Matahari bersinar terang saat Andhi mengantar Annisa ke gereja Katolik yang megah. Mereka berjalan berpegangan tangan, langkah-langkah mereka terdengar menggema di lorong-lorong suci. Koko, berpakaian rapi, menanti mereka di pintu dengan senyuman hangat.
Koko: (lembut) Selamat datang, Andhi dan Annisa. Aku merasa terhormat bisa menjadi bagian dari momen penting ini. Perjalanan menuju iman dapat menjadi perubahan yang mendalam, dan aku senang bisa berbagi ini bersama-sama.
Andhi: (penuh kerendahan hati) Terima kasih, Koko, atas kehadiran dan dukunganmu. Aku telah memahami bahwa cinta tidak mengenal batasan, dan hari ini, kita merayakan keinginan Annisa untuk memeluk Katolik.
Annisa, mengenakan gaun putih yang mengalir, memancarkan perasaan gugup dan kegembiraan. Pastor Gabriel, berdiri di dekat bekas baptisan, siap melaksanakan ritual sakral.
Pastor Gabriel: (ramah) Selamat datang, Annisa. Hari ini, kita berkumpul untuk menyaksikan pembaptisanmu dan merayakan perjalanan imanmu. Apakah kamu siap untuk mengambil langkah penting ini?
Annisa: (gugup) Ya, Pastor Gabriel. Aku siap dan antusias untuk memeluk ajaran iman Katolik. Aku percaya bahwa cinta dan pengabdian dapat melampaui perbedaan agama.
Pastor Gabriel: (tersenyum) Bagus. Mari kita mulai. Dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, aku membaptis engkau, Annisa, atas nama Gereja Katolik.
Saat Pastor Gabriel dengan lembut menuangkan air di atas kepala Annisa, rasa ketenangan menyelimutinya. Andhi menyaksikan dengan perasaan bangga dan cinta, namun juga sedih.
Koko: (berbisik pada Andhi) Dia sungguh luar biasa, Andhi. Keberaniannya untuk mengeksplorasi keyakinannya dan memeluk keinginannya begitu menginspirasi.
Andhi: (berbisik balik) Memang benar, Koko. Cinta tidak mengenal batas, dan perjalanan Annisa adalah bukti kekuatan penerimaan dan pemahaman.
Setelah upacara selesai, ketiganya berkumpul bersama, berbagi momen keheningan untuk merenung.
Annisa: (dengan rasa syukur) Terima kasih, Andhi, karena tetap berada di sisiku dan mendukung perjalanan ini bersamaku. Dan terima kasih, Koko, karena menjadi sumber dukungan dan pemahaman sepanjang proses ini.
Koko: (hangat) Annisa, menjadi saksi perubahanmu adalah suatu kehormatan. Komitmenmu terhadap cinta dan iman sungguh menginspirasi.
Andhi: (dengan perasaan) umi, cintaku, melihatmu menemukan ketenangan dan kebahagiaan dalam iman baru yang kamu temukan mengisi hatiku dengan sukacita.
====================================
Andhi dan Annisa pulang ke rumah setelah upacara pembaptisan. Mereka melangkah masuk ke ruang tamu. Annisa , dengan senyuman penuh kelegaan, mulai membuka semua pakaiannya yang muslimah, dimulai dari hijab dan gamis yang ia kenakan selama ini. Dia lalu menggunakan pakaian seksi.
Andhi, sambil mengamati dengan sedih, tetap berusaha bahagia karena dia menghargai keinginan Annisa untuk mengejar kebahagiaan sejati dan menemukan jati dirinya. Dia sadar bahwa cinta sejati tidak bisa dibatasi oleh agama atau pakaian yang dikenakan.
Koko, yang takjub dengan perubahan ini, berdiri di dekat mereka dengan tatapan penuh kagum. Dia merasa bangga menjadi bagian dari perjalanan Annisa , melihatnya menemukan kebebasan dan ekspresi diri yang sejati.
Koko: (dengan suara terpana) Annisa , kamu begitu indah dan berani. Aku takjub dengan keputusanmu untuk mengenakan pakaian yang benar-benar mencerminkan jati dirimu. Kamu memancarkan keindahan dan kekuatan yang luar biasa.
Koko memberikan kalung salib. Annisa tersenyum dan menghampiri Koko dengan lembut, mengambil kalung salib yang diberikan olehnya. Dia mengenakannya dengan penuh kebanggaan dan rasa syukur.
Annisa : (dengan penuh emosi bahagia) Terima kasih, Koko, karena telah memberikan kalung salib ini padaku. Ini adalah simbol kepercayaan dan penerimaan, dan aku merasa dekat denganmu dan keyakinanmu. Aku ingin mengenakan ini sebagai ungkapan rasa terima kasihku.
Andhi, meskipun sedih melihat perubahan ini, tetap menjaga pandangan yang bahagia dan penuh cinta untuk Annisa . Dia mengetahui bahwa kebahagiaan istrinya adalah hal yang paling penting.
Andhi: (dengan suara lembut) umi , aku sedih melihat perubahan ini, tetapi aku tetap bahagia karena aku mencintaimu dengan sepenuh hati. Aku menghargai keinginanmu untuk mengejar kebahagiaan sejati dan menemukan jati dirimu.
Annisa menyentuh lengan Andhi dengan penuh kasih sayang, menyampaikan perasaan cintanya yang mendalam.
Annisa : (dengan sungguh-sungguh) Terima kasih, Andhi, karena selalu mendukungku dalam perjalanan ini. Cintamu dan dukunganmu memberiku kekuatan untuk mengejar kebahagiaanku dengan penuh keyakinan.
Koko: (lembut) Selamat datang, Andhi dan Annisa. Aku merasa terhormat bisa menjadi bagian dari momen penting ini. Perjalanan menuju iman dapat menjadi perubahan yang mendalam, dan aku senang bisa berbagi ini bersama-sama.
Andhi: (penuh kerendahan hati) Terima kasih, Koko, atas kehadiran dan dukunganmu. Aku telah memahami bahwa cinta tidak mengenal batasan, dan hari ini, kita merayakan keinginan Annisa untuk memeluk Katolik.
Annisa, mengenakan gaun putih yang mengalir, memancarkan perasaan gugup dan kegembiraan. Pastor Gabriel, berdiri di dekat bekas baptisan, siap melaksanakan ritual sakral.
Pastor Gabriel: (ramah) Selamat datang, Annisa. Hari ini, kita berkumpul untuk menyaksikan pembaptisanmu dan merayakan perjalanan imanmu. Apakah kamu siap untuk mengambil langkah penting ini?
Annisa: (gugup) Ya, Pastor Gabriel. Aku siap dan antusias untuk memeluk ajaran iman Katolik. Aku percaya bahwa cinta dan pengabdian dapat melampaui perbedaan agama.
Pastor Gabriel: (tersenyum) Bagus. Mari kita mulai. Dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, aku membaptis engkau, Annisa, atas nama Gereja Katolik.
Saat Pastor Gabriel dengan lembut menuangkan air di atas kepala Annisa, rasa ketenangan menyelimutinya. Andhi menyaksikan dengan perasaan bangga dan cinta, namun juga sedih.
Koko: (berbisik pada Andhi) Dia sungguh luar biasa, Andhi. Keberaniannya untuk mengeksplorasi keyakinannya dan memeluk keinginannya begitu menginspirasi.
Andhi: (berbisik balik) Memang benar, Koko. Cinta tidak mengenal batas, dan perjalanan Annisa adalah bukti kekuatan penerimaan dan pemahaman.
Setelah upacara selesai, ketiganya berkumpul bersama, berbagi momen keheningan untuk merenung.
Annisa: (dengan rasa syukur) Terima kasih, Andhi, karena tetap berada di sisiku dan mendukung perjalanan ini bersamaku. Dan terima kasih, Koko, karena menjadi sumber dukungan dan pemahaman sepanjang proses ini.
Koko: (hangat) Annisa, menjadi saksi perubahanmu adalah suatu kehormatan. Komitmenmu terhadap cinta dan iman sungguh menginspirasi.
Andhi: (dengan perasaan) umi, cintaku, melihatmu menemukan ketenangan dan kebahagiaan dalam iman baru yang kamu temukan mengisi hatiku dengan sukacita.
====================================
Andhi dan Annisa pulang ke rumah setelah upacara pembaptisan. Mereka melangkah masuk ke ruang tamu. Annisa , dengan senyuman penuh kelegaan, mulai membuka semua pakaiannya yang muslimah, dimulai dari hijab dan gamis yang ia kenakan selama ini. Dia lalu menggunakan pakaian seksi.
Andhi, sambil mengamati dengan sedih, tetap berusaha bahagia karena dia menghargai keinginan Annisa untuk mengejar kebahagiaan sejati dan menemukan jati dirinya. Dia sadar bahwa cinta sejati tidak bisa dibatasi oleh agama atau pakaian yang dikenakan.
Koko, yang takjub dengan perubahan ini, berdiri di dekat mereka dengan tatapan penuh kagum. Dia merasa bangga menjadi bagian dari perjalanan Annisa , melihatnya menemukan kebebasan dan ekspresi diri yang sejati.
Koko: (dengan suara terpana) Annisa , kamu begitu indah dan berani. Aku takjub dengan keputusanmu untuk mengenakan pakaian yang benar-benar mencerminkan jati dirimu. Kamu memancarkan keindahan dan kekuatan yang luar biasa.
Koko memberikan kalung salib. Annisa tersenyum dan menghampiri Koko dengan lembut, mengambil kalung salib yang diberikan olehnya. Dia mengenakannya dengan penuh kebanggaan dan rasa syukur.
Annisa : (dengan penuh emosi bahagia) Terima kasih, Koko, karena telah memberikan kalung salib ini padaku. Ini adalah simbol kepercayaan dan penerimaan, dan aku merasa dekat denganmu dan keyakinanmu. Aku ingin mengenakan ini sebagai ungkapan rasa terima kasihku.
Andhi, meskipun sedih melihat perubahan ini, tetap menjaga pandangan yang bahagia dan penuh cinta untuk Annisa . Dia mengetahui bahwa kebahagiaan istrinya adalah hal yang paling penting.
Andhi: (dengan suara lembut) umi , aku sedih melihat perubahan ini, tetapi aku tetap bahagia karena aku mencintaimu dengan sepenuh hati. Aku menghargai keinginanmu untuk mengejar kebahagiaan sejati dan menemukan jati dirimu.
Annisa menyentuh lengan Andhi dengan penuh kasih sayang, menyampaikan perasaan cintanya yang mendalam.
Annisa : (dengan sungguh-sungguh) Terima kasih, Andhi, karena selalu mendukungku dalam perjalanan ini. Cintamu dan dukunganmu memberiku kekuatan untuk mengejar kebahagiaanku dengan penuh keyakinan.