Part 6
Tak Ada Logika
Pagi cukup bersahabat hari ini untuk menikmati kopi dan beberapa batang rokok. Aku sedang duduk santai menikmati sisa-sisa denyut nadi yang masih tinggi selepas bercinta dengan istriku. Kutinggalkan istriku yang tergolek kelelahan setelah qucky yang kami lakukan di dalam mobil sejenak sebelum aku berangkat ke kantor.
Aku membuka hp dan mengecek story whatsapp. Ada sebuah update di sana. Dari Nira. Sebuah potongan lagu dari Agnes Monica. Aku tau jika itu ditujukan kepadaku. Tak berfikir lama aku langsung mengomentarinya.
"Tak perlu logika. Karena memang dia datang semaunya"
message sent.
Tak lama kemudian muncul pesan balasan darinya.
"Semalam hampir ketahuan" jawabnya.
"Ketahuan apa?"
"Suamiku. Semalam aku gak sengaja keceplosan nyebut namanya dengan kata Bi seperti saat bicara denganmu Bi"
"Wkwkwkwkwk dasar. Terus? Dia ngerespon?" Aku sedikit bangga mengetahui hal itu. Sebuah ketidaksengajaan yang menandakan bahwa aku sudah masuk ke dalam alam bawah sadarnya.
"Kaget dia. Dia nanya apa itu Bi? Babi? Trus aku bilang
'Bi itu bebi. Cocok gak kalo aku panggil kamu dengan bebi?' tapi dia bilang kalo
'itu bahasa orang barat, Ngapaen ikut-ikutan gaya mereka. Gak islami' dan dia gak bahas itu lagi" Nira menjelaskan kronologisnya kepadaku.
"Suamimu memang aneh. Dia banyak ikut kajian tapi terlalu kaku dalam memahami agama" ujarku.
"Iya, dia terlalu kaku Bi. Aku dilarang ini itu. gak boleh upload foto, gak boleh kemana-mana sendirian, gak boleh salaman, gak boleh ketawa keras-keras, malahan sempat dia gak bolehin aku kerja"
"Iya itu benar sih, beberapa. Tapi gak semua. Menurutku dia terlalu menelan semua itu mentah-mentah tanpa menyesuaikan dengan kondisinya"
"Maksudnya Bi gimana?"
"Kalo upload foto dan salaman memang benar itu sebaiknya dihindari, bahkan gak boleh sama sekali. Tapi wanita juga boleh kok bekerja, keluar rumah pun bisa disesuaikan dengan kondisinya"
"Iya Bi, awal-awal menikah, dia sempat ngelarang aku kerja. Katanya dia, istri tu sebaiknya di rumah, jagain anak. Sementara penghasilan dia gak cukup buat menuhin kebutuhan kami. Yaudah akhirnya dia bolehin aku kerja. Eh,,pindah wikipedia aja. Risih chat pake WA"
Kami lalu berpindah aplikasi. Menggunakan wikipedia seperti biasa untuk meminimalisir peluang kami ketahuan. Kami chat lagi membahas perikaku suaminya. Dan seperti biasa kami ghibah hingga tiba waktunya bagi Nira untuk berangkat ke sekolah. Menjalankan aktifitasnya sebagai ustazah bagi murid-muridnya, meninggalkan putri cantiknya yang masih berusia kurang dari 2 tahun bersama ibunya. Nira jarang menitipkan putrinya bersama mertuanya, dia lebih nyaman meninggalkannya bersama ibunya sendiri. Selain karena ibunya tinggal sendirian, Nira merasa kalau ibunya lebih telaten mengurus putrinya dibandingkan dengan ibu mertuanya.
"Bi, aku dah nyampe di sekolah. Sebentar lagi mau masuk kelas" tulis Nira di pesannya.
"Iya hun. Yang fokus ngajarnya. Jangan panggil muridnya dengan 'Bi' juga yah" godaku.
"Wkwkwkwk...enggaklah Bi. Yaudah aku siap-siap dulu yah Bi. Bi juga kerja yang bener, jangan modus-modus sama nasabahnya"
"Modus dong, biar dia mau jadi nasabah di kantor" aku menggodanya lagi.
"Berani modus, nekat mau nakal sama nasabah, aku sunat Bi ntar" ancamnya
"ntar gak bisa ngerasain yang enak lagi lho" tulisku.
"Biarin. Biar kita sama-sama gak bisa enak-enakan lagi. Eh,,tapi aku masih bisa pake lidahnya Bi kok" godanya lagi.
"Huni curang. Yaudah, sana ditungguin murid-muridnya. Jangan telat makan siang"
"Iya Bi"
Aku menutup wikipedia dan hendak memulai kerja tapi ada pesan masuk lagi dari Nira, dia mengirimkan sebuah foto. Foto sebuah gunting kuku.
"Bi berani nakal sama cewek lain, kusunat Bi pake jepit kuku ini.
"Ampuuun. Gak akan Hun. Logikaku sudah hilang untuk berani mencari yang lain. I love you hun"
"Love you too Bi. Assalamualaikum, suami orang"
"Waalaikum salam, istriku"
"Ish..mulut gak ada ahlak" protes Nira.
"Eh itu bukan mulut yang ngomong, tapi itu isi hati"
"Cabeeee!!" Nira kemudian menutup percakapan kami pagi itu dengan panggilan khasnya. Menyebutku cabe karena dia merasa aku seperti ABG Cabe-cabean yang sedang kehilangan logika karena cinta.
Bersambung...