Bagian IV
Rahasia ayahku
Ayah merentangkan kedua pahaku. Diciuminya bukit kecilku. Hidungnya diselipkan dibelahannya menghirupnya dengan sangat dalam.
Lalu menjilatinya. Cairanku yang keluar dijilatinya. Ia menghisap dan mengnyedotnya.
Terdengar bunyi seperti tengah menyerubut Kopi panas.
" Udahhh yahhh ... Masukin aja, kakak ngak tahan ..."
Aku memintannya untuk segera menyetubuhiku. Aku tarik tubuhnya agar segera menaiki tubuhku.
Namun ia masih betah berlama-lama mengoral memekku. Lidahnya menerobos masuk mengelitik liangnya. Aku mengelinjang kegelian.
" Yahhh .... Udahhh ... Nanti kakak keburu keluar ahhhh ..." Aku mengingatkannya. Andai ia paham bahwa itu adalah kelemahanku. Aku tak pernah bertahan lama jika dioral. Hanya suamiku yang paham itu. Biasanya jika mengoralku. Ketika aku minta berhenti, ia paham kalau aku akan segera klimaks. Kami lalu melanjutkan dengan persetubuhan.
" Indah bener memeknya kak ... Rasanya ayah pengen jadi semut biar tinggalnya dalam sini aja" pujinya.
" Ayah ada-ada aja, emang memekku gula" balasku
" Dulu waktu kakak masih SMP memeknya ngak setebal ini ..." Ujarnya lagi membuatku kaget.
Photonya saat melecehkan aku waktu aku masih SMP : photo ini aku dapat dari Hp ayah
" Emangnya ayah pernah lihat, Kok kakak ngak ingat? " kejarku pula.
" Ya memang ngak ingat ... wong ayah lihat pas kakak tidur" jawabnya sembari tertawa.
" Iiiiii ayahhhh ... Kok bisa! ... Iiiihhhhh ayah cabul ya ...?".kejarku yang dibalasnya dengan tawa.
Sungguh tak kusangka ayah pernah melecehkanku. Bahkan aku tak pernah tau kalau tak mendengar pengakuan langsung darinya.
Tunggu saja! akan aku introgasi dia. Tapi saat itu aku tak bisa lagi berpikir. Karena ia kembali mengerjai memekku
" Udah yahhh... Uddaaaahhhhh ahhhhh! Kakak ngak taha..aaann... Masuin sekarang ...." Pintaku. Saat itu aku sudah merasakan denyutan kenikmatan mendesak keluar dari liangku.
Kolistorisku terasa gatal dan makin sensitif. Sentuhan lidahnya makin membuat geli dan nikmat.
" Yahhhh stop ... " Aku mendorong kepalanya agar menjauh dari selangkangankku. Tapi ia mendekap erat kedua pahaku. Dan makin gencar menggelitik kolistorisku.
Dan pada akhirnya, Pertahananku jebol juga.
Aku mengeram seperti suara sapi disembelih. Tubuhku mengejang melepaskan orgaismeku. Ayah menyedot belahanku dengan sangat kuat. Membuatku kelojotan lalu terkulai lemas.
" Yahhh kenapa dikeluarin ..." Rintihku, napasku memburu.