Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Night is Still Night (Raped and Gore)

aventador

Kakak Semprot
Daftar
9 Jun 2012
Post
163
Like diterima
67
Lokasi
garage
Bimabet
Cerita ini mengandung unsur gore dan pemerkosaan!

Setengah melingkar. Bulan tampak muram di langit yang sepi, tanpa bintang, tanpa cahaya. Nampak tergantung di antara dua ranting nan meruncing di ujung dahan, sementara malam kian merajuk untuk larut. Jam di pojok ruang sudah berdentang dua belas kali, namun Bara masih sulit untuk memejamkan kedua mata. Ia gelisah, bisikan-bisikan dalam telinganya kian membuatnya kian tak tenang.

"Ayoo! Lakukan saja.."

"Jangan Bara, itu dosa! DOSA!"

"Ah persetan dengan dosa, kamu pernah melihat seperti apa itu dosa? Apa warnanya dan bagaimana bentuknya?"

"Ya lakuin aja, biar tenang pikiranmu."

"Cuma megang-megang doang. Kapan lagi..."

"Jangan Bara, itu kakak iparmu. Bagaimana kalo lo ketahuan? malu nanti!"


Bara kian tak tenang didera oleh bisikan-bisikan. Jari-jarinya gemetar memainkan rokok yang berkali-kali dihisapnya, berkali-kali dibakarnya. Direguknya lagi setengah gelas vodka-cola pada gelas bergagang. Denting jam kembali berbunyi, namun suaranya mengiang entah berapa kali dalam kepala, namun yang pasti angin malam kian kencang berhembus. Menerobos rimbunnya rumpun bambu di depan rumah, seolah ingin ia merontokan semua dedaunnya. Membakar bambu-bambunya hingga hangus berdebu untuk kemudian lenyap dihela angin. Hilang dalam senyap.

Bara, kini telah berdiri di depan pintu kamar tamu, tempat di mana Amira tertidur sendiri. Dengan wajah memerah, sebilah pisau dapur dan pintu yang tak terkunci. Dan dengan teramat santai ia memasuki kamar tersebut. Ia bukan lagi Bara yang Amira kenal. Ia bukan lagi Bara yang baik. Dendam dan sebutir zat adiktif telah menjadikannya 'someone else'.

Amira, hanya mengenakan daster. Ia tertidur sendiri dengan lelap dan gelap. Wajah manisnya tampak tenang dalam mimpi yang damai. Ada sesungging senyum yang seolah dititipkan pada siapapun yang memandangnya. Sweet-scented. Tak terkecuali Bara.

Dinyalakannya lampu di kamar tersebut dengan menekan switch di dinding kamar, Bara lantas bergerak menuju ranjang. Ditatapnya Amira, ditatap dengan tatapan sepasang mata yang tengah membara dibakar nafsu. Dari ujung rambut hingga ujung jari-jari kaki. Sedikit bagian bawah dasternya tersingkap, menampakan sepasang paha skinny mulus tanpa cela yang begitu menggairahkan, begitu membakar.

Sedikit cerita, Amira adalah mantan kekasih Bara. Dua tahun lalu perempuan yang diberkahi paras nan cantik tersebut memutuskan jalinan kasihnya dengan Bara dan memilih untuk menikah dengan Bias, kakak kandung dari Bara. Bara mampu untuk menerimanya, namun pada akhirnya, perasaan tersebut kini menjelma menjadi dendam. Dendam kesumat yang membuatnya depressi. Amira, 25 tahun adalah seorang perempuan cantik yang lahir dari rahim perempuan Aceh, sementara sang ayah berasal dari negeri Hindi, Kalkuta. Hanya dua bersaudara, Amira dibesarkan dalam lingkungan nan relijius. Namun kian dewasa, Amira kian berpikiran terbuka, ia bukanlah orang yang manja dan konservatif pada hal-hal kontroversial. Lulusan tehnik informatika tersebut pun memiliki tinggi yang semampai dengan badan yang cukup skinny, menjadikan seorang bintang kampus juga bunga desa, Amira memantapkan niatnya untuk menikahi Bias. Enam bulan kini ia membina rumah tangga, meski Bias masih mengumpulkan tabungan untuk membeli rumah sendiri. Untuk sementara itu, keduanya masih tinggal di rumah orang tua Bias.

27229336f5e694ddccf868bee4a055f9498361cd.jpg


Name : Cut Amira Zahir
Birth date : August 29, 1994

Bara mulai menggesek-gesekan bagian punggung pisau yang tak tajam pada kulit leher Amira, namun satu tangannya pun mulai bergerak pada salah satu payudara Amira.

"Ahhh.." Amira terbangun dan butuh beberapa detik untuk menyadari posisinya. Ia terperangah dengan kelakuan Bara.

"Apaan nih Bara?" Amira cukup terperanjat dan hanya mampu terdiam menyadari Bara yang mengalungkan pisau pada lehernya. Ia sedikit bergeser dari tempatnya semula.

Bara tak menjawab, hanya menggelengkan kepalanya, seraya meremas payudara Amira yang kecil, agak lebih keras. "Aaaww.."

"Telanjang lo!" Pinta Bara.

"Maksud lo?"

Lagi-lagi Bara tak menjawab, ia membalik posisi pisaunya. Kali ini bagian tajam pisau tersebut yang terarah di lehernya. Bara mengancam.

27229342cff8e366ba4a0917c0e8a23d83525ba5.jpg


Amira menyadari posisinya, ia segera beranjak dan melucuti dasternya. Dengan rambut Amira yang masih berantakan, Bara memandangi betapa mengesankannya manakala Amira melepaskan daster birunya. Melepaskan kedua tali yang menggantung pada bahunya, lantas menurunkan, membuat bagian-bagian dalam tubuhnya terekspos bebas. Kini hanya tersisa pakaian dalam, sehelai bra dan celana dalam berwarna sama: hitam berenda. Bara kembali mendekati Amira, didekatkan pisau tersebut di dada Amira dan dicongkelnya bagian tengah bra tersebut dengan ujung pisau untuk melepaskannya. Kini terpampanglah di depan mata Bara, sepasang payudara mungil dengan nipple yang gelap.

..hingga sejurus kemudian perempuan langsing tersebut melepaskan celana dalamnya.

Dengan posisi yang membugil, Bara lantas meniduri Amira dengan berbagai posisi. Dari missionaris atau doggy style, tangan Bara tak henti-hentinya memecut bahkan memukul tubuh Amira hingga menimbulkan berkas merah pada kulit. Amira merintih atau setengah teriak, tak ada yang mendengar, tak ada yang merasa, sebab saat itu tak seorang pun di rumah, hanya mereka berdua. Dan Angin yang berhembus memberontak, membawa hujan deras yang turun dengan tiba-tiba.

Bara mengikat tubuh Amira yang malang pada sebuah bangku besar dengan posisi kaki menyerupai huruf 'M'. Diikatnya kedua kaki tersebut secara terpisah pada pegangan bangku agar vaginanya terpampang jelas. Vagina yang agak gelap tersebut dikelilingi oleh bulu pubik yang juga tumbuh beberapa helai di antara lubang anus.

"Jangan Bara! Jangaaan!" Amira berteriak seraya meronta berusaha melepaskan ikatan-ikatan yang membebat tubuhnya. Namun percuma ikatan tersebut begitu kencang, tak setara dengan kekuatan tubuhnya yang mungil.

Ada sepiring buah-buahan di atas meja rias; apel, peer juga pisang, nampaknya perhatian Bara tertuju pada bebuahan tersebut. Ia menyambanginya.

Dengan posisi tersebut, vagina Amira yang terekspos jelas ia jejalkan dengan berbagai macam buah; apel, peer ataupun pisang. Bibir liang juga labia vaginanya yang basah kian membesar diantara rimbunnya bulu jembut yang tumbuh rimbun. Berkali-kali bebuahan tersebut di-masukkeluarkan ke dalam vaginanya, Amira masih bisa menikmati. Sesekali Bara juga memilin klitorisnya.

Tak luput liang anal, ia mulai menjejalkan sebuah pisang ke dalam liang mungil tersebut.

"Aa.. aaaw sakiitttt..." Amira menjerit.

"Your dreams come true. Hahaha.." Bisik sebuah suara dalam kepala Bara.

"Hellyeaahh, masukin.. masukin"

Amira merintih dan menangis manakala ujung pisang tersebut menerobos masuk ke dalam tubuhnya melalui anus. Lantas Bara menggerak-gerakkan pisang tersebut keluar-masuk dengan cepat dalam liang duburnya. Amira menjerit-jerit hingga terkentut-kentut. Sejumlah angin yang terperangkap dalam anusnya sedikit demi sedikit keluar seiring buah tersebut bergerak keluar masuk.

Seolah tak puas dengan apa yang baru saja dilakukan, dan memang ia tak kan pernah puas. Bara memasukan jari-jemarinya ke dalam anus Amira.

Satu jari..

Dua jari..

Tiga jari..

Empat jari..

"Aaaahhh.... hhhh.. aaahhhh!!" Kini semua lengannya masuk tanpa kendala berarti.

Ia melakukan fisting pada anus Amira yang membuat lubang mungil tersebut kini membesar dan Amira yang terus merintih kesakitan. Lantaran saluran pembuangan yang hanya dipergunakan untuk mengeluarkan fesses, kini dijejalkan dengan sesuatu yang bukan seharusnya. Rasa perih dan mulas yang melintir membuat perut Amira merasa mual dan ingin muntah. Seolah ada muntah yang tersedak di tengah-tengah kerongkongan.

Usai me-fisting lubang analnya, kini Bara mulai menyodominya. Ditengah-tengah melakukan hal menyakitkan tersebut, Bara menyembelih Amira dengan pisau dapur.

"Bara! Bara! Jangann!" Meminta Amira, namun Bara kadung termakan nafsu.

Dijambaknya rambut Amira, lantas disayatnya dengan pisau yang sayangnya agak sedikit tumpul. Badan Amira segera berontak, namun Bara dengan penuh nafsu terus menggerus-geruskan pisau tersebut pada leher Amira.

"Baraaa.... ggrrrrrrr... grrrr.."

"Grrr... grrrrooaachh.."

Darah segar bermuncratan, mengotori kedua badan yang tengah bersetubuh. Ia terus menyayat leher nan malang tersebut sekuat tenaga hingga ke dalaman beberapa centi. Ditengah-tengah kerongkongan nan malang itu Bara menghentikan tindakannya, ia ingin melihat bagaimana tubuh Amira bertahan. Badan Amira mengerejang, seperti dilanda climaks setelah melalui penetrasi nan panjang. Namun ini bukan orgasm, melainkan 'deathgasm'. Kedua kakinya benar-benar berontak seolah ingin lari dan pergi sekencang-kencangnya. Juga lengannya, yang seakan ingin terbang, namun ikatan itu terlalu kencang dan mati.

"Croockk.. croockk.. grrrr.. croockk!!" Terdengar suara dari kerongkongan Amira yang belum benar-benar putus. Tetes demi tetes darah muncrat dari luka sayatan yang tampak terbuka, lalu hinggap pada wajah Bara. Kedua mata Amira melotot dengan mulut yang terbuka menganga, ia masih berusaha untuk bernafas. Menggapai oksigen yan kian menjauh dan hilang. Sementara penis Bara masih menancap dalam dubur Amira, dinding-dinding dalam anusnya berdenyut hebat seakan ingin menelan penis tersebut dalam-dalam. Bara mendapatkan orgasme-nya.

"Aaaahhhh.... ssscchhhh."

Angin kembali berdesir, kali ini lebih lembut dari biasanya. Sementara hujan masih saja membasahi, mungkin akan tetap menemani hingga sepanjang sisa-sisa malam berakhir.

Tak lama berselang, perempuan yang tengah hamil 3 bulan tersebut benar-benar tewas dengan cara yang begitu mengenaskan. Bara kembali dengan pisaunya dan memisahkan potongan kepala Amira dari badannya. Pun melepaskan ikatan pada tubuh Amira yang kotor oleh darah.

Ia menggeletakkan tubuh Amira di lantai, dibersihkannya darah-darah tersebut dengan selimut. Dan mulai mengautopsi tubuh tersebut. Bara berlari ke belakang dan kembali dengan aneka perkakas seperti gergaji atau pahat.

Hal pertama yang ia lakukan adalah membenarkan posisi smartphone-nya yang sedari tadi merekam aksi-aksi bejatnya. Lantas menyayat kulit perut perempuan malang tersebut dari dada hingga beberapa mili di atas vagina. Dikorek dan dikelupasnya kulit tersebut hingga benar-benar terbuka, masih menggunakan pisau disayatnya kulit luar, kini terpampanglah bagian-bagian dalam perut. Dan rahim Amira, ia menyobeknya pun merampas janin dalam rahim Amira. Ia meremas janin mungil buah cinta Amira dengan Bias tersebut dengan begitu gemas dan melemparnya begitu saja.

"Cuuh!!" Ia meludahinya. "Mati lo anjing!!"

Apa yang kemudian dilakukannya adalah mengacak-acak isi perut tersebut. Ia menarik keluar gumpalan usus-usus dan organ dalamnya, hingga berserakkan laiknya sampah. Dan dalam kondisi seperti itu, ia menyodominya kembali. Ditempelkannya ujung penisnya tersebut pada liang anus Amira, lantas menekannya dengan sekuat tenaga. "Eegghhh..." Dirasakannya dinding anus yang tak lagi berdenyut kembang-kempis, kali ini dingin tanpa pergerakan apapun. Ia menggerak-gerakkan penisnya, memutar pinggulnya yang terangkat. Diraihnya potongan kepala Amira yang malang, ia mengangkatnya dan menciuminya seraya menangis tersedu lantas tertawa lepas, "HAHAHAHAHAHA!!!" Begitu lepas, sementara darah masih menetes dari luka sayatan di leher Amira yang terpotong. Digigit-gigit kecil telinga dan giwangnya, mencumbui bibir yang tak akan pernah bernyanyi lagi. Amira juga adalah seorang penyanyi jazz, ia dan band-nya sering kali keluar-masuk caffee-caffee.

Tetes terakhir dari gerimis malam ini telah jatuh di atas kolam, menciptakan riak di tengah guyuran yang baru saja reda. Malam masih gelap, shubuh tak kunjung datang. Bara membisik tepat di telinga Amira, tepat ia mendapatkan orgasme-nya untuk yang kesekian kali.

"Gue keluar sayang.. Aaahhhhhh....."
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd