Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA [Natashia Story] Us Against The World

Chapter 2 : SCHOOL DAY

Hari ini hari Sabtu dan masih pagi. Nat terlihat masih duduk di meja riasnya sedang mengenakan make-up. Sabtu biasanya adalah hari yang tepat bagi pasangan untuk berpacaran, namun tidak bagi Kami minggu ini. Kami sudah aja kegiatan masing-masing. Nat sedang bersiap sudah berjanji untuk menemani teman baiknya belanja dan Aku juga berjanji menemani adikku untuk pertemuan orang tua murid di kampusnya.

“Nat lama amat Kamu. Nanti telat lho” Kataku yang sedang duduk di kasur sambil memperhatikannya merias wajahnya. Ya, kasur yang menjadi saksi bisu atas malam kemarin. Sudah bersih sekarang karena sebelumnya sudah Kami bereskan.

“Bentar..” Jawabnya singkat yang sedang berkonsentrasi dengan make-up nya. “Mama Kamu kemana, kok gak Dia aja yang nemenin adek Kamu?” tanyanya.

“Mama lagi diluar kota Nat. Baru kemarin pergi.” Jawabku.

“Mau Aku temenin gak ke kampusnya Karen?” Tanyanya sambil pandangannya masih terarah ke kaca. Karen adalah nama adikku.

“Jangan Nat, kan Kamu udah janji sama Riana. Nanti batal lagi”. Lagian nanti kalo Kita bareng, Kita kelihatan kayak pasangan muda yang udah punya anak lho” Candaku. Nat memandangiku dari cermin agak melotot dan mendelikan matanya kepadaku.

“Kita malah kayak Kakak adik tau. Kamu kelihatan kayak anak-anak banget soalnya” Ejek Nat. Aku hanya tersenyum sedikit. “Dari sana Kamu mau kemana?” Tanyanya.

“Hmm.. Paling pulang terus main badminton.. Kenapa?”

“Oh yaudah. Aku Sama Riana juga sampe malem. Kamu jangan capek-capek ya. Jangan lupa Minggu kita ada kondangan.” Jawab Nat. Aku hanya menganggukan kepalaku. Besok Aku dan Nat diundang ke acara pernikahan Teman kuliahnya Nat. Aku sendiri tidak begitu kenal dan hanya pernah bertemu sekali. Tapi demi Nat ya Aku harus ikut.

“Udah nih. Yuk.” Kata Nat setelah selesai berdandan. Nat beranjak dari meja riasnya dan menghampiriku di ujung pintu. Nat mengenakan sebuah dress santai namun casual. Dressnya bewarna biru dengan panjang selutut kaki. Sebelum pergi, tiba-tiba Nat memeluku dari belakang.

“We still have time don’t we?” Katanya sambil tangan kirinya meraih celanaku dan meraba-raba kontolku.

“Hmm.. Nat sejam lagi Aku harus sampe kampusnya Clara” Jawabku. “A Kiss will do.” Sambungku. Nat langsung melepas rabaanya dan membalikan badanku. Tanpa berkata banyak, Aku dan nat saling mendekatkan muka dan berciuman. Kali ini tidak seperti yang pertama kali, kami langsung berpagutan. Kami saling menempelkan bibir kami dan mengulumnya. Dalam posisi sambil berdiri, Nat mencumbu bibir bawahku, Aku mencumbu bibir atas Nat. Nat yang sedang menciumku mesra, melempar tas yang berada di tangan kanannya ke lantai, dan mulai meraih kepalaku. Menahannya seolah tak ingin ciuman ini berakhir. Akupun juga demikian, Aku melingkarkan tanganku pada pinggul Nat dan menariknya dekat. “Mpph.. Cuupph.. Ssstt” Bunyi mulut Kami yang beradu satu sama lain.

“Gawat” Kata Nat sambil melepas ciumannya.

“Kenapa?” Tanyaku.

“Aku pengen.” Jawabnya singkat.

“What? Sekarang juga?”

“Boleh kan?”

“Nanti deh.. Kita telat” Jawabku. Sebenarnya Aku juga ingin.. Tapi urusan Adiku tidak boleh ditunda.

“Please?”

“Nat, Aku juga pengen. Tapi gimana Aku udah janji sama Clara. Nanti kalo Aku gak dateng dimarahin Mama sama Clara gimana?”

“Hmm.. Oke. Aku punya ide. Sekarang Kita jalan dulu aja deh” Kata Nat melepas pelukannya dan menarik tanganku keluar.

“Ide apa?” Tanyaku sambil Nat mengunci pintu apartemenny.

“Udah nurut aja, sekarang ke mobil dulu.” Jawab Nat singkat dan terburu-buru. Aku hanya menuruti Nat dan Kami berdua pergi menuju mobilku yang diparkir di basement.

Aku membuka kunci mobilku dan Nat langsung masuk di kursi penumpang. Aku menyusulnya dan langsung masuk. Aku duduk dan melihat Nat sudah duduk juga dengan seat belt terpasang.

“Jadi idenya apa?” Tanyaku.

“Jalan dulu aja” Jawab Nat.

Aku menurutinya dan langsung kutancap gas dan segera meninggalkan apartemen Nat. Rute perjalanan hari ini adalah Aku mengantar Nat ke rumah Riana dan setelah itu Aku menuju kampus adikku. Ini tak lama paling hanya memakan waktu 45 menit Karena memang jaraknya saling berdekatan. Baru saja keluar apartemen, tiba-tiba tangan Nat sudah meraih kontolku.

“Buka celana kamu Di” Katanya

“Hah. Yang bener? Nanti keliatan orang lho Nat?!” Kataku agak kaget. “Gak gamau ah” Sambungku. Melihat penolakanku Nat terlihat agak kecewa. Mungkin ini adalah idenya. Nat langsung menyingkirkan tangannya dari celanaku dan melipat tangannya. Nat terlihat kesal.

“Maaf Aku terlihat konyol.” Kata Nat singkat. Aku hanya senyum dan membelai rambut panjangnya.

“Gak papa.. Aku lagi nyetir kan. Takut gak konsen” Jawabku. Nat langsung menyandarkan badannya ke pundaku.

“Ini ide Kamu?” Tanyaku. Nat hanya menanggukan kepalanya di pundaku. “Ide Bagus” Sambungku.

“Diem Kamu” Jawabnya singkat dengan nada kesal. “Malu tau” Sambungnya. Meskipun galak, Nat terlihat lucu saat sedang malu seperti ini. Aku menjadi semakin tertarik menjahilinya. Pelan-pelan, tangan kiriku berpindah dari gear box menuju ke pahanya Nat dan pelan-pelan maemasuki selangkangan Nat.

“Mau ngapain Kamu?” Tanyanya sambil memegang tangan kiriku yang sudah hampir menyentuh vaginanya.

“Kamu rileks aja. Kan Aku udah bilang ini ide bagus.” Jawabku. Nat hanya melihatku dengan pandangan sebal. Tapi kali ini tidak ada kekecewaan di matanya. Sambil melepas genggamannya di tangan kiriku, Nat membuka kakinya mempertandakan memperbolehkan jariku untuk masuk lebih dalam ke dalam dress santainya.

“Pelan Di, Hati-hati Kamu lagi nyetir” Jawabnya.

“Tenang aja. Aman” Jawabku. Untung mobilku matic. Jadi Aku bisa fingering Nat sambil menyetir. Tentu saja aku berhati-hati. Aku melaju dengan pelan dikiri jalan sehingga Aku bisa membagi konsentrasiku ke Nat.

Jari telunjuk di tangan kiriku mulai menyusuri paha kanan Nat, sentuhanku pelan dan lembut sehingga Nat kegelian. Telihat dari reaksinya yang tiba-tiba menyentakan pahanya sedikit dan menaikan pinggulnya. Tak lama, jariku telah menyentuh sebuah kain di selangkangan Nat. Ya itu adalah celana dalamnya. Aku merasakan ada sedikit bercak basah di celana dalam Nat di bagian tengahnya. Ternyata Nat tidak bohong, ciuman tadi membuatnya horny. Akupun menyingkapkan celana dalamnya, dan meraba sebuah daging yang lembap. Aku sudah meraih vagina Nat.

“Udah basah banget nih Nat?” Godaku.

“Salah Kamu!” Jawabnya. Mukanya mulai merah, mungkin karena malu. Akupun mulai melanjutkan manuverku di selangkangannya. Walaupun agak susah, Aku mulai meraih klitorisnya dengan kedua jari kiriku. Kupilin-pilin klitorisnya dengan jari telunjuk, dan jari jempolku memasuki liang vaginanya.

“Haaah.. Diii” Desah Nat saat kumasuki vaginannya dengan jariku. Walaupun tidak terlalu dalam, Vagina Nat suda basah dan hangat. Bahkan terasa di permukaannya. Belum lama Aku memulai permainanku, Nat menarik keluar jariku dari vaginanya.

“Di Bentar, keluarin dulu.” Pinta Nat. Aku menurutinya. Seakan menyadari bahwa Aku kesulitan fingering dengan posisi seperti ini, Nat membenarkan posisi duduknya, melepas seat belt, dan lebih membuka pahanya. Nat menaikan sediikit roknya sehingga terlihat celana dalamnya yang bewarna biru muda sudah sangat basah. Kali ini paha sampai dengan selangkangan Nat terekspos. Putih dan mulus tanpa noda sedikitpun. Nat kali ini duduk agak miring menghadapku dan membuka pahanya, mengisyaratkan bahwa Aku boleh melanjutkan permainan jariku di vaginannya.

Jalanan hari ini sepi. Tidak banyak mobil yang lewat, hanya ada beberapa mobil namun tidak banyak begitu pula dengan motor. Karena jalanan sepi semua kendaraan melaju agak kencang, kecuali sebuah mobil sedan putih di kiri jalan melaju dengan sangat pelan. Ya, disanalah Aku sedang memuaskan hasrat seksual pacarku. Agak ekstrim memang, tapi hanya ini pilihan yang kupunya. Jarak dari sini ke rumah Riana sudah tidak jauh. Aku mulai melanjutkan permainanku setelah Nat sudah membenarkan posisi duduknya agar lebih mudah kueksplor.

“Nat sebentar lagi sampe rumah Riana.. Mau dilanjut entar?” Tanyaku?

“eeeh! Selesain dong Di! Kamu yang memulai” Jawabnya sambil jariku masih didalam lubang kencing Nat yang dibalut celana dalamnya tersebut.

“Susah kalo kayak gini”

“errgh.. Yaudah bentar!” Kata Nat agak kesal dan melepas lagi jariku dari vaginanya. Nat meluruskan kakinya dan langsung meraih celana dalamnya, menariknya dari pinggang sampai ke ukung kaki dan melepasnya. Ya melepas celana dalmnya didepanku. Sungguh seksi. Nat melempar celana dalam warna birunya tersebut di kursi belakang.

“Malu..” Nat menutup pahanya dan duduk hadap kedepan. Sambil melihatku dengan mukanya yang merah dan menutup muka dengan kedua tangannya.

“Well.. kenapa mesti malu? Aku kan udah pernah..”

“Iya iya! Bentar ah” Potongnya saat Aku belum menyelesaikan kalimatku. Nat menyingkap dressnya keatas, dan mulai duduk menghadapku. Dengan perlahan Ia membuka selangkangannya. Baru kali ini kulihat vagina Nat secara langsung karena sebelumnya Aku melihatnya secara gelap. Hampir saja hilang fokusku menyetir, sungguh pemandangan yang indah. Sebuah garis belahan diantara selangkangan mulus Nat. Ada bulu yang lumayan lebat namun rapi diatas belahan tersebut. Belahan vagina tersebut bewarna krem, kontras dengan kulit Nat yang putih. Terlihat sudah agak basah pantulan dari cahaya matahari yang memancar memasuki mobil.

“Nat.. Aku baru liat. Aku suka banget!” Reaksiku saat melihat Vagina Nat.

“You make me more embarrassed here..” Katanya malu. “Cepetan” Sambungnya. Akupun langsung menuruti kemauan Nat. AKu mulai kembali memainkan Vagina Nat dengan jariku. Kali ini semakin lihai karena rumah Riana tinggal beberapa meter lagi.

“Nat udah mau sampe” Kataku.

“Emmh.. Iya, bentar Aku masih.. masih pengeeen.. aaah” Jawab Nat meracau menikmati permainan jariku.

“Nat, Aku punya ide yang lebih bagus..” Kataku sambil menghentikan mobilku, dan berteduh di bawah pohon yang agak rindang. Jaraknnya sudah 1 rumah dari rumah Riana.

“Hah? Apa”

“Kamu Aku oral aja ya” Jawabku.

“Mmm.. Gimana caranya?” Tanya Nat kaget dan agak ragu. Tanpa banyak omong, Aku langsung melepas seat belt, dan segera menunduk kearah selangkangan Nat yang sudah terbuka. Kepalaku langsung kutujukan kepada vaginanya dan langsung saja kubenamkan wajahku.

“Hnhhhhh! Gila Kamu di!” Teriak Nat kaget tapi tidak ada reaksi penolakan, malahan tangannya menekan kepalaku ke vaginannya. “Ini kan di tempat umum!” sambungnya.

“Kamu gak mau?” Kataku sambil masih menjilati pinggiran vagina Nat dengan lembut.

“Bukannya gak mauu.. Tapi cepet ya, takutnya Riana keluar” Jawabnya. Tak perlu lama-lama, Aku langsung menggunakan lidahku untuk bermanuver pada vagina Nat. Wangi dan juga basah. Bulunya yang juga wangi juga mengenai hidungku. itulah gambaran vagina Nat yang sedang kunikmati siang ini di mobilku.

“Aaaaaaaaaaah.. Diiiii” Desahnya setelah kumasukan lidahku kedalam vaginanya. Sekarang Aku lebih berani karena tidak perlu kuatir akan keperawanan Nat. Lidahku kumasukan dan menjilati vagina Nat luar dalam. Tak lupa juga jari kananku memilin-milin klitorisnya Nat dan tangan kiriku menahan pinggulnya. Posisi Nat sekarang sudah tidak bersandar lagi pada kursi penumpang melainkan pada pintu mobil.

“Ngggh.. Ahhhhhhhhh..” Desah Nat keenakan saat kumulai menggunakan jariku di Klitorisnya mengalahkan suara radio yang kuputar dimobil. Nat mumlai menggeliat tak karuan yang tidak tertahan oleh tangan kiriku. Nafasnya mulai tidak teratur terdengar dari desahannya. Kurasakan basah di mulut dan jariku yang sudah tidak karuan.

“Auuuh. Diii.. Aku udah mau.. ngghhh..” Desah Nat sambil memejamkan matanya dan menggigit bibirnya. Kedua tangannya yang sedari tadi memegang kepalaku mulai menjambak rambutku pelan.

“Oooh. You’re good, so good. aaaaahhh” Katanya sambil mendesah menikmati permainan lidahku di vaginanya. Aku tetap menahan ‘eye contactku’ dengan Nat, Jadi selagi Aku menghisap vagiananya, kulihat juga ekspresi Nat yang menikmatinya. Tatapan matanya juga tertuju kepadaku. Wajah merahnya dan mulutnya yang sedikit menganga membuatku semakin nafsu menghisapnya. Sesekali Nat memandangiku sambil tersenyum, sesekali Ia mendongak ke atas sambil mendesah. Sungguh pemandangan yang indah.

Aku sudah merasakan Nat sebentar lagi akan keluar. Tangannya yang tadi dikepalaku, sudah turun ke pundakku dan menepuk-nepuknya seakan memberi isyarat bahawa Nat akan segera klimaks. Menyadari hal itu Akupun mempercepat tempo jilatanku di dalam vaginanya.

“aaa aaa.. Akuu mau keluaar.. Diii Aku mau pipiiiis.. pipiss di mulut kamuuus shhh…”

“Keluarin Nat.. jangan ditahan-tahan” Jawabku sambil meneruskan permainanku di vagina Nat.

“Haaaa!! Dii.. Aku keluaaar ngghhhh!!” Nat berteriak agak keras. Pinggulnya naik dan vaginanya juga menekan kemulutku. Seketika itu juga, kurasakan ada muncratan cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Reflek, Akupun menyedot habis cairan tersebut.

“AAAH… Anjritthhh Uuuhhhh sstt!!” Desah Nat saat kusedot vaginanya saat orgasme. Pinggulnya merejang tidak karuan sehingga harus kutahan dengan kedua tanganku. Rasa yang kurasakan di mulutku sama seperti kemarin malam hanya kali ini sedikit lebih banyak. Setelah kurasa habis, Akupun melepaskan cengkraman mulutku dari vaginannya dan Nat terduduk lemas. Aku segera mengambil tissue untuk membersihkan carian cinta yang mengenai pipi dan hidungku.

“Hah.. Hah.. You’re so good..” Kata Nat lemas sambil terengah-engah. Mukannya tertutup sebagian oleh rambutnya. Nat agak berkeringat. Tangan kirinya memegang bantalan kursi dikepalanya dan tangan kanannya menggandeng tanganku.

“You’re taste good too..” Kataku bermaksud menggodanya dan menyningkap rambut yang menutupi mukanya.

“Stop it…” Kata Nat sambil membenarkan posisi duduknya dan merapikan bajunya. “Tapi beneran, Kamu enak banget..” Katanya sambil menatapku dan tersenyum.

“Iya dong.. Yauda yuk beres-beres. Kita daritadi di sini, takutnnya Riana keluar..” Jawabku. Eh benaran saja. Tak lama Aku berkata demikian, Pintu gerbang rumah Riana terbuka dan Riana kelaur dari rumhanya menuju mobilku.

“Eh itu kan…”

“Astaga, Di cepetan beres-beres!” Nat panic karena Nat sendiri masih setengah telanjang dan belum membersihkan kemaluannya yang basah. Jarak Riana hanya beberapa langkah saja. Tak lama, Nat menurunkan baju terusannya dan mengambil tissue untuk mengelap area yang basah. Riana yang semakin mendekat terlihat tersenyum dan mengetuk pintu jendela mobilku. Akupun membukanya.

“Hai Di.. Tumben lo yang anterin” Sapa Riana kepadaku.

“Iya nih sekalian soalnya mau ke kampus adek Gua..” Jawabku. Nat terlihat sudah tidak lagi berbenah. Bahkan sudah rapi.

“Yuk Nat, udah telat Kita takut macet jalanan..” Kata Riana tanpa menghiraukanku.

“Eh Iya sebentar.. ” Jawab Nat kepada Riana sambil Nat membuka pintu dan hendak turun. “Di, makasih Aku pergi dulu ya” Katanya sambil mengelus pipiku. Aku hanya mengangguk dan Nat segera turun.

“Udah gitu aja?” Goda Riana kepada Kami berdua. Nat hanya tersenyum sambil berjalan masuk ke rumah Riana. Nat menoleh kebelakang kearahku, melambaikan tangan dan tersenyum. Nat terliihat puas, meninggalkanku dengan kontolku yang sudah naik ini. Ah Sial, nanggung banget.. Pikirku. Tanpa lama-lama dan dengan keadaan horny, Akupun segera memacu mobilku menuju kampus adikku.

.

.

.



Aku berjalan-jalan di lorong kampus sendirian. Aku tidak tersesat dan kebingungan, bahkan merasa familiar karena ini adalah kampusku semasa kuliah dulu. Suasana kampus sangat ramai dipenuhi para mahasiswa dan orangtua mahasiswa. Aku meraih HPku, terlihat ada pesan masuk dari adikku.

“Ko, Ruang Audit. Kursi Koko nomor 13A..” Isi pesan tersebut.

“OK. Udah sampe, menuju kesana” Balasku.

Aku kesini dalam rangka pemberian penghargaan kepada mahasiswa berprestasi. Clara menerima penghargaan tersebut, tapi Aku tidak tahu urutan keberapa. Akupun segera menuju ruangan yang dimaksud dan segera duduk. Ruangan sangat ramai dan acara sudah dimulai sebagian. Terlihat di panggung, Clara yang sedang duduk manis. Ia melambaikan tangannya kepadaku. Aku membalas lambaiannya dan menyuruhnya untuk tenang.

Clara adalah adik perempuanku, dia berbeda 4 tahun lebih muda denganku. Teman-temanku mengatakan Clara termasuk cewek cantik dikampusnya selain terkenal pintar dan berprestasi. Banyak teman-temanku yang ingin kecan dengan Clara, tapi semuanya ditolak. Aku sendiri melihat Clara sebagai wanita yang cantik dan dewasa hanya sebatas saudara kandung. Badannya yang terbilang kecil dan proporsional dengan rambut pendek hitamnya. Wajahnya imut dan kulitnya putih mulus. Wajarlah orang-orang memperubtkannya. Namun sampai sekarang Clara belum pernah pacaran. Hubungan Kami layaknya kakak dan adik, dan Kami sangat dekat. Hampir setiap hari waktu Kami habiskan bersama apabila sedang menganggur. Sejak berpacaran dengan Nat dan bekerja, jarang ada waktu antara Aku dan Clara. Jadi kurasa ini waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu bersamanya.

Acara sudah selesai. Aku berjalan berdua bersama Clara menuju mobil. Kami berdua terlihat sedang ngobrol asyik dan bercanda satu sama lain.

“Ko, Clara juara 1 nih!” Katanya bangga kepadaku.

“Very nice! Aku bangga banget waktu Kamu berdiri di depan podium terus pidato gitu..”

“Keren banget kan Ko?!”

“Banget. Nih Aku rekamin buat kasih tunjuk ke Mama..” Jawabku. Clara semakin mendekatkan badannya kepadaku.

“Ko, hadiah dong.. Kan juara nih” Kata Clara manja kepadaku.

“Oke, Aku traktir makan sepuasnya deh! Gimana?”

“Ahh.. Cuma traktir nih?” Jawabnya kecewa.

“Habis maunya apa? Haidah?” Tanyaku. Clara diam sebentar seolah berfikir haidah apa yang Ia minta.

“Traktir bolelah..” Jawabnya yang akhirnya memutuskan untuk ditraktir. “Sekarang yuk!”

“Boleh, Yuk” Jawabku. Ya toh Aku menganggur dan Nat sedang bersama Riana, kupikir bolelah sekali-kali Aku meluangkan waktu bersama dengan Clara karena sudah lama juga Kita tidak makan bareng. Kami menuju mobil dan segera pergi ke tempat makan yang dimaksud.

Di mobil, Kami mengobrol panjang lebar mengenai apa yang sudah Kami lewatkan. Biasanya di rumah, Kami hanya bertemu dan menyapa. Tidak mengobrol karena Aku pergi pagi pulang malam dan Clara tidak sempat mengobrol denganku.

“Barusan habis bareng Ci Nat ya Ko?” Tanyanya di sela perbincangan Kami.

“Iya.. Kok tau?” Tanyaku.

“Mobil Koko wangi Ci Nat.. Jelas banget” Jawabnya sambil mengendus-endus. Oh jelas saja karena Aku dan Nat habis bermesraan di mobil ini dan tak lama Nat klimaks di tempat Clara duduk. Akupun masih mencium wangi Nat.

“Iya.. Kayaknya Nat pake parfumnya kebanyakan kali ya Clar?” Jawabku bohong. Tak mungkin kan Aku berkata ke Clara ‘Iya, barusan Nat ngecrit di tempat Kamu duduk Clar’.

“Oooh gitu.. Ci Nat mana? Ikut makan gak?” Tanyanya.

“Nggak, Nat lagi sama temennya. Nanti malem kalo jadi Nat mau kerumah.” Jawabku. Nat memang berkata akan ke rumahku untuk mempersiapkan besok kondangan. Mungkin menginap juga.

“Waah.. Udah lama gak ketemu Ci Nat. Kangen juga” Jawabnnya. Clara sangat dekat dengan Nat dari awal pacaran hingga sekarang. Nat juga menyukai Clara dianggap bagai adik sendiri. Terkadang mereka sering pergi berdua belanja, bahkan menghabiskan waktu nonton tv di rumahku. Nat juga kalau menginap tidur bersama Clara.

“Kamu telfon dih si Nat, tanyain mau dating jem berapa” Perintahku kepada Clara.

“Yee.. telfon aja sendiri” Jawabnya menolak. Aku segera mengamil HP ku di kantong celana. Karena sedang lampu merah, Aku mengecek HP ku. Ada miscall dari Nat sebanyak 5 kali. Juga banyak pesan masuk. Penasaran kubuka pesan tersebut.

“CD AKU KETINGGALAN DI MOBIL KAMU” Isi pesan tersebut dengan semua huruf capital. Membaca pesan tersebut, Aku langsung pucat. Sambil kuingat-ingat lagi dimana letak CD Nat. Bisa gawat kalau Clara sampai menemukannya. Aku sibuk membalas chat Nat dan menelponnya kembali sambil mencari-cari dimana CD Nat.

“Ko.. Ini apa?” Tiba-tiba Clara bertanya kepadaku. Di tangannya terdapat sehelai celana dalam yang dari tadi kucari-cari. Celana dalam Nat sudah ditemukan oleh Clara. Sial Aku terlambat. Kulihat wajah Clara. Mukanya bingung dan mengerutkan dahinya.

“ehmm.. Clar.. Ituu” Bingung apa yang harus kukatakan Aku tidak bisa berkata apa-apa.

“Ini punya Ci Nat ya…” Tanyanya dengan nada yang aneh. Ia menyimak Celana Dalam tersebut. Matanya melotot saat melihat ada bercak bekas cairan di CD tersebut. “Astaga Koooo!!” Katanya sambil berteriak.

“Koko apain Ci Nat??” Tannya Nat sambil berteriak. Sedangkan disini Aku hanya bisa diam dengan muka bingung.

“Clar.. Clar.. Nanti Kita omongin di restoran ya..” Jawabku menenangkan Clara.

“Gak mau! Aku mau pulang aja!”

“Eeeh tapi ini kan udah deket..”

“Pokoknya pulang! Aku gamau Makan!” Jawab Clara ketus. Aku bingung kenapa Clara bisa sampai semarah ini. Tanpa menjawab lebih, Aku segera memacu mobilku kembali pulang ke rumah. HPku berdering ada telepon masuk dari Nat. Aku belum berani mengangkatnya karena sedang dalam situasi seperti ini.
 
Selamat Pagi Selamat Berhari Minggu dan Tetap Semangat.:semangat:
 
Gilak gilak gilakk
Keren memang..
Luar biasahhhhh
.
Opening yang luar biasa

_
Mari ditunggu part selanjutnya
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ayo, di update suhu...
penasaran ama si clara.
 
Wah ada cerita baru :mantap: ane nyimak dulu om :baca:
 
Bimabet
Chapter 2 : SCHOOL DAY

Hari ini hari Sabtu dan masih pagi. Nat terlihat masih duduk di meja riasnya sedang mengenakan make-up. Sabtu biasanya adalah hari yang tepat bagi pasangan untuk berpacaran, namun tidak bagi Kami minggu ini. Kami sudah aja kegiatan masing-masing. Nat sedang bersiap sudah berjanji untuk menemani teman baiknya belanja dan Aku juga berjanji menemani adikku untuk pertemuan orang tua murid di kampusnya.

“Nat lama amat Kamu. Nanti telat lho” Kataku yang sedang duduk di kasur sambil memperhatikannya merias wajahnya. Ya, kasur yang menjadi saksi bisu atas malam kemarin. Sudah bersih sekarang karena sebelumnya sudah Kami bereskan.

“Bentar..” Jawabnya singkat yang sedang berkonsentrasi dengan make-up nya. “Mama Kamu kemana, kok gak Dia aja yang nemenin adek Kamu?” tanyanya.

“Mama lagi diluar kota Nat. Baru kemarin pergi.” Jawabku.

“Mau Aku temenin gak ke kampusnya Karen?” Tanyanya sambil pandangannya masih terarah ke kaca. Karen adalah nama adikku.

“Jangan Nat, kan Kamu udah janji sama Riana. Nanti batal lagi”. Lagian nanti kalo Kita bareng, Kita kelihatan kayak pasangan muda yang udah punya anak lho” Candaku. Nat memandangiku dari cermin agak melotot dan mendelikan matanya kepadaku.

“Kita malah kayak Kakak adik tau. Kamu kelihatan kayak anak-anak banget soalnya” Ejek Nat. Aku hanya tersenyum sedikit. “Dari sana Kamu mau kemana?” Tanyanya.

“Hmm.. Paling pulang terus main badminton.. Kenapa?”

“Oh yaudah. Aku Sama Riana juga sampe malem. Kamu jangan capek-capek ya. Jangan lupa Minggu kita ada kondangan.” Jawab Nat. Aku hanya menganggukan kepalaku. Besok Aku dan Nat diundang ke acara pernikahan Teman kuliahnya Nat. Aku sendiri tidak begitu kenal dan hanya pernah bertemu sekali. Tapi demi Nat ya Aku harus ikut.

“Udah nih. Yuk.” Kata Nat setelah selesai berdandan. Nat beranjak dari meja riasnya dan menghampiriku di ujung pintu. Nat mengenakan sebuah dress santai namun casual. Dressnya bewarna biru dengan panjang selutut kaki. Sebelum pergi, tiba-tiba Nat memeluku dari belakang.

“We still have time don’t we?” Katanya sambil tangan kirinya meraih celanaku dan meraba-raba kontolku.

“Hmm.. Nat sejam lagi Aku harus sampe kampusnya Clara” Jawabku. “A Kiss will do.” Sambungku. Nat langsung melepas rabaanya dan membalikan badanku. Tanpa berkata banyak, Aku dan nat saling mendekatkan muka dan berciuman. Kali ini tidak seperti yang pertama kali, kami langsung berpagutan. Kami saling menempelkan bibir kami dan mengulumnya. Dalam posisi sambil berdiri, Nat mencumbu bibir bawahku, Aku mencumbu bibir atas Nat. Nat yang sedang menciumku mesra, melempar tas yang berada di tangan kanannya ke lantai, dan mulai meraih kepalaku. Menahannya seolah tak ingin ciuman ini berakhir. Akupun juga demikian, Aku melingkarkan tanganku pada pinggul Nat dan menariknya dekat. “Mpph.. Cuupph.. Ssstt” Bunyi mulut Kami yang beradu satu sama lain.

“Gawat” Kata Nat sambil melepas ciumannya.

“Kenapa?” Tanyaku.

“Aku pengen.” Jawabnya singkat.

“What? Sekarang juga?”

“Boleh kan?”

“Nanti deh.. Kita telat” Jawabku. Sebenarnya Aku juga ingin.. Tapi urusan Adiku tidak boleh ditunda.

“Please?”

“Nat, Aku juga pengen. Tapi gimana Aku udah janji sama Clara. Nanti kalo Aku gak dateng dimarahin Mama sama Clara gimana?”

“Hmm.. Oke. Aku punya ide. Sekarang Kita jalan dulu aja deh” Kata Nat melepas pelukannya dan menarik tanganku keluar.

“Ide apa?” Tanyaku sambil Nat mengunci pintu apartemenny.

“Udah nurut aja, sekarang ke mobil dulu.” Jawab Nat singkat dan terburu-buru. Aku hanya menuruti Nat dan Kami berdua pergi menuju mobilku yang diparkir di basement.

Aku membuka kunci mobilku dan Nat langsung masuk di kursi penumpang. Aku menyusulnya dan langsung masuk. Aku duduk dan melihat Nat sudah duduk juga dengan seat belt terpasang.

“Jadi idenya apa?” Tanyaku.

“Jalan dulu aja” Jawab Nat.

Aku menurutinya dan langsung kutancap gas dan segera meninggalkan apartemen Nat. Rute perjalanan hari ini adalah Aku mengantar Nat ke rumah Riana dan setelah itu Aku menuju kampus adikku. Ini tak lama paling hanya memakan waktu 45 menit Karena memang jaraknya saling berdekatan. Baru saja keluar apartemen, tiba-tiba tangan Nat sudah meraih kontolku.

“Buka celana kamu Di” Katanya

“Hah. Yang bener? Nanti keliatan orang lho Nat?!” Kataku agak kaget. “Gak gamau ah” Sambungku. Melihat penolakanku Nat terlihat agak kecewa. Mungkin ini adalah idenya. Nat langsung menyingkirkan tangannya dari celanaku dan melipat tangannya. Nat terlihat kesal.

“Maaf Aku terlihat konyol.” Kata Nat singkat. Aku hanya senyum dan membelai rambut panjangnya.

“Gak papa.. Aku lagi nyetir kan. Takut gak konsen” Jawabku. Nat langsung menyandarkan badannya ke pundaku.

“Ini ide Kamu?” Tanyaku. Nat hanya menanggukan kepalanya di pundaku. “Ide Bagus” Sambungku.

“Diem Kamu” Jawabnya singkat dengan nada kesal. “Malu tau” Sambungnya. Meskipun galak, Nat terlihat lucu saat sedang malu seperti ini. Aku menjadi semakin tertarik menjahilinya. Pelan-pelan, tangan kiriku berpindah dari gear box menuju ke pahanya Nat dan pelan-pelan maemasuki selangkangan Nat.

“Mau ngapain Kamu?” Tanyanya sambil memegang tangan kiriku yang sudah hampir menyentuh vaginanya.

“Kamu rileks aja. Kan Aku udah bilang ini ide bagus.” Jawabku. Nat hanya melihatku dengan pandangan sebal. Tapi kali ini tidak ada kekecewaan di matanya. Sambil melepas genggamannya di tangan kiriku, Nat membuka kakinya mempertandakan memperbolehkan jariku untuk masuk lebih dalam ke dalam dress santainya.

“Pelan Di, Hati-hati Kamu lagi nyetir” Jawabnya.

“Tenang aja. Aman” Jawabku. Untung mobilku matic. Jadi Aku bisa fingering Nat sambil menyetir. Tentu saja aku berhati-hati. Aku melaju dengan pelan dikiri jalan sehingga Aku bisa membagi konsentrasiku ke Nat.

Jari telunjuk di tangan kiriku mulai menyusuri paha kanan Nat, sentuhanku pelan dan lembut sehingga Nat kegelian. Telihat dari reaksinya yang tiba-tiba menyentakan pahanya sedikit dan menaikan pinggulnya. Tak lama, jariku telah menyentuh sebuah kain di selangkangan Nat. Ya itu adalah celana dalamnya. Aku merasakan ada sedikit bercak basah di celana dalam Nat di bagian tengahnya. Ternyata Nat tidak bohong, ciuman tadi membuatnya horny. Akupun menyingkapkan celana dalamnya, dan meraba sebuah daging yang lembap. Aku sudah meraih vagina Nat.

“Udah basah banget nih Nat?” Godaku.

“Salah Kamu!” Jawabnya. Mukanya mulai merah, mungkin karena malu. Akupun mulai melanjutkan manuverku di selangkangannya. Walaupun agak susah, Aku mulai meraih klitorisnya dengan kedua jari kiriku. Kupilin-pilin klitorisnya dengan jari telunjuk, dan jari jempolku memasuki liang vaginanya.

“Haaah.. Diii” Desah Nat saat kumasuki vaginannya dengan jariku. Walaupun tidak terlalu dalam, Vagina Nat suda basah dan hangat. Bahkan terasa di permukaannya. Belum lama Aku memulai permainanku, Nat menarik keluar jariku dari vaginanya.

“Di Bentar, keluarin dulu.” Pinta Nat. Aku menurutinya. Seakan menyadari bahwa Aku kesulitan fingering dengan posisi seperti ini, Nat membenarkan posisi duduknya, melepas seat belt, dan lebih membuka pahanya. Nat menaikan sediikit roknya sehingga terlihat celana dalamnya yang bewarna biru muda sudah sangat basah. Kali ini paha sampai dengan selangkangan Nat terekspos. Putih dan mulus tanpa noda sedikitpun. Nat kali ini duduk agak miring menghadapku dan membuka pahanya, mengisyaratkan bahwa Aku boleh melanjutkan permainan jariku di vaginannya.

Jalanan hari ini sepi. Tidak banyak mobil yang lewat, hanya ada beberapa mobil namun tidak banyak begitu pula dengan motor. Karena jalanan sepi semua kendaraan melaju agak kencang, kecuali sebuah mobil sedan putih di kiri jalan melaju dengan sangat pelan. Ya, disanalah Aku sedang memuaskan hasrat seksual pacarku. Agak ekstrim memang, tapi hanya ini pilihan yang kupunya. Jarak dari sini ke rumah Riana sudah tidak jauh. Aku mulai melanjutkan permainanku setelah Nat sudah membenarkan posisi duduknya agar lebih mudah kueksplor.

“Nat sebentar lagi sampe rumah Riana.. Mau dilanjut entar?” Tanyaku?

“eeeh! Selesain dong Di! Kamu yang memulai” Jawabnya sambil jariku masih didalam lubang kencing Nat yang dibalut celana dalamnya tersebut.

“Susah kalo kayak gini”

“errgh.. Yaudah bentar!” Kata Nat agak kesal dan melepas lagi jariku dari vaginanya. Nat meluruskan kakinya dan langsung meraih celana dalamnya, menariknya dari pinggang sampai ke ukung kaki dan melepasnya. Ya melepas celana dalmnya didepanku. Sungguh seksi. Nat melempar celana dalam warna birunya tersebut di kursi belakang.

“Malu..” Nat menutup pahanya dan duduk hadap kedepan. Sambil melihatku dengan mukanya yang merah dan menutup muka dengan kedua tangannya.

“Well.. kenapa mesti malu? Aku kan udah pernah..”

“Iya iya! Bentar ah” Potongnya saat Aku belum menyelesaikan kalimatku. Nat menyingkap dressnya keatas, dan mulai duduk menghadapku. Dengan perlahan Ia membuka selangkangannya. Baru kali ini kulihat vagina Nat secara langsung karena sebelumnya Aku melihatnya secara gelap. Hampir saja hilang fokusku menyetir, sungguh pemandangan yang indah. Sebuah garis belahan diantara selangkangan mulus Nat. Ada bulu yang lumayan lebat namun rapi diatas belahan tersebut. Belahan vagina tersebut bewarna krem, kontras dengan kulit Nat yang putih. Terlihat sudah agak basah pantulan dari cahaya matahari yang memancar memasuki mobil.

“Nat.. Aku baru liat. Aku suka banget!” Reaksiku saat melihat Vagina Nat.

“You make me more embarrassed here..” Katanya malu. “Cepetan” Sambungnya. Akupun langsung menuruti kemauan Nat. AKu mulai kembali memainkan Vagina Nat dengan jariku. Kali ini semakin lihai karena rumah Riana tinggal beberapa meter lagi.

“Nat udah mau sampe” Kataku.

“Emmh.. Iya, bentar Aku masih.. masih pengeeen.. aaah” Jawab Nat meracau menikmati permainan jariku.

“Nat, Aku punya ide yang lebih bagus..” Kataku sambil menghentikan mobilku, dan berteduh di bawah pohon yang agak rindang. Jaraknnya sudah 1 rumah dari rumah Riana.

“Hah? Apa”

“Kamu Aku oral aja ya” Jawabku.

“Mmm.. Gimana caranya?” Tanya Nat kaget dan agak ragu. Tanpa banyak omong, Aku langsung melepas seat belt, dan segera menunduk kearah selangkangan Nat yang sudah terbuka. Kepalaku langsung kutujukan kepada vaginanya dan langsung saja kubenamkan wajahku.

“Hnhhhhh! Gila Kamu di!” Teriak Nat kaget tapi tidak ada reaksi penolakan, malahan tangannya menekan kepalaku ke vaginannya. “Ini kan di tempat umum!” sambungnya.

“Kamu gak mau?” Kataku sambil masih menjilati pinggiran vagina Nat dengan lembut.

“Bukannya gak mauu.. Tapi cepet ya, takutnya Riana keluar” Jawabnya. Tak perlu lama-lama, Aku langsung menggunakan lidahku untuk bermanuver pada vagina Nat. Wangi dan juga basah. Bulunya yang juga wangi juga mengenai hidungku. itulah gambaran vagina Nat yang sedang kunikmati siang ini di mobilku.

“Aaaaaaaaaaah.. Diiiii” Desahnya setelah kumasukan lidahku kedalam vaginanya. Sekarang Aku lebih berani karena tidak perlu kuatir akan keperawanan Nat. Lidahku kumasukan dan menjilati vagina Nat luar dalam. Tak lupa juga jari kananku memilin-milin klitorisnya Nat dan tangan kiriku menahan pinggulnya. Posisi Nat sekarang sudah tidak bersandar lagi pada kursi penumpang melainkan pada pintu mobil.

“Ngggh.. Ahhhhhhhhh..” Desah Nat keenakan saat kumulai menggunakan jariku di Klitorisnya mengalahkan suara radio yang kuputar dimobil. Nat mumlai menggeliat tak karuan yang tidak tertahan oleh tangan kiriku. Nafasnya mulai tidak teratur terdengar dari desahannya. Kurasakan basah di mulut dan jariku yang sudah tidak karuan.

“Auuuh. Diii.. Aku udah mau.. ngghhh..” Desah Nat sambil memejamkan matanya dan menggigit bibirnya. Kedua tangannya yang sedari tadi memegang kepalaku mulai menjambak rambutku pelan.

“Oooh. You’re good, so good. aaaaahhh” Katanya sambil mendesah menikmati permainan lidahku di vaginanya. Aku tetap menahan ‘eye contactku’ dengan Nat, Jadi selagi Aku menghisap vagiananya, kulihat juga ekspresi Nat yang menikmatinya. Tatapan matanya juga tertuju kepadaku. Wajah merahnya dan mulutnya yang sedikit menganga membuatku semakin nafsu menghisapnya. Sesekali Nat memandangiku sambil tersenyum, sesekali Ia mendongak ke atas sambil mendesah. Sungguh pemandangan yang indah.

Aku sudah merasakan Nat sebentar lagi akan keluar. Tangannya yang tadi dikepalaku, sudah turun ke pundakku dan menepuk-nepuknya seakan memberi isyarat bahawa Nat akan segera klimaks. Menyadari hal itu Akupun mempercepat tempo jilatanku di dalam vaginanya.

“aaa aaa.. Akuu mau keluaar.. Diii Aku mau pipiiiis.. pipiss di mulut kamuuus shhh…”

“Keluarin Nat.. jangan ditahan-tahan” Jawabku sambil meneruskan permainanku di vagina Nat.

“Haaaa!! Dii.. Aku keluaaar ngghhhh!!” Nat berteriak agak keras. Pinggulnya naik dan vaginanya juga menekan kemulutku. Seketika itu juga, kurasakan ada muncratan cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Reflek, Akupun menyedot habis cairan tersebut.

“AAAH… Anjritthhh Uuuhhhh sstt!!” Desah Nat saat kusedot vaginanya saat orgasme. Pinggulnya merejang tidak karuan sehingga harus kutahan dengan kedua tanganku. Rasa yang kurasakan di mulutku sama seperti kemarin malam hanya kali ini sedikit lebih banyak. Setelah kurasa habis, Akupun melepaskan cengkraman mulutku dari vaginannya dan Nat terduduk lemas. Aku segera mengambil tissue untuk membersihkan carian cinta yang mengenai pipi dan hidungku.

“Hah.. Hah.. You’re so good..” Kata Nat lemas sambil terengah-engah. Mukannya tertutup sebagian oleh rambutnya. Nat agak berkeringat. Tangan kirinya memegang bantalan kursi dikepalanya dan tangan kanannya menggandeng tanganku.

“You’re taste good too..” Kataku bermaksud menggodanya dan menyningkap rambut yang menutupi mukanya.

“Stop it…” Kata Nat sambil membenarkan posisi duduknya dan merapikan bajunya. “Tapi beneran, Kamu enak banget..” Katanya sambil menatapku dan tersenyum.

“Iya dong.. Yauda yuk beres-beres. Kita daritadi di sini, takutnnya Riana keluar..” Jawabku. Eh benaran saja. Tak lama Aku berkata demikian, Pintu gerbang rumah Riana terbuka dan Riana kelaur dari rumhanya menuju mobilku.

“Eh itu kan…”

“Astaga, Di cepetan beres-beres!” Nat panic karena Nat sendiri masih setengah telanjang dan belum membersihkan kemaluannya yang basah. Jarak Riana hanya beberapa langkah saja. Tak lama, Nat menurunkan baju terusannya dan mengambil tissue untuk mengelap area yang basah. Riana yang semakin mendekat terlihat tersenyum dan mengetuk pintu jendela mobilku. Akupun membukanya.

“Hai Di.. Tumben lo yang anterin” Sapa Riana kepadaku.

“Iya nih sekalian soalnya mau ke kampus adek Gua..” Jawabku. Nat terlihat sudah tidak lagi berbenah. Bahkan sudah rapi.

“Yuk Nat, udah telat Kita takut macet jalanan..” Kata Riana tanpa menghiraukanku.

“Eh Iya sebentar.. ” Jawab Nat kepada Riana sambil Nat membuka pintu dan hendak turun. “Di, makasih Aku pergi dulu ya” Katanya sambil mengelus pipiku. Aku hanya mengangguk dan Nat segera turun.

“Udah gitu aja?” Goda Riana kepada Kami berdua. Nat hanya tersenyum sambil berjalan masuk ke rumah Riana. Nat menoleh kebelakang kearahku, melambaikan tangan dan tersenyum. Nat terliihat puas, meninggalkanku dengan kontolku yang sudah naik ini. Ah Sial, nanggung banget.. Pikirku. Tanpa lama-lama dan dengan keadaan horny, Akupun segera memacu mobilku menuju kampus adikku.

.

.

.



Aku berjalan-jalan di lorong kampus sendirian. Aku tidak tersesat dan kebingungan, bahkan merasa familiar karena ini adalah kampusku semasa kuliah dulu. Suasana kampus sangat ramai dipenuhi para mahasiswa dan orangtua mahasiswa. Aku meraih HPku, terlihat ada pesan masuk dari adikku.

“Ko, Ruang Audit. Kursi Koko nomor 13A..” Isi pesan tersebut.

“OK. Udah sampe, menuju kesana” Balasku.

Aku kesini dalam rangka pemberian penghargaan kepada mahasiswa berprestasi. Clara menerima penghargaan tersebut, tapi Aku tidak tahu urutan keberapa. Akupun segera menuju ruangan yang dimaksud dan segera duduk. Ruangan sangat ramai dan acara sudah dimulai sebagian. Terlihat di panggung, Clara yang sedang duduk manis. Ia melambaikan tangannya kepadaku. Aku membalas lambaiannya dan menyuruhnya untuk tenang.

Clara adalah adik perempuanku, dia berbeda 4 tahun lebih muda denganku. Teman-temanku mengatakan Clara termasuk cewek cantik dikampusnya selain terkenal pintar dan berprestasi. Banyak teman-temanku yang ingin kecan dengan Clara, tapi semuanya ditolak. Aku sendiri melihat Clara sebagai wanita yang cantik dan dewasa hanya sebatas saudara kandung. Badannya yang terbilang kecil dan proporsional dengan rambut pendek hitamnya. Wajahnya imut dan kulitnya putih mulus. Wajarlah orang-orang memperubtkannya. Namun sampai sekarang Clara belum pernah pacaran. Hubungan Kami layaknya kakak dan adik, dan Kami sangat dekat. Hampir setiap hari waktu Kami habiskan bersama apabila sedang menganggur. Sejak berpacaran dengan Nat dan bekerja, jarang ada waktu antara Aku dan Clara. Jadi kurasa ini waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu bersamanya.

Acara sudah selesai. Aku berjalan berdua bersama Clara menuju mobil. Kami berdua terlihat sedang ngobrol asyik dan bercanda satu sama lain.

“Ko, Clara juara 1 nih!” Katanya bangga kepadaku.

“Very nice! Aku bangga banget waktu Kamu berdiri di depan podium terus pidato gitu..”

“Keren banget kan Ko?!”

“Banget. Nih Aku rekamin buat kasih tunjuk ke Mama..” Jawabku. Clara semakin mendekatkan badannya kepadaku.

“Ko, hadiah dong.. Kan juara nih” Kata Clara manja kepadaku.

“Oke, Aku traktir makan sepuasnya deh! Gimana?”

“Ahh.. Cuma traktir nih?” Jawabnya kecewa.

“Habis maunya apa? Haidah?” Tanyaku. Clara diam sebentar seolah berfikir haidah apa yang Ia minta.

“Traktir bolelah..” Jawabnya yang akhirnya memutuskan untuk ditraktir. “Sekarang yuk!”

“Boleh, Yuk” Jawabku. Ya toh Aku menganggur dan Nat sedang bersama Riana, kupikir bolelah sekali-kali Aku meluangkan waktu bersama dengan Clara karena sudah lama juga Kita tidak makan bareng. Kami menuju mobil dan segera pergi ke tempat makan yang dimaksud.

Di mobil, Kami mengobrol panjang lebar mengenai apa yang sudah Kami lewatkan. Biasanya di rumah, Kami hanya bertemu dan menyapa. Tidak mengobrol karena Aku pergi pagi pulang malam dan Clara tidak sempat mengobrol denganku.

“Barusan habis bareng Ci Nat ya Ko?” Tanyanya di sela perbincangan Kami.

“Iya.. Kok tau?” Tanyaku.

“Mobil Koko wangi Ci Nat.. Jelas banget” Jawabnya sambil mengendus-endus. Oh jelas saja karena Aku dan Nat habis bermesraan di mobil ini dan tak lama Nat klimaks di tempat Clara duduk. Akupun masih mencium wangi Nat.

“Iya.. Kayaknya Nat pake parfumnya kebanyakan kali ya Clar?” Jawabku bohong. Tak mungkin kan Aku berkata ke Clara ‘Iya, barusan Nat ngecrit di tempat Kamu duduk Clar’.

“Oooh gitu.. Ci Nat mana? Ikut makan gak?” Tanyanya.

“Nggak, Nat lagi sama temennya. Nanti malem kalo jadi Nat mau kerumah.” Jawabku. Nat memang berkata akan ke rumahku untuk mempersiapkan besok kondangan. Mungkin menginap juga.

“Waah.. Udah lama gak ketemu Ci Nat. Kangen juga” Jawabnnya. Clara sangat dekat dengan Nat dari awal pacaran hingga sekarang. Nat juga menyukai Clara dianggap bagai adik sendiri. Terkadang mereka sering pergi berdua belanja, bahkan menghabiskan waktu nonton tv di rumahku. Nat juga kalau menginap tidur bersama Clara.

“Kamu telfon dih si Nat, tanyain mau dating jem berapa” Perintahku kepada Clara.

“Yee.. telfon aja sendiri” Jawabnya menolak. Aku segera mengamil HP ku di kantong celana. Karena sedang lampu merah, Aku mengecek HP ku. Ada miscall dari Nat sebanyak 5 kali. Juga banyak pesan masuk. Penasaran kubuka pesan tersebut.

“CD AKU KETINGGALAN DI MOBIL KAMU” Isi pesan tersebut dengan semua huruf capital. Membaca pesan tersebut, Aku langsung pucat. Sambil kuingat-ingat lagi dimana letak CD Nat. Bisa gawat kalau Clara sampai menemukannya. Aku sibuk membalas chat Nat dan menelponnya kembali sambil mencari-cari dimana CD Nat.

“Ko.. Ini apa?” Tiba-tiba Clara bertanya kepadaku. Di tangannya terdapat sehelai celana dalam yang dari tadi kucari-cari. Celana dalam Nat sudah ditemukan oleh Clara. Sial Aku terlambat. Kulihat wajah Clara. Mukanya bingung dan mengerutkan dahinya.

“ehmm.. Clar.. Ituu” Bingung apa yang harus kukatakan Aku tidak bisa berkata apa-apa.

“Ini punya Ci Nat ya…” Tanyanya dengan nada yang aneh. Ia menyimak Celana Dalam tersebut. Matanya melotot saat melihat ada bercak bekas cairan di CD tersebut. “Astaga Koooo!!” Katanya sambil berteriak.

“Koko apain Ci Nat??” Tannya Nat sambil berteriak. Sedangkan disini Aku hanya bisa diam dengan muka bingung.

“Clar.. Clar.. Nanti Kita omongin di restoran ya..” Jawabku menenangkan Clara.

“Gak mau! Aku mau pulang aja!”

“Eeeh tapi ini kan udah deket..”

“Pokoknya pulang! Aku gamau Makan!” Jawab Clara ketus. Aku bingung kenapa Clara bisa sampai semarah ini. Tanpa menjawab lebih, Aku segera memacu mobilku kembali pulang ke rumah. HPku berdering ada telepon masuk dari Nat. Aku belum berani mengangkatnya karena sedang dalam situasi seperti ini.
lanjutkan boss
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd