Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Nyi Kinarah

Cakep nih, salah satu cerita yang terbaik di forum,
Semoga lanjut sampai tamat
:beer:
 
Selalu ditunggu-tunggunyah kaya tukang ojek pangkalan
 
Culik

Renggani terlempar ke tumpukan kardus bekas. Sakit. Lelaki itu menghunus pisaunya yang berdarah. Si Gadis melirik ke sisi gang sempit yang temaram, melihat sosok ibu tua tergeletak bersimbah darah, tidak bergerak. Sudah matikah dia? Ia bergidik. Tidak dibayangkannya bahwa lelaki hitam gundul ini begitu kejam. Si gundul menghampiri dan tiba-tiba menusukkan pisau itu langsung ke perut Renggani di bagian pusar yang tersingkap baju kaosnya karena jatuh. Darah tersembur dari robekan yang lebar. Terlihat usus terpotong, warnanya putih dan kuning.

Gadis itu menjerit panjang, nafasnya sesak, matanya berkunang-kunang saking sakitnya. Lelaki itu merenggangkan kakinya yang hanya pakai rok pendek, merobek celana dalamnya. Memek Renggani terpampang lebar, kering dan merah. Tergesa-gesa, lelaki itu memelorotkan celananya. Kontol yang pendek hitam mengacung keras. Ia terus menindih Renggani, menekan tubuh gadis itu ke kardus di bawahnya. Luka Renggani terus berdarah lebih banyak, sebagian usus yang terpotong terburai keluar.

Nampaknya, kesadisan membuat nafsu birahi lelaki jahat itu meningkat. Kontolnya dihujamkan kuat-kuat ke dalam memek rapat itu, langsung memberikan kenikmatan yang luar biasa. Darah mengalir deras dari tepi kontol yang menancap. Rasa sakit yang hebat melanda Renggani, dari memeknya tapi terutama dari perutnya yang terbelah. Si gundul, masih menancapkan kontolnya dalam-dalam, terus menghujamkan pisaunya sekali lagi ke dada kiri atas, pisau itu terhujam sampai pangkalnya, merobek paru, membuat rasa sakit itu hampir tak tertahankan ketika pisau kotor dicabut sekaligus. Renggani hampir kehilangan kesadarannya, tetapi ia masih bisa merasakan denyutan lelaki yang mau ejakulasi di dalam memeknya.

Saatnya menghisap. Dengan kesadarannya yang terakhir, Renggani mengambil semua jiwa lelaki jahanam itu, mengalir deras bersama dengan aliran mani yang terpancar. Mengejang- ngejang. Pisau yang dipegang sang penjahat terjatuh ke jalan. Kemaluannya melemas lalu terlepas. Lelaki itu terguling ke samping, lemas. Kosong. Melongo. Renggani merasa lega, rasa sakitnya segera hilang, seiring kekuatan pemulihan bekerja. Ususnya tersambung kembali. Paru-parunya yang robek menyatu lagi. Beberapa saat kemudian, kulitnya yang terluka menutup kembali, mulus seperti sediakala. Hanya bajunya yang masih robek dan bersimbah darah.

Renggani berdiri dengan marah dan jijik. Ia memandang pada si gundul yang kini terduduk. Orang ini tidak pantas lagi hidup.

"Kamu, ambil saja pisau itu dan gorok lehermu sendiri!"

Dengan gembira dan segera, si gundul mengambil pisau dan secepatnya menggorok leher tanpa ragu-ragu. Darah muncrat dari leher hitam gempal itu, tersembur ke tumpukan kardus. Tubuh kekar itu tergeletak berkelojotan, lalu terdiam. Darah menggenangi tempat itu, baunya amis menjijikkan.

Suasana ini membuat Renggani mual. Dengan bergegas ia berjalan keluar dari gang sepi itu, kembali ke dalam café di pojok jalan. Di sana, masih ada Dedi dan Ridwan ngobrol setelah menyelesaikan santap malamnya.

"Ani? Kenapa?" Ridwan yang pertama memperhatikan bagaimana baju Renggani merah berdarah di perut dan dada kiri atasnya. Renggani menggeleng lemah. Wajahnya pucat. "Udah ah, pulang yuk. Sekarang yuk."

Dengan wajah bingung dan prihatin, kedua pemuda itu terus mengantar Renggani berjalan keluar, menuju tempat parkir motor.

"Ohh, jadi begitu rupanya ya? Perempuan siluman sialan! Kamu yang bikin kacau, ya!" Kelima orang tak dikenal tiba-tiba mengepung mereka bertiga di pelataran parkir. Dua orang langsung menarik Renggani, satu tarik tangan kanan, satu lagi tangan kiri. Dedi langsung bereaksi, mendorong satu yang di kiri, tapi satu orang yang tidak dikenal itu langsung menendangnya. Dedi tersungkur di jalan beraspal.

Ridwan bergerak cepat, ia terus menendang satu orang yang mendekatinya dari kanan. Karena terkejut, orang itu terkena telak di rahangnya, hingga terpelanting jatuh. Berikutnya ia menendang orang di sebelah kanan Renggani, tepat terkena bahunya, hingga pegangannya ke Renggani terlepas. Ia mundur kesakitkan, nampaknya sambungan bahunya terlepas.

Pemuda itu tidak berhenti sampai di sana, ia terus berputar dan kakinya tepat mengenai lutut penyerang Renggani di sebelah kiri. Lelaki itu terbanting, Renggani yang terlepas terus berlari melepaskan diri, mencari tempat aman. Tiga orang yang masih murka terus mengepung Ridwan. Tapi, preman-preman jalanan mana bisa melawan seorang pemegang Dan 3 Taekwondo?

Kaki Ridwan bergerak cepat dengan tendangan tinggi, langsung mengenai kepala penyerang di depannya. Dua orang lain berbarengan menyerbu dari kiri dan kanan, kepalan tinju mengincar kepala pemuda ini. Tetapi Ridwan terus merunduk, menahan badan dengan kedua tangan sedang kedua kaki menyerang kiri kanan secara bersamaan. Tepat kena lutut dan tulang kering kedua penyerang, membuat mereka terguling. Sebelum kedua orang itu bisa menyeimbangkan diri, Ridwan terus melayangkan tendangan keras ke kepala dan rahang, membuat kedua orang itu terkapar tak bergerak.

Satu orang yang tadi terbanting karena tertendang lutut, berusaha membokong Ridwan dengan sebatang pipa besi yang telak mengenai bahunya. Sakit, tapi Ridwan membalas dengan tendangan berputar ke belakang, mengenai dagunya dengan keras sampai orang itu melenting ke belakang.

Satu orang lagi, yang tadi berseru dengan penuh kesombongan, kini berlari terbirit-birit dalam kegelapan malam. Renggani menolong Dedi untuk berdiri, terus menuju ke motor. Dua motor bebek itu terus melaju kembali ke tempat kos Renggani. Ia tidak berkata apa-apa, masih merasa shock karena peristiwa yang baru terjadi. Walau Dedi dan Ridwan penasaran setengah mati, mereka tidak bertanya-tanya lebih jauh karena memahami Renggani masih sangat kaget.

"Terus ke polisi, Ani?" tanya Dedi. Renggani menggeleng, tidak mau berurusan dengan polisi yang terkenal korup di kota kabupaten ini. Karena sudah malam, mereka berpisah. Dedi dan Ridwan sepakat mau bertanya pada Ani besok pagi saja, kalau sudah agak siang.

Keesokan paginya, Renggani telah kembali bekerja di tempat fotocopy, menerima pesanan anak-anak mahasiswa baru yang masih banyak fotocopy bahan kuliah. Danan berada di antrian, memegang ringkasan diktat kuliah yang baru diperolehnya dari seorang kakak kelas perempuan, yang kelihatan amat sangat suka bertemu dengan pemuda dari desa ini. Ketika sampai di depan Renggani, untuk pertama kalinya Danan merasa dadanya berdebar keras karena melihat perempuan.

Seumur hidup Danan tidak pernah berdebar-debar bertemu perempuan, sekalipun gadis yang amat disukainya seperti Leila. Ia menatap Renggani tanpa berkedip, melihat gadis yang nampak baru tujuhbelas tahunan -- atau paling banter baru lulusa SMA -- bekerja menuliskan pesanan fotocopy dan menaruh buku di tumpukan. Karyawan fotocopy bolak balik mengambil order dan menyerahkan hasil fotocopian. Renggani menyadari pemuda yang super-tampan itu berdiri di depan, hanya terhalang oleh etalase pendek. Wajahnya terasa panas, aneh.

"Err… diktatnya difotocopy semua, satu kali terus dijilid ya," kata Danan kikuk.

"Ya… eh… dijilidnya pakai karton warna apa?" Renggani juga sama kikuknya.

"Merah! Eh… kuning!"

Renggani tertawa kecil. Suaranya terdengar merdu. "Kok kuning, Mas?"

"Eh… soalnya… Mbak… cantik…" wajah Danan terus jadi merah setelah mengatakan itu.

BUMM! Api mendadak berkobar di bagian dalam tempat fotocopy itu. Semua orang terkejut. Satu botol lain melayang dan tepat mengenai mesin fotocopy. BUMM! Bola api kedua menyala. Bom molotov. Semburan panas dan bau bensin langsung memenuhi ruangan. Api menyambar semua kertas-kertas, buku-buku yang bertumpuk-tumpuk. Satu karyawan bergulingan karena api menjilati tubuhnya. Satu karyawan fotocopy yang lain cukup cepat pulih dari keterkejutannya, terus mengambil tabung pemadam api di pojok ruangan dan menyemprotkan busa putih.

Renggani bergegas keluar, Danan mengikuti di belakangnya. Ia masih terpesona menatap gadis cantik itu bergegas keluar -- seperti lupa betapa kalutnya suasana. Danan tidak memperhatikan, segerombolan orang sudah mengepung tempat itu. Para pelanggan fotocopy berlarian menjauh dari sana.

Renggani melihat Ridwan dan Dedi bergegas menghampirinya, tidak melihat ada segerombolan orang di belakang mereka, dua diantaranya mengayunkan pipa besi dan batang kayu. "AWASSS!" Renggani menjerit. Refleks, Ridwan mengelakkan batang kayu yang mengarah kepalanya, terus menendang berputar menghajar penyerangnya. Malang Dedi tidak bisa mengelak, pipa besi telak mengenai belakang kepalanya. Pemuda itu terus tersungkur, darah mengalir keluar dari kepalanya.

Ridwan terus sibuk menghadapi lima orang yang mengeroyoknya. Ia menghadapi mereka dengan tendangan tinggi dan rendah, berputaran, melompat dari dada satu penyerang untuk terus menghajar wajah penyerang yang lain. Tiga orang terus menyergap Renggani dan menariknya ke arah mobil Avanza silver yang berkaca gelap. Danan langsung beraksi, tangannya bergerak memukul ke kiri dan kanan dengan pukulan jarak jauh. Kedua penyergap Renggani langsung terpelanting ke jalanan, tapi satu orang lagi terus menarik Renggani ke arah mobil.

Ketika Danan hampir mencapai mereka, seorang lelaki agak tua menghalanginya dan melontarkan pukulan dari kiri dan kanan. Yang sebelah kiri terasa udaranya panas, yang sebelah kanan terasa udaranya dingin. Danan mengelakkan pukulan yang kiri, sambil menangkis pukulan yang kanan -- tinju bertumbukan dengan tinju. Orang tua itu terpukul mundur dua langkah, tapi Danan tetap berdiri tegak dengan kaki-kakinya kokoh. Nampaknya, karena si orang tua memecah tenaga dalamnya ke tangan kiri dan kanan jadi kekuatannya berkurang separuh dan tidak bisa mengimbangi Danan yang bertenaga penuh.

Orang tua itu terus mengubah cara bersilatnya, kedua tangannya menjadi seperti dua kepala ular yang mengeluarkan bau amis memabukkan. Danan terkejut, menyadari ada racun kuat terpancar dari telapak orang ini, mungkin dari kuku-kukunya yang dilumuri racun. Dari gerakan silat biasa, Danan terus menjalankan jurus Guntur sunyi, tinjunya menghantam tanpa suara, tanpa terduga, dengan kecepatan suara menyelinap di antara kedua tangan yang berubah jadi dua kepala ular itu.

Pukulan Danan tepat mengenai dada orang tua itu, ia terpental hingga lima meter ke belakang. Tapi, ia tidak apa-apa. Mungkin punya ajian tubuh kebal. Danan menoleh, melihat Renggani sudah dipaksa masuk dalam mobil, yang terus melaju ke timur. Ia memakai aji sepiangin dan terus berusaha mengejar mobil Avanza itu, tapi dua orang penyerang menghalanginya dengan tongkat dan samurai yang menyambar.

"Ayo bubar!" si orang tua berseru sambil memegang dadanya. Gerombolan orang itu terus berlarian menuju sebuah truk yang diparkir di ujung jalan, sedang si lelaki tua itu menjadi pemimpin mereka. Danan terus menghajar dua penyerangnya, supaya ia bisa terus mengejar si orang tua. Masih jauh, Danan melancarkan pukulan jarak jauh, jurus sinar seutas. Seperti totokan dari jarak jauh, tepat mengenai bahu si orang tua dan membuat sebelah lengannya lumpuh. Rupanya ilmu baju kebal si orang tua tidak berdaya menghadapi jurus totok yang tepat seperti anak panahl

Si orang tua terus merapal mantra dan menyorongkan kedua telapak tangannya terbuka ke depan. Sebaris cahaya perak terpancar dari telapaknya, terus memancar kepada Danan. Pemuda itu menengok kiri dan kanan, melihat masih ada beberapa orang yang terpaku melihat perkelahian sakti ini. Bahaya jika pukulan dipantulkan, bisa tak sengaja mengenai seseorang, maka Danan menyambut keras dengan keras. Ia menggerakkan cahaya hitamnya, telapak tangan terbuka dengan jari jemari terpentang. Tidak terlihat apapun juga keluar dari sana, namun tiba-tiba dentuman hebat terjadi saat dua pukulan bertumbukan di udara.

Walaupun Danan masih muda, namun tenaga dalamnya beberapa tingkat lebih tinggi daripada si orang tua. Ia tetap tegak berdiri, sementara si orang tua sempoyongan mundur, lantas mencelat tinggi dan mendarat di dalam truk, terus melaju ke arah barat. Danan termangu-mangu memandang ke arah timur dan barat, melihat semua pengacau itu pergi. Di belakangnya, keramaian berakhir dengan keberhasilan api dipadamkan di tempat fotocopy. Ridwan dan Dedi menghampiri Danan yang masih memandang kosong.

"Kamu anak baru ya?" tanya Dedi dengan ramah.
"Eh.…iya Kak. Nama saya Danan. Dananjaya." jawab Danan sambil mengulurkan tangan. Mereka terus pergi dari tempat itu, tidak mau bertemu dengan polisi yang pasti bertanya segala macam hal yang menjemukan.

~~~~~~~~~~~​

Ki Plerong sangat senang dengan tangkapan hari ini. Renggani begitu masuk mobil langsung dibius oleh kloroform. Mereka terus membawanya masuk ke ruangan khusus di dalam markas Ki Plerong, ruangan tinggi putih tidak berjendela, dengan pintu dari baja yang dikunci dua palang. Ia tidak sadar dirinya ditelanjangi, terus dibaringkan di ranjang besi. Kedua tangannya dirantai ke kepala ranjang. Kedua kakinya diikat ke penahan besi dalam keadaan mengangkang. Empat jam setelah penculikannya, Renggani sadar.

Ia mencoba menggerakkan tangan dan kakinya, tapi tidak bisa. Dilihatnya seorang tua berdiri di sebelah ranjang, membayangkan bahwa orang tua inipun pasti cabul dan akan segera dihisapnya. Habis perkara.

Tapi, bukannya terus buka celana, orang tua ini malah menyalakan dupa dan komat kamit membaca mantra. Tiba-tiba Renggani menjadi sangat terangsang, sangat ingin dientoti. Tubuhnya terus memancarkan harum birahi yang menyengat. Orang tua ini terkejut, sepertinya sangat terangsang, tapi ia masih bisa mengendalikan diri. Bukannya terus membuka celana, ia mendorong sebuah kotak dengan mesin listrik di bawahnya. Di sebelah atas, ada sebuah penis buatan, alias dildo, ditempelkan ke sebuah batang baja panjang dengan pemutar di belakangnya.

Ki Plerong menaruh kotak itu persis di depan selangkangan Renggani. Ia mengatur dildo yang berlubang-lubang pinggirnya, persis di depan memek Renggani yang menjadi basah karena sangat terangsang. Memek itu rapat, perawan, warnanya merah muda. Bibir vaginanya merekah. Renggani merintih menahan birahi. Ki Plerong mengambil lendir yang keluar dari kontolnya yang keras tegang terangsang, lalu dioleskan di dildo itu sambil merapal mantra.

Ia lalu berjalan ke belakang kotak mesin dan menekan tombol. Batang dildo terdorong ke depan, penis buatan itu menerobos masuk ke memek Renggani. Gadis itu menjerit karena orgasmenya yang dalam dan panjang -- tidak pernah dialaminya seperti itu, langsung orgasme dalam satu kali tusukan memecah keperawanan. Ki Plerong turut merem melek karena kontolnya merasakan jepitan memek -- mantra tadi membuat apapun yg dialami oleh dildo di memek Renggani, jadi dirasakan oleh kontolnya sendiri.

Dengan perlahan tapi pasti, dildo itu ditarik lagi oleh batang yang berputar, untuk terus masuk lagi, keluar lagi, masuk lagi. Renggani menjerit dan merintih, cairan bening mengalir keluar dan dihisap ke dalam lubang-lubang yang ada di sekeliling dildo.

Kalau bagi perempuan lain proses ini menghisap sukma mereka, lain bagi Nyi Kinarah yang menyimpan energi hidup puluhan, hampir seratus orang. Ia terus menerus orgasme dan mengeluarkan cairan bening dan harum, yang ditampung dari batang dildo itu ke dalam sebuah botol kecil. Setetes demi setetes, seperti orang menyadap nira yang manis, begitulah Ki Plerong menantkan cairan di botol itu penuh.

Dua jam kemudian, dua jam penuh Renggani mengalami orgasme non-stop, ia sungguh lelah dan langsung tertidur setelah Ki Plerong mematikan mesinnya. Ia melihat isi botol itu sudah tiga perempat penuh. Ia membaca mantra lagi sambil menggenggam botol berisi cairan, yang terus menyala bersinar kemerahan. Dengan senyum lebar, Ki Plerong meminum cairan bersinar itu.

Seketika, Ki Plerong nampak puluhan tahun lebih muda, kini menjadi seperti orang berusia tiga puluh tahunan. Kulitnya yang semula keriput, menjadi mulus kembali. Bukan itu saja, ia juga merasakan kekuatan saktinya bertambah.

Ki Plerong tertawa terbahak-bahak. Gema tawanya keras terdengar dari orang yang kini tanpa tanding.
 
Terakhir diubah:
lanjut suhu..penasaran bakal diapain si ki plerong sama danan dan nyi kinarih
 
Brama Kumbara versi modern ya Om... kereen daaahh... lanjut ya Om Suhu...:beer:
 
waduh ki peliterong jadi sakti... aduuhhh... tenang mba renggani... akan kukirim ajian sundul bhawuk ku kepada mu.... Ciiiyyaaatttt... terimalah... tar ter tor... :klove:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd