Bentar. Aku mau ngocokin Kamu dulu gapapa Kan? Vaginaku masih agak ngilu gara-gara Kamu tadi” jawabnya. Ah kukira dia bakal mengoralku balik, tapi yang Nat maksud adalah having sex.

“Nat.. Aku mau.. coba dioral boleh?” Tanyaku agak ragu. Nat terdiam sebentar sambil terus mengocok kontolku. Kocokannya agak kaku.

“Ehm.. Aku kayaknya belom siap buat itu deh..” Jawabnya. “Next time deh Di. Pasti”. Aku hanya mengiyakan. Aku sebenarnya penasaran bagaimana rasanya dioral.

Walaupun gelap, Aku masih bisa melihat Nat mengocok kontolku. Nat duduk di tepi kasur sedangkan aku berdiri menghadap Nat yang sedang mengocoku. Jari-jari lentiknya menggenggam kontolku dengan mantap. Agak beda sensasinya daripada bermasturbasi sendiri. Nat baru pertama kali mengocok kontol seseorang, jadi Aku maklum jika masih kaku.

“aah Naat.. Pelan..” Kataku karena Nat mulai menaikan tempo kocokannya.

“Enak Dii?” Tanyanya sambil melihat kearahku.

“Enak Nat kalo pelan..” Jawabku. Well sebenarnya Aku harus sedikit berbohong karena jujur masih enakan menggunakan tangan sendiri.

“Kontol Kamu wangi ya..” katanya sambil mendekatkan wajahnya kearah selangkanganku.

“ehmmm Kamu bisa Aja Nat..” Kataku sambil memegang kepalanya yang mendekat. Tanganku berpindah ke pipinya dan Nat melihat kearahku.

“Yuk” Katanya singkat. Aku mengerti apa maksudnya. Aku berpindah dari beridi ke duduk di sebelah Nat. Tangan Nat masih mengocok kontolku. Akupun juga memainkan vaginanya kembali menggunakan jariku. Masih basah.

“Udah nggak ngilu? Ini kok masih basah?” tanyaku.

“Udah nggak.. Iya gara-gara kontol Kamu.. Bikin aku on lagi” Katanya sambil mendekatkan wajahnya pada wajahku.

‘Bisa aja Nat”

“Di, Kalo Kita ngelakuin ini.. Ini pertama kalinya buat Aku.” Kata Nat kepadaku. Sambil terus mengocok penisku dan Aku memainkan vaginanya..

“Iya sama.. Aku juga pertama kalinya..”

“Kamu pengen?” Tanyanya

“Hmm.. Pengen. Kamu?” Tanyaku balik.

“Pengen.. tapi takut. Sakit katanya. Apalagi Kamu punya gede gitu” Jawabnya singkat.

“Hmm.. Jadi jangan dulu nih?” Jawabku agak kecewa.

“ehmm.. Yaa Yaudah ayok. Aku juga penasaran..” Jawab Nat menghilangkan rasa kecewaku. Tanpa dikomando, Kami berdua berpindah ke tengah kasur. Nat tiduran sedangkan Aku diatas Nat menumpu badanku dengan tangan di sebelah kepala Nat.

“Are You sure about this?” Tanyaku sekali lagi.

“Yes I am.” Jawabnya

“Tapi Aku gak pake kondom lho..”

“Udah gak papa.. first time Kita harus gak pake” Jawab Nat. Well Aku setuju, Agar bisa merasakan lebih baik. “Tapi jangan keluar didalem ya” Sambungnya. Aku hanya tertawa dan mengiyakan.

Aku mendekatkan kontolku kearah belahan vagina Nat. Ujung kontolku menyentuh ujung vagina Nat. Nat memegang tanganku. Tangannya dingin karena grogi.

“Nat rileks aja. Aku pelan kok..”

“I Iya.. Aku Cuma deg-degan.. Di boleh sambil ciuum?” Pintanya. Aku langsung memajukan badanku menuju wajah Nat untuk menciumnya. Kami berciuman pelan sembari Aku mengarahkan kontolku ke vagina Nat untuk dimasukan.

“Biar Aku aja” Kata Meraih kontolku untuk dimasukan ke vaginanya. Aku menurutinya dan menbiarkan Nat memasukannya. Kontolku dipegang pelan-pelan dan dituntun masuk kearah lubang vaginanya Nat sambil Kami berciuman. Aku bisa merasakan Ujung kontolklu sedikit masuk. Nat menghentikan kontolku.

“Aww.. Shhh” Nat mengeluarkan suara lirih

“Sakit Nat?” Tanyaku sambil berbisik di telinganya.

“Sedikit.. Tapi geli” Jawabnya.

“Mau udahan?”

“Gak jangan, Lanjut..” Jawabnya sambil meraih kontolku yang sudah secuil masuk di vagina Nat. Nat perlahan tapi pasti memasukan penisku lebih dalam. Sekarang kepala kontolku sudah masuk seluruhnya. Rasanya hangat, basah dan menjepit. Kepala kontolku rasanya seperti disedot masuk ke dalam liang yang hangat.

“Auuh.. Sakitss..” Lirih Nat lagi. Tapi kali ini tidak dilepas. Semakin dalam penisku masuk. Tiba-tiba Aku merasakan ada cairan hangat keluar. Merah. Ya, itu adalah darah keperawanan Nat.

“Nat.. Gak papa? Kena sprei?”

“Gak papa beneran. Nanti Aku bersiin setelah selesai” Jawabnya. Darah yang keluar memang agak banyak. “Ini baru masuk setengahnya Di…” Sambungnya.

“I Iya.. kalo Kamu bisanya segini gak papa. Nanti coba lagi” Jawabku.

“Nggh.. Bentar. Coba masukin lagi.” Kata Nat berusaha. Kontolku panjangnya sekitar 17cm. Lumayan panjang untuk ukuran orang Indonesia. Semakin dalam kontolku masuk, Aku semakin merasa hangat, enak dan basah. Vagina Nat menjepit kontolku sangat kuat dan juga vaginanya sedikit berkedut.

“Nat enak banget.. Didalem Kamu enak. Ahhh” Kataku meracau.

“Di Aku juga enak.. Ahhhh…” Jawabnya. Aku melihat kontolku sudah masuk sepenuhnya kedalam vagina Nat. Rasanya seperti tersedot dan digenggam erat-erat dari ujung ke ujung. Bulu kemaluan Kami saling bertemu menandakan kontolku sudah masuk sepenuhnya ke dalam lubang kenikmatan milik Nat.

“Nat Aku mulai ya?” Tanyaku.

“Oke..” Mendengar jawaban Nat. Aku pelan-pelan mengeluarkan kontolku, dan memasukannya lagi. Sempit dan peret banget. Jauh lebih enak daripada kocokan Nat barusan maupun kocokanku sendiri.

“Ouuh Naat… Sempit banget” Desahku.

“Ngghhh.. Iyaa. Kamu juga gede bangett..” Jawabnya mendesah. Aku terus mengulangi memasukan dan mengeluarkan kontolku sampai Nat terbiasa. Karena ini pertama kalinya, rasanya masih sempit dan agak sulit untuk melakukan penetrasi. Aku merasakan sensasi hangat dan dingin di kontolku. Hangat saat dimasukan kedalam lubangnya Nat, dan dingin saat dikeluarkan akibat suhu ruangan ber-ac. Gila, Baru sebentar saja rasanya sudah membuatku mau keluar. Ditambah lagi ekspresi Nat yang keenakan tepat di depan wajahku dan desahannya yang tak berhenti. Nat memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya. Dari ekspresinya Aku bisa mengetahui Ia sedang menikmatinya. Aku bisa melhatnya dari cahaya bulan yang menyinari Kamar malam itu. Kami memang sengaja tidak berciuman untuk menikmati ekspresi satu sama lain yang sedang terbenam dalam birahi.

Nat membuka bajuku dengan menariknya keatas. Aku jadi telanjang bulat. Sambil menggenjot Nat pelan, Aku juga membuka kos Nat. Dibalik kaos putih tersebut, terpampang tubuh Nat yang hanya mengenakan bra bewarna putih. Kontras dengan kulitnya yang putih mulus. Perutnya sungguh rata dan berbentuk. Aku hendak membuka bra putihnya yang menutupi payudaranya yang kecil. Namun Nat menolak.

“Dii jangan dibuka.. Aku gak pede… Ahhh” Katanya sambil memegang tanganku.

“Iya Nat..” Jawabku singkat. Mungkin Nat minder akan ukuran payudaranya. Kecil memang. 32a prediksiku. Aku mulai menjilati leher Nat sambil menggenjot keluar masuk kontolku di vaginanya.

“Auuuh Diii.. Enakh Banget. Ouuhhhh..” Nat meracau sambil Tangan kanannya memegangi kepalaku dan tangan kirinya memegangi pipiku. Akupun mulai menambah kecepatan genjotanku.

“Ngghh.. Di jangan cepet-cepet. Segini aja enahkk..”

“Nghh Oke Nat.. Enak banget segini jugaa”. Nat yang mulai terbiasa menyilangkan kakinya ke pantatku. Akupun terus menggenjot dengan pelan sesuai permintaan Nat. Nat sepertinya mulai terbiasa, terlihat dari Ia mulai menggoyangkan pinggulnya meng-counter gerakanku.

Malam itu, kamar Nat dipenuhi dengan suara desahan Kami berdua. Kami tidak mempedulikan apakah akan terdengar atau tidak. Kami terus bertahan pada posisi “Missionary” tersebut. Sensasinya sungguh luar biasa karena posisi dimana Kita berhadapan dengan pasangan dan bebas mengekspolrasinya. Tak lupa juga Kami saling bercumbu, dan menjilat-jilat satu sama lain. Nat terlihat menikatinya dan Akupun menikmatinya. Tak terasa Aku merasakan batasku sudah hampir terlewat. Aku akan keluar. Keadaan ini sungguh nyaman dan enak.

‘Ahhh Diii.. Sayang.. Akhhh..” desah Nat yang semakin tak karuan.

“Naat. Aku mau keluar..”

“Nggh.. Samaa. Aku juga mau keluar lagi Dii. Terusss..” Pintanya. Aku merasakan vagina Nat semakin mengencang.

“Naat ini kenceng banget.. memek Kamu enak banettt” Racauku.

“dii.. Aku sebentar lagi.. sebentar lagii pipiss…” Nat juga meracau. Tempo kami semakin cepat. Aku mendepetkan tubuku ke tubuh kurus Nat. Tubuh Kami berdua yang sama-sama berkeringat saling bersentuhan. Goyangan pinggul Nat yang sudah terbiasa dan genjotanku menjadi semakin sinkron. Terdengar bunyi “Plok plok plok plok…” suara pinggul dan selangkangan Kami yang saling beradu.

“Dii DIii!! AKU Keluar!!” Nat tiba-tiba berteriak tanpa peringatan, Pinggul Nat naik. Punggungnya menjadi melengkung, tangannya mencengkram sprei dengan kuat, dan kakinya yang diikatkan padaku juga menjadi lebih keras.

“Arhhgggghhh!! Aku pipiss sayang!! OUUUHHH!!” Vagina Nat tiba-tiba menjadi sangat menjepit kontolku. Aku merasakan cairan hangat mengalir melewati kontolku. Nat telah orgasme lagi sedangkan Aku masih menggenjot Nat yang sedang berkelojotan.

“AAHH AHHH Di Bentar jangan genjot dulu aaah ahh.. aku lagi keluar!!” Pinta Nat saambil orgasme.

“Aouuh… Gilaa Gilaaa.. Enak baget Anjrittth.” Nat setengah berteriak. Pinggulnya kembali tersandar ke ranjang, dan Nat mulai rileks.

Orgasme Nat barusan menimbulkan rangsangan yang nikmat terhadap kontolku. Akupun segera mengeluarkan Kontolku dari vaginia Nat pertanda Aku juga sudah mau klimaks.

“Nat Aku juga mau keluar..” Kataku. Sambil tiduran, Nat mengocok kontolku dengan kencang. Rasanya berbeda dari pertama kali tadi.

‘Oooh keluarin sayang.. Ayooo” Katanya sambil melihat wajahku yang tidak karuan. Akupun tidak menahannya. Aku mulai merasakan ada yang keluar dari kontolku.

“Ughh Naaat. Im cumming!” Aku setengah berteriak. “Crott Crott Crott..” Tak perlu waktu lama, Spermaku keluar sangat banyak mengenai perut Nat. Nat tidak berhenti mengocok saat Aku orgasme. Rasanya sungguh ngilu. Mungkin ini yang dirasakan Nat saat orgasme tapi masih kugenjot.

“Aw! Diii!” Nat kaget karena Aku keluar di perutnya.. “Too Much” Katanya. Nat akhirnya melepas kontolku dari genggamannya menyadari kontolku juga sudah lemas dan Akupun tergeletak lemas disebelahnya. Kita sama-sama lemas. Sama-sama dengan nafas yang memburu.

“ Hah.. Hah.. Di You’re Hah.. Good..” Katanya sambil tiduran menghadapku dengan nafas yang ngos-ngosan.

“ Hah Hah.. You Too dear..” Jawabku. “Masih sakit Nat?”

“Udah nggak. Tadi awal doang sakit. Sekarang udah enak” Jawabnya. Mata kami sudah sayu. Kami kelelahan atas permainan Kami malam ini. Kamipun menutup seks malam ini dengan ciuman mesra dan singkat.

Walau gelap, Aku dapat melihat wajah Nat yang masih ‘on’. Sungguh pemandangan yang indah. Biasa yang kulihat adalah ekspresi Nat yang galak dan jutek. Tapi sekarang perempuan yang galak dan jutek tersebut mengeluarkan ekspresi yang menggairahkan. Nat mulai memejamkan matanya. Rambutnya terurai berantakan bercampur keringat. Tubuhnya basah juga karena keringat, dadannya naik turun karena nafasnya memburu. Selangkangan Nat basah tak karuan dan perutnya juga terkena semprotan spermaku.

“Bersih-besih yuk..” Ajaku.

“Bentar.. Nghh Aku capek banget, sama masih ngilu.. Aku keluar 2x tau ngga..” Jawabnya sambil masih memejamkan matanya.

“Oke jangan kemaleman Nat. Aku mesti pulang” Jawabku.

“Di. Malem Ini kamu nginep disini ya?” Pinta Nat. Kulihat Jam. Sekarang sudah pukul 1 dini hari! Luar biasa. Lama sekali Kami menghabiskan malam.

“Emm.. Okedeh. Udah malem juga.,” Kataku.

“Thank You” Katanya lemas sambil menciumku lembut di pipi. “yaudah Aku bersih-bersih duluan ya.” Kata Nat sambil beranjak ke kamar mandi dan keluar dari kamarnya. Aku dikasur terbaring lemas kelelahan. Tak kusangka malam ini aku melakukan seks dengan Nat.

Setelah Aku dan Nat selesai bersih-bersih, Kami berganti baju karena baju Kami basah karena keringat sebelumnya. Di kasur Kami banyak berbincang mengenai seks yang Kami lakukan bersama.

“Lebih baik daripada nonton kan Nat?” Tanyaku membuka pembicaraan.

“Masih nanya lagi..” Jawabnya agak jutek. Sifatnya sudah kembali seperti semula.

“Kamu tahu, That’s all of my first time in one night” Kata Nat sambil tidur dikasur menghadapku yang juga sedang tiduran.

“Maksudnya?” Tanyaku Balik.

“Iya. Ciuman, Sex, Dioral, Ngocokin kontol cowok.. So maaf ya kalo Aku gak terlalu memuaskan”

“Masa sih? Aku berasa Kamu sudah pro” Jawabku bercanda.

“Jadi Kamu kira Aku bohong??” Kata Nat sambil mencubitku dan tertawa pelan. “Kamu sendiri? Kamu kok udah jago banget?” tanyanya penasaran.

“Ohh. Kalo buatku, ciuman bukan yang pertama. Tapi sisanya pertama” Jawabku.

“Iya Aku tahu. Itu gak menjawab pertanyaanku barusan Di.” Jawab Nat tidak percaya. “Kamu pasti pernah ngelakuin ini sebelumnya kan?” sambungnya.

“Beneran gak pernah. Pertama kalinya sama Kamu” Jawabku jujur. Ini merupakan jawaban jujur. “Aku mungkin banyak nonton bokep, jadi hal kayak gini familiar?” sambungku.

“Dasar mesum”

“Mesum-mesum gini suka kan Nat?” Jawabku bercanda. Nat tertawa kecil dan memeluku. “Tidur lah yuk” Ajaku.

“Oke. Don’t let go ya. Tetep begini sampe besok pagi Di..” Kata Nat sambil semakiin erat memeluku. Akupun memeluknya balik dan Kami mulai tertidur. Tidak butuh waktu lama untuk malam membuat Kami tertidur. Seks yang barusan Kami lakukan memang sangat melelahkan. Malam ini merupakan momen yang mengubah hidupku dan Nat dan juga hubungan Kami. Aku punya firasat setelah kejadian ini, hubungan pacaran Kita tidak akan sama lagi. Menuju kearah yang baik atau tidak, siapa yang tahu?

BERSAMBUNG
 
Bagus cerita nya..
Semoga bisa cepet lanjut.
 
Cerita bsru harus dikomentarin, tinggalkan jejak. Semangat suhu semoga tamat
 
Gilaaa.. Ceritanya bagus banget Suhu @Batwriter

Di tunggu kelanjutannya, terus semangat.. anda layak dpt jempol.

Setiap dpt colekan dari om @kuciah, ceritanya djamin sdh terverifikasi seru tuk di'ikutin.
 
Ada cerita baru, ijin baca dulu gan, semoga sampai tamat gan ceritanya..
 
Padahal cma baca doank..............tpi kya.y gw lelah amat yh .........tanks ......ky gw yg maen bnran ama bini
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd