Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Nyi Kinarah

Sukma

Ki Plerong menatap bulan yang nampak merah berdarah di langit senja. "Tiga hari bulan merah…." gumamnya lirih. Tidak pernah bulan nampak merah tiga hari berturut-turut. Bagi orang-orang yang indra dalamnya sudah celik, pertanda langit sejelas bulan berarti sesuatu yang hebat sedang terjadi. Kekuatan yang tua dan hebat sudah terlepas ke atas dunia. Lelaki tua itu menghitung-hitung tanggal dan hari, dan mencari tanda lain. Tidak salah lagi, sumber kekuatan hebat itu telah datang ke kotanya ini.

Lamunan Ki Plerong diganggu oleh ketukan di pintu. "Ki, anak gadisnya sudah dapat, ada di sini," kata Acep, bawahannya yang setia. Ki Plerong menggangguk singkat.

Ki Plerong terus keluar kamarnya, di situ seorang anak remaja putri berumur 18 tahun duduk bersimpuh di lantai. Rupanya cukup ayu, wajah bulat telur, rambut panjang hitam, matanya bulat. Ujung hidungnya bulat, dengan bibir yang tidak berlipstik, dan gigi yang sedikit gingsul.

"Namanya Ratih, Ki…" kata bawahannya lagi, seraya terus keluar dari ruangan meninggalkan mereka berdua.

"Ratih ya… kamu 18 tahun? Lahir bulan November?"

Gadis itu mengangguk. Plerong memperhatikan, ada tanda lahir merah di leher sebelah kirinya. Sempurna.

"Ratih, boleh tanya… kamu ada rekening bank? Ingat nomornya?"

Ratih kembali mengangguk dan menyebutkan serangkaian angka. Ki Plerong mengambil hp nya dan menjalankan program transfer uang bank. Sesaat kemudian Ki Plerong menunjukkan layar hp nya kepada gadis itu. "Lima belas juta ya." Untuk pertama kalinya, mata gadis itu berbinar dan senyum manis tersungging di wajahnya yang cantik.

Bagaimana tidak? Ratih sudah dikejar-kejar penagih hutang kartu kredit selama tiga bulan, untuk hutang yang terus membesar, dari delapan juta, sepuluh juta, kini dua belas juta. Ia tidak berani berterus terang kepada orang tuanya yang miskin di kampung, untuk semua kegilaan belanja yang tidak karuan. Semangat belanja mahasiswi tingkat satu yang super bodoh. Dan, besok tagihannya jatuh tempo lagi. Jalan keluar tercepat adalah menjual apa saja.

Menjual keperawanannya. Toh, Ratih tahu betapa teman-temannya di kampus banyak yang sudah tidak perawan dan mereka baik-baik saja. Lagipula, jarang-jarang cewek bisa menerima lima belas juta untuk keperawanannya. Banyak yang pecah hanya dengan lima atau enam juta saja.

Hanya, Ratih sempat takut ketika diberitahu bahwa pembelinya adalah Ki Plerong, ketua preman yang sangat ditakuti karena dikenal kesaktiannya. Lelaki itu pun sudah tua, konon lebih dari 60 tahun usianya -- sebenarnya, lelaki itu lahir tahun 1836. Ratih diberitahu untuk jangan banyak bicara di hadapan Ki Plerong. Kekhawatiran terbesarnya adalah, ia kena tipu. Jangan-jangan, tidak ada lima belas juta sebaliknya ia diperkosa, bisa apa?

Tapi, Ki Plerong memenuhi janjinya. Tinggal sekarang Ratih memberikan keperawanannya. Entah bagaimana caranya mencumbu orang tua ini.

Ki Plerong menyalakan ukupan dupa, yang asapnya tipis memenuhi ruangan. Harumnya segera tercium dan terasa hangat di sekujur tubuh Ratih. Ki Plerong menyentuh pangkal bahunya yang putih terbuka, sentuhan itu saja mendatangkan rasa nikmat hangat berdenyut di seluruh tubuhnya.

"Pejam mata, nak," bisik Ki Plerong. Ratih menurut. Ia tidak melihat bagaimana Ki Plerong membuka semua kancing bajunya, melepaskan baju, rok, BH, celana dalam, menelanjangi gadis itu. Ratih tidak sempat memikirkannya, karena setiap sentuhan Ki Plerong mendorongnya lebih tinggi mencapai klimaks. Ahh! Ahh! Ahh!

Gadis itu dibaringkan di dipan rendah di ruangan itu. Matanya terpejam erat-erat, mulutnya meintih-rintih dalam gelombang birahi. Ia tidak pernah mempersiapkan diri untuk merasakan ini. Ketika bibir Ki Plerong mencium itilnya, Ratih menjerit. Ia mengangkang paha lebar-lebar. Tangannya bergerak liar, mencari pegangan di tepian dipan karena merasa hempasan kuat orgasme melanda. Di saat itu, memeknya menyemburkan lendir yang bening dan harum, seperti ejakulasi lelaki.

Ki Plerong menghisap seluruhnya. Orgasme Ratih makin menjadi-jadi, punggungnya melenting-lenting di dipan. Matanya membalik ke atas, jeritannya memenuhi ruangan. Ki Plerong terus menghisap semuanya, bukan saja cairan tapi juga sukma gadis itu. Ketika sepuluh menit kemudian orgasmenya selesai, Ratih tergolek lemah, bukan saja kehabisan tenaga, melainkan kehabisan daya hidupnya. Wajahnya menjadi pucat pasi, nafas tersengal-sengal.

Ki Plerong senang, merasakan energi baru mengisi seluruh tubuhnya. Terasa ringan. Begitulah caranya ia menjaga tetap awet muda. "Acep! Beresin!" serunya keras. Ki Plerong terus melangkah keluar, sementara si Acep masuk dan mendapati gadis itu tergeletak lemah di dipan. Kedua pahanya masih mengangkang seperti kodok. Memeknya masih perawan, merah merekah. Dengan gembira Acep memelorotkan celananya, membasahi kontolnya yang sudah mengacung keras.

Ia mengambil posisi di atas Ratih, ujung kontolnya tepat di bibir memek. Ratih tidak bergerak, tidak berespon. Acep mendorong masuk, memecahkan selaput dara perempuan yang masih tergolek lemas. Barulah Ratih menoleh, memandang kosong pada lelaki yang pertama kali menyetubuhinya. Memek Ratih begitu lembut, begitu licin, kemaluan Acep bisa bergerak maju mundur dengan leluasa. Semakin lama semakin cepat sampai akhirnya Acep menancapkan kontolnya dalam-dalam dan mengeluarkan isi maninya semua di sana.

Saat itu, Ratih merasa disegarkan -- seperti musafir yang kehausan di padang gurun mendapatkan air minumnya. Ia memeluk Acep kuat-kuat berharap bisa menikmati semburan mani lebih banyak lagi. Tapi Acep sudah selesai, merasa sangat puas sampai kepalanya agak pusing. Ia melangkah ke pintu dan memanggil temannya. "Jaaa! Tooo! Siniiii!"

Jaja dan Toto yang tadi berjaga di pintu melangkah masuk dengan gembira dan tergesa, terus memelorotkan celana. Kontol-kontol kembali menusuk masuk perempuan yang tidak perawan ini, memberinya kesegaran baru. Setelah ketiga laki-laki itu menuangkan semua mani mereka, barulah Ratih bisa punya cukup tenaga untuk bangkit dari dipan itu. Bagaimanapun, nampaknya memang bayaran segitu ada sesuatu di baliknya. Ratih menjadi perempuan haus seks, dan pekerjaan yang amat diinginkannya adalah menjadi pelacur.

Tidak cukup tiga atau empat kontol per hari harus menerobos memeknya, barulah ia punya kekuatan untuk hidup. Ki Plerong mendapatkan lagi bunga cantik baru untuk rumah bordilnya.

Ki Plerong tepekur memandang kalender jawa. Tangan kanannya membalik halaman buku yang kuning karena sangat tua. "Nyi Kinarah," bisiknya, "pasti aku bisa mendapatkanmu…."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Renggani turun dari bis yang ditumpanginya, terus mencari warung nasi untuk mengisi perut. Terminal itu penuh dengan orang-orang yang naik dan turun, ini kota yang cukup ramai. Juga terdengar cukup menyeramkan -- banyak kejahatan dan pejabat pemerintahnya bergelimang harta korupsi. Ada banyak pabrik di sini, para pengusaha yang senang karena tidak perlu ikuti terlalu banyak aturan asal memberi upeti sekedarnya pada big boss.

Kuli-kuli yang kekar hampir semuanya memandang perempuan yang cantik jelita itu melintas emperan, terus masuk ke warung nasi tegal. Ibu pemilik warung nasi nampak prihatin melihat Renggani. "Nduk, hati-hati ya di sini tidak aman. Apalagi Nduk cantik begini…" Renggani hanya tersenyum, terus memesan makanannya. Sudah lama ia tidak makan dengan lahap, rupanya perjalanan jauh itu membuatnya lapar.

Baru saja Renggani menyelesaikan makannya, seorang pemuda masuk ke warung, terus mencium tangan ibu warung. "Ibu, Dedi pulang," katanya lirih. Mata pemuda itu tidak bisa lepas dari memandang wajah Renggani yang cantik.

"Kok cepat pulang?"

"Iya… err, itu, ada pertemuan dosen. Mahasiswa tingkat tiga diliburkan hari ini."

Renggani tertarik. "Oh, sudah kuliah ya Mas?"

"Ah… hehe…. Yaaa, sukur dapat undangan untuk kuliah di negeri. Kalau nggak, mana bisa… eh. Nama saya Dedi," katanya malu-malu sambil menyodorkan tangan.

Renggani menyukai pemuda ini, tidak tampan, tapi dia santun sekali. "Saya Ani," katanya sambil tersenyum manis. Dedi jadi salah tingkah, seperti tidak tahu harus bicara apa. Wajahnya memerah. "Eh… saya ke dalam dulu ya, taruh tas."

Renggani mengangguk, berdiri sambil mengeluarkan dompetnya. "Jadi, semuanya berapa, Bu?"

Di saat itulah masuk tiga orang brewokan, dengan muka yang kasar, dengan senyum-model-monyet yang berusaha nampak sombong, tapi jadinya menyebalkan. "Ehhh…. Ada gadis cantik di sini. Ayo bersenang-senang sama Abang!"

Wajah ibu penjaga warung menjadi pucat pasi. Panik. Dia mau mengatakan sesuatu, tapi orang brewokan kedua sudah menghardik, "apa lihat-lihat? Gak ngerti Pak Boto sedang ngobrol?!"

Tanpa ragu, si Boto yang super menyebalkan itu terus meraih pinggang Renggani, memeluknya. Sejenak, Renggani ketakutan dengan penjahat itu, sampai tidak bisa berkata apa-apa. Tetapi ketika ia dipeluk dan wajahnya menempel ke dada pria itu, ia mencium wangi yang kini sangat dipahaminya. Harum birahi. Rupanya lelaki ini terangsang dengan dirinya. Ia pasrah saja ketika Boto menyeretnya keluar. Tas dan dompetnya jatuh begitu saja di kaki si Ibu warung.

"Hei, jangan ganggu pelanggan!" tiba-tiba terdengar seruan lelaki dari dalam. Dari sudut matanya Renggani melihat Dedi bergegas keluar, mau mencegah mereka. Tapi, teman si Boto ini tanpa berkata lagi terus mengirimkan tinjunya, telak menghajar rahang pemuda itu. Dedi terus terpelanting menghantam meja dan kursi. Ia tidak bisa bangun lagi dari sana. Ibu penjaga warung itu bergegas memeluk anaknya.

Ketiga orang kasar itu terus tertawa dan membawa pergi Renggani. Mereka berjalan keluar dari terminal, masuk ke gang di seberang jalan, lalu berjalan berkelok-kelok, yang Renggani juga tidak bisa mengingatnya karena setengah diseret-seret. Tidak ada orang yang berusaha mencegah mereka membawa gadis muda cantik, sampai tiba di sebuah rumah bertingkat tiga. Ketiga orang brewok itu terus menyeret Renggani naik ke lantai dua, ke sebuah kamar yang cukup besar. Sebuah meja makan yang kosong memenuhi pojok ruangan. Sebuah kasur tergeletak di lantai, kotor dan bau. Renggani didorong ke kasur itu dengan kasar. Sialan. Sakit.

"Mas… jangan kasar-kasar lah Mas…." Renggani memulai dengan manis. Tubuhnya kembali mengeluarkan harum birahinya. Ketiga lelaki kasar itu seperti tiga ekor anjing jalanan yang melihat seonggok daging wagyu merah segar manis tergeletak di ranjang.

Perlahan tapi pasti, Renggani melepaskan seluruh pakaiannya. Tak lama, ia sudah telanjang bulat, dengan kecantikan yang bersinar di ruangan yang temaram itu. Renggani tidak mau berbaring di ranjang yang kotor dan bau, ia memilih untuk duduk di meja. Kakinya mengangkang. Dalam kegelapan, mereka bisa melihat memek muda samar-samar menggoda.

Seperti dikomando, ketiganya terus memelorotkan celana. Kontol-kontol kotor mereka mengacung dengan keras, tidak pernah sekeras itu dalam hidup. Hawa di ruangan itu menjadi dingin, harum Nyi Kinarah memenuhi seluruh rongga hidung mereka. Tidak bisa berpikir, si Boto terus menghampiri dan menghujamkan penisnya, merobek selaput dara. Renggani menjerit lirih. Darah menggenangi permukaan meja.

Tusuk masuk semua. Tarik. Masuk lagi. Tarik. Masuk lagi, dan Boto terus mencapai ejakulasinya. Kini tidak ada lagi Boto, karena jiwanya terhisap masuk melalui kontol yang tertancap di memek perawan itu, kenikmatan terakhir yang bisa dirasakannya. Sehabis ejakulasi, lelaki itu dengan lemas terduduk di lantai, tatapan matanya kosong tak berjiwa.

Kedua temannya tidak peduli, mereka mengambil alih posisi Boto dan menancapkan kontol mereka. Renggani menghisap seluruh jiwa mereka tanpa ampun, seperti merekapun telah bertindak tanpa ampun kepada banyak orang di terminal itu. Tak sampai sepuluh menit, semua selesai. Tubuh Renggani bersinar oranye memenuhi ruangan itu, ia merasakan lelahnya hilang. Keperawanannya kembali.

"Pakai baju kalian! Kamu, kamu, sebaiknya kalian lari ke jalan raya dan melompat ke mobil yang melaju kencang sampai mati. Kamu, antar saya kembali ke terminal."

Ketiga orang itu dengan patuh memakai baju, si Boto dan kawannya terus bergegas keluar, mencari jalan raya supaya mati tertabrak kendaraan. Yang satu lagi dengan patuh mengantarkan Renggani ke terminal bis. Sampai di sana Renggani menyuruhnya menggantung diri di rumah tingkat tiga tadi. Ia dengan gembira menerima perintah dan patuh melaksanakannya. Renggani dengan sebal memandang si brewok itu bergegas kembali menyeberang jalan.

Renggani terus menuju ke warung nasi tempat ia meninggalkan tas dan dompetnya. Si Ibu warung terperanjat melihat kedatangan Renggani, ia menoleh di luar, kalau-kalau si Boto dan kawan-kawannya kembali.

"Udah aman kok Bu…. Aduh, terima kasih sudah dijagain tas dan dompetnya. Ini, uang bayaran saya…" Renggani menyerahkan uangnya.

"Dik Ani! Nggak apa-apa?" Dedi setengah berlari keluar dari ruang dalam. Renggani tersenyum senang atas perhatian pemuda itu. "Nggak, nggak apa-apa Kak. Err… saya permisi dulu."

"Mau ke mana?"

"Saya mau cari tempat kost. Katanya ada lowongan kerja di pabrik sini, tadi ngobrol dengan penumpang di bis."

"Oh, cari kerja di sini?"

Dedi berpikir sebentar. "Sudah, di dekat kampus saja, banyak tempat kost. Daripada kerja di pabrik, ada lowongan di koperasi karyawan dekat kampus. Bagaimana?"

Renggani tidak punya tujuan. Ia hanya pergi jauh saja. Bekerja di manapun tidak ada bedanya. Lagipula, siapa tahu? Sekarang Renggani hampir berusia 19 tahun, ia mungkin bisa berteman dengan para pemuda itu… tapi, tidak mungkin ada lelaki lain yang bisa menggaulinya. Ia akan menghisap semuanya.

Renggani sudah berada di belakang Dedi, berboncengan motor, ketika orang-orang di sekitar terminal heboh karena dua orang lelaki bunuh diri, yang satu menabrakkan diri ke truk, satu lagi ke bus, keduanya mati terlindas roda. Juga ada seorang lagi yang menggantung diri di sarang mereka -- polisi mengenali ketiganya sebagai residivis yang biasa merajai terminal. Tapi, kepala polisi nampak geram dan muram, karena biasanya ketiga orang itu memberikan upeti yang menyenangkan padanya.

Biarlah, nanti ada kepala preman baru yang juga harus membayar upeti….
 
Bakalan seru nih renggani vs ki plerong adu kanuragan...

Mantap update nya om
 
Genre mistik modern suhu
Seksihh dan berbahaya
Lanjutkan karyanya om suhu
:mantap::mantap:
:mantap:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Fiuhhh..lanjutannya mantab bosss.***k pake lama lagi
 
ane rasa kelanjutannya akan menarik, izin bangun tenda disini suhu :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd