Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT [No SARA] Panah Asmara (True Story)

Ceritanya ditambah bumbu2 dikit juga ngak apa2 hu. Biar lebih seru, kayak ex dirumah binor atau pas ketemuan hampir ketahuan suaminya
 
duhh lupa yg mana cerita ini. mesti buka hlmn 1 lagi.
klo bisa malming udah naik cetak om
 
Part 11
AKU CINTA KAU DAN DIA


Sepandai-pandainya tupai melompat, dia akan jatuh juga. Serapat apapun kau simpan, bangkai akan tercium pula. Itu adalah potongan pepatah lama yang tiba-tiba muncul dalam benakku sore itu. Nira menghubungiku dan mengajakku bertemu di sebuah hotel. Tak ada keanehan yang terlintas dibenakku kecuali kok bisa dia booking kamar hotel??
"kamu pesan kamar?? Buat apa?" Tanyaku.
"Dah gak perlu banyak tanya deh Bi. Sini buruan datang"
Aku kemudian berangkat menuju hotel yang disebutkan Nira. Sedikit kepikiran dengan segala macam kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Tidak biasa dan tidak pernah sebelumnya Nira berani mengajakku untuk bertemu di Hotel. Tapi kali ini berbeda, dia sudah berada di dalam kamar. Menungguku.

Aku melangkah menuju kamar 107, mengetuk pintu dan kemudian Nira muncul dibalik pintu seraya menarik tanganku. Matanya sembab. Dia habis menangis.
"Kamu kenapa sayang?" Aku langsung menanyakan apa yang terjadi padanya. Nira tidak menjawab. Dia hanya duduk diam di sisi ranjang dengan kepala menunduk. Seperti biasa, aku diam menunggu emosinya tenang.
Kudekati Nira, kudekap kepalanya sambil kuusap pelan dan kukecup ubun-ubunnya.
"Siapa yang membuatmu menangis?"
"Kamu" jawabnya lirih.
Aku mengernyitkan dahi. Tak mengerti. Seharian aku hanya duduk di warung kopi milik temanku sambil main PUBG, tak ada yang lain. Lalu bagaimana aku membuatnya bersedih??
"Aku membuatmu menangis?? Bagaimana bisa?" Aku bertanya sambil menatap mata coklatnya. Aku tidak ingin mengajaknya berdebat karena itu tidak perlu. Aku tau bahwa Nira tidak serius dengan ucapannya, mungkin saja dia menangis karenaku. Tapi sebenarnya dia menangis karena rindu. Ah...benar saja, dia pasti rindu denganku. Libur 3 hari ini membuatku tidak bisa menemuinya, pantas saja dia rindu dan bersedih hati. Tak perlu kuberlagak bodoh, aku cukup mengiyakan saja semua ucapannya maka semuanya akan baik-baik saja.

Kuberdirikan Nira, kupeluk tubuhnya dan kukatakan padanya "Sudahlah, maaf yah aku salah karena gak intens ngabarin kamu selama liburan ini. Aku salah. Maafin Abi yah. Sekarang senyumlah, aku kini berada di depanmu" ucapku seraya tersenyum.
"Abi...aku mencintaimu. Aku terlalu mencintaimu sehingga aku cemburu buta bahkan dengan tanggal merah sekalipun" balasnya.
"Tak ada yang salah dengan itu. Kau berhak cemburu kok"
"Tapi aku merasa itu sudah berlebihan Bi"
"Tidak, itu......" belum sempat kuselesaikan kalimatku tiba-tiba Nira menempelkan telunjuknya di mulutku dan berkata
"Abi, tolong dengerin aku.." ucapnya dengan nada cukup tegas. Matanya berkaca-kaca dan perlahan air matanya berlinang lalu menetes dipipinya. "Dua hari ini aku gak bisa tidur. Aku galau, aku gak bisa berfikir jernih Bi."

Aku terdiam, hanya bisa menatap wajah Nira. Aku tidak mengerti dengan semua ini. Kami bertemu di kamar hotel ini hanya untuk berdebat?? Orang-orang menggunakan kamar hotel untuk berpeluh melepas hasrat berbalut asmara sedangkan kami hanya diskusi??
"Abi tolong...jawab dengan jujur. Apakah aku salah mencintai suami orang?"
"Kenapa kau tanyakan itu? Selama ini kan..."
"Jawab saja Bi!!" Bentak Nira sebelum aku menyelesaikan kalimatku.
"Jawaban seperti apa yang kamu mau?" Tanyaku.
"Jawaban paling jujur dari orang yang paling aku cintai" jawabnya.
Aku terdiam sejenak, lalu memindahkan posisiku. Kini aku dan Nira duduk berhadapan di atas ranjang.

"Mencintai itu adalah anugrah. Tak ada yang salah dengan mencintai. Kau boleh mencintai siapapun. Tapi....." aku merasa ragu melanjutkan kalimatku. Aku merasa seakan-akan mulut dan otakku tidak sejalan. Aku ingin jujur di hadapannya tapi aku tak ingin kehilangan Nira hanya karena kejujuranku. Tapi aku juga tak ingin membuat Nira semakin terpuruk dalam keadaan yang tak pasti.
"Tapi apa Bi?"
"Tapi kau tak boleh memaksakan rasa cintamu menjadi rasa ingin memiliki. Kita bisa saja mencintai semua yang ada di dunia ini tapi kita tak boleh memaksa untuk memiliki semuanya. Hanya orang egois yang memaksakan diri untuk memiliki semuanya hanya karena dia mencintainya" ucapku.
"Apa Abi mencintaiku?"
"Tentu saja"
"Apa kau ingin memilikiku?"
"Tentu saja"
"Abi egois"
"Aku kan tidak memaksakan. Aku mencintaimu dan ingin memilikimu. Tapi sekarang tidak mungkin bagiku untuk itu. Dan aku ihlas dengan semua itu. Sudah cukup bagiku bisa bersamamu seperti saat ini sayang"
"Maafin aku yah Bi" Nira kembali menangis. Entah apa yang sedang terjadi padanya sorenya dia benar-benar membuatku berfikir macam-macam.
"Kamu kenapa sayang??" Tanyaku pelan.
"Aku takut kamu marah, tapi aku sebenarnya sedang cemburu. Harusnya aku yang marah karena cemburu tapi entah kenapa aku malah takut jika kamu marah Bi"
"Lho?? Memangnya apa yang akan membuatku marah? Sejam lebih kita disini dan aku belum tau sebenarnya apa yang terjadi lho"
"Aku takut cerita" jawab Nira sambil menunduk.
"Cerita saja. Sejak kapan kamu takut kepadaku? Bukankah aku sudah menjadi lembaran catatan cerita bagimu selama ini?" Aku mencoba meyakinkan Nira agar mau bercerita tentang kegalauan di hatinya.
"Abi jangan marah yah" rengeknya manja sambil menarik kerah bajuku.
"Aku gak akan marah kok"
"Janji ya Bi"
"Janji"

Akhirnya Nira mulai bercerita. Bahwa 2 hari yang lalu, dia secara tidak sengaja melihatku disebuah pesta pernikahan temannya. Aku hadir disana, dengan balutan baju batik aku berjalan sambil menggandeng seorang wanita. Katanya wanita itu cantik, badannya langsing dengan wajah sedikit oriental. Cantik sekali wanita yang berjalam bersamaku saat itu sampai-sampai Nira tak mampu menahan emosinya. Andai ini bukan pesta pernikahan sahabatnya, mungkin dia sudah kabur dari tempat itu. Ingin sekali rasanya dia mendekatiku dan menampar wanita yang sedang bersamaku, meraih tanganku dari tangan wanita itu lalu membawaku pergi. Tapi itu tak mungkin, karena wanita bertubuh langsing dengan wajah oriental itu adalah istriku.
"Tak ada yang bisa kulakukan selain menahan sesak di dadaku" ucapnya.
"Abi,,,aku tau kalau Abi sudah punya istri. Aku tidak permasalahkan hal itu. Tapi, ternyata aku tidak kuat melihat Abi bersama istri tepat di depanku. Aku cemburu bi, maafin keegoisanku ya bi" ucap Nira diiringi dengan tangisannya.
"Aku tau aku salah Bi, aku pun sudah bersuami. Aku juga faham dengan hubungan kita, tapi aku terlalu mencintaimu sampai-sampai aku terlalu cemburu dengan istrimu" tangisan Nira semakin menjadi, aku hanya bisa terdiam dan merangkulnya. Tak ada sepatah kata pun terucap dari mulutku. Bukan karena aku tak tau harus menjawab apa, tetapi aku tau apapun jawabanku tak akan pernah bisa meredakan kesedihan dihatinya.

Kutinggalkan Nira yang masih menangis di kasur. Kulangkahkan kakiku menuju balkon kamar hotel, aku duduk di kursi lalu menyalakan rokok. 10 menit berselang, Nira kemudian keluar menemuiku, mencium pipi kiriku dengan lembut dan menarikku masuk ke dalam kamar.

Kami berpelukan, berciuman, lalu bersama-sama terhempas keatas kasur. Kami kembali berciuman, kali ini lebih ganas. Tubuhku ditindihnya, Nira mengangkangi tubuhku yang terlentang dan berbisik ditelingaku
"Abi,,,kita gak bisa terus-terusan begini. Suatu saat mungkin aku akan dilanda cemburu yang lebih buruk. Aku mencintaimu Abi, dan aku gak ingin merusak semua yang ada. Jadi, mungkin sebaiknya kita berpisah sebelum semua semakin buruk, mumpung kita masih saling mencintai" selepas mengucapkan itu, Nira melepas semua pakaianku dan menarik selimut. Dia pun kemudian melepaskan semua pakaiannya dan kami berdua telanjang di dalam selimut.
"Maaf yah sayang, karena aku mencintai kalian berdua. Aku mencintaimu, begitu juga perasaanku kepada isteriku" ucapku sambil mengelus rambutnya.

maafkanlah...
Ku tak bisa, tinggalkan dirinya
maafkanlah...
Karna aku, cinta kau dan dia...

...Walau tuk terus bersama
Kan ada hati, yang kan terluka
dan ku tahu, kau tak mau...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd